• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Dalam dokumen Selamat Datang - Digital Library (Halaman 49-55)

Penelitian ini mengunakan metode analisis data deskriftif kualitatif, yaitu

menjelaskan dan mendeskrifsikan data-data yang diperoleh saat penelitian melalui pertanyaan yang sudah terstruktur yang sama pada setiap responden yang

diperoleh. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis struktur biaya, analisis pendapatan usahatani, dan analisis risiko. Secara rinci metode analisis data dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Analisis Struktur Biaya

Analisis struktur biaya digunakan dalam tujuan pertama yaitu menganalisis

komponen-komponen biaya yang dikeluarkan serta persentase tiap-tiap komponen biaya terhadap biaya total usahatani. Menurut Rahim dan Hastuti (2008) biaya total dirumuskan sebagai berikut:

TC = TFC + TVC ... (17) Keterangan:

TC : Biaya Total (Total Cost)

TFC : Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost) TVC : Biaya Variabel Total (Total Variable Cost) Biaya total rata-rata dhitung dengan mengunakan rumus:

ATC = 𝑇𝐢𝑄 ... (18) ATC = 𝑇𝐹𝐢𝑄 +𝑇𝑉𝐢𝑄 ... (19) ATC = AFC + AVC ... (20) Keterangan:

ATC : Biaya Total Rata-rata (Average Total Cost) (Rp) Q : Volume Produksi (Quantity) (Kg)

32 TC : Biaya Total (Total Cost) (Rp)

TFC : Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost) (Rp) TVC : Biaya Variabel Total (Total Variable Cost) (Rp) AFC : Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Cost) (Rp) AVC : Biaya Variabel Rata-rata (Average Variable Cost) (Rp) 2. Analisis Pendapatan Usahatani Wortel

Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk menjawab tujuan kedua pada penelitian ini. Pendapatan usahatani wortel diperoleh dengan menghitung selisih antara pendapatan usahatani dengan total biaya yang dikeluarkan dalam usahatani.

(Soekartawi, 2002). Besarnya pendapatan dipengaruhi oleh biaya usahatani yang dikeluarkan, harga wortel, serta besanya produksi wortel. Secara matematis pendapatan dapat dirumuskan:

Ο€ = TRβˆ’TC ... (21) Ο€ = (Y. Py)βˆ’(βˆ‘Xi. Pxi + TFC) ... (22) Keterangan:

Ο€ : Pendapatan (Rp)

TR : Penerimaan Total (Total revenue) (Rp) TC : Biaya Total (Total Cost) (Rp)

Y : Produksi (kg)

Py : Harga Produksi (Rp)

Xi : Faktor Produksi variabel ke i (kg)

Pxi : Harga Faktor Produksi Variabel ke i (Rp) TFC : Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost) (Rp)

Analisis R/C rasio dilakukukan untuk melihat apakah usahatani wortel

menguntungkan atau tidak. Menurut Rahim dan Hastuti (2008) secara matematis R/C rasio dapat dirumuskan sebagai:

𝑅/𝐢 =𝑇𝑅

𝑇𝐢... (23) Keterangan

R/C : Nisbah Penerimaan dan Biaya

TR : Penerimaan Total (Total Revenue) (Rp) TC : Biaya Total (Total Cost) (Rp)

33 Kriteria R/C rasio terdiri dari:

a. R/C rasio >1, artinya usahatani efisien dan menguntungkan.

b. R/C rasio <1, artinya usahatani tidak efisien dan tidak menguntungkan.

c. R/C rasio =1, artinya usahatani berada pada titik impas.

3. Analisis Risiko Usahatani

Analisis risiko digunakan untuk menjawab tujuan ketiga pada penelitian ini.

Risiko yang dihadapi petani terdiri dari risiko produksi, risiko harga dan risiko pendapatan. Penelitian ini menghitung risiko usahatani dengan menggunakan data produksi, harga, dan pendapatan usahatani wortel selama lima musim tanam terakhir. Risiko dapat diukur dengan menentukan kerapatan distribusi

probabilitas. Salah satu ukurannya dengan menggunakan standar deviasi.

Pengukuran dengan standar deviasi menjelaskan risiko dalam arti kemungkinan penyimpangan pengamatan sebenarnya di sekitar nilai rata-rata yang diharapkan.

Besarnya produksi, harga atau pendapatan yang diharapkan menggambarkan jumlah rata-rata produksi, harga atau pendapatan yang diperoleh petani, sedangkan standar deviasi merupakan besarnya fluktuasi produksi, harga atau pendapatan yang mungkin diperoleh atau merupakan risiko yang ditanggung petani.

Semakin kecil standar deviasi, semakin rapat distribusi probabilitas yang mengakibatkan semakin rendah risikonya. Selain itu penentuan batas bahwa sangat penting dalam pengambilan keputusan petani untuk mengetahui jumlah hasil terbawah di bawah tingkat hasil yang diharapkan. Batas bawah

menunjukkan nilai nominal produksi, harga atau pendapatan terendah yang mungkin diterima oleh petani (Pappas dan Hirschey, 2005). Menurut Salvatore (2005), pengukuran koefisien variasi (CV) memerlukan nilai standar devisiasi yang diperoleh dengan rumus:

𝑉2 = βˆ‘π‘–=1𝑛 (πΈπ‘–βˆ’πΈ)π‘›βˆ’12... (24) 𝑉 = βˆšβˆ‘ (πΈπ‘–βˆ’πΈ)2

π‘›βˆ’1

𝑛𝑖=1 ... (25)

34 Keterangan:

V2 = Varian (ragam)

V = Standar deviasi (simpangan baku) Ei = Kemungkinan hasil

E = Rata-rata hasil yang diharapkan (maen)

Selanjutnya nilai standar deviasi digunakan untuk mencari koefisien variasi dengan rumus:

𝐢𝑉 = 𝑉

𝐸 ... (26) Keterangan:

CV : koefisien variasi V : Standar deviasi

E : Rata-rata hasil yang diharapkan (mean)

Nilai CV berbanding lurus dengan risiko yang dihadapi petani wortel dimana semakin besar nilai CV yang diperoleh maka akan semakin besar pula risiko yang harus di tanggung petani. Sebaliknya, semakin rendah nilai CV yang diperoleh maka risiko yang harus ditanggung petani akan semakin kecil. Penentuan batas bawah dilakukan untuk mengetahui jumlah hasil terbawah tingkat hasil yang diharapkan, dapat dihitung menggunakan rumus:

𝐿 = 𝐸 βˆ’ 2𝑉 ... (27) Keterangan:

L : Batas bawah produksi, harga dan keuntungan V : Standar deviasi

E : Rata-rata prodiksi, harga dan keuntungan yang diperoleh

Nilai batas (L) tingginya dapat diartikan bahwa usahatani dengan komoditas tersebut memberikan hasil terendah yang paling tinggi untuk diusahakan. Nilai CV berbanding lurus dengan risiko yang dihadapi petani wortel, maka semakin besar nilai CV yang didapakan maka semakin besar pula risiko yang harus ditanggung petani. Begitu pula sebaliknya, semakin rendahnya nilai CV yang diperoleh, maka risiko yang harus ditanggung petani semakin kecil. Kriteria risiko usahatani yaitu jika nilai CV > 0,5 maka nilai L < 0, begitu pula jika nilai CV < 0,5 maka nilai L > 0. Hal ini menunjukkan bahwa jika CV< 0,5 atau L > 0,

35 maka petani akan selalu untung dan risiko usahatani rendah, sebaliknya jika CV>0,5 dan L<0 maka petani mungkin bisa rugi dan risiko usahatani tinggi (Hernanto 1994).

4. Hubungan Tingkat Risiko Pendapatan Dengan Tingkat Pendapatan

Kadarsan (1995) berpendapat bahwa semakin tinggi risiko yang dihadapi petani, maka semakin tinggi pula hasil atau keuntungan yang di harapkan. Berbeda dengan pendapat Hanafi (2014) yang berpendapa bahwa hubungan antara risiko dengan tingkat keuntungan tidak bersifat positif tetapi negatif. Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana hubungan antara besarnya risiko dengan tingkat keuntungan yang dihadapi petani, dilakukan uji hipotesis yaitu:

a. H0 ∢ π‘Ÿ = 0

Artinya, tidak terdapat hubungan antara besarnya risiko pendapatan dan tingkat pendapatan yang diterima petani.

b. H1∢ π‘Ÿ β‰  0

Artinya, terdapat hubungan antara besarnya risiko pendapatan dan tingkat pendapatan yang diterima petani.

Kriteria pengambilan keputusan tingka signifikan r (koefisien korelasi) yang ditunjukkan variabel berpengaruh nyata yaitu Ξ± < 0,10 dengan tingkat kepercayaan sebesar 90%. Guna mengukur adanya hubungan antara tingkat pendapatan dengan risiko pendapaan, alat analisis yang digunakan adalah analisis korelasi Product Moment Pearson. Koefisien korelasi Pearson digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel X (risiko pendapatan) dan variabel Y (tingkat pendapatan).

π‘Ÿ = π‘›βˆ‘π‘‹π‘Œβˆ’βˆ‘π‘‹βˆ‘π‘Œ

√(π‘›βˆ‘π‘‹Β²βˆ’(βˆ‘π‘‹)Β²(π‘›βˆ‘π‘ŒΒ²βˆ’(βˆ‘π‘Œ)Β²) ... (28) Keterangan:

R = Korelasi

N = Banyaknya pasangan data risiko pendapatan dan tingkat pendapatan

βˆ‘X = Total jumlah dari variabel risiko pendapatan

βˆ‘Y = Total jumlah dari variabel tingkat pendapatan

βˆ‘X2 = Kaudrat dari total jumlah dari variabel risiko pendapatan

36

βˆ‘Y2 = Kaudrat dari total jumlah dari variabel tingkat pendapatan

βˆ‘XY = Hasil perkalian dari total jumlah variabel risiko pendapatan dan variabel tingkat pendapatan

Nilai r dapat digunakan untuk melihat nilai koefisien korelasi, nilai yang

digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara variabel koefisien korelasi memiliki hubungan antara -1 hingga +1:

a. Jika koefisien korelasi bernilai positif, berarti bahwa jika variabel risiko pendapatan mengalami kenaikan maka variabel tingkat pendapatan juga mengalami kenaikan, begitu sebaliknya.

b. Jika koefisien korelasi bernilai negatif, berarti bahwa jika variabel risiko pendapatan mengalami penurunan, maka variabel tingkat pendapatan akan mengalami kenaikan, begitu sebaliknya.

Menurut Silaen dan Widiyono (2013), keeratan korelasi antara variabel independen (risiko pendapatan) dengan variabel tingkat pendapatan (Y)

menggunakan pedoman interval kelas nilai r. Kategori interval koefisien korelasi (r) yaitu:

a. r = 0,00 ; berarti tidak ada korelasi;

b. 0,00 < r < 0,20, berarti korelasi sangat lemah;

c. 0,20 ≀ r < 0,40, berarti korelasi lemah;

d. 0,40 ≀ r < 0,60, berarti korelasi cukup erat;

e. 0,60 ≀ r < 0,80, berarti korelasi erat;

f. 0,80 ≀ r < 1,00, berarti korelasi sangat erat;

g. r = 1,00 atau r = -1,00, berarti korelasi sempurna.

37

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Dalam dokumen Selamat Datang - Digital Library (Halaman 49-55)

Dokumen terkait