• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selamat Datang - Digital Library

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Selamat Datang - Digital Library"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRUKTUR BIAYA, PENDAPATAN DAN RISIKO USAHATANI WORTEL DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT PROVINSI LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

DIANA YULITASARI

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2022

(2)

i ABSTRACT

ANALYSIS OF COSTS STRUCTURE, REVENUE, AND RISK OF CARROT FARMING IN BALIK BUKIT

DISTRICT WEST LAMPUNG REGENCY LAMPUNG PROVINCE

By

Diana Yulitasari

This study aims to analyze (1) the cost structure of carrot farming; (2) carrot farming income; (3) the risk of carrot farming; and (4) the correlation of income risk with income carrot farming. This research was conducted from May 2020 to June 2021 in Balik Bukit District, West Lampung Regency. The sampling method used a simple random sampling technique. Respondents consisted of 50 carrot farmers with more than five years of farming experience. Data analysis in this research used cost structure analysis, farm income analysis, risk analysis, and pearson product-moment correlation analysis. The results showed that (1) the cost structure of carrot farming in Balik Bukit District with the largest percentage was the variable cost component (70.03 percent). The largest proportion of costs was labor costs (42.22 percent), then followed by land rental costs (29,47 percent); (2) carrot farming in Balik Bukit District was feasible and profitable with an R/C ratio of 1.43. The average income of carrot farming in Balik Bukit District was Rp6,960,415.33; (3) production risk, price risk, and income risk of carrot farming in Balik Bukit District have a low risk with CV<0.5 and L>0; and (4) the relationship between income risk and income has a positive and significant, correlation with a weak correlation level.

Keywords: carrot, cost structure, income, income risk, risk

(3)

ii ABSTRAK

ANALISIS STRUKTUR BIAYA, PENDAPATAN DAN RISIKO USAHATANI WORTEL DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT PROVINSI LAMPUNG

Oleh

Diana Yulitasari

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) struktur biaya usahatani wortel;

(2) pendapatan usahatani wortel; (3) risiko usahatani wortel; dan (4) hubungan risiko pendapatan dengan tingkat pendapatan wortel. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2020 sampai dengan Juni 2021 di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Responden pada penelitian ini terdiri dari 50 orang petani wortel yang memiliki pengalaman usahatani lebih dari lima tahun. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis struktur biaya, analisis pendapatan usahatani, analisis risiko, dan analisis korelasi product moment pearson. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) struktur biaya usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit dengan persentase terbesar yaitu komponen biaya variabel sebesar 70,03 persen. Proporsi biaya yang paling besar yaitu biaya tenaga kerja (42,22 persen), disusul dengan biaya sewa lahan (29,47 persen); (2) usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit sudah layak dan menguntungkan untuk diusahakan dengan nilai R/C rasio sebesar 1,43. Rata-rata pendapatan usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit yaitu Rp7.326.752,98; per 1 ha (3) risiko produksi, risiko harga, dan risiko pendapatan usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit memiliki risiko yang rendah dengan nilai CV<0,5 dan nilai L>0; dan (4) risiko pendapatan dan pendapatan memiliki korelasi yang positif dan signifikan, walaupun tingkat korelasinya lemah.

Kata kunci: biaya, pendapatan, risiko, risiko pendapatan, wortel

(4)

ANALISIS STRUKTUR BIAYA, PENDAPATAN DAN RISIKO USAHATANI WORTEL DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT PROVINSI LAMPUNG

Oleh Diana Yulitasari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada Jurusan Agribisnis

Fakultas Agribisnis Universitas Lampung

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2022

(5)
(6)
(7)
(8)

viii RIWAYAT HIDUP

Diana Yulitasari adalah nama penulis skripsi ini. Lahir pada tanggal 10 Juli 1997, di Desa Jaga Raga, Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Syarifudin Nz dan Ibu Rusmaleni. Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 1 Jagaraga, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung pada tahun 2004, lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke MTS Negeri Kota Batu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatra Selatan, lulus pada tahun 2013.

Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Sukau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung, lulus pada tahun 2016. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2016 melalui jalur SBMPTN.

Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung penulis juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan komunitas internal maupun eksternal kampus, yaitu menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis (Himaseperta) Universitas Lampung di Bidang II ( Pengkaderan dan Pengabdian Masyarakat ) pada priode 2016-2019. Tahun 2017, penulis mengikuti kegiatan homestay (Praktik Pengenalan Pertanian) selama 7 hari di Dusun Cintamulya, Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2020, selama 40 hari, di Desa Talang Jawa, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Penulis juga melaksanakan Praktik Umum (PU) pada tahun 2019, selama40 hari, di PT.

Kalirejo Lestari, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung.

(9)

ix SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah memberikan teladan bagi setiap umatnya. Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Analisis Struktur Biaya, Pendapatan Dan Risiko Usahatani Wortel Di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung”, banyak pihak yang telah memberikan doa, bantuan, nasihat, motivasi dan saran yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yang telah membantu dalam kelancaran proses perkuliahan di Fakultas Pertanian.

2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis dan selaku Dosen Penguji Skripsi ini, atas saran, arahan, bantuan, nasihat, pengarahan dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P., selaku Dosen Pembimbing Pertama, yang telah memberikan ilmu, bimbingan, saran, pengarahan, motivasi, dan semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ir. Suriaty Situmorang, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah memberikan ilmu, bimbingan, saran, pengarahan, motivasi, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S., selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus sebagai Dosen Pembahas yang telah memberikan ilmu, bimbingan, saran,

(10)

x pengarahan, motivasi, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis, yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman selama penulis menjadi mahasiswa

Agribisnis, serta staf/karyawan (Mbak Iin, Mas Boim dan Mas Bukhairi) yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya selama ini.

7. Orangtuaku tercinta, Syarifudin Nz, dan Rusmaleni, adik – adikku tersayang yang sangat baik hati, Mella Dwi Anggraini, Peri Padli, dan Mikayla Nur Alisha, yang selalu memberikan doa, motivasi, semangat dan kasih sayang tanpa pernah putus.

8. Sahabatku, Umi Umaidah, atas bantuan, doa, semangat, canda tawa, yang telah diberikan kepada penulis.

9. Teman-teman baik hatiku: Dewi, Yeli, Lia, Rocky, dan Rian, yang selalu memberi dukungan, nasihat, canda tawa, dan setia menemani penulis dalam penyusunan skripsi. Semoga kita bisa terus berteman dalam waktu yang lama.

10. Sahabat-sahabat seperjuanganku: Anggit, Aqie, Aida, Ani, Arum, Anna, yang saling memberikan hiburan, motivasi dan doa di kehidupan sehari-hari.

Semoga kita bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang-orang sekitar.

11. Keluarga besar Agribisnis Kelas A 2016, yang telah memberikan kebersamaan, kekompakan, membuat banyak cerita yang tak akan terlupakan dan kebahagiaan selama kuliah. Semoga cita-cita kita semua dapat tercapai.

12. Atu dan Iyay Agribisnis 2014 dan 2015, teman-teman Agribisnis 2016 serta adik-adik 2017, 2018, dan 2019, yang telah memberikan semangat, doa, arahan, ilmu dan saran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

13. Para staff dan karyawan administrasi Jurusan Agribisnis atas bantuannya dalam pembuatan surat-surat.

14. Almamater tercinta serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

(11)

xi Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Bapak/Ibu, dan saudara saudari sekalian. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan yang memerlukannya.

Bandar Lampung, 24 Agustus 2022

Diana Yulitasari

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9

A. Tinjauan Pustaka ... 9

1.Budidaya Wortel ... 9

2.Struktur Biaya ... 12

3.Pendapatan Usahatan ... 13

4.Risiko Usahatani ... 15

5.Hubungan Risiko dan Pendapatan ... 17

B. Kajian Penelitian Terdahulu ... 20

C. Kerangka Pemikiran ... 24

D. Hipotesis Penelitian ... 25

III. METODE PENELITIAN ... 26

A. Metode Dasar Penelitian ... 26

B. Konsep Dasar dan Definisi Oprasional ... 26

C. Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian ... 29

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 30

E. Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 31

1.Analisis Struktur Biaya ... 31

2.Analisis Pendapatan Usahatani Wortel ... 32

(13)

xiii

3.Analisis Risiko Usahatani ... 33

4.Hubungan Tingkat Risiko Pendapatan Dengan Tingkat Pendapatan ... 35

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 37

A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Barat ... 37

1.Keadaan Geografis ... 37

2.Iklim ... 39

3.Keadaan Demografi ... 40

4.Keadaan Pertanian ... 41

B. Gambaran Umum Kecamatan Balik Bukit ... 43

1.Letak Geografis ... 43

2.Keadaan Iklim ... 44

3.Keadaan Demografi ... 45

4.Keadaan Pertanian ... 45

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Keadaan Umum Petani Wortel di Kecamatan Balik Bukit ... 46

1.Umur ... 46

2.Tingkat Pendidikan ... 47

3.Pekerjaan Sampingan ... 47

4.Pengalaman Berusahatani ... 48

5.Jumlah Tanggungan Keluarga ... 49

6.Luas Lahan ... 50

B. Usahatani Wortel di Kecamatan Balik Bukit ... 50

1.Budidaya Wortel ... 50

2.Pola Tanam Wortel ... 53

3.Penggunaan Faktor-Faktor Produksi dan Biaya Usahatani . 54 C. Struktur Biaya Usahatani Wortel ... 59

D. Produksi dan Penerimaan Usahatani Wortel ... 61

E. Pendapatan Usahatani Wortel ... 62

F. Risiko Usahatani Wortel ... 64

G. Hubungan Risiko Pendapatan dengan Pendapatan Usahatani Wortel ... 68

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN ... 78

(14)

xiv Tabel 22. s/d Tabel 32. ... 79-117

(15)

xv DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Perkembangan produksi sayuran nasional, tahun 2014-2018 (ton). ... 2 2. Perkembangan luas panen dan produksi wortel nasional 2014-2018 ... 3 3. Luas panen, produksi, dan produktivitas wortel per sebaran produksi

di Indonesia, tahun 2018 ... 3

4. Luas panen dan produksi tanaman sayur-sayuran di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat

Provinsi Lampung, tahun 2018 ... 5 5. Sebaran luas wilayah kecamatan di Kabupaten Lampung Barat,

tahun 2020 ... 39 6. Luas wilayah kelurahan di Kecamatan Balik Bukit, tahun 2020 ... 44 7. Sebaran umur petani wortel di Kecamatan Balik Bukit

Kabupaten Lampung Barat Provisi Lampung, tahun 2021 ... 46 8. Sebaran tingkat pendidikan petani wortel di Kecamatan Balik Bukit

Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, tahun 2021 ... 47 9. Sebaran jenis pekerjaan sampingan petani wortel

di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, tahun 2021 ... 48 10. Sebaran pengalaman usahatani petani wortel

di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, tahun 2021 ... 48 11. Sebaran jumlah tanggungan keluarga petani wortel

di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat

Provinsi Lampung, tahun 2021 ... 49

(16)

xvi 12. Sebaran luas lahan petani wortel di Kecamatan Balik Bukit

Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, tahun 2021 ... 50

13. Rata-rata biaya benih, pupuk, dan pestisida usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, tahun 2021 ... 56

14. Rata-rata penggunaan tenaga kerja petani wortel di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, tahun 2021 ... 57

15. Biaya rata-rata penyusutan peralatan petani wortel di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, tahun 2021 ... 58

16. Analisis struktur biaya usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, tahun 2021 ... 60

17. Produksi dan penerimaan usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, tahun 2021 ... 62

18. Perhitungan pendapatan usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, tahun 2021 ... 63

19. Risiko usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, tahun 2021 ... 68

20. Hasil uji korelasi hubungan risiko pendapatan dengan pendapatan usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, tahun 2021 ... 69

21. Ringkasan hasil uji korelasi hubungan risiko pendapatan dengan pendapatan usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, tahun 2021 ... 70

22. Identitas responden ... 79

23. Penyusutan peralatan usahatani wortel ... 81

24. Penggunaan faktor-faktor produksi usahatani wortel ... 85

25. Biaya tenaga kerja ... 91

26. Biaya pajak dan sewa ... 105

27. Produksi, harga, penerimaan, dan pendapatan usahatani wortel lima musim tanam terakhir ... 107

(17)

xvii 28. R-C rasio usahatani wortel ... 111 29. Struktur biaya usahatani wortel ... 112 30. Risiko produksi, harga, dan pendapatan usahatani wortel ... 113 31. Rekapan risiko produksi, harga, dan pendapatan usahatani wortel . 117 32. Hasil uji korelasi risiko pendapatan dan pendapatan ... 117

(18)

xviii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Perkembangan produktivitas wortel di Kabupaten Lampung Barat, tahun 2016-2018. ... 4 2. Perkembangan harga wortel tahun 2019-2020 di tingkat petani

Kecamatan Balik Bukit ... 7 3. Kerangka pemikiran analisis struktur biaya, pendapatan, dan risiko

usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit ... 25 4. Peta wilayah Kabupaten Lampung Barat ... 38 5. Pola tanam ubi jalar-wortel di Kecamatan Balik Bukit, 2020-2021 ... 53 6. Pola tanam kubis-wortel-ubi jalar di Kecamatan Balik Bukit,

tahun 2020-2021 ... 53 7. Struktur biaya usahatani wortel ... 61 8. Fluktuasi produksi wortel selama lima musim tanam terakhir

di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, tahun 2019-2021 ... 65 9. Fluktuasi harga wortel selama lima musim tanam terakhir

di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, tahun 2019-2021 ... 66 10. Fluktuasi pendapatan usahatani wortel selama lima musim tanam

terakhir di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, tahun 2019-2021 ... 67 11. Hubungan risiko pendapatan dan pendapatan ... 70

(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendapatan masyarakat Indonesia didominasi dari sektor pertanian, sehingga sektor pertanian di Indonesia terus dikembangkan untuk kelangsungan hidup masyarkat. Sektor pertanian juga dapat menjadi basis dalam mengembangkan kegiatan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian yaitu agribisnis dan agroindustri. Dukungan sektor agribisnis dalam perekonomian nasional selama empat tahun terakhir yaitu tahun 2014-2018 semakin besar. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), laju pertumbuhan agribisnis pada kuartal II 2018 mencapai 4,76 persen melonjak dari 3,23 persen pada kuartal yang sama di tahun 2017 (Antara, 2009).

Berbagai macam komoditas pertanian ada di Indonesia, seperti komoditas tanaman pangan, komoditas perkebunan dan komoditas hortikultura. Salah satu subsektor dalam sektor pertanian yang dapat meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor serta peningkatan kesejahteraan petani adalah tanaman

hortikultura. Subsektor usaha tanaman hortikultura termasuk salah satu subsektor yang memegang peranan penting dalam sektor pertanian, karena tanaman

holtikultura merupakan salah satu komoditas yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan diantara berbagai komoditas pertanian yang ada di Indonesia.

Jenis tanaman hortikultura meliputi tanaman sayur, buah, tanaman hias, dan tanaman obat. Jenis-jenis tanaman holtikultura yang dimiliki Indonesia dapat menjadi kegiatan usaha ekonomi yang sangat menguntungkan apabila dapat dikelola secara optimal.

(20)

2 Salah satu jenis tanaman hortikultura adalah tanaman sayuran. Sayuran adalah tanaman hortikultura yang dibudidayakan sebagai bahan baku pangan (bukan makanan pokok) yang dikonsumsi dalam bentuk segar atau setelah diolah terlebih dahulu (Roedhy dan Anas, 2014). Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura, sayuran di Indonesia dibagi menjadi dua kategori yaitu sayuran yang dapat dipanen sekali (sekaligus) dan sayuran yang dapat dipanen berulangkali.

Umumnya sayuran mengandung sedikit protein atau lemak, dengan jumlah vitamin, provitamin, mineral, fiber, dan karbohidrat yang bermacam-macam.

Sayuran dikonsumsi dengan cara yang sangat bermacam-macam, baik sebagai bagian dari menu utama maupun sebagai makanan sampingan dengan tujuan menyeimbangkan asupan gizi tubuh. Selain dibutuhkan sehari-hari dan

permintaannya cenderung terus meningkat, sayuran banyak dibudidayakan karena memiliki nilai jual yang tinggi dan jenisnya yang beragam. Perkembangan produksi sayuran nasional disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan produksi sayuran nasional, tahun 2014-2018 (ton).

No Jenis Produksi (ton)

2014 2015 2016 2017 2018

1 Kubis 1.435.833 1.443.232 1.513.315 1.442.624 1.407.903 2 Kentang 1.347.815 1.219.270 1.213.038 1.164.738 1.284.760 3 Bawang Merah 1.233.984 1.229.184 1.446.860 1.470.155 1.503.436 4 Cabe Besar 1.074.602 1.045.182 1.045.507 1.206.266 1.206.737

5 Tomat 915.987 877.792 883.233 962.845 976.772

6 Cabe Rawit 800.473 869.938 915.988 1.153.155 1.335.595 7 Petsai /Sawi 602.468 600.188 601.198 627.598 635.982

8 Terung 557.04 514.32 509.727 535.419 551.529

9 Wortel 495.798 522.52 537.521 537.341 609.63

10 Ketimun 477.976 447.677 430.201 424.917 433.923 11 Sayuran Lainnya 1.910.220 5.129.848 1.955.043 1.965.900 1.916.143

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura, 2019 Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi sayuran di Indonesia dari tahun 2014 sampai 2018 berfluktuasi. Peningkatan jumlah produksi dialami oleh komoditas wortel, dan cabe rawit. Wortel adalah salah satu jenis sayuran yang cukup banyak dikonsumsi dan dibudidayakan di Indonesia. Sejak tahun 2017-2018, tingkat pertumbuhan produksi wortel nasional sebesar 13,45 persen. Pertumbuhan

(21)

3 produksi wortel disebabkan peningkatan luas lahan produksi. Perkembangan luas panen dan produksi wortel nasional pada tahun 2014-2018 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan luas panen dan produksi wortel nasional 2014-2018 Tahun Luas panen (ha) Perkembangan (%) Produksi

(ton)

Perkembangan (%)

2014 30.762 495.798

2015 30.280 -1,57 522.529 5,39

2016 31.814 5,07 537.519 2,87

2017 30.654 -3,65 537.341 -0,03

2018 35.876 17,04 609.633 13,45

Rata-Rata 31.877,20 4,22 540.564 5,42

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa luas panen dan produksi wortel terus

mengalami fluktuasi. Penurunan luas panen terbesar terjadi pada tahun 2017 yaitu sebesar 3,64 persen. Peningkatan luas panen terbesar pada tahun 2018 yaitu sebesar 17,04 persen. Penurunan produksi pada tahun 2017 sebesar 0,03 persen dan peningkatan produksi terbesar terjadi ada tahun 2018 sebesar 13,45 persen.

Sentra usahatani wortel di Indonesia disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas panen, produksi, dan produktivitas wortel per sebaran produksi di Indonesia, tahun 2018

No Provinsi Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)

1 Jawa Tengah 9.487 153.058 16,13

2 Jawa Barat 8.087 163.224 20,18

3 Jawa Timur 4.119 72.584 17,62

4 Sulawesi Utara 2.904 32.798 11,29

5 Sulawesi Selatan 2.774 37.272 13,44

6 Sumatra Utara 2.763 56.253 20,36

7 Sumatra Barat 1.736 31.271 18,01

8 Bengkulu 1.497 36.942 24,68

9 Papua Barat 413 139 0,34

10 Bali 379 3.624 9,56

11 Sumatra selatan 340 3.855 11,34

12 Nusa Tenggara Timur 340 2.903 8,54

13 Lampung 315 5.840 18,54

14 Nusa Tenggara Barat 230 2.154 9,37

15 Jambi 177 2.606 14,72

16 Provnsi lainnya 315 5.110 47,45

Jumlah 35.876 609.633 16,99

Sumber: Badan Pusat statistik, 2019

(22)

4 Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa Provinsi Lampung adalah salah satu

Provinsi penghasil wortel dengan luas lahan 315 ha dan produksi wortel sebanyak 5.840 ton. Besarnya produksi wortel di Provinsi Lampung disebabkan oleh produksi wortel tiap kabupaten/kotanya. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten yang menjadi sentra produksi wortel di Provinsi Lampung.

Luas panen tanaman wortel di Kabupaten Lampung Barat tahun 2016 yaitu seluas 325 ha, tahun 2017 luas penen 330 ha, dan tahun 2018 luas panen seluas 313 ha.

Sedangkan produksi tanaman wortel di Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2016 sebesar 57.999 ton, tahun 2017 sebesar 68.864 ton, dan tahun 2018 sebesar 58.369 ton (Badan Pusat Statistik, 2019).

Menurut Badan Pusat Statistik (2019) jumlah luas produksi tanaman wortel di Kabupaten Lampung Barat mengalami penurunan dari produksi yaitu pada tahun 2017 sebesar 68.864 ton, sedangkan pada tahun 2018 produksi menjadi sebesar 58.369 ton. Hal ini terjadi karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, baik itu faktor internal maupun faktor eksternal. Penurunan jumlah produksi ini mempengaruhi konstribusi Kabupaten Lampung Barat terhadap produksi wortel di Provinsi Lampung. Ketidakstabilan jumlah produksi wortel berdampak pada ketidakstabilan produktivitas usahatani wortel. Perkembaangan produkivitas wortel dalam tiga tahun terakhir di kabupaten Lampung Barat disajikan Pada Gambar 1.

Gambar 1. Perkembangan produktivitas wortel di Kabupaten Lampung Barat, tahun 2016-2018.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Barat, 2019

160 180 200 220

2016 2017 2018

pr od uk ti vita s (t o n /h a)

(23)

5 Berdasarkam Gambar 1 Kabupaten Lampung Barat mengalami ketidakstabilan produktivitas wortel. Hal ini menunjukkan bahwa petani wortel menghadapi risiko produksi dengan terjadinnya ketidakstabilan produktivitas wortel, Sehingga perlu diamati bagaimana risiko poduksi wortel tersebut. Perubahan luas lahan usahatani wortel berdampak pada perubahan penggunaan sumberdaya yang dimiliki petani wortel. Salah satu Kecamaan sentra sayuran khususnya tanaman wortel di Lampung Barat adalah Kecamatan Balik Bukit. Luas panen dan produksi tanaman sayur-sayuran di Kecamatan Balik Bukit tahun 2018 disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas panen dan produksi tanaman sayur-sayuran di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, tahun 2018

Tanaman Luas lahan (Ha) Produksi (ton)

Bawang Daun 31 374,40

Bawang Merah 5 60,00

Bayam 13 86,00

Buncis 160 3.458,50

Cabai Besar 169 3.734,00

Cabai Rawit 19 1.672,00

Kacang Panjang 12 156,30

Kangkung 13 106,20

Kentang 22 242,80

Ketimun 5 175,60

Kubis 262 4.693,00

Labu Siam 25 3.919,20

Petsai/Sawi 212 2.666,90

Terung 29 2.191,00

Tomat 224 7.491,00

Wortel 219 4.484,00

Sumber : BPS Kabupaten Lampung Barat, 2019

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa luas lahan wortel di Kecamatan Balik Bukit tahun 2018 berada di urutan ke tiga dengan produksi 4.484 ton. Faktor produksi usahatani wortel, berupa lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen. Biaya dalam pengertian ekonomi produksi adalah beban atau pengorbanan yang harus

ditanggung oleh produsen menyelengarakan proses produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang. Pengertian beban yang harus ditanggung meliputi semua bentuk pengeluaran uang maupun yang bukan pengeluaraan uang nyata

(24)

6 (Soekartawi, 2002). Menurut Mulyadi (2005) struktur biaya adalah komposisi biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi barang atau jasa. Struktur biaya berdasarkan perilaku biaya dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak berubah secara total seiring

berubahnya jumlah produksi. Biaya variabel adalah biaya yang totalnya berubah- ubah dengan berubahnya jumlah produksi.

Tingkat efisiensi biaya produksi dapat dilihat berdasarkan struktur biayanya. Hal ini menunjukkan bahwa struktur biaya memegang peranan penting terhadap tingkat efisiensi biaya produksi, karena struktur biaya menggambarkan

komponen-komponen biaya yang dikeluarkan serta persentase tiap-tiap komponen biaya terhadap biaya total usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit. Semakin tinggi efisiensi biaya usahatani wortel, maka semakin rendah biaya total yang dikeluarkan petani dalam usahataninya. Biaya yang rendah akan membuat petani memperoleh pendapatan yang maksimal. Struktur biaya juga dapat

menggambarkan skala usaha yang dilakukan petani, karena tingkat skala usaha yang berbeda dapat mendapatkan struktur biaya yang berbeda pula. Maka dari itu perlu diketahui struktur biaya dalam usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit agar dapat dilihat tingkat efisiensi biaya produksi.

Risiko yang dihadapi petani wortel disebabkan oleh faktor-faktor dalam kegiatan produksi wortel, seperti serangan hama dan penyakit, dampak iklim dan cuaca yang tidak menentu, serta kesalahan tenaga kerja (human error). Hal ini

berdampak pada pendapatan yang diperoleh petani. Produktivitas yang fluktuatif mengakibatkan tingkat pendapatan petani juga tidak menentu. Oleh karena itu, terdapat kaitannya antara pendapatan usahatani wortel dengan risiko produksi.

Pendapatan usahatani wortel juga dipengaruhi oleh kemampuan petani dalam mengatur sumberdaya. Apabila petani belum mampu memanajemen

sumberdayanya, maka dapat terjadi peningkatan biaya produksi yang berakibat pada rendahnya tingkat pendapatan yang diperoleh petani. Maka dari itu perlu dilakukan analisis pendapatan usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit agar dapat mengetahui besarnya pendapatan dan mengurangi risiko produksi.

(25)

7 Risiko harga (price risk) juga merupakan risiko yang dihadapi petani wortel.

Risiko harga adalah risiko yang timbul sebagai akibat tidak pastinya perubahan harga input yang digunakan maupun fluktuasi harga jual yang diterima oleh petani. Risiko ini muncul ketika proses produksi sudah berjalan dalam jangka waktu yang lama. Jangka waktu yang lama ini berartinya petani terus menerus membutuhkan input untuk usahataninya, sehingga kebutuhan akan input setiap periode memiliki harga yang berbeda. Perkembangan harga wortel di tingkat petani Kecamatan Balik Bukit selama 10 bulan terakhir (September 2019-April 2020) dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Perkembangan harga wortel tahun 2019-2020 di tingkat petani Kecamatan Balik Bukit

Sumber: Data primer, 2019-2020

Berdasarkan Gambar 2 terjadi fluktuasi harga wortel ditingkat petani yang mana perbedaan permintaan dan harga pada setiap tingkat konsumen juga

mempengaruhi adanya risiko harga pada usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit yang berdampak pada fluktuasi pendapatan yang diterima petani. Terdapat kaitannya antara pendapatan usahatani wortel dengan risiko harga. Risiko

pendapatan merupakan risiko yang timbul sebagai akibat ketidakpastian dalam perubahan harga input yang digunakan maupun fluktuasi harga jual yang diterima oleh petani. Risiko ini muncul ketika proses produksi sudah berjalan dalam jangka waktu yang lama, maka perlu diketahui bagaimana risiko yang dialami usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit.

2500 2500

2000

2500

2000

1500 1700

2500

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

September Oktober November Desember Januari Februari Maret April

Harga wortel Tahun 2019-2020

(26)

8 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dapat diidentifikasi beberapa masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana struktur biaya dalam usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit?

2. Bagaimana tingkat pendapatan usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit?

3. Bagaimana risiko usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit?

4. Bagaimana hubungan risiko pendapatan dengan tingkat pendapatan wortel di Kecamatan Balik Bukit?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diajukan, maka tujuan penelitian yaitu:

1. Menganalisis struktur biaya dalam usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit.

2. Menganalisis pendapatan usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit.

3. Menganalisis risiko usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit.

4. Menganalisis hubungan risiko pendapatan dengan tingkat pendapatan wortel di Kecamatan Balik Bukit.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna:

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi petani wortel dalam melakukan usahataninya agar memperoleh keuntungan yang maksimal.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi dinas atau instansi terkait dalam dalam rangka pembuatan kebijakan harga dan penanggulangan risiko usahatani wortel.

3. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian sejenis.

(27)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Budidaya Wortel

Tanaman wortel (Daucus carota ) bukan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim sedang, yaitu daerah AsiaTimur dan Asia Tengah. Tanaman ini ditemukan tumbuh liar sekitar 6500 tahun yang lalu.

Budidaya wortel mulanya terjadi sekitar daerah Laut Tengah, kemudian menyebar luas ke kawasan ke Eropa, Afrika, Asia dan akhirnya ke seluruh dunia (Rukmana, 1995). Wortel termasuk dalam famili umbelliferae yang anggotanya mempunyai bunga berbentuk payung. Tanaman wortel yang di budidayakan jarang berbunga, karena sebelum tanaman wortel berbunga muncul umbi wortel dan umbi dipanen.

Umbi wortel merupakan akar tunggang yang menebal dan mempunyai isi cadangan makanan. Awalnya akar wortel berwarna putih, lalu kemudian akar berubah warna menjadi kuning pucat, dan akhirnya berubah menjadi oranye tua.

Bentuk dan ukuran umbi wortel tergantung dari varietas, kesuburan tanah, iklim, dan hama penyakit. Varietas wortel ada beberapa macam, tetapi yang ditanam di Indonesia hanya dua macam, yaitu varietas Chantenay dan Nantes.

a. Chantenay: Umbi berbentuk kerucut, bagian pangkal besar, garis tengah ± 6cm, panjangnya ± 17cm, dan berwarna oranye. Umbi ini dapat dipanen ± 70 hari.

b. Nantes: Umbi berbentuk silinderis, bagian ujungnya tumpul, bergaris tengah

± 3-4 cm, panjang ± 16-19 cm, berwarna oranye, dan rasanya manis. Umur panen 2-3 bulan (Pracaya, 2002).

(28)

10 Tanaman wortel merupakan sayuran dataran tinggi, dengan ketinggian 1.000- 1.500m dpl. Tanaman ini bisa ditanam sepanjang tahun baik pada musim

kemarau maupun pada musim hujan. Tanaman wortel membutuhkan lingkungan tumbuh dengan suhu udara yang dingin dan lembab. Pertumbuhan dan produksi umbi wortel membutuhkan suhu udara optimal antara 15-22 oC. Suhu udara yang terlalu tinggi (panas) seringkali menyebabkan umbi wortel akan menjadi kecil- kecil dan berwarna pucat atau kusam. Bila suhu udara terlalu rendah (sangat dingin), maka umbi wortel yang terbentuk akan menjadi panjang dan kecil.

Keadaan tanah yang cocok untuk tanaman wortel adalah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), tata udara dan tata airnya berjalan baik (tidak tergenang air). Jenis tanah yang paling baik adalah regosol, letosol, dan andosol. Jenis tanah ini pada umumnya terdapat di daerah dataran tinggi

(pegunungan). Wortel dapat pula tumbuh baik pada keasaman tanah (pH) antara 5,5-6,5 (Berlian, 2006).

Menurut Cahyono (2002), tanaman wortel diperbanyak dengan biji (benih).

Benih wortel berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya dan tertutup oleh bulu-bulu yang berbentuk bengkok. Tanaman yang akan dijadikan sumber benih harus memiliki syarat-syarat yaitu, tanaman tumbuh subur dan sehat, bebas hama dan penyakit, mempunyai bentuk yang seragam, jenis yang berumur pendek dan berproduksi tinggi. Setiap bunga yang muncul pada satu tanaman disisikan 5-6 tangkai bunga yang terbaik agar mendapatkan benih wortel yang berkualitas baik.

Benih wortel dapat langsung di tanam di tempat penanaman tanpa persemaian terlebih dahulu. Biasanya benih wortel agak lembat berkecambah yaitu kira-kira 12 hari. Benih ditaburkan langsung pada bedengan yang rata dengan jarak antar barisan 12-20 cm. Selesai penanaman benih-benih yang cukup kecil dilindungi dengan metutupi alur-alur tanam dengan daun pisang atau jerami dan bisa pula ditutupi dengan tanah secara tipis-tipis, agar benih tidak hanyut bila tersiram air hujan dan terbawa angin.

Tanaman wortel membutuhkan air yang cukup, sehingga perlu disiram 2 kali sehari, terutama di musim kemarau. Bila tanaman wortel telah tumbuh besar, maka pengairan perlu dikurangi dan dilakukan penjarangan pada saat umur

(29)

11 tanaman 1 bulan setelah tanam, jarak antar tanaman 5-10 cm. Penjarangan

berguna untuk memberikan jarak dalam alur dan menjaga tercukupinya sinar matahari sehingga tanaman tumbuh dengan baik dan subur (Rukmana,19995).

Tanaman wortel cukup mudah terserang hama dan penyakit. Hama yang sering menyerang tanaman wortel adalah semiaphis danci, yang menyebabkan tanaman wortel menjadi kerdil, daun-daun menjadi keriting dan menyerang tanaman muda.

Pemberantasannya dengan menyemprotkan polydol 20 gram dicampur dengan air 100 liter atau dengan menggunakan metasytox 50 gram dicampur dengan air 100 liter. Hama psilliarosae dapat menyebabkan tanaman wortel berlubang dan membusuk akibat gigitannya. Pengendaliannya dengan mencabut tanaman yang telah terserang atau menggunakan polydol dengan dosis 20 gram dicampur dengan air 100 liter (Sunarjono. H, 2014).

Penyakit yang biasa menyerang tanaman wortel adalah busuk hitam dan bercak daun Ceroospora. Penyakit bercak daun ditandai dengan bercak-bercak bulat yang memanjang, terletak di pinggir, sehingga daun mengeriting.

Pengendaliannya adalah dengan mencabut tanaman yang rusak dan kemudian dibakar atau dibuang. Tanaman wortel yang terserang penyakit busuk hitam di tandai dengan bercak-bercak kecil berwarna hitam pada tepi daun. Penyakit ini disebabkan oleh alternaria dauci. Pengendaliannya sama dengan pengendalian penyakit busuk hitam (Sunarjono. H, 2014). Ciri-ciri wortel yang siap panen adalah tanaman wortel sudah berumur ± 3 bulan sejak sebar benih. Waktu pemanenan wortel berpengaruh terhadap kualitas umbi yang dipanen. Waktu yang baik untuk melakukan pemanenan adalah pada pagi hari antara pukul 07.00- 10.00 atau pada sore hari pukul 15.00-18.00, pada saat cuaca cerah atau tidak hujan. Air hujan yang membasahi umbi worel akan menyebabkan wortel cepat busuk (Cahyono, 2006). Wortel merupakan kelompok sayuran dan memiliki bebagai sumber vitamin A selain itu wortel juga mengandung mineral Ca, P, K serta merupakan sumber serat yang baik bagi tubuh. Dalam 100 gr bahan terkandung energi sebesar 42 kalori (Novary, 1999).

(30)

12 2. Struktur Biaya

Struktur biaya pada kegiatan usahatani sangat penting, karena struktur biaya yang dikelola dan dikontrol dengan tepat akan membuat usahatani mendapatkan hasil keuntungan yang lebih baik. Tujuan dari memperoleh informasi biaya adalah untuk digunakan dalam proses prencanaan, pengendalian dan pembuatan keputusan dalam usahatani sehingga kegiatan usahatani lebih efisien. Menurut Supriyono (2011) biaya merupakan harga perolehan yang telah dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh (revenues) pendapatan dan akan dipakai sebagai pengurangan pendapatan. Menurut Carter (2009) biaya adalah suatu nilai tukar pengeluaran atau pengobanan yang telah dilakukan untuk menjamin suatu perolehan manfaat. Pengertian struktur biaya menurut Mulyadi (2005) adalah komposisi biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi barang atau jasa. Struktur biaya berdasarkan perilakunya biaya dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel, disimpulkan bahwa biaya merupakan harga yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan, manfaat, barang atau jasa.

Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlahnya tetap dan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume produksi. Biaya tetap dalam usahatani wortel terdiri dari biaya sewa lahan, biaya pajak, biaya air, serta biaya alat dan biaya penyusutan peralatan. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume produksi. Biaya variabel dalam usahatani wortel terdiri dari biaya benih, biaya pupuk, biaya obat pembasmi hama dan penyakit, dan biaya tenaga kerja. Bila menginginkan produksi komoditas yang tinggi, faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja yang perlu ditambah, pupuk juga ditambah, dan sebagainya, sehingga biaya itu sifatnya akan berubah-ubah karena tergantung dari besar kecilnya

produksi usahatani wortel yang diinginkan (Rahim dan Hastuti, 2008). Menurut Rahim dan Hastuti (2008) biaya total dapat dirumuskan sebagai:

TC = TFC + TVC... (1)

(31)

13 Keterangan:

TC : Biaya Total (Total Cost)

TFC : Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost) TVC : Biaya Variabel Total (Total Variable Cost) Perhitungan biaya total rata-rata menggunakan rumus : ATC = 𝑇𝐶

𝑄 ... (2) ATC = 𝑇𝐹𝐶

𝑄 +𝑇𝑉𝐶

𝑄 ... (3) ATC = AFC + AVC ... (4) Keterangan:

ATC : Biaya Total Rata-rata (Average Total Cost) (Rp) Q : Volume Produksi (Quantity) (Kg)

TC : Biaya Total (Total Cost) (Rp)

TFC : Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost) (Rp) TVC : Biaya Variabel Total (Total Variable Cost) (Rp) AFC : Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Cost) (Rp) AVC : Biaya Variabel Rata-rata (Average Variable Cost) (Rp) 3. Pendapatan Usahatani

Pendapatan merupakan selisih dari total penerimaan usahatani dengan total pengeluaran usahatani. Permintaan usahatani merupakan hasil kali antara produksi total dan harga jual satuan. Pengeluaran atau biaya usahatani adalah seluruh pengeluaran yg digunakan dalam suatu usahatani, berupa nilai

penggunaan sarana produksi, upah dan lain-lain, yang dikeluarkan selama proses produksi. Total biaya atau pengeluaran tersebut dapat dihitung dengan

menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel (Soekartawi, 2002). Secara matematis pendapatan dapat dirumuskan sebagaimana:

π = TR−TC ... (5) π = (Y. Py) (∑Xi. Pxi + TFC) ... (6) Keterangan:

π : Pendapatan (Rp)

TR : Penerimaan Total (Total revenue) (Rp)

(32)

14 TC : Biaya Total (Total Cost) (Rp)

Y : Produksi (kg)

Py : Harga Produksi (Rp)

Xi : Faktor Produksi variabel ke i (kg)

Pxi : Harga Faktor Produksi Variabel ke i (Rp) TFC : Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost) (Rp)

Pengukuran pendapatan selain dengan nilai mutlak dapat dilakukan dengan mengukur efisiensinya. Salah satu cara mengukur efisiensi usahatani adalah dengan menghitung nilai imbangan penerimaan dan biaya atau Revenue and Cost Ratio (R/C rasio), yaitu perbandingan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya. Analisis R/C rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar

penerimaan yang mungkin dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan (Rahim dan Hastuti, 2008). Secara matematis R/C rasio dapat dirumuskan sebagai berikut:

R/C = 𝑇𝑅

𝑇𝐶 ... (7) Keterangan:

R/C : Nisbah Permintaan dan Biaya

TR : Permintaan Total (Total Revenue) (Rp) TC : Biaya Total (Total Cost) (Rp)

Nilai R/C rasio dapat digunakan sebagai tolak ukur efisiensi dari suatu aktivitas kegiatan usaha. Kriteria nilai R/C rasio terbagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut:

a. R/C rasio >1, artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari satu. Dengan kata lain usaha tersebut efisien dan menguntungkan.

b. R/C ratio <1, artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari satu. Dengan kata lain usaha tersebut tidak efisien dan tidak menguntungkan.

c. R/C rasio =1, artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam satu usaha akan menghasilkan penerimaan sama dengan satu. Dengan kata lain penerimaan yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan (impas).

(33)

15 4. Risiko Usahatani

Kountur (2008) berpendapat bahwa risiko adalah suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan. Perbedaan antara risiko dan ketidakpastian adalah bahwa risiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat probabilitasnya terukur secara kuantitatif. Ketidakpastian merupakan keadaan dimana ada beberapa kemungkinan kejadian dengan tingkat probabilitas tidak diketahui secara pasti.

Pelaku agribisnis umumnya dihadapkan pada beberapa risiko, di antaranya risiko produksi (seperti penurunan volume dan mutu produk), risiko pemilikan, risiko keuangan dan pembiayaan, risiko kerugian atas kecelakaan, bencana alam, dan faktor alam lainnya. Risiko produksi secara fisik memungkinkan merosotnya volume produksi secara drastis, yang dapat disebabkan oleh bencana alam, serangan hama dan penyakit, dan faktor-faktor lainnya (Faqih, 2010).

Produksi bersinggungan dengan sifat usahatani yang selalu tergantung pada alam didukung oleh faktor risiko yang menyebabkan tingginya pada peluang-peluang untuk terjadinya kegagalan produksi, sehingga berakumulasi pada rendahnya pendapatan yang diterima petani. Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani selalu diharapkan dengan situasi risiko dan ketidakpastian, dimana besar kecilnya risiko yang dialami seorang petani tergantung pada keberanian untuk mengambil suatu keputusan. Dalam usahatani, risiko sulit untuk diduga, karena faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan usahatani sebagian besar belum dikuasai secara sempurna oleh manusia, misalnya faktor iklim dan perubahannya (Kurniati, 2012).

Darmawi (2004), mendefinisikan risiko menjadi beberapa arti, yaitu risiko sebagai kemungkinan merugi, risiko yang merupakan ketidakpastian, risiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan dan risiko sebagai probabilitas sesuatu hasil berbeda dari hasil yang diharapkan. Ketidakpastian merupakan suatu kejadian dimana hasil dan peluangnya tidak bisa ditentukan sehingga menyebabkan tumbuhnya risiko. Ketidakpastian merupakan diskripsi karakter dan lingkungan ekonomi yang dihadapi oleh petani, dimana lingkungan tersebut

(34)

16 mengandung beragam ketidakpastian yang direspon oleh petani berdasarkan kepercayaan subyektif petani. Ningsih (2010) mendefinisikan ketidakpastian sebagai diskripsi karakter dan lingkungan ekonomi yang dihadapi oleh petani, dimana lingkungan tersebut mengandung beragam ketidakpastian yang direspon oleh petani berdasarkan kepercayaan subyektif petani. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa risiko merupakan ketidakpastian yang dihadapi oleh petani dalam melakukan usahatani yang mana terdapat kemungkinan hasil yang berbeda dari yang diharapkan.

Risiko dapat diukur dengan menentukan kerapatan distribusi probabilitas dengan menggunnakan standar deviasi. Pengukuran dengan standar deviasi menjelaskan risiko dalam arti kemungkinan penyimpangan pengamatan sebenarnya di sekitar nilai rata-rata yang diharapkan. Besarnya produksi, harga atau keuntungan yang diharapkan menggambarkan jumlah rata-rata produksi, harga atau keuntungan yang diperoleh petani, sedangkan standar deviasi merupakan besarnya fluktuasi produksi, harga atau keuntungan yang mungkin diperoleh atau merupakan risiko yang ditanggung petani. Semakin kecil standar deviasi, semakin rapat distribusi probabilitas yang mengakibatkan semakin rendah risikonya. Batas bawah menunjukkan nilai nominal produksi, harga atau keuntungan terendah yang mungkin diterima oleh petani (Pappas dan Hirschey, 2005). Menurut Salvatore (2005), pengukuran koefisien variasi (CV) memerlukan nilai standar devisiasi yang diperoleh dengan rumus:

𝑉2 = ∑𝑖=1𝑛 (𝐸𝑖−𝐸)2

𝑛−1 ... (8) 𝑉 = √∑ (𝐸𝑖−𝐸)2

𝑛−1

𝑛𝑖=1 ………...… (9)

Keterangan:

V2 = Varian (ragam)

V = Standar deviasi (simpangan baku) Ei = Kemungkinan hasil

E = Rata-rata hasil yang diharapkan (maen) n =jumlah priode pengamatan

(35)

17 Dalam penggunaannya terdapat beberapa masalah ketika standar deviasi

digunakan dalam ukuran risiko. Sebagai contoh jika terdapat peningkatan biaya usahatani, maka usahatani tersebut dapat secara normal memiliki standar deviasi yang lebih besar tanpa perlu memiliki risiko yang lebih besar pula. Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan perhitungan koefisien variasi dengan membagi standar deviasi dengan rata-rata nilai dangan rumus:

CV = V

E ... (10) Keterangan:

CV : Koefisien variasi V : standar deviasi

E : Rata-rata hasil yang diharapkan (mean)

Jika nilai koefisien variasi (CV) diketahui, maka kita akan dapat mengetahui besarnya risiko produksi, harga, dan keuntungan yang harus ditanggung petani dalam usahatani wortel. Nilai CV berbanding lurus dengan risiko yang dihadapi petani wortel dimana semakin besar nilai CV yang diperoleh maka semakin besar pula risiko yang harus ditanggung petani. Sebaliknya, semakin rendah nilai CV yang diperoleh, maka risiko yang harus ditanggung petani akan semakin kecil risikonya. Menurut Salvatore (2005) penentuan batas bawah untuk mengetahui jumlah hasil terbawah tingkat hasil yang diharapkan dirumuskan sebagai:

L = E 2V... (11) Keterangan:

L : Batas bawah produksi V : Standar devisi

E : Rata-rata produksi, harga dan keuntungan yang diperoleh 5. Hubungan Risiko dan Pendapatan

Pengukuran risiko dilakukan dengan menggunakan ukuran ragam (variance) atau simpangan baku (standard deviation). Pengukuran dengan ragam dan simpangan baku menjelaskan risiko dalam arti kemungkinan penyimpangan pengamatan sebenarnya di sekitar nilai rata- rata yang diharapkan. Besarnya keuntungan yang

(36)

18 diharapkan (E) menggambarkan jumlah rata-rata keuntungan yang diperoleh petani, sedangkan simpangan baku (V) merupakan besarnya fluktuasi keuntungan yang mungkin diperoleh atau merupakan risiko yang ditanggung petani. Penetuan batas bawah sangat penting dalam pengambilan keputusan petani untuk

mengetahui jumlah hasil terbawah di bawah tingkat hasil yang diharapkan. Batas bawah keuntungan (L) menunjukan nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin diterima petani (Kadarsan, 1995).

Koefisien korelasi merupakan indeks atau bilangan yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antar variabel. Teknik koefisien korelasi pertama kali dikenalkan oleh Karl Pearson yang disebut Koefisien Korelasi Produk Momen Pearson (Pearson Product Moment Correlation Coefficient) atau

lazimnya disebut Korelasi Pearson. Korelasi pearson menggunakan teknik untuk mengukur keeratan dan membuktikan hipotesis hubungan antara variabel

independen (X) dengan variabel dependen (Y). Data skala kedua variabel tersebut berbentuk data interval atau rasio, sedangkan sumber data dari kedua jenis

variabel tersebut adalah sama, serta data masing-masing variabel membentuk distribusi normal. Dengan demikian, korelasi Pearson termasuk statistik parametris (Silaen dan Widiyon, 2013).

Sarwono (2006) menyatakan, besarnya korelasi 0 sampai dengan 1. Korelasi dapat bersifat positif, yang diartikan searah. Bila variabel pertama naik, maka variabel kedua juga meningkat. Korelasi negatif, yang artinya berlawan arah.

Jika variabel pertama naik, maka variabel kedua akan menurun. Rumus korelasi product moment pearson menutut Sujarweni dan Endrayanto (2012) sebagai:

𝑟𝑥𝑦= ∑𝑥𝑦

∑𝑥²∑𝑦2

... (12)

Keterangan :

r = Korelasi

x,y = Variabel yang memiliki hubungan

(37)

19 Nilai r dapat digunakan untuk melihat nilai koefisien korelasi, merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antar variabel. Koefisien korelasi memiliki hubungan antara -1 hingga +1. Sifat nilai koefisien korelasi antara plus (+) atau minus (-) sebagai berikut:

a. Jika koefisien korelasi bernilai positif, berarti bahwa jika variabel X mengalami kenaikan maka variabel Y juga mengalami kenaikan, begitu sebaliknya.

b. Jika koefisien korelasi bernilai negatif, berarti bahwa jika variabel X mengalami penurunan, maka variabel Y akan mengalami kenaikan, begitu sebaliknya.

Menurut Silaen et al (2013), menentukan keeratan hubungan atau korelasi antara variabel indevenden (X) dengan variabel dependen (Y) mengunakan pedoman interval kelas nilai r. Kategori interval koefisien korelasi (r) yaitu:

a. r = 0,00; berarti tidak ada korelasi;

b. 0,00 < r < 0,20, berarti korelasi sangat lemah;

c. 0,20 ≤ r < 0,40, berarti korelasi lemah;

d. 0,40 ≤ r < 0,60, berarti korelasi cukup erat;

e. 0,60 ≤ r < 0,80, berarti korelasi erat;

f. 0,80 ≤ r < 1,00, berarti korelasi sangat erat;

g. r = 1,00 atau r = -1,00, berarti korelasi sempurna.

Hubungan antara risiko dan pendapatan adalah semakin besar variasi penerimaan yang mungkin diperoleh, risiko yang semakin tinggi yang mungkin terjadi.

Sebaliknya jika variasi penerimaan makin rendah diperoleh, maka semakin rendah risiko yang mungkin terjadi. Risiko dalam pertanian mencakup kemungkinan kerugian dan keuntungan yang mana tingkat risiko tersebut ditentukan sebelum satu tindakan yang diambil berdasarkan ekspetasi atau perkiraan petani sebagai pengambil keputusan usahatani (Soekartawi, 2003).

(38)

20 B. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian yang terkait dengan struktur biaya, pendapatan dan risiko pada

usahatani wortel, ini menarik untuk dilakukan karna masih sedikit penelitian yang meneliti komoditas wortel padahal wortel merupakan salah satu tanaman

hortikultura dibidang sayuran, yang salah satunya kegemaran masyarakat Indonesia dan merupakan salah satu komoditas unggulan di Kecamatan Balik Bukit. Bila dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan maka penelitian ini memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang relevan maka penelitian ini memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Secara mendasar, perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu adanya perbedaan komoditas, analisis yang dilakukan, latar belakang, lokasi penelitian dan tujuan penelitian.

Secara lebih terperinci, kajian penelitian terdahulu yang relevan dengan analisis struktur biaya, pendapatan, dan risiko usahatani wortel di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat dapat dilihat pada Tabel 5.

(39)

21

21 Tabal 5. Kajian penelitian terdahulu yang releven dengan penelitian analisis struktur biaya, pendapatan, dan risiko usahatani wortel di

Kecamatan Balik Bukit

No Penulis dan Judul Tujuan Metode Analisis Hasil Penelitian

1 Analisis Pendapatan Usahatani Wortel di Desa Suban Ayam Kecamatan Selupu Renjang Kabupaten Renjang Lebong (Fitria, 2018)

Mengetahui pendapatan usahatani dan pengaruh antara luas lahan, umur, pendidikan, dan julah tanggungan keluarga terhadap usahatani wortel di Desa Suban Ayam.

Analisis biaya dan pendapatan usahatani.

Rata-rata pendapatan usahatani wortel di Desa Saban Ayam Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong adalah sebesar Rp 3.928.380,80,-/Ut. Luas lahan, umur, tingkat pendidikan dan jumlah tanggunagan keluarga secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap pendapaan usahatani wortel dan secara varsial yang berpengaruh nyata adalah luas lahan, umur, dan jumlah tanggungn keluarga.

2 Analisis Usahatani Wortel (Daucus corota L) Oganik dan Non Organik (Studi Kasus pada Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Kabanan) (Sautra,Widyantara, Dewi, 2018)

Mengetahui perbedaan pendapatan dan kendala dalam usahatani dari wortel organik dan non organik.

Analisis mencari nilai pendapatan usahatani. Uji mann whitney.

Produktivitas responden worel organik adalah 572,00 kg dengan pendapatan sebesar Rp 7.646.446,67,- sedangkan pada resonden wortel non organik produkiviasnya adalah 987,86 kg dengan pendapatan sebesar Rp 6.191.229,06,-.

Hasil uji Mann-Whitney U, diperoleh hasil nilai asig adalah 0<0,05, artinya hipotesis H0 ditolak yaitu terdapat perbedaan signifikan antara pendapatan petani yang menanm wortel secara organik dan non organik. Petani organik lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Petani non organik memiliki kendala dari segi harga jual yang berfluktassi.

3 Analisis Risiko Usahatani Kedelai di Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur (Naftaliasari, Abidin, dan Kalsum, 2015)

Mengkaji keuntungn dan risiko usahatani kedelai.

Analisis keuntungan usahatani dan analisis koefisienn variasi (CV).

Usahatani kedelai di Desa Rejo Binangun Kecamatan Raman Utara menguntungkan dengan nilai R/C diatas biaya total benilai >1,00. Petani kedelai di Desa Rejo Binangun terhindar dari kerugian dengan nilai CV<0,5 dan nilai L>0.

21

(40)

22

22 Tabel 5. Lanjutan

No Penulis dan Judul Tujuan Metode Analisis Hasil Penelitian

4 Analisis Biaya, Pendapatan dan R/C Usahatani Kubis (Brassica oleraceal) (Studi Kasus di Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis) (Nurmala, Soetoro, dan Noormansyah, 2016)

Menganalisis biaya, penerimaan, pendapatan, dan R/C rasio.

Metode penelitian survey dan metode pengambilan sampel jenuh atau sensus.

Rata-rata biaya usahatani Rp 4.621.086,46 dan rata- rata penerimaan Rp 11.887.500,00 per hetar per masa tanam. Rata-rata pendapaan usahatani kubis adalah Rp 7.266.413,54 dan R/C rasio sebesar 2,57.

5 Analisis Efisiensi Teknis dan Struktur Biaya Usahatani Jahe Gajah di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan (Misgiantoro, Prasmatiwi, dan Nurmayasari, 2016)

Menganalisis struktur biaya dan pendapatan usahatani jahe gajah di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan.

Analisis Struktur Biaya dan Analisis Pendapatan.

Komponen biaya terbesar dari struktur biaya produksi adalah biaya tenaga kerja. Pendapatan total usahatani jahe gajah yaitu Rp21.405.070,27/ha dengan nilai R/C sebesar 1,51.

6 Pengelolaan dan Pendapatan Usahatani Terung Ungu (Solanum molengena L.) di Desa Mekar Sari Kecamatan Rantau Alai Kabupaten Ogan Ilir (Sulistiawan, Abubakar, dan Afriyatna, 2016).

Menganalisis pendapatan usahatani terung ungu di Desa Mekar Sari

Kecamatan Rantau Alai Kabupaten Ogan Ilir.

Analisis Pendapatan Pendapatan usahatani terung ungu di Desa Mekar Sari Kecamatan Rantau Alai Kabupaten Ogan Ilir

diperoleh rata-rata sebesar Rp10.458.911/Ha/musim tanam.

7 Analisis Keuntungan dan Risiko Usahatani Tomat di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus (Heriani, Zakaria, dan Soelaiman, 2013).

Mengetahui tingkat keuntungan dan risiko usahatani tomat di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.

Analisis Keuntungan Usahatani dan Analisis Koefisien Variasi.

Keuntungan usahatani tomat di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus sebesar Rp 11.030.913,25 dengan nilai R/C atas biaya total sebesar 3,03. Petani berpeluang mengalami kerugian dengan nilai koefisien variasi sebesar 0,86 dan nilai batas bawah keuntungan sebesar Rp 5.985.235,54.

22

(41)

23

23 Tabel 5. Lanjutan

No Penulis dan Judul Tujuan Metode Analisis Hasil Penelitian

8 Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting pada

Kelompoktani Pondok Menteng Desa Citapen Kecamatan Ciawi Bogor (Situmorang, 2011)

Mengidentifikasi sumber risiko, menganalisis risiko produksi, dan

merumuskan strategi dalam menangani risiko pada tanaman cabai merah keriting.

Analisis kuantitatif dan analisis manajemen risiko.

Terhadap risiko produksi cabai merah berupa hama dan penyakit, kondisi cuaca dan iklim, tenaga kerja dan kondisi tanah. Risiko usahatani cabai merah kriting sama besarnya dengan risiko yang dihadapi saat portofolio yaiu dengan koefisien variasi 0,5. Strategi penanganan risiko produksi usahatani cbai merah kriting adalah strategi prevetif yaiu pencegahan terencana yang dilakukan sebelum berproduksi mulai dari pola tanam, penyemaian dan perawatan.

9 Risiko Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Bantul

(Lawalata,Darwanto, Hartono, 2017)

Mengukur risiko produksi dan risiko pendapatan serta faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani bawang merah di

Kabupaten Bantul

Analisis deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif(

Analisis nilai koefisien variasi (CV), metode Moscardi dan de Janvry, dan analisis Ordinary Least Square (OLS)

Risiko produksi dan pendapatan yang didapatkan tergolong tinggi yaitu >1, sehingga petani perlu berhati- hati dalam menjalankan usahatani bawang merah.

Berdasarkan input jumlah benih, penentuan parameter keengganan terhadap risiko K(S) menghasilkan petani bawang merah yang menolak risiko (risk averter) lebih banyak dibandingkan dengan petani yang menyukai risiko (risk lover), sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani terhadap risiko adalah umur petani, pendidikan, pendapatan usahatani bawang merah, dan pendapatan luar usahatani bawang merah

10 Analisis Pendapatan, Risiko dan Pemasaran Usahatani Jahe Di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan (Saputra, Prasmatiwi, dan Ismono, 2017)

Menganalisis pendapatan dan risiko usahatani jahe di Kecamatan

Penengahan.

Analisis Pendapatan dan Analisis

Koefisien Varsiasi (CV)

Pendapatan usahaani jahe pada tahun 2016 sebesar Rp 28.040.847,83/ha/tahun dengan nilai R/C diatas biaya otal yaitu 1,68. Risiko usahatani jahe berada pada kategori tinggi dengan nilai CV sebesar 0,51.

23

Gambar

Tabel 1.  Perkembangan produksi sayuran nasional, tahun 2014-2018 (ton).
Tabel 3.  Luas panen, produksi, dan produktivitas wortel per sebaran                  produksi di Indonesia, tahun 2018
Tabel 2.  Perkembangan luas panen dan produksi wortel nasional 2014-2018  Tahun  Luas panen (ha)  Perkembangan (%)  Produksi
Gambar 1.  Perkembangan produktivitas wortel di Kabupaten Lampung Barat,                      tahun 2016-2018
+6

Referensi

Dokumen terkait

ABSTRAK STRATEGI DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PENGELOLAAN PARKIR TEPI JALAN UMUM DI KOTA BANDAR LAMPUNG Oleh CINTANIA ADE RAHMAYANI Salah satu daerah di

Adapun faktor yang harus dipenuhi agar penyidik Polresta Bandar Lampung dan BNNP Lampung dapat dilindungi dari segala unsur meliputi faktor Undang-Undang, yaitu pada Kepolisian dengan

Kota Bandar Lampung memiliki potensi dalam bidang bisnis bidang pangan salah satunya bisnis rumah makan Meningkatnya bisnis rumah makan di Bandar Lampung menyebebkan tingginya

Hasil penelitian menunjukan bahwa : Berdasarkan hasil anlisis menggunakan Teknik Analisis Tetangga Terdekat, pola persebaran wisata kuliner khas Lampung di Kota Bandar Lampung memiliki

16 Hasil penelitian Bahasa Lampung digunakan sebagai alat komunikasi masyarakat Jawa dengan masyarakat Lampung pada saat berada di lingkungan mayoritas masyarakat Lampung, sebagai

ABSTRAK FUNGSI “NUWO BALAK” PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN DI KELURAHAN GUNUNG SUGIH KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH Oleh : Arditya Akbar Sahara Nuwo

ABSTRAK FUNGSI “NUWO BALAK” PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN DI KELURAHAN GUNUNG SUGIH KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH Oleh : Arditya Akbar Sahara Nuwo

ABSTRAK PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN DI TELUK PANDAN KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG Oleh AYU ANISA Kecamatan Teluk Pandan provinsi Lampung merupakan