• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selamat Datang - Digital Library

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Selamat Datang - Digital Library"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI “NUWO BALAK” PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN DI KELURAHAN GUNUNG SUGIH KECAMATAN

GUNUNG SUGIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

(Skripsi)

Oleh:

ARDITYA AKBAR SAHARA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2022

(2)

ABSTRAK

FUNGSI “NUWO BALAK” PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN DI KELURAHAN GUNUNG SUGIH KECAMATAN

GUNUNG SUGIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH Oleh :

Arditya Akbar Sahara

Nuwo Balak merupakan rumah adat tradisional masyarakat adat lampung pepadun yang memiliki makna budaya tinggi merupakan lambang kebersamaan, tujuan bersama serta merupakan tempat pembinaan pribadi seseorang untuk dapat menghayati budi pekerti yang luhur dan tinggi.dan menjadi pusat kehidupan dan kerukunan suatu kaum atau masyarakat sekaligus sebagai suatu simbol atau filosofis. Nuwo Balak adalah rumah tradisional masyarakat adat lampung pepadun yang memiliki ukuran besar yang menjadi lambang keluarga hidup.Penelitian ini bertujuan Menjelaskan apakah fungsi Nuwo Balak yang masih berfungsi sebagaimana mestinya pada masyarakat Adat Lampung Pepadun di Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan tekhnik pengumpulan data melalui tekhnik observasi, tekhnik wawancara dan dokumentasi, sedangkan analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan fungsi dari nuwo balak yang berfungsi sebagaimana mestinya yaitu sebagai symbol, tempat tinggal, tempat musyawarah dan mufakat, tempat melakukan upacara adat, tempat melaksanakan pendidikan, tempat merawat anggota keluarga yang sakit dan meninggal dunia.

Kesimpulan, Nuwo balak mempunyai berbagai macam fungsi, antara lain berfungsi sebagai simbol dan dan merupakan lambang kehidupan dan kerukunan dalam suatu keluarga adat yang berdasarkan hubungan darah satu asal usul keturuan. Nuwo balak juga berfungsi sekaligus sebagai tempat tinggal, bagi keluarga yang belum mempunyai rumah, berfungsi sebagai tempat musyawarah keluarga dalam merumus dan memacahkan sesuatu hal atau masalah, berfungsi sebagai tempat melaksanakan kegiatan upacara-upacara seperti begawi, pesta hajatan dan sebagainya, juga berfungsi sebagi tempat melaksanakan pendidikan, yakni tempat mengaji atau baca Al Qur,an bagi putra-putri keluarga tersebut, atau tempat belajar ilmu umum dengan mengundang seorang guru dan berfungsi sebagai tempat merawat jika ada keluarga yang sudah tua dalam keadaan sakit atau meninggal dunia.

Katakunci: Nuwo Balak, Kebudayaan, Lampung Tengah

(3)

ABSTRACT

THE FUNCTION OF "NUWO BALAK" IN THE LAMPUNG TRADITIONAL COMMUNITY PEPADUN IN GUNUNG SUGIH SUB-DISTRICT SUGIH

MOUNTAIN, CENTRAL LAMPUNG REGENCY By :

Arditya Akbar Sahara

Nuwo Balak is a traditional traditional house of the Lampung Pepadun indigenous people which has a high cultural meaning, is a symbol of togetherness, a common goal and is a place for one's personal development to be able to live up to noble and high character. symbolic or philosophical. Nuwo Balak is the traditional house of the Lampung Pepadun indigenous community which has a large size that is a symbol of a living family. This study aims to explain whether the function of Nuwo Balak is still functioning properly in the Lampung Pepadun Indigenous community in Gunung Sugih Village, Gunung Sugih District, Central Lampung Regency. The method used in this study is a descriptive method with data collection techniques through observation techniques, interviews and documentation techniques, while the data analysis used is qualitative data analysis. The results of this study indicate the function of nuwo balak that functions properly, namely as a symbol, a place to live, a place for deliberation and consensus, a place to carry out traditional ceremonies, a place to carry out education, a place to care for sick and deceased family members. In conclusion, Nuwo Balak has various functions, including functioning as a symbol and is a symbol of life and harmony in a traditional family based on blood relations of one descent origin. Nuwo balak also functions as a place to live, for families who do not have a home, functions as a place for family deliberation in formulating and solving problems or problems, serves as a place to carry out ceremonial activities such as begawi, celebration parties and so on, also serves as a place for carry out education, namely a place to recite or read the Qur'an for the children of the family, or a place to study general knowledge by inviting a teacher and serving as a place to care for an elderly family who is sick or dies.

Keywords: Nuwo Balak, Culture, Central Lampung

(4)

FUNGSI “NUWO BALAK” PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN DI KELURAHAN GUNUNG SUGIH KECAMATAN

GUNUNG SUGIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh :

Arditya Akbar Sahara

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2022

(5)

Judul Skripsi : FUNGSI “NUWO BALAK” PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN DI KELURAHAN GUNUNG SUGIH KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Nama Mahasiswa :

Arditya Akbar Sahara

NPM : 1853033001

Program Studi : Sejarah

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI : 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I. Pembimbing II.

Suparman Arif.S.Pd, M.Pd. Cheri Saputra. S.Pd. M.Pd.

NIP. 19811225 200812 1001 NIK. 231304850630101

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Ketua Program Studi

Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Sejarah

Drs. Tedi Rusman, M.Si. Suparman Arif. S.Pd, M.Pd.

NIP. 19600826 198603 1001 NIP. 198112252008121001

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Suparman Arif. S.Pd,. M.Pd. ...

Sekretaris : Cheri Saputra. S.Pd,. M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs.Maskun. M.H. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd.

NIP. 19620804 198905 1 001

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 5 September 2022

(7)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini adalah :

1. Nama : Arditya Akbar Sahara

2. NPM : 1853033001

3. Program Studi : Pendidikan Sejarah

4. Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 5. Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

6. Alamat : Bandar Lampung.

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya karya dan pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacukan dalam naskah ini disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, 5 September 2022

Arditya Akbar Sahara NPM. 1853033001

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 06 April 2000, merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Suhardi dan Ibu Khotijah Siti Sumarmi.

Pendidikan Formal yang ditempuh adalah: Sekolah Dasar Negeri 1 Metro tahun 2012. Sekolah Menengah Pertama (SMP) IT (Islam Terpadu) Tahun 2015.Penulis melanjutkan sekolahnya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Kota Metro Tahun 2018.

Pada tahun 2022 Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke DI Surakarta,Yogyakarta, Jawa Tengah dan DKI Jakarta. Pada tahun 2021 Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat Kota Metro .Pada tahun 2021 Penulis melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMAN 2 Metro di Kota Metro.

Pada tahun 2018 .Penulis diterima pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SMMPTN BARAT.

(9)

MOTTO

“Apa yang dapat dikerjakan hari ini, Jangan ditunda sampai besok”

“Berbuatlah hari ini lebih baik dari hari Kemarin, dan hari besok lebih baik

Dari pada hari ini”

(Yesterday, Today and Tomorrow)

(10)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala hidayah dan Karunia-Nya Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Dengan kerendahan hati dan rasa syukur, saya persembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta yang abadi dan sayang kepada:

Kedua orang tua saya Bapak Suhardi dan Ibu Khotijah Siti Sumarmi yang telah membesarkan saya dengan sabar dan penuh cinta dan kasih sayang.Terimakasih untuk setiap doa, usaha dan pengorbanan yang telah dicurahkan demi mendukung keberhasilan dan proses anakmu ini mencapai kesuksesanya.Untuk dua orang yang paling berharga di hidup saya, sungguh

semua yang ayah dan ibu berikan tak akan mungkin saya balas

Almamater Tercinta “Universitas Lampung”

(11)

SANWACANA

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rakhmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Fungsi “Nuwo Balak” Pada Masyarakat Adat lampung Pepadun Di Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2021” pada program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki penulis, sehingga mendapat banyak petunjuk dan bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :b

1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Sunyono, M.Si. Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd. Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Kepegawaian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(12)

4. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. Wakil Dekan Bidang Kesiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Dr. (can) Muhammad Basri, S.Pd., M.Pd. Sebagai Pembahas dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis, terimakasih atas bimbingannya.

7. Bapak Drs. Maskun, M.H Sebagai Pembahas pengganti dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis, terimakasih atas bimbingannya.

8. Bapak Suparman Arif, S.Pd., M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan selaku pembimbing I dalam penulisan skripsi ini, terimakasih atas saran dan kritiknya dalam penulisan skripsi ini.

9. Cheri Saputra,. S.Pd,. M.Pd. selaku pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis, terimaksaih atas bimbingannya.

10. Bapak-bapak dan Ibu-Ibu dosen pendidikan Sejarah yang telah membimbing dan memberikan bekal dan ilmu pengetahuan kepada penulis, yaitu : Bapak Henry Susanto, S.S., M.Hum (Alm) mantan Ketua Program Studi, Drs. Hi. Ali Imron., M.Hum. Ibu Dr. Risma M. Sinaga., M.Hum. Bapak Drs. Hi. Maskun., M.H. Bapak Drs. Hi. Syaiful. M., M.Si, Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd., M.Hum, . Ibu Merystica Imanita, S.Pd., M.Pd,. Bapak Marzius Insani, S.Pd., M.Pd,. Bapak

(13)

Sumargono,S.Pd., M.Pd. . Ibu Valency Rachmadita, S.Pd., M.Pd. . Bapak Yusuf Perdana, S.Pd., M.Pd,. . Bapak Rinaldo Adi Pratama, S.Pd., M.Pd. . Ibu Valency Rachmadita, S.Pd., M.Pd. .Ibu Nur Indah Lestari, S.Pd., M.Pd. terimakasih atas bimbingan nya, harapan ananda Insha Allah akan ada manfaatnya dan Allah Jua yang akan membalasnya.

11. Bapak Didi Zulkifli Lurah Kelurahan Gunung Sugih Lampung Tengah dan beserta Seluruh Staf dan pegawai kelurahan, atas bantuan yang sudah diberikan kepada penulis.

12. Bapak dan Ibu penduduk Kelurahan Gunung Sugih Lampung Tengah yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu atas kesediannya menjadi responden dalam penelitian ini.

13. Kepada belahan jiwa ku Dara Kavita Sabila terimakasih telah menemani saya yang bersedia meluangkan waktunya dalam suka dan duka ketika melakukan penelitian ini.

14. Teman-teman seperjuanganku, Langgeng, Iqbal, Kemem, Onok, Danu dan Bagus, Joko, Roni, Riskillah, Bayu, Dabit, Vany, Satria, Yuda ,Agos serta Grub SMA yaitu The Predators dan terimakasih atas semua bantuan baik bantuan moril maupun non moril selama penyusunan skripsi ini.

15. Teman-teman KKN-PPL, Onok, Hadi, Naufal, Angel, Syifa, lady dan Kentung yang selama 55 hari bersama-sama mengabdikan diri di kelurahan Yosomulyo , Kecamatan Metro Pusat, Semoga kekeluargaan selalu terjalin.

16. Seluruh Keluarga Besar Pendidikan Sejarah Angkatan 2018, terima kasih atas segala hal yang kita lalui selama ini

(14)

17. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memotivasi dan membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 5 September 2022 Penulis,

Arditya Akbar Sahara NPM. 1853033001

(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Pembatasan Masalah ... 6

1.4 Rumusan Masalah ... 6

1.5 Tujuan Penelitian ... 6

1.6 Manfaat Penelitian ... 7

1.7 Kerangka Pikir ... 7

1.8 Paradigma ... 9

II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Deskripsi Teoritis ... 10

2.1.1 Pengertian Fungsi ... 10

2.1.2 Konsep Nuwo Balak ... 11

2.1.3 Fungsi Nuwo Balak. ... 13

2.1.4 Pengertian Masyarakat. Adat Lampung Pepadun. ... 17

III METODELOGI PENELITIAN ... 27

3.1 Ruang Lingkup Penelitian... 27

3.2 Metode Yang Digunakan ... 27

3.2.1 Metode Deskriptif ... 27

3.2.2 Populasi ... 30

3.2.3 Sampel ... 30

3.3 Teknik Pengumpulan data ... 31

3.3.1 Teknik Observasi ... 31

3.3.2 Teknik Wawancara... 31

3.3.3 Teknik Dokumentasi ... 32

3.4 Teknik Analisis Data... 33

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian. ... 35

4.1.1 Sejarah Singkat Kelurahan Gunung Sugih. ... 35

(16)

4.1.2 Struktur Pemerintahan Kelurahan Gunung Sugih Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2021/2022. ... 37

4.1.3 Kondisi Geografis Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah. ... 41

4.1.4 Keadaan Penduduk Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2021/2022.42 4.1.5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2021/2022 . ... 43

4.1.6 Keadaan Penduduk Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2021/2022. ... 44

4.1.7 Keadaan Penduduk Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Berdasarkan Pendidikan tahun 2021/2022. ... 45

4.1.8 Keadaan Sarana dan Prasarana Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Berdasarkan Pendidikan tahun 2021/2022. ... 46

4.2 Hasil Penelitian ... 48

4.2.1 Fungsi Nuwo Balak Sebagai Simbol... 48

4.2.2 Fungsi Nuwo Balak Sebagai Tempat Tinggal. ... 55

4.2.3 Fungsi Nuwo Balak sebagai Tempat Mufakat atau Musyawarah. ... 61

4.2.4 Fungsi Nuwo Balak Sebagai Tempat Melaksanakan Upacara- Upacara. ... 70

4.2.5 Fungsi Nuwo Balak Sebagai Tempat Pendidikan ... 78

4.2.6 Fungsi Nuwo Balak Sebagai Tempat Merawat Keluarga Yang Sakit atau Meningal Dunia ... 86

4.3 Pembahasan... 94

4.3.1 Fungsi Nuwo Balak sebagai Simbol ... 94

4.3.2 Fungsi Nuwo Balak Sebagai Tempat Tinggal ... 94

4.3.3 Fungsi Nuwo Balak Sebagi Tempat Mufakat dan Musyawarah. 95 4.3.4 Fungsi Nuwo Balak Sebagai Tempat Melaksanakan Upacara- Upacara. ... 97

4.3.5 Fungsi Nuwo Balak Sebagai Tempat Pendidikan ... 99

4.3.6 Fungsi Nuwo Balak Sebagai Tempat Merawat Keluarga Yang Sakit atau Yang Meninggal. ... 102

(17)

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 105 5.1 Kesimpulan. ... 105 5.2 Saran-Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Batas-Batas Wilayah Kelurahan Gunung Sugih Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2021/2022. ... 36 Tabel 2. Struktur Pegawai Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung

Sugih Kabupaten Lampung Tengah tahun 2021/2022... 38 Tabel 3. Struktur Kepala Lingkungan dan Ketua Rukun Tetangga Kelurahan

Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung

Tengah tahun 2021/2022... 39 Tabel 4. Struktur Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) Kelurahan

Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung

Tengah tahun 2021/2022... 40 Tabel 5. Luas Wilayah Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih

Kabupaten Lampung Tengah tahun 2021/2022 ... 42 Tabel 6. Jumlah Penduduk Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung

Sugih Kabupaten Lampung Tengah tahun 2021/2022... 42 Tabel 7. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Penduduk Kelurahan Gunung

Sugih Kecamatan GunungSugih Kabupaten Lampung Tengah

tahun 2021/2022... 43 Tabel 8. Jumlah Penduduk.Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung

Sugih Kabupaten Lampung Tengah Berdasarkan Agama

Tahun 2021/ 2022 ... 44 Tabel 9. Jumlah Penduduk Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung

Sugih Kabupaten Lampung Tengah Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2021/2022 ... 45 Tabel 10. Jumlah Penduduk Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung

Sugih Kabupaten Lampung Tengah Berdasarkan Pendidikan

Tahun 2021/2022 ... 46 Tabel 11. Fungsi Nuwo Balak Sebagai Simbol Pada Masyarakat Adat

Lampung Pepadun di kelurahan Gunung Sugih Kecamatan

Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2021-2022. ... 48 Tabel 12. Fungsi Nuwo Balak Sebagai Tempat Tinggal Pada Masyarakat

Adat Lampung Pepadun di kelurahan Gunung Sugih Kecamatan

Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2021-2022. ... 55

(19)

Tabel 13. Fungsi Nuwo Balak Sebagai Tempat Mufakat atau Musyawarah Pada Masyarakat Adat Lampung Pepadun di kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah

Tahun 2021-2022. ... 62 Tabel 14. Fungsi Nuwo Balak Sebagai Tempat Melaksanakan Upacara

Upacara Pada Masyarakat Adat Lampung Pepadun di kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung

Tengah Tahun 2021-2022. ... 70 Tabel 15. Fungsi Nuwo Balak Sebagai Tempat Melaksanakan Pendidikan

Pada Masyarakat Adat Lampung Pepadun di kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah

Tahun 2021-2022. ... 78 Tabel 16. Fungsi Nuwo Balak Sebagai Tempat Merawat Keluarga Sakit atau

Meninggal Pada Masyarakat Adat Lampung Pepadun di Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung

Tengah Tahun 2021-2022. ... 86

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Surat Keterangan Balasan Dari Lurah Gunung Sugih Lampung Tengah ... 118 Gambar 2. Surat Melaksanakan Penelitian di Kelurahan gunung Sugih

Lampung Tengah... 119 Gambar 3. Nuwo Balak Kecamatan Gunung Sugih, Lampung Tengah ... 120 Gambar 4. Nuwo Balak Kecamatan Gunung Sugih, Lampung Tengah ... 120 Gambar 5. Gedung Sesat Agung dan Nuwo Balak, Kecamatan Gunung

Sugih, Lampung Tengah ... 121 Gambar 6 Wawancara dengan Bapak Yordan Yonia,SE Gelar Sutan

Mangku Bumi pada 09 Februari 2022... 121 Gambar 7. Wawancara dengan Bapak Hi.Sofyan Sani Gelar Sutan Raja

Alam 09 Februari 2022 ... 122 Gambar 8. Wawancara dengan Bapak Munawir, 09 Februari 2022 ... 122 Gambar 9. Wawancara dengan Bapak Ahmad Ridwan Gelar Sutan Munih ... 122 Gambar 10. Wawancara dengan Bapak M.Fathoni Gelar Sutan Raja Muda,

09 Februari 2022 ... 123 Gambar 11. Wawancara dengan Bapak Firdaus Gelar Sutan Raja Liyu, 09

Februari 2022 ... 123

(21)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah suatu negara yang besar terdiri dari beribu-ribu pulau baik kiecil maupun besar dari Sabang sampai Merauke.

Indonesia tidak hanya negara yang besar tetapi Indonesia terdiri atas gabungan dari beragam suku yang ada di Indonesia. Dari berbagai suku yang ada di Indonesia, sehingga menjadikan Indonesia kaya akan budaya nasional, hal ini dikarenakan setiap suku yang ada mempunyai budaya yang berbeda dengan budaya suku lainnya baik dari segi adat istiadat, kepercayaan.dan tradisi. Budaya adalah merupakan salah satu hasil cipta, rasa, dan karsa (Soemardjan dan Soelaman Soemardi, 1964:12), sedangkan pengertian lainnya mendefenisikan budaya adalah keseluruhan sistem, tindakan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik bersama dari manusia dengan cara belajar (Koentjaraningrat, 1964:12). Selanjutnya kebudayaan adalah kebudayaan yang timbul dari usaha budidaya rakyat Indonesia seluruhnya (Soerjono Soekanto, 1985:21). Dari berbagai macam hasil budaya yang merupakan kebudayan berbentuk material salah satunya adalah rumah adat.

Rumah adat merupakan rumah tradisional dari suatu masyarakat tertentu yang memilki ciri khas yang sangat khas, baik dari segi bentuknya maupun ornamen–ornamen yang ada pada rumah adat yang tidak dimilki oleh rumah biasa, sehingga menjadikan rumah adat sangat berbeda dengan rumah–rumah biasa (Drs. Zulkarnaeni, 1995:46).

Dari berbagai macam rumah adat yang ada di Indonesia salah satunya adalah rumah adat di Propinsi Lampung atau yang sering disebut “Nuwo Balak”

(22)

Penamaan “Nuwo Balak” dikarenakan memilki bentuk fisik yang sangat besar, dalam bahasa lampung “nuwo” berarti rumah, Sedang kan “Balak”

berarti besar, jadi Nuwo Balak artinya rumah besar, ini dalam dialeg lampung adat pepadun, yang berdialeg “O” dalam dialeg Lampung Saibatin disebut dengan “Lamban Balak” yang artinya sama “ Rumah Besar”(Hasil Wawancara dengan A.Afrizal Glr Sutan Jaya Negara, 9-Desember 2021).

Nuwo Balak atau rumah besar memiliki ciri yang sangat khas, kekhasan Rumah nuwo balak berbeda sekali dengan rumah–rumah adat di daerah lainnya.

Perbedaan yang sangat mendasar sekali adalah bentuk fisik nuwo balak yang sangat besar bila dibandingkan dengan rumah–rumah adat yang lainnya.

Keberadaan Nuwo Balak yang ada di daerah Lampung tidak sama namanya dengan Rumah –Rumah Adat yang ada diseluruh wilayah Indonesia, seperti yang terdapat di daerah Aceh. Sumatera Barat, Palembang, Medan , Jambi dan Bengkulu. untuk wilayah Pulau Sumatera. Sedangkan untuk daerah-daerah lain juga mempunyai rumah adat, seperti ; masyarakat Sunda dan Betawi, atau Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur dan Solo serta DI Yogyakarta. Masih banyak wilayah atau masyarakat yang mempunyai rumah adat seperti, masyarakat Bugis dan Manado di Sulawesi, masyarakat Banjar di Kalimantan dan Masyarakat Bali do Bali, Masyarakat Ambon dan Ternate di Maluku, serta masyarakat Papua di Irian Barat.

Yang menjadi perbedaan Nuwo Balak tersebut dipengaruhi oleh gaya atau bentuk bangunan yang ada, bangunan nuwo balak berbentuk limas, dengan bangunan mempunyai tiang yang dalam bahasa lampungnya disebut dengan “Ari “ serta tiang bangunannya tinggi-tinggi, yakni diatas 3, 70 Cm. Banyak mempunyai kamar-kamar tidur, serta mempunyai bangunan untuk dapur tempat memasak yang terpisah dari bangunan rumah. rumah atau nuwo balak, pada bagian depan

(23)

mempunyai bangunan tersendiri tempat ngobrol-ngobrol dan bertamu, yang disebut dengan serambi.

Semua bahan bangunan “Nuwo Balak ‘ terbuat atau terdiri dari kayu, kayu-kayu untuk bangunan nuwo balak, semuanya terdiri dari kayu keras dan patent, yang masyarakat daerah lampung menyebut dengan kayu “ Mengarawan” atau kayu pilihan. Kayu tersebut baik untuk tiang-tiang bangunan, papan bangunan, baik untuk dinding dan lantai bangunan. Sedangkan untuk tiang rumah yang disebut dengan “Are “ rumah, kayu tiang berbentuk bulat dengan radius sekitar 50 cm besarnya, dan panjang sekitar 4 M. Kayu untuk tiang adalah kayu, Tembesu, kayu besi dan sejenisnya. Sedangkan untuk atap nuwo balak, pada umumnya kekinian sudah beratapkan genteng, gentengnya adalah genteng yang kwalitas yang bagus, yang orang lampung menyebutnya dengan genteng palembang.

(Hasil Wawancara dengan Bpk. Rusli Glr Sutan Malaka, 9 Desember 2021)

Secara umum Nuwo Balak memiliki bentuk yang sangat khas, salah satunya adalah pola bangun Nuwo Balak. Pola bangun pada Nuwo Balak tidak sama dengan pola bangun dengan rumah adat lain atau rumah biasa, pada pola bangun Nuwo Balak merupakan hasil dari kreasi seni bangunan yang di dalamnya mengandung unsur–unsur antara lain bentuk dasar nuwo balak, badan nuwo balak , serta atap nuwo balak Pola bangun merupakan gaya rancangan suatu bangunan, biasa disebut bentuk bangunan limas (Drs. Zulkarnaeni, 1995:46), selanjutnya pola bangun merupakan bentuk dasar suatu bangunan atau gambaran suatu bangunan secara umum (Yulfian Azrial, 1998:41).

Pada pola bangun Nuwo Balak mengandung nilai–nilai yang sangat istimewa hal ini terlihat pada bentuk dasar Nuwo Balak. Bentuk dasar bangunan Nuwo Balak

(24)

berupa bangunan berbentuk balok segi empat, dan sejajar rata, dari depan kebelakang dan pada samping bagian kiri dan kanan. Apabila sisi–sisi yang membentuk balok ini disambung terus sampai ke bawah (ke arah perut bumi), maka seluruh bagian nuwo Balak tersebut tentu akan bertemu pada sebuah titik.

Keistimewaan lain adalah garis melintang dari bangunan Nuwo Balak , Garis melintang dari bangunan Nuwo Balak tampak lurus tajam dan landai, bagian tengahnya rata dengan seluruh bagian rumah.

Selain bentuk dasar Nuwo Balak yang sangat khas, hal yang juga membedakan Nuwo Balak dengan rumah adat lain adalah terdapat pada pola bangun yang terlihat dari bentuk badan Nuwo Balak. Badan Nuwo Balak, dimana pada badan Nuwo Balak bebentuk lurus dan mendatar. Pembentukan pola bangunan landai tersebut tentu mempunyai alasan tersendiri bagi masyarakat Adat Lampung Pepadun, berdasarkan cerita yang telah turun temurun yang berkembang pada masyarakat Adat Lampung Pepadun, mempunyai filosofi yang masyarakat Lampung Papadun adalah masyarakat yang jujur dan adil dalam kehidupan, yang kuat dan bersatu dalam berbagai aspek.(Hasil Wawancara dengan Bpk Fachrurrozi Glr Sutan Mangku Bumi, Tgl 9 Desember 2021).

Berdasarkan lingkungan alam wilayah Propinsi pada umumnya dan Wilayah Masyarakat Adat Lampung Pepadun pada Khususnya, pola bangun pada badan rumah “Nuwo Balak” yang lurus dan rata ternyata sangat berhubungan sekali dengan lingkungan alam wilayah Adat Lampung Pepadun. Wilayah Lampung Adat Pepadun yang berada pada alam yang rata tanpa bebukitan banyak mendapat curah hujan yang tinggi, sedangkan atap Nuwo Balak tidak menggunakan seng tetapi atap nya dari genteng maka dari itu pola bangun pada atap Nuwo Balak

(25)

berbentuk limas supaya air hujan mudah meluncur kebawah dan juga menghindari dari kelapukan karena mengganti atap Nuwo Balak bukanlah perkara mudah serta biaya yang besar dan butuh waktu yang cukup lama.

Bila Nuwo Balak mempunyai serambi muka di tambah lagi satu tambahan serambi yang menyatu dengan bangunan tangga. Bangunan serambi dibuat ditengah ruang ganjil yang menyatu antara serambi atas dengan bawah berbanding,Pimpiran adalah bagian pinggiran atap yang dibubuhkan pegangan papan dan di ukir melilit dengan tali ukiran bewarna perak.

Pimpiran membujur metik mulai dari titiran yang sekaligus menjadi tiang untuk menupang bangunan, namun dapat di artikan juga pinggiran yang terendah dan tepat air hujan jatuh ketanah(www.lampung net.com).

Saat melihat Nuwo Balak terlihat geometri yang membedakan seolah keluar dari kaidah yang diterapkan pada denah. Atap berbentuk limas terbentuk dari komposisi lebih dinamis, bentuk atap limas juga merupakan simbol serta rekaman terhadap sesuatu yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Lampung Adat Pepadun. Namun hal ini di simbolkan oleh atap limas lebih bersifat pada sesuatu fisik, seperti yang berasal dari dari alam atau benda kenangan masa lampau secara sederhana bentuk dasar dari suatu bangunan, yang mengandung unsur kesederhanaan.

Banyaknya berbagai hal yang melatar belakangi pola bangunan dan fungsi “Nuwo Balak” tentu tidak terlepas dari kreasi seni yang ada pada Masyarakat Adat Lampung Pepadun di Kampung Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah, sehingga menjadikan Nuwo Balak menjadi sebuah mahakarya yang mengandung nilai-nilai luhur dan mempunyai fungsi bagi masyarakat Adat Lampung Pepadun.

Dengan demikian maka penulis tertarik untuk mengkaji dan melakukan penelitian dengan Judul “ Fungsi Nuwo Balak pada masyarakat adat lampung pepadun dikelurahan gunung sugih kecamatan gunung sugih kabupaten Lampung Tengah “

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:

(26)

1. Pola bangunan dasar Nuwo Balak di Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah

2. Fungsi “Nuwo Balak” Pada Masyarakat Adat Lampung Pepadun di Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Kabupaten Lampung Tengah

1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas jangkauannya maka penulis membatasi masalah yaitu pada Fungsi “Nuwo Balak” pada masyarakat Adat Lampung Pepadun di Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah.

1.4 Rumusan Masalah

Sesuai pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah Fungsi Nuwo Balak pada masyarakat Adat Lampung Pepadun di Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah, masih berfungsi sebagaimana mestinya?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

Menjelaskan apakah Nuwo Balak masih berfungsi sebagaimana mestinya pada masyarakat Adat Lampung Pepadun di Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah.

(27)

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan atau manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Sebagai salah satu wawasan bagi penulis untuk dapat lebih memahami tentang Fungsi Nuwo Balak pada masyarakat Adat lampung pepadun di Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah

2. Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada civitas akademik khususnya dan masyarakat Adat Lampung Pepadun

3. Untuk memberikan sumbangan pemikiran tentang Fungsi Nuwo Balak pada masyarakat Adat lampung pepadun di Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah

4. Menambah pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang sejarah

1.7 Kerangka Pikir

Nuwo Balak atau rumah besar memiliki ciri yang sangat khas, kekhasan Rumah nuwo balak berbeda sekali dengan rumah–rumah adat di daerah lainnya.

Perbedaan yang sangat mendasar sekali adalah bentuk fisik nuwo balak yang sangat besar bila dibandingkan dengan rumah–rumah adat yang lainnya.

Keberadaan Nuwo Balak yang ada di daerah Lampung tidak sama namanya dengan Rumah –Rumah Adat yang ada diseluruh wilayah Indonesia, seperti yang terdapat di daerah Aceh. Sumatera Barat, Palembang, Medan , Jambi dan Bengkulu. untuk wilayah Pulau Sumatera. Sedangkan untuk daerah-daerah lain juga mempunyai rumah adat, seperti ; masyarakat Sunda dan Betawi, atau Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur dan Solo serta DI Yogyakarta. Masih banyak wilayah atau masyarakat yang mempunyai rumah adat seperti, masyarakat Bugis dan Manado di Sulawesi, masyarakat Banjar di Kalimantan dan Masyarakat Bali

(28)

di Bali, Masyarakat Ambon dan Ternate di Maluku, serta masyarakat Papua di Irian Barat. Dalam Nuwo Balak yang berada di Kabupaten Lampung tengah ini tidak hanya berfungsi sebagai rumah tempat tinggal melainkan sebagai sebuah simbol, tempat musyawarah, tempat upacara adat dan lain-lain.

Dalam menyelesaikan masalah kecil maupun masalah besar sudah pasti terlebih melihat masalah itu dengan baik, begitu pula halnya dengan penelitian ini memerlukan kerangka pikir sehngga dapat menjadi acuan dalam pembahasan nantinya. Kerangka pikir adalah konsep yang memerlukan abstraksi dari pmikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya berdimensi sosial yang dianggap relevan.

Untuk lebih jelasnya maka penulis menyajikan diagram kerangka pikir sebagai berikut :

(29)

1.8 Paradigma

Keterangan:

: Garis fungsi

Nuwo Balak

Fungsi :

 Simbol

 Tempat Tinggal

 Tempat Musyawarah Mufakat

 Tempat Upacara

 Tempat Pendidikan

 Tempat Merawat Anggota Keluarga

Masih berfungsi :

 Simbol

 Tempat Tinggal

 Tempat Musyawarah Mufakat

 Tempat Upacara

 Tempat Pendidikan

 Tempat Merawat Anggota Keluarga

(30)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teoritis 2.1.1 Pengertian Fungsi

Pengertian dan arti kata Fungsi, sepertri apa yang dikemukakan oleh : Malinowski, Fungi ialah mempunyai arti yang sama dengan pengerrtian kata

“guna” yang dikaitkan dengan berbagai macam kebutuhan manusia, maka dengan demikian Malinowski, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Fungsi, adalah merupakan “ kegunaan dari institusi dalam rangka memenuhi kebutuhan psikologis individu-individu masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan – kebutuhan tersebut individu harus menjaga kesinambungan kolompok sosial, beberapa kondisi yang bersifat minimum mesti dipenuhi oleh individu-individu anggota kelompok sosial.

Ahli lain menjelaskan bahwa pengertian fungsi adalah merupakan efek dari perilaku seseorang atau bagi orang atau kelompok itu sendiri, atau bagi orang atau kelompok lain dimana seseorang atau kelompok itu berinter aksi. Sedangkan hali lain sepertri Radeliffe Brown menjelaskan bahwa “ Fungsi merupakan sumbangan dimana aktifitas satu bagian berpengaruh bagi aktifitas seluruhnya”. Dalam bukunya Structure and function Primative Sociaty, Brown menjelaskan bahwa konsep pengertian dari fungsi adalah melibatkan struktur yang terdiri dari seperangkat hubungan-hubungan diantara entitas-entitas unit kesatuan.

Keseimbangan strukture dipertahankan atau dilestarikan oleh proses hubungan kehidupan yang diwujudkan oleh aktifitas unit-unit yang terdapat didalamnya..

(31)

Sedangkan pengerian Fungsi menurus kamus Besar bahasa Indonesia yang di tulis oleh WJS Poerwadarminta , Fungsi adalah merupakan kegunaan sesuatu hal, daya guna serta pekerjaan yang dilakukan. Fungsi Menurut The Liangh Gee, adalah merupakan sekelompok akan aktifitas yang tergolong pada jenisnya dan berdasarkan sifatnya serta pelaksanaan atau pertimbangan lainnya. Definisi tersebut memiliki persepsi yang sama dengan apa yang dikemukakan oleh Soetarto dalam Nunung Haslinda Zainal ( 2008 . 22) Fungsi, adalah sebuat kegunaan atau yang sejenis yang eraty hubungannya antara satu sama lain .

Dengan demikian maka pengetian Fungsi sama dengan Guna atau kegunaanya, dalam hal ini, Fungsi dari “Nuwo balak “ dalam satu kelompok masyarakat, yakni di sini adalah pada masyarakat adat lampung pepdun di kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah.

2.1.2 Konsep Nuwo Balak

1. Berdasarkan dengan bentuk atau ukuran, rumah adat lampung pepadun lazim juga disebut dengan Nuwo Balak, karena memiliki ukuran yang sangat besar.

Besar dalam bahasa Lampung adalah Balak, jadi Nuwo Balak artinya Rumah yang besar

2. Berdasarkan fungsinya, penamaan Nuwo Balak sesuai dengan fungsinya yang sangat besar bagi penghuninya, hal tersebut terlihat dari fungsi nuwo balak sebagai tempat tinggal, tempat mufakat, tempat melaksanakan upacara adat, tempat melaksanakan pendidikan, serta tempat merawat anggota keluarga yang sakit. Selain itu, Nuwo balak juga dijadikan sebagai monumen, karena dijadikan sebagai saksi tentang suatu atau beberapa peristiwa yang penting.

(32)

3. Berdasakan arsitekturnya nuwo balak disebut juga dengan nuwo berbentuk limas dengan menggunakan atap genteng dan bertiang kayu yang disebut dengan dengan are. (Yulfian Azrial, 1994:41-45).

Nuwo Balak merupakan lambang hidup bersama, tujuan bersama, dan cara bersama serta merupakan tempat pembinaan pribadi seseorang untuk dapat menghayati budi pekerti yang luhur dan tinggi (H. Idrus Hakim , 1988:79).

Berdasarkan data yang didapat dilapangan, bahwa nuwo balak atau rumah besar masyarakat adat lampung pepadun maka dapat disimpulkan bahwa nuwo balak adalah suatu bentuk atap limas yang merupakan hasil gaya seni bangunan yang khas yang di dalamnya mengandung nilai–nilai kehidupan masyarat adat lampung pepadun

Struktur nuwo balak berbentuk panjang kebelakang dengan mempunyai beberapa kamar tidur di bagian tengah, ada kamar tidur dibagian depan yang khusus untuk menerima tamu dan ada kamar belakang untuk pembantu rumah tangga. Ada khusus bangunan dapur untuk tempat memasak yang di tambah dengan ada bangunan yang namanya “Garang” tempat mencuci alat masak dan sebagainya.

Ada juga bangunan bagian depan yang disebut dengan “ Serambi’ yang khusus untuk ngobrol-ngobrol dan menerima tamu bila ada anak gadisnya, .Serta ada bangunan ruang yang dibagian tengah yang cukup besar untuk berkumpulnya seluruh anggota keluarga bila sedeang musyawarah atau mufakat keluarga.(Hasil wawancara dengan Bapak Khairil Glr Sutan Kepala Mega, 6 Desember 2021) Pemakaian bahan genteng dari bahan tanah liat yang di bakar sebagai atap Nuwo Balak, genteng yang dipergunakan disebut dengan genteng palembang, yakni genteng yang kwalitasnya cukup baik, gentengnya tipis dan enteng namun tahan

(33)

pakai. (Hasil wawancara dengan Bapak M.Jakfat Gelar Raja Alamsyah, 09 Februari 2022)

Selanjutnya bahan bangunan nuwo balak, semuanya terbuat dari kayu, baik bahan bangunan bagian lantai dan dinding, serta untuk papan palafon semua dari papan kayu, yang kayunya dari kayu kualitas baik, yakni kayu “Merawan” nuwo balak tidak dibangun depok, tapi bertiang yang disebut dengan “Are” Tiang rumah atau yang disebut dengan “Are” terdiri dari kayu “Tembesu’ yakni sejenis kayu yang tahan air dan berumur diatas ratusan tahun tidak apa-apa ditanam di dalam tanah.

2.1.3 Fungsi Nuwo Balak.

2.1.3.1 Nuwo Balak berfungsi Sebagai Simbol.

Salah satu fungsi kehidupan dan kerukunan serta symbol kejayaan tau harga diri dan symbol serta tanda kejayaan dari suatu kaum atau suatu keturunan yang dimulai dari buyut-buyutnya hingga ke cicit-cicitnya dalam berbagai masalah baik dalam suka maupun duka.

2.1.3.2 Nuwo Balak berfungsi Tempat Tinggal.

Sebuah Nuwo Balak didiami sebagai tempat tinggal oleh sebuah keluarga besar, dan mempunyai ketentuan tersendiri. Setiap perempuan yang telah kawin atau bersuami memperoleh kamar paling ujung. Pada gilirannnya ia akan pindah ke kamar di bagaian tengah, jika perempuan yang lain telah bersuami. Perempuan dan anak-anak mendapat tempat pada bagian kamar pindah dan menempati kamar-kamar yang sudah di siapkan di bagian belakang, Sedangkan anak-anak gadis yang lain, disiapkan kamarnya yang ada disamping kamar-kamar perempuan tua, gunanya untuk dibimbing dan diarahkan kepada hal-hal yang baik.Sedang anak laki-laki dan duda yang belum bekeluarga disiapkan kamar di

(34)

depan, gunanya agar lebih mudah keluar masuk rumah. Sedangkan pasangan suami isteri yang ditempatkan dikamar paling ujung agar mereka tidak terganggu kehidupannya.

Namun, ada juga yang sudah bekeluarga pamitan untuk meninggal kan “Nuwo Balak “ karena sudah mapan kehidupannya dan sudah punya tempat tinggal atau rumah sendiri. Namun bila masih tinggal sekampung, maka setiap saat atau waktu sering datang dan berkumpul di Nuwo Balak

2.1.3.3 Nuwo Balak Berfungsi Tempat Mufakat atau Musyawarah.

Secara kesimbolan “Nuwo Balak” berfungsi sebagai tempat mufakat atau musyawarah dalam memecahkan atau merumuskan akan sesuatu hal dalam keluarga. Baik mufakat atau musyawarah tentang kehidupan dan aspek keluarga.yang menyangkut tentang berbagai aspek kehidupan, baik dalam suka maupun duka. Semua masalah keluarga dimusyawrahkan secara bersama dan berkumpul di Nuwo Balak.

Semua anggota keluarga yang hadir, yang masih mempunyai tali hubungan darah atau ikatan darah duduk bersama dan merasakan kedudukan yang sama dan hak suara yang sama dalam keluarga besar. (Hasil wawancara bapak Munawir Gelar Raja Ratu pada tanggal 09 Februari 2022)

2.1.3.4 Nuwo Balak Berfungsi Tempat Melaksanakan Upacara-Upacara.

Fungsi Nuwo Balak lainnya adalah sebagai tempat pelaksanaan upacara – upacara, sebagai tempat pelaksanaan upacara. Nuwo Balak sangat penting sekali, terutama dalam acara “ Begawi “ atau “Pesta “ atau juga begawi Cakak Pepadun Atau acara-acara lain, seperti :

(1) Begawi.atau Pesta

(35)

(2) Khitanan (3) Hajatan.

(4) Dan Perkawinan

(5) Hatam Baca “Al-Qir,an”

Dengan berkumpulnya anggota keluarga yang masih mempunyai satu ikatan dan hubungan darah dalam mendukung satu kegiatan, terutama yang menyangkut akan dalur hidup, maka pekerjaan yang dulunya susah atau berat untuk dilaksanakan, kini menjadi mudah dan ringan karena di dukung oleh semua anggota keluarga, baik dalam bidang tenaga maupun materi waktu dan sebagai.

(Hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Ridwan Gelar Sultan Muni 09 Februari 2022)

2.1.3.5 Nuwo Balak Berfungsi Tempat Melaksanakan Pendidikan.

Nuwo balak yang mempunyai ruangan yang cukup besar dan luas, yang tidak dipergunakan setiap saat, pada waktu-waktu luang ruang nuwo balak yang tidak dipergunakan, terutama pada malam hari atau pada pagi hari, ruang yang besar atau luas tersebut dipergunakan oleh putra-putri dari keluarga besar, yang masih belajar, baik belajar ilmu umum maupun ilmu agama.

Putra-putri dari keluarga tersebut disuruh berkumpul, untuk belajar “Mengaji”

atau belajar ilmu umum. Kegiatannya dilakukan baik pada pagi hari sebelum putra-putri atau anak-anak sudah pergi sekolah, untuk belajar “Mengaji” maupun dilaksanakan pada Malam hari, yakni waktunya untuk dapat sholat Maqrib berjemaah dan setelah itu dilaksanakan belajar mengaji. Yang menjadi gurunya, biasa nya dipanggil orang-orang yang sudah biasa melakukan kegaiatan tersebut,

(36)

dan honornya akan dibayar secara bersama-sama anggota keluarga dalam jangka waktu tertentu, baik bulanan atau tiga bulan sekali.

Bila ada anggotan keluarga yang mampu maka yang menjadi pengajar atau guru dalam kegiatan pendidikan tersebut diambil dari keluarga itu sendiri, sekaligus sebagai wujud tanggung jawab pada keluarga besar (Hasil Wawancara dengan Bapak M.Fatoni Gelar Sultan Raja Muda 09 Februari 2022)

2.1.3.6 Nuwo Balak Berfungsi Tempat Merawat Anggota Keluarga.

Nuwo Balak merupakan “rumah sakit” (tempat merawat) anggota kelarga, perawatan terutana dilakukan terhadap anggota keluarga yang dalam keadaan sakit atau anggota keluarga yang sudah lanjut usia.

Di Nuwa Balak mereka dilahirkan maka di Nuwo Balak pula mereka diharapkan oleh keluarga dalam menghembuskan nafas yang terakhir. Begtitu juga setelah mereka menghembuskan nafas yang terakhir di nuwo balak, maka diharapkan pula mereka akan diurus jenazahnya, baik dalam acara pemandian jenazah, pengafanan jenazah, penyolatan Jenzah, dan pada akhirnya jenazah akan dibawa kepemakaman pekuburan.

Begitu juga, dengan acara takziyah- takziyah hari-hari meninggalnya almarhum maupun almurhumah, semuanya dilaksanakan di nuwo balak. Acara yang dilaksanakan di Nuwo balak sangat berfungsi untuk dapat mempererat hubungan kekeluargaan dan silaturrahmi serta sebagai proses kerukunan keluarga.

Berada dalam Nuwo Balak ketika menjelang ajal sangat penting sekali, karena lebih mudah untuk meminta maaf pada seluruh anggota keluarga, hal ini karena semua anggota keluarga sedang berkumpul untuk memperhatikan, mendo,akan

(37)

dan merawat keluarga yang sedang sakit..(Hasil wawancara dengan Bapak Firdaus Gelar Sultan Raja Liyu 09 Februari 2022)

2.1.4 Pengertian Masyarakat. Adat Lampung Pepadun.

Horton dan Hunt (2006: 59) dalam Http://devirahman.wordpress.com mengemukakan bahwa “Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relative mandiri, yang secara bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut”.

Koentjaraningrat (2002 : 144) “masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau saling berinteraksi”. Menurut pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Abdul Syani (1987: 30) mengemukakan bahwa

“Masyarakat adalah berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi”. Menurut Hasan Shadily (1983: 31)

“Masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia, yang dengan atau sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain”..Joseph S. Roucek dan Roland R. Warren “Sociology An Introduction” (1984:88) mengartikan kelompok sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan berinteraksi, dimana dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Marga dalam bahasa asing disebut

“clan” yang berarti sistem kekerabatan yang terdiri dari anggota keluarga.

(38)

Menurut Abdulsyani, sosiologi, “Skematika, Teori dan Terapan” (1992: 27), dalam setiap masyarakat ada kelompok Gemeinschaft. Marga dalam hal ini dapat digolongkan dalam Gemeinschaft by Blood, yaitu Gemeinschaft yang merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan; contoh keluarga, kelompok kekerabatan.

Soerjono Soekanto (2002: 64-67) mengemukakan bahwa dalam masyarakat terjadi proses interaksi sosial, Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi.

Kontak sosial dapat bersifat primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka. Sebaliknya kontak yang sekunder memerlukan suatu perantara misalnya telepon, telegrap, radio dan seterusnya. Sedangkan komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain, perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.

2.1.4.1 Masyarakat Adat

Aryono Soeyono (1985: 4) mengemukakan bahwa “adat adalah kebiasaan yang bersifat magis religius dari kehidupan penduduk asli, yang meliputi antara lain mengenai nilai-nilai budaya norma-norma yang aturan-aturan saling berkaitan yang kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan tradisional”.

Selain itu pengertian adat juga tercantum dalam pengantar hukum adat Indonesia, (Roelof Van Djik, 1979: 5) menyatakan bahwa “adat adalah segala bentuk kesusilaan dan kebiasaan orang Indonesia yang menjadi tingkah laku sehari-hari antara satu sama lain”.

(39)

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari adat adalah suatu tata cara yang telah ditetapkan dalam suatu masyarakat, yang berasal dari warisan nenek moyang yang diturunkan hingga ke anak cucunya.

Dengan demikian tidak akan terjadi pertentangan antara satu sama lain di dalam anggota masyarakat yang menyangkut sistem adat tertentu.

2.1.4.2 Masyarakat Adat Suku Lampung

Penjelasan dalam Depdikbud “Adat Istiadat Daerah Lampung” (1985/1986: 29) Perkiraan sejarah masyarakat suku Lampung di mulai dari Zaman Hindu Animisme yang berlaku antara tahun pertama Masehi sampai permulaan abad ke- 16. menurut berita Negeri Cina pada abad ke-7, dikatakan bahwa di daerah Selatan terdapat kerajaan-kerajaan yang antara lain disebut To-lang, P’ohwang, dengan mempersatukan kedua nama itu maka dijumpai kembali Tulang Bawang, yang ditempatkan di Lampung. Diperkirakan terletak di sekitar Way Tulang Bawang, yaitu di kecamatan Tulang Bawang (Menggala di kabupaten Tulang Bawang). Bukti peninggalan sejarah berupa bukit yang terletak di rawa-rawa “ bawang tembesu” di ujung kampung Ujung Gunung Menggala, yang disebut

“bukit kapal Cina” dan “ Pulau Daging”. Dikatakan bahwa kedua bukit tanah itu adalah bekas kapal Cina yang hancur dan tempat mayat yang bergelimpangan akibat perang dengan prajurit Tulang Bawang. Jika dipergunakan pendapat Yamin, maka nama To-lang, P’ohwang akan berarti “ Orang Lampung” atau “ Utusan dari Lampung” yang datang dari Cina pada abad ke-7.

Dalam Depdikbud “Adat Istiadat Daerah Lampung” (1985/1986: 31) menjelaskan bahwa menurut kitab Kutara Raja Niti, orang Lampung ( Abung, Tulang Bawang dan Peminggir dan lain-lain) berasal dari Pagar Ruyung, keturunan Putri

(40)

Kayangan dan Kua Tunggal. Setelah kerabat mereka berdiam di Skala Berak, maka di masa cucunya, Umpu Serunting, mereka mendirikan Keratuan Pemanggilan. Umpu Serunting menurukan lima anak laki-laki yaitu Indra Gajah yang menurunkan orang Abung, Belunguh yang menurunkan orang-orang Peminggir, Pa’lang yang menurunkan oraang-orang Pubian, Pandan yang dikatakan menghilang dan Sangkan yang dikatakan menurunkan Sukadana ham.

2.1.4.3 Kelompok dalam Masyarakat Adat Suku Lampung

Menurut Hilman Hadikusuma (2003: 125) “Masyarakat adat suku Lampung pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu masyarakat Lampung adat Pepadun dan masyarakat Lampung adat Saibatin. Masyarakat yang beradat Saibatin menggunakan dialek Api, sedangkan masyarakat adat Pepadun sebagian menggunakan dialek Nyow dan sebagian memakai dialek Api”.

2.1.4.4 Identitas Masyarakat Adat Suku Lampung

Adat bagi masyarakat adat suku Lampung mempunyai fungsi ganda yaitu:

1. Sebagai alat Pembina masyarakat guna meningkatkan kualitas warga masyarakat. Karena melalui ketua adat (Penyimbang) disampaikan ajaran- ajaran agama, petuah dan hukum bagi masyarakat.

2. Sebagai sarana demokrasi (permusyawaratan) di mana benda yang bernama Pepadun sebagai simbol persatuan. Pepadun berasal dari perpaduan-perpaduan dan akhirnya menjadi Pepadun. Perpaduan artinya hasil padu.

(Hasil wawancara dengan Bapak Nawawi Gelar Ratu Paksi , tanggal 12 Desember 2021 )

Identitas yang dimiliki masyarakat adat suku Lampung, adalah: Pi’il Pesenggiri, yaitu harga diri dan nilai kehormatan. (1) Juluk Adek, yaitu gelar waktu masih muda dan tua, (2) Pik Trep atau nuwa pok tepik yaitu rumah tempat tinggal (3)

(41)

Asal Keturunan, Nenek Moyang, kakek nenek, Lebu Kelama baik laki-laki mapun prempuan. (3) Wari Menyanak atau keluarga Besar atau saudara-saudara yang bersangkutan.

Idealisme adat Lampung, yaitu:

1. Budi bahasa, artinya baik tingkah laku serta tutur kata.

2. Ikhlas, artinya suka memberi dan ikhlas berkorban.

3. Nengah Nyapur, artinya mempunyai banyak teman dan luas pergaulannya di masyarakat.

4. Nemui Nyimah, artinya ramah terhadap tamu dan selalu membuka tangan (menolong).

5. Sakai sambayan, yaitu suka menolong dan bergotong royong.

6. Ramik Ragom, yaitu selalu nampak ramah dan meriah.

7. Titei gemettei, yaitu selalu mengikuti aturan adat dan norma yang ada.

(Hasil wawancara dengan Bapak Zainul Gelar Radja Marga, 12 Desember 2021 )

2.1.4.5 Pengertian Masyarakat Lampung Adat Pepadun.

Menurut Depdikbud “Adat Istiadat Daerah Lampung” (1985/ 1986: 22) Pengertian masyarakat Lampung Adat Pepadun adalah kelompok yang menjaga kemurnian daerah dalam mendudukkan seseorang pada jabatan adat yang oleh sekelompok masayarakat Lampung yang disebut Kepunyimbangan. Penyimbang sesungguhnya diartikan status yang ada dalam adat untuk membina kerukunan dalam bermasyarakat yang mengikat hubungan persaudaraan sehingga berkembang menjadi suatu kedudukan dengan adanya penyimbang. Penyimbang adalah istilah bagi pimpinan adat di daerah Lampung Adat Pepadun pada

(42)

umumnya dan khususnya terdapat di kelurahan gunung sugih kecamtan gunung sugih kabupaten lampung tengah. .

Dalam Depdikbud (1986/ 1987: 28) dijelaskan bahwa secara harfiah penyimbang dapat diartikan seseorang yang berhak mewarisi masalah adat, berarti yang berhak menduduki jabatan sebagai kepala adat atau pimpinan adat yang kepemimpinannya diwarisi secara turun-temurun sejak dahulu pada anak-anak laki-laki yang tertua. Sedangkan penyimbang bila dihubungkan dengan masalah keturunan umumnya berarti anak penyimbang nyawa (anak laki-laki tertua) yang berhak mewarisi semua harta kedudukan pangkat di lingkungan kekerabatan adat dari pihak ayahnya.

Dalam Depdikbud (1986/1987: 13) Menurut sejarahnya orang Lampung berasal dari daerah Skala Berak (daerah penggunungan bukit barisan sekitar Krui ), kemudian melakukan perpindahan. Dalam perpindahan tersebut rombongan terpecah menjadi 2 bagian. Bagian yang pertama melewati bagian dalam daerah Lampung, sedangkan bagian kedua mengmbil jalan menyusuri sepanjang daerah pantai Lampung.

2.1.4.6 Pembagian Kelompok Masyarakat Lampung Adat Pepadun

Hilman Hadikusuma (1989: 159) mengemukakan bahwa masyarakat Lampung adat Pepadun adalah masyarakat adat suku Lampung yang bermukim di daerah sepanjang Way Tulang Bawang, Way Kanan dan Way Kiri, Way Seputih dan sebagainya. Sesungguhnya yang juga tergolong penganut adat Pepadun adalah orang-orang Ranau/ Muara Dua, Komering/ Kayu Agung yang berdiam di daerah Sumatera Selatan.

(43)

Perkumpulan masyarakat Lampung Adat Pepadun. menurut Sayuti Ibrahim (1995: 16-19) dapat dikelompokkan sebagai berikut.

1. Kelompok Abung Siwo Mego, Meliputi : ( Buay Nunyai, Buway Unyi, Buway Nuban, Buway Subing, Buway Kunang. Buway Beliuk, Buway Selagai, Buway Tuha dan Buway Nyerupa.)

2. Kelompok Mego Pak Tulang Bawang. Meliputi : ( Buway Bulan, Buway Tegamoan, Buway Umpu dan Buway Aji ).

3. Kelompok Buway Lima Waykanan dan Sungkai, meliputi : Buway Barasakti, Buway Semenguk, Nuway Baradatu, Buway Pemuka dan Buway Bahuga ).

4. Kelompok Pubian Telu Suku, Meluputi (Buway Menyarat, Buway Tamba Pupus dan Buway Buku Jadi).

2.1.4.7 Aktifitas Per-adatan Adat Lampung Pepadun

Menurut Depdikbud (1986/ 1987: 14 dalam buku yang berjudul isi dan Kelengkapan Rumah Tangga Tradisional Lampung dikatakan bahwa Penyimbang Marga dalam Adat Lampung Pepadun ditandai oleh kesempatan menduduki jabatan sebagai kepala adat, terbatas sampai tingkat yang paling bawah, Adat Lampung Pepadun dengan syarat telah ada wilayah dan ada pengikutnya, dengan kata lain Ngangkat Penyimbang . Kepala adat tingkat marga (marga geneologis) secara turun-temurun (tidak pernah bertambah). Di lihat dari strukturnya, maka masyarakat Lampung Adat Pepadun dikelompokkan pada masyarakat hukum Adat Bertingkat, karena masyarakat terbagi dalam masyarakat hukum lainnya dimana beberapa masyarakat Hukum Bawahan tunduk pada Hukum Atasan.

(44)

Di lingkungan masyarakat Lampung Adat Pepadun terdapat perbedaan antara golongan marga atau Penyimbang dan golongan orang biasa dapat diketahui dari ada tidaknya perlengkapan adat, sedangkan golongan kedua tidak mempunyainya dan tidak berhak memakai perlengkapan adat.

Tingkat susunan adat pada masyarakat Lampung adat pepadun yang telah dipengaruhi oleh Agama Islam yang masuk dari Banten, tingkat susunan masyarakat adat ini dapat dikatakan sudah tidak ada pengaruh. Namun dikalangan penyimbang sewaktu-waktu masih nampak penonjolan kebangsawan dikampungnya. Sebaliknya, dikalangan masyarakat adat itu masih nampak sisa- sisanya sehingga masih ada anggapan bahwa golongan yang satu lebih rendah dari golongan yang lain.

Adanya anggapan demikian ini telah menyebabkan angkatan muda Lampung menjadi tidak begitu tertarik lagi untuk melaksanakan upacara-upacara adat yang masih bersifat feodal adat

Adat istiadat masyarakat Lampung Adat Pepadun memutuskan seseorang dapat menaikkan status adatnya jika ia memiliki potensinya seperti kekayaan, Kharisma, walaupun tidak mempunyai garis keturunan. Kedudukan dalam adat berdasarkan turun temurun (ascribed status). Kedudukan adat yang dikenal dengan nama Kepenyimbangan, dapat diperoleh dengan adat begawi cakak pepadun.

Aturan status adat ini selain menyangkut kedudukan sebagai pemimpin adat, berlaku juga dengan berbagai atribut yang dikenakan, yang berlaku pada umumnya hanya pada waktu upacara adat dan majelis keadatan atribut tadi merupakan status simbol. Pada masyarakat Lampung adat Pepadun juga tidak

(45)

terlepas dari hukum adat yang ada, yaitu menjunjung tinggi aturan-aturan, norma- norma dan kebiasaan yang sudah berkembang dalam masyarakat. Salah satunya adalah menyangkut rangkaian atau proses perkawinan, masyarakat Adat Lampung Pepadun akan tetap berpegang teguh pada aturan adat dan hukum adat yang berlaku.

2.1.4.8 Sistem Kekerabatan dalam Masyarakat Lampung Adat Pepadun.

Dalam Depdikbud Lampung (1986/ 1987: 29) Pola perilaku masyarakat Lampung Pepadun cenderung diikat oleh hubungan adat dan hubungan batin secara alamiah. Kecenderungannya mengarah ke masyarakat “Paguyuban” atau tipe

“Gemeinschaft” yang telah dipengaruhi pula oleh tipe “Geselscaft” yakni masyarakat “Patembayan”. Pertemuan dua tipe ini akibat adanya asimilasi kebudayaan yang timbul dari perkawinan penduduk asli dengan pendatang.

Apabila kegiatan yang bersifat kekeluargaan maka tipe paguyuban lebih menonjol, tetapi bila kegiatan bersifat sosial kemasyarakatan maka yang nampak adalah tipe patembayan. Hal ini dapat dipahami dimana pemikiran masyarakat sedang dalam proses transisi dari pola tradisional menuju pola modern.

Gambaran hubungan kekerabatan berdasarkan hubungan darah dan perkawinan serta kepunyimbangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam hubungan kerjasama dalam penyelesaian suatu masalah atau pekerjaan yang berat, semua harus dilibatkan untuk kerjasama atau bergotong-royong sampai dengan asal nenek (lebu).

Menurut Depdikbud Lampung (1986/ 1987: 30 kekerabatan yang berdasarkan hubungan kelurga patrilineal (bapak) merupakan pokok utama dalam menangani suatu pekerjaan berat yang diatur dalam adat dimana rasa ini terpanggil dari dasar

(46)

hubungan darah, sedangkan hubungan kekerabatan yang berdasarkan kepunyimbangan, didasari bahwa rumah keluarga hanya merupakan bilik (kamar) dari rumah besar (Nuwa Balak, Gedung) dimana kepala adat tinggal. Dengan kata lain sebuah kelurga merupakan unit kecil dari suatu keluarga

(47)

III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :

1. Subjek Penelitian : Nuwo Balak pada masyarakat Adat Lampung Pepadun Di Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah

2. Objek Penelitian :Masyarakat Adat Lampung Pepadun Di Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten

Lampung Tengah

3. Tempat Penelitian : Kelurahan Gunung Sugih kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah

4. Waktu Penelitian : Tahun 2021 - 2022 5. Disiplin Ilmu : Antropologi Budaya

3.2 Metode Yang Digunakan

3.2.1 Metode Deskriptif

Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriftip.

Definisi metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosodur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian (seseorang, simbol, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya (Hadari Nawawi, 1991 : 63).

(48)

Ada beberapa pengertian tentang Metode Deskriptif antara lain menurut Winarno Surachmad berpendapat bahwa :

Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk penelitian ilmiah yang di tujukan kepada pemecahan masalah yang ada sekarang dan pelaksanaannya tidak terbatas kepada pengumpulan, tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data. (Winarno Surachmad, 1978; 131).

Sedangkan Mohammad Ali berpendapat bahwa :

Metode deskiptif adalah metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi pada situasi sekarang yang dilakukan dalam menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi dan analisis pengolahan data membuat gambar tentang suatu keadaan secara obyektif dan suatu deskripsi.

(Mohammad Ali, 1985; 120).

Berdasarkan mendapat di atas, dapat diambil suatu penjelasan bahwa metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk melakukan penelitian ilmiah yang ditujukan kepada pemecahan masalah yang ada sekarang dengan menggunakan suatu pendeskripsian atau menuturkan dan menafsirkan data yang ada dengan memakai langkah-langkah :

1. Menentukan masalah-masalah yang dijadikan pokok pembahasan.

2. Menentukan ruang lingkup penelitian.

3. Mengumpulkan data yang dijalankan guna menjawab permasalahan penelitian.

4. Pengolahan data berdasarkan data-data yang terkumpul.

5. Menarik Kesimpulan dari data yang telah disusun.

6. Menyusun data laporan hasil penelitian secara tertulis.

(49)

Metode deskriptif menurut Mely G. Tan seperti yang dikutip oleh Koentjaraningrat bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu antara suatu gejala tertentu dan gejala lain dalam masyarakat. (Koentjaraningrat, 1983; 42 )..

Dalam memecahkan suatu masalah atau permasalahan yang dihadapi metode penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam penelitian llmiah, disini diperlukan suatu metode yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti sebelumnya,sehingga memperoleh hasil yang diharapkan.Metode ini dirasakan perlu guna memperoleh data akurat dan pengembangan pengetahuan serta menguji suatu kebenaran di dalam pengetahuan tersebut,ini akan menentukan nilai ilmiah atau tidaknya suatu hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penulisan ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan menggambarkan dan memaparkan secara tepat sifat- sifat individu dan gejala-gejala di dalam masyarakat

Menurut Mohammad Ali (1995: 120) metode deskriptif adalah: Metode yang dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi dengan analisis pengolahan data,kemudian menarik suatu kesimpulan dengan suatu tujuan utama membuat suatu penggambaran tentang situasi dan keadaan yang ada.

Berdasarkan pendapat di atas,maka penggunaan metode deskriptif ini sangat tepat sebab dalam metode ini dilakukan penyelidikan yang menuturkan serta memaparkan suatu kenyataan atau fakta yang ada yaitu tentang peranan nuwo balak pada masyarakat adat lampung pepadun di kampung gunung sugih kecamatan gunung sugih kabupaten lampung tengah tahun 2021-2022..

(50)

3.2.2 Populasi

Menurut Husin Sayuti yang dimaksud dengan populasi adalah semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendaknya digeneralisasikan. (Husin Sayuti, 1989; 72).Sedangkan menurut Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. (Sutrisno Hadi, 1990; 220).

Sesuai dengan pendapat di atas, maka populasi dalam penelitian berjumlah 72 (tujuh puluh dua orang) adalah masyarakat lampung adat pepadun di keluruhan gunung sugih kecamatan gunung sugih kabupaten lampung tengah yang mempunyai nuwo balak .

3.2.3 Sampel

Sampel adalah sebagian dari individu yang dimiliki. (Husin Sayuti, 1989, 72).Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diselidiki. (Suharsimi Arikunto, 1992; 104). Berdasarkan pendapat di atas, maka sampel adalah obyek yang akan diteliti yang diambil dari populasi, dalam penelitian ini kurang dari 100 orang, maka yang menjadi sampel adalah berjumlah 12 orang.

3.1.4. Variabel Penelitian.

Variabel dapat diartikan sebagai gejala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan. (Sumadi Suryabrata, 1983; 126).

Sedangkan Suharsini Arikunto mengemukakan bahwa variabel adalah obyek atau gejala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian. (Suharsimi Arikunto, 1990; 91).Berdasarkan pendapat di atas maka variabel adalah sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan dalam pengamatan. Di samping itu variabel

Referensi

Dokumen terkait

ABSTRAK IMPLEMENTASI LONG SHORT-TERM MEMORY LSTM PADA CHATBOT INFORMASI AKADEMIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS LAMPUNG Oleh HILMI HERMAWAN Teknologi

ii ABSTRAK PERIZINAN PERTAMBANGAN PASIR DALAM RANGKA PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh Dani Berlan Ramadhan Pertambangan pasir merupakan sektor

ABSTRAK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PELANGGARAN LALU LINTAS BERDASARKAN SISTEM TILANG ELEKTRONIK Studi di Polresta Bandar Lampung Oleh: REZHA DEA ANANDA Era globalisasi

ABSTRAK KINERJA PRODUKSI, HARGA POKOK PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN AGROINDUSTRI KOPI BUBUK Studi Kasus Pada Agroindustri Kopi Kita, Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur Oleh

ABSTRAK EFISIENSI PEMASARAN KAYU GERGAJIAN SENGON Falcataria moluccana JENIS PAPAN PADA PENGGERGAJIAN KAYU CAHAYA UTAMA DAN PENGGERGAJIAN KAYU LANCAR DI LAMPUNG UTARA Oleh

ABSTRAK ANALISIS FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DPRD KABUPATEN LAMPUNG UTARA DALAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN Oleh ANDRI EKA PRATAMA Pembangunan pendidikan

PRODUKTIVITAS SAPI BRAHMAN CROSS TIPE STEER DENGAN BOBOT AWAL YANG BERBEDA DI PT INDO PRIMA BEEF LAMPUNG TENGAH, PROVINSI LAMPUNG Oleh Adi Wicaksono Skripsi Sebagai Salah Satu

ABSTRAK ANALISIS USER EXPERIENCE UX MENGGUNAKAN METODE USE QUESTIONNAIRE DAN HEURISTIC EVALUATION PADA SISTEM VIRTUAL CLASS UNIVERSITAS LAMPUNG Oleh AGNES PRAMUDANI