• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Analisis Untuk Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah suatu Rangkaian analisis yang

Dalam dokumen BAB 3 Pendekatan Metodologi (Halaman 31-41)

3.2. Proses Pelaksanaan Pekerjaan

3.3.7. Metode Analisis Untuk Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah suatu Rangkaian analisis yang

sistematis, menyeluruh dan partisipatif, untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau KRP. Tahapan penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan KLHS dan Permen LHK No.69 Tahun 2017 tentang Tata Cara

Penyelengaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dijelaskan terkait dengan langkah-langkah dalam melakukan kajian lingkungan hidup strategis untuk menghasilkan rekomendasi dan alternatif tehadap program yang memiliki potensi risiko dampak lingkungan hidup. tahapan Penyelenggaraan KLHS Berdasarkan PP No. 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan KLHS, secara umum penyelenggaraan KLHS terdiri dari 2 (dua) tahap besar yakni Tahap Persiapan yang terdiri dari tahapan identifikasi pemangku kepentingan dan pembuatan KAK serta Tahap Pelaksanaan yang jika dirincikan terdiri dari 11 tahapan seperti bagan di bawah ini.

Gambar 5.14 Tahapan Pelaksanaan KLHS

Berdasarkan PP No. 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan KLHS, tahap pelaksanaan KLHS (pasal 5) meliputi :

3. Pembuatan dan pelaksanaan KLHS

Tahap pembuatan dan pelaksanaan KLHS, sesuai Pasal 6 PP No. 46 Tahun 2016, dilakukan dengan mekanisme :

a. Pengkajian pengaruh KRP terhadap kondisi LH; dilakukan dengan cara (pasal 7);

a.1. melaksanakan identifikasi dan perumusan Isu PB;

a.2. melaksanakan identifikasi materi muatan KRP yang berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap kondisi LH; dan

a.3. menganalisis pengaruh hasil Identifikasi dan perumusan Isu PB dan hasil Identifikasi materi muatan KRP yang berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap kondisi LH b. Perumusan alternatif penyempurnaan KRP; dan

c. Penyusunan rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan KRP yang mengintegrasikan prinsip PB.

4. Penjaminan kualitas dan pendokumentasian; dan 5. Validasi KLHS

Proses Penyelenggaraan KLHS Penyusunan Materi Teknis Dan RPerpres RTR KSN Kawasan Laut Banda secara keseluruhan dapat dijelaskan sebagai berikut ;

5.4.6.1. Identifikasi dan Perumusan Isu PB (Pasal 7a PP No. 46 Tahun 2016).

Kegiatan identifikasi dan perumusan isu PB dilakukan dengan menghimpun masukan dari masyarakat dan pemangku kepentingan melalui konsultasi publik dengan mengundang masyarakat dan para pemangku kepentingan di Kawasan Perkotaan Tanjung Tiram. Identifikasi isu PB didapat dengan membagi para undangan yang hadir menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu Kelompok Isu Ekonomi, Kelompok Isu Ekologi dan Kelompok Isu Sosial. Hasil diskusi tiap kelompok dikumpulkan menjadi Isu PB dalam daftar panjang, lalu ditelaah berdasar kesamaan dan sebab akibat isu, lalu dipusatkan. Hasil pemusatan Isu PB dalam daftar panjang, dijadikan dasar untuk telaahan lebih lanjut. Lebih jelasnya sebagaimana contoh pada gambar dibawah.

Tabel 5.3 Identifikasi Isu PB

No Nama Isu

A Isu Lingkungan 1 Banjir ...

2 Longsor ...

Dst ...

B Isu Ekonomi

1 Tingginya areal tambang di dalam kawasan hutan 2

Dst ...

C Isu Sosial

1 Kesejahteraan masyarakat menurun 2 Angka kemiskinan meningkat Dst ...

5.4.6.2. Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Strategis Sebagaimana didefinisikan di dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 isu pembangunan berkelanjutan paling strategis merupakan isu yang menjadi akar masalah, berdampak penting dan luas, aktual, dan dirasakan masyarakat. Isu-isu paling strategis ini diperoleh dengan menapis isu-isu dalam daftar panjang isu pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan unsurunsur yang disebutkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 Pasal 9 Ayat 1, sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Strategis

Mengacu pada kriteria yang ada pada tabel diatas maka pada penyusunan KLHS RTR Kawasan menggunakan skala nilai 1-5 dimana 1 adalah ketika isu tersebut tidak berdampak luas dan sering atau tidak menjadi isu paling strategis sementara 5 adalah jika isu tersebut berdampak luas dan sering dan diprioritaskan menjadi isu pembangunan berkelanjutan paling strategis.

5.4.6.3. Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas Tahap identifikasi dan perumusan isu PB Prioritas dilakukan dengan cara:melakukan pembobotan antara hasil isu PB Strategis yang diperoleh dari kegiatan 2 dengan memuat daftar yang paling sedikit berkaitan sebagaimana dijelaskan pada Pasal 9 ayat (2) PP No. 46 Tahun 2016, yaitu:

1. Kapasitas DDDT-LH untuk pembangunan;

2. Perkiraan dampak dan resiko LH;

3. Kinerja layanan atau jasa ekosistem;

4. Intensitas dan cakupan wilayah bencana alam;

5. Status mutu dan ketersediaan SDA;

6. Ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;

7. Kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;

8. Tingkat dan status jumlah penduduk miskin atau penghidupan sekelompok masyarakat serta terancamnya keberlanjutan penghidupan masyarakat;

9. Resiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat; dan/atau

10. Ancaman terhadap perlindungan terhadap kawasan tertentu secara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat hukum adat.

Analisis isu PB prioritas dilakukan dengan tehnik uji silang pembobotan. Bobot terendah

bernilai 1 (satu), dan tertinggi bernilai 5 (lima). Nilai 1 (satu) bobot yang tidak memiliki pengaruh dan nilai 5 (lima) bobot yang sangat berpengaruh. Hasil akhir dari identifikasi isu PB prioritas ditentukan berdasarkan nilai pengaruh yang sangat tidak berpengaruh, hingga nilai bobot yang sangat berpengaruh. Untuk menentukan isu PB prioritas ditentukan berdasarkan kesepakatan pada saat pelaksanaan Konsultasi Publik (KP) yang dihadiri oleh para pemangku kepentingan. Hasil kesepakatan para pemangku kepentingan terhadap isu PB prioritas, dirumuskan dalam Berita Acara (BA) yang ditetapkan oleh Ketua Kelompok Kerja. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada dibawah ini.

Tabel 5.4 Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas

No Isu

Ps 9 (2) Pp 46/2016

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2 Wilayah rawan bencana longsor 5 5 5 5 5 1 1 1 5 1 34

3 Wilayah rawan bencana gempa 5 5 5 5 5 1 1 1 5 1 34

4 Ketersedian air bersih terbatas 5 5 5 5 5 5 5 1 5 1 42

5 Abrasi di beberapa wilayah pesisir 5 5 5 5 5 1 5 1 5 1 38

Keterangan:

1) Kapasitas DDDT=LH untuk pembangunan;

2) Perkiraan dampak dan resiko LH;

3) Kinerja layanan atau jasa ekosistem;

4) Intensitas dan cakupan wilayah bencana alam;

5) Status mutu dan ketersediaan SDA;

6) Ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;

7) Kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;

8) Tingkat dan status jumlah penduduk miskin atau penghidupan sekelompok masyarakat serta terancamnya keberlanjutan penghidupan masyarakat;

9) Resiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat; dan/atau

10) Ancaman terhadap perlindungan terhadap kawasan tertentu secara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat hukum adat,

5.4.6.4. Identifikasi Materi Muatan Kebijakan, Rencana dan Program

Kegiatan identifikasi materi muatan Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda dilaksanakan dengan cara penapisan materi muatan yang terdapat pada Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda dikaji dengan kriteria yang menimbulkan dampak dan/atau resiko LH sebagaimana yang

dijelaskan pada Pasal 3 ayat (1) PP No. 46 Tahun 2016, meliputi:

1. Perubahan iklim;

2. Kerusakan, kemerosotan dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati;

3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan dan/atau kebakaran hutan dan lahan;

4. Penurunan mutu dan kelimpahan SDA;

5. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat, dan/atau

6. Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia;

Tabel 5.5 Identifikasi Materi Muatan Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda

No Materi Muatan Dokumen RTR

Unsur-unsur Pasal 3 (2) PP 46/2016

Ket

1) 2) 3) 4) 5) 6)

1 KRP 1

2 KRP 2

3 KRP 3

4 Dst ...

Keterangan:

1) Perubahan iklim;

2) Kerusakan, kemerosotan dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati;

3) Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan dan/atau kebakaran hutan dan lahan;

4) Penurunan mutu dan kelimpahan SDA;

5) Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat, dan/atau

6) Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia;

5.4.6.5. Analisis pengaruh hasil identifikasi dan perumusan Isu PB Prioritas dan hasil identifikasi Materi Muatan Dokumen RTR (Pasal 7c dan Pasal 11 PP No.

46 Tahun 2016).

Analisis ini dilaksanakan dengan cara penapisan hasil identifikasi dan perumusan isu PB Prioritas yang didapat dari langkah 3, dengan hasil identifikasi materi muatan Dokumen RTR yang didapat dari langkah 4. Hasil dari analisis pengaruh ini ditentukan berdasarkan kesepakatan pada saat pelaksanaan KP yang dihadiri oleh para pemangku kepentingan. Hasil kesepakatan para pemangku kepentingan terhadap materi muatan Dokumen RTR yang menimbulkan dampak dan/atau resiko LH, dirumuskan dalam BA yang ditetapkan oleh Ketua

Kelompok Kerja. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.6 Analisis Pengaruh Hasil Identifikasi Materi Muatan Dokumen RTR dengan Hasil Identifikasi dan Perumusan Isu PB Prioritas.

No Materi Muatan Dokumen RTR

Isu PB Prioritas

Ket

1) 2) 3) 4) 5) 6)

1 KRP 1

2 KRP 2

3 KRP 3

4 Dst ...

Keterangan:

1) Isu PB Prioritas 1 2) Isu PB Prioritas 2 3) Isu PB Prioritas 3 4) Isu PB Prioritas 4 5) Isu PB Prioritas 5 6) Isu PB Prioritas 6

5.4.6.6. Kajian Muatan KLHS (Pasal 13 PP No. 46 Tahun 2016);

Tahap kajian muatan KLHS adalah tahap melaksanakan kajian secara spasial, kuantitatif dan kualitatif. Pada tahap kajian ini dilakukan dengan cara mengkaji masing-masing materi muatan Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda yang telah disepakati, dikaji terhadap muatan KLHS sebagaimana Pasal 13 PP No. 46 Tahun 2016, adalah sebagai berikut:

1) Kapasitas DDDT-LH untuk pembangunan;

2) Perkiraan mengenai dampak dan risiko LH;

3) Kinerja layanan atau jasa ekosistem;

4) Efisiensi pemanfaatan SDA;

5) Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;

6) Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

Kajian Muatan KLHS dilakukan dengan cara sebagai berikut;

a. Kapasitas DDDT-LH untuk pembangunan;

Untuk menentukan kapasitas DDDT-LH dilakukan beberapa tahap kajian, yaitu:

Analisis perkiraan jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Tanjung Tiram pada tahun 2041.

Analisis kebutuhan air untuk jumlah populasi pada Tahun 2041;

Analisis kebutuhan lahan untuk jumlah populasi pada Tahun 2041;

DOKUMEN TEKNIS

Dari hasil analisis kebutuhan air untuk jumlah populasi pada Tahun 2041, selanjutnya dilakukan analisis kebutuhan lahan untuk Kawasan Lindung, Kawasan Budidaya dan Kawasan Strategis Nasional/Provinsi/ Kabupaten/Kota sebagaimana Pasal 4 PP No. 26 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur dan pola ruang.

b. Perkiraan mengenai dampak dan risiko LH;

Pada tahap ini, hasil pada tahap 5, ditumpangsusunkan dengan Peta Rawan Bencana.

Berdasarkan hasil tumpangsusun akan diketahui apakah materi muatan Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda, berada pada areal yang rawan bencana atau tidak? Dan apakah materi muatan Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda dapat dilanjutkan atau tidak? Jika tidak dapat dilanjutkan apa saja rumusan alternatif yang dapat disepakati?

c. Kinerja layanan atau jasa ekosistem;

Pada tahap ini, hasil pada tahap 5, ditumpangsusun dengan Peta DDDT Jasa Ekosistem Pengatur Air dan Penyediaan Pangan. Berdasarkan hasil tumpangsusun akan diketahui apakah materi Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda, berada pada wilayah yang memiliki ketersediaan air tinggi dan/atau memiliki ketersediaan pangan yang tinggi atau tidak? Apakah materi Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda sudah berada pada wilayah yang memiliki Jasa Ekosistem Pengaturan Air dan Pangan yang rendah? Dan apakah materi muatan Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda dapat dilanjutkan atau tidak? Jika tidak dapat dilanjutkan apa saja rumusan alternatif yang dapat disepakati?

d. Efisiensi pemanfaatan SDA;

Pada tahap ini, hasil pada tahap 5, ditumpangsusun dengan Peta SDA (Peta potensi tambang, atau peta SDA lainnya). Berdasarkan hasil tumpangsusun akan diketahui apakah materi muatan Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda, berada pada wilayah yang memiliki potensi SDA yang tinggi atau tidak. Apakah materi muatan Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda berada pada areal yang kritis atau tidak. Apakah materi muatan Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda berada pada areal yang memiliki Izin Tambang, Ijin Kebun, Ijin Perindustrian, Ijin Hutan, dan Ijin pemanfaatan SDA lainnya.

Dan apakah materi muatan Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda dapat dilanjutkan atau tidak ? Jika tidak dapat dilanjutkan apa saja rumusan alternatif yang dapat disepakati?

e. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;

Pada tahap ini, hasil pada tahap 5, ditumpangsusunkan dengan Peta Penutupan Lahan terkini. Berdasarkan hasil tumpangsusun akan diketahui apakah materi muatan Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda berada pada areal yang bervegetasi atau pada lahan terbuka? Jika berada pada areal yang masih memiliki tutupan lahan bervegetasi, bagaimanakah dampaknya pada perubahan iklim? Apakah akan semakin panas atau akan semakin sejuk iklimnyha? Dan apakah materi muatan Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda dapat dilanjutkan atau tidak? Jika tidak dapat dilanjutkan apa saja rumusan alternatif yang dapat disepakati?

f. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

Pada tahap ini, hasil pada tahap 5, ditumpangsusun dengan Peta Kawasan Hutan terkini. Berdasarkan hasil tumpangsusun akan diketahui apakah materi muatan Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda berada pada kawasan hutan dengan fungsi yang bagaimana? Apakah masih bervegetasi tinggi atau tidak? Jika berada pada areal yang masih memiliki tutupan lahan bervegetasi, bagaimanakah dampaknya pada potensi keanekaragaman hayati? Apakah keanekaragaman hayati-nya akan terancam menuju kepunahan? Dan apakah materi muatan Dokumen Rencana RTR KSN Kawasan Laut Banda dapat dilanjutkan atau tidak? Jika tidak dapat dilanjutkan apa saja rumusan alternatif yang dapat disepakati?

5.4.6.7. Perumusan alternatif penyempurnaan Dokumen RPerpres RTR KSN Kawasan Laut Banda

Tahap perumusan alternatif penyempurnaan Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda, dilaksanakan dengan metode diskusi kelompok yang melibatkan tenaga ahli/ narasumber sesuai dengan isu PB prioritas serta mempertimbangkan kebutuhan PB, perbaikan lokasi, proses, metode dan teknologi. Bahan diskusi adalah rekapitulasi hasil dari kajian muatan KLHS sebagaimana pada tahap sebelumnya. Rekapitulasi alternatif hasil kajian muatan KLHS dilakukan dengan menggunakan analisis sistem dengan mengintegrasikan analisis PB. Hasil analisis sistem yang mengintegrasikan prinsip PB didiskusikan pada forum konsultasi publik. Hasil dari rumusan alternatif yang telah mengintegrasikan prinsip PB menjadi rekomendasi perbaikan untuk Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda.

5.4.6.8. Penyusunan Rekomendasi Perbaikan untuk Dokumen RPerpres RTR KSN Kawasan Laut Banda yang mengintegrasikan prinsip PB.

Tahap rekomendasi perbaikan Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda yang mengintegrasikan prinsip PB, dilakukan dengan melaksanakan perubahan pada Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda. Hal ini dilaksanakan oleh Kelompok Kerja Penyusun KLHS. Rekomendasi penyempurnaan Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda, memuat materi perbaikan serta informasi jenis usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui DDDT-LH dan tidak diperbolehkan lagi.

5.4.6.9. Pengintegrasian

Hasil KLHS diintegrasikan kedalam materi muatan RTR KSN Kawasan Laut Banda.

Pendekatan pengintegrasian yang pertama adalah ‘menyatu’ dimana penyelenggaraan KLHS berlangsung menyatu di dalam proses penyusunan rencana tata ruang dan dilaksanakan oleh tim penyusun yang sama. Kedua, pendekatan ‘terpadu’ dimana tim penyusun KRP dan KLHS merupakan tim yang berbeda. Terdapat dua jenis pendekatan pengintegrasian ‘terpadu’, yaitu:

1. Pendekatan terpadu paralel, pada pendekatan ini penyusunan KLHS dan rencana tata ruang dilaksanakan secara bersamaan.

2. Pendekatan terpadu yang dilakukan saat penyusunan Rperpres RTR KSN sudah berjalan, baik sebelum atau sesudah tahap persetujuan subtansi dengan kedudukan belum ditetapkan sebagai perda

Gambar 5.15 Proses Intergasi KRP dan KLHS 5.4.6.10.Penjaminan Kualitas

Penjaminan kualitas KLHS dilakukan melalui penilaian mandiri oleh penyusun Dokumen RTR KSN Kawasan Laut Banda untuk memastikan bahwa kualitas dan proses pembuatan dan pelaksanaan KLHS dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku

5.4.5.1. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSN

Arahan pengendalian pemanfaatan ruang KSN disusun sebagai upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang KSN meliputi indikasi arahan zonasi sistem nasional, arahan insentif dan disinsentif, arahan sanksi, dan arahan penilaian pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang yang memuat penilaian pelaksanaan KKPR dan penilaian perwujudan RTR KSN.

Arahan pengendalian pemanfaatan ruang KSN disusun dengan kriteria:

1. berdasarkan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang;

2. sejalan dengan isu strategis prioritas dan fokus penanganan KSN;

3. mempertimbangkan permasalahan, tantangan dan potensi yang dimiliki KSN;

4. terukur, realistis dan dapat diterapkan;

5. mempertimbangkan aspirasi masyarakat dalam penetapannya;

6. melindungi kepentingan umum; dan

7. mengacu pada peraturan perundang-undangan.

Muatan arahan pengendalian pemanfaatan ruang KSN paling sedikit memuat:

1. Indikasi arahan zonasi sistem nasional 2. Arahan insentif dan disinsentif 3. Arahan Sanksi

4. Arahan Penilaian Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang

5.4.5.2. Pengelolaan dan Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang KSN

Pengelolaan dalam penataan ruang KSN disusun sebagai upaya untuk mewujudkan rencana tata ruang KSN. Peran masyarakat dalam penataan ruang KSN disusun sebagai upaya pelibatan para pemangku kepentingan lainnya yang terkait, khususnya masyarakat dalam pengelolaan suatu KSN. Peran masyarakat dapat dilakukan pada tahap perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, serta pengendalian pemanfaatan ruang.

Pengelolaan dan peran masyarakat dalam penataan ruang KSN disusun dengan kriteria:

1. mempertimbangkan kelembagaan yang sudah ada;

2. mengutamakan keterlibatan pemangku kepentingan yang berada di sekitar KSN;

3. melindungi kepentingan umum; dan

4. mengacu pada peraturan perundang-undangan.

Muatan pengelolaan dan peran masyarakat dalam penataan ruang KSN paling sedikit memuat:

1. pengelolaan KSN termasuk kelembagaan dan pemangku kepentingan yang terlibat pada suatu KSN; dan

peran masyarakat termasuk keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat (termasuk masyarakat adat) yang berada pada lingkup suatu KSN.

Dalam dokumen BAB 3 Pendekatan Metodologi (Halaman 31-41)

Dokumen terkait