• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Analisis

Dalam dokumen skripsi - Admin Digital Library (Halaman 46-93)

BAB III METODE PENELITIAN

D. Metode Analisis

Untuk menganalisis kebangkrutan atau kegagalan usaha pada perusahaan, penulis menggunakan model perhitungan Altman Z-score yaitu :

Model perhitungan jenis menggunakan model Altman Z-score yang biasa digunakan pada perusahaan non-manufaktur dan perusahaan pada umumnya (generalize), model perhitungan ini juga telah di pergunakan secara umum, dengan rumus :

Z = 6,56 X1+ 3,56 X2+ 6,72 X3+ 1,05 X4

dimana :

X1 =Net Working Capital dibagi Total Assets X2 = Retained Earnings dibagi Total Assets X3 = EBIT dibagi Total Assets

X4 = Market Value of Equity dibagi Book Value of Total Liabilities

Dengan kriteria penilaian sebagai berikut : Z > 2,60 = Non-bankrupt 1,10–2,60 = Gray area Z < 1,10 = Bankrupt

E. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan pembahasan maka penulis membagi dalam beberapa bab yang sistematis sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan pengertian mengenai kinerja keuangan, laporan

keuangan, komponen-komponen laporan keuangan permasalahan dalam kesulitan keuangan, analisis kesulitan keuangan dan resiko kebangkrutan, serta Altman Z-Score sebagai alat bantu indikasi kemungkinan kebangkrutan.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai lokasi penelitian, metode pengumpulan data, jenis dan sumber data, metode analisis dan sistematika pembahasan

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini menjelaskan tentang sejarah dan perkembangan

perusahaan, bidang usaha dan jenis produk, struktur organisasi, visi dan misi, komitmen dan sasaran perusahaan.

BAB V : PEMBAHASAN

Bab ini berisikan hasil analisis dan pembahasan permasalahan yang diteliti dengan menggunakan teori-teori yang telah

dijelaskan dan mengaplikasikan dengan menggunakan penelitian yang bersifat deskriptif meliputi perhitungan rasio, hasil

perhitungan dan analisis hasil perhitungan.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang merupakan rangkuman dari hasil analisis serta saran yang dianggap perlu sebagai hasil penelitian yang dilakukan sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan dan pihak lainnya.

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

Pelabuhan Makassar yang terletak di bagian barat kota Makassar tepat berada di bibir pantai jalur selat Makassar, sejak dahulu dikenal oleh para pedagang dan pelaut. Sejak abad ke-17 pada masa pemerintahan Sultan Gowa, Pelabuhan Makassar telah ditetapkan sebagai pusat perdagangan rempah-rempah.

Setelah dikuasai oleh VOC pada tahun 1667 melalui perjanjian bongaya atau lebih dikenal “bonggay Tractate” maka Pelabuhan Makassar semakin ramai dikunjungi para pedagang dan pelaut dari mancanegara serta antar pulau.

Pada tahun 1921, pemerintah Hindia Belanda mulai membangun dermaga dengan menggunakan konstruksi beton bertulang pondasi sistem caisson, yang kemudian dikenal dengan nama Dermaga Soekarno.

Pada tahun 1957, setelah melihat arus bongkar muat barang dan kunjungan kapal-kapal yang mengalami kenaikan dari waktu ke waktu, pemerintah Republik Indonesia memperluas Pelabuhan Makassar dengan konstruksi beton bertulang, pondasi tiap pancang, dan dermaga tersebut diberi nama Dermaga Hatta.

Menurut Zeehaven Regime Indonesia, yang didasarkan atas Indishe Scheepvaartwet 1936 pelabuhan-pelabuhan di Indonesia dibedakan atas pelabuhan laut yang terbuka untuk perdagangan luar negeri, dan pelabuhan pantai yang terbuka untuk pelayaran pantai/antar pulau.

Pelabuhan Makassar yang terletak di wilayah administrasi Kota Makassar merupakan pelabuhan yang terbesar di Sulawesi Selatan yang mempunyai peranan penting dalam lalu lintas, baik dalam negeri maupun luar negeri, karena letaknya yang strategis dapat menghubungkan Indonesia Bagian Barat dan Indonesia Bagian Timur.

Pada mulanya PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Makassar dulu dikenal dengan nama Haven Directive yaitu nama pelabuhan di Indonesia Timur yang dipakai sebelum zaman kemerdekaan yang pada waktu itu kebanyakan dikelola oleh orang asing dari pada orang pribumi.

Setelah zaman kemerdekaan, badan hukumnya berubah menjadi “Jawata Pelabuhan”. Pelabuhan yang berstatus ICW berada di bawah kementrian perhubungan. Pada tahun 1957 dilakukan penataan kembali status organisasi pengelolaan pelabuhan, karena adanya nasionalisasi pelabuhan dialihkan dari jawatan pelabuhan menjadi bentuk badan hukum perusahaan negara (PN) pelabuhan dikelompokkan dalam wilayah-wilayah.

Pada masa orde baru pemerintah mengeluarkan PP 1/1969 dan PP 19/1969, yakni melikuidasi PN pelabuhan dan untuk sementara badan hukum pengelolaan pelabuhan adalah Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) yang dipimpin oleh administrator pelabuhan (Adpel), sebagai pananggung jawab tunggal dan umum di pelabuhan.

Lima belas tahun kemudian, dengan keluarnya PP 11/1983 dan PP 17/1983 status PN berubah menjadi perusahaan umum (perum). Pengelola pelabuhan dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Di seluruh

Indonesia terdapat 4 perum pelabuhan, yang masing-masing memiliki hak otonomi penuh dalam mengelola pelabuhan-pelabuhan yang menjadi tanggung jawabnya. Sejak saat itu perusahaan mulai dikelola secara komersil. Laba usaha yang optimal target perusahaan, disamping tujuan non komersial lainnya.

Dengan perkembangan yang dicapai oleh Perum Pelabuhan IV dan dengan Dilandasi oleh pertimbangan peningkatan efisiensi dan efektivitas perusahaan, maka melalui Peraturan Pemerintah (PP) 59 Tahun 1991 pemerintah menetapkan bahwa pengelolaan pelabuhan di wilayah Perum Pelabuhan IV dialihkan ke Badan Usaha Milik Negara berbentuk persero. Persero ini didirikan pada tanggal 1 Desember 1992 berdasarkan Akta Nomor 7 yang dibuat di hadapan Imas Fatimah, SH notaris di Jakarta yang diperbaiki dengan Akta Nomor 29 tanggal 11 Oktober 1993 dibuat di hadapan Achmad Bajumi, SH notaris pengganti Imas Fatimah, SH notaris di Jakarta. Kedua akta tersebut mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan keputusan Nomor C213446.HT.01.01 Tahun 93 tanggal 10 Desember 1993. Hal tersebut merupakan pengakuan pemerintah terhadap Perum Pelabuhan IV yang dipandang telah memenuhi syarat sebagai perusahaan yang mampu mengembangkan usahanya secara mandiri. PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) adalah salah satu dari 17 BUMN di lingkungan Departemen Perhubungan yang diberi wewenang oleh pemerintah selaku penyelenggara pelayanan dan pengusahaan jasa pelabuhan umum yang di usahakan, meliputi kawasan Timur Indonesia dan Bagian Timur pulau Kalimantan,

PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berfungsi menyediakan, melaksanakan dan mengusahakan pelayanan jasa pelabuhan bagi pemanfaatan umum dan merupakan bagian dari kegiatan lalu lintas angkutan laut.

Pelabuhan Makassar saat ini dikenal salah satu pelabuhan kelas utama yang sejajar 3 (tiga) kelas utama lainnya, yaitu Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta, Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, Pelabuhan Belawan di Medan.

Sejak tahun 1994 pelabuhan Makassar telah mulai dimodernisasi menjadi pelabuhan peti kemas terbesar di kawasan Timur Indonesia.

Pelabuhan Makassar merupakan pelabuhan kelas utama pada PT.

Pelabuhan Indonesia IV (Persero) meliputi : 1. Pelabuhan- pelabuhan di Sulawesi 2. Pelabuhan- pelabuhan di Maluku 3. Pelabuhan- pelabuhan di Irian Jaya, dan 4. Pelabuhan- pelabuhan di Kalimantan timur

Pelabuhan Makassar di lihat dari segi perkembangan baik fasilitas maupun bangunan kegiatan operasional dan administrasi dari tahun ke tahun menunjukkan kegiatan semakin meningkat. Ruang lingkup operasional kegiatan kepelabuhanan adalah suatu terminal pelabuhan, dimana tempat pertemuan awal dan akhir segala kegiatan dan bentuk angkutan laut oleh karena itu mekanisme kerja pelabuhan disesuaikan sifat dan fungsi terminal dalam pelayaran sehingga kegiatan dapat berjalan dengan lancar tepat, aman dan tertib.

Demikian gambaran singkat mengenai sejarah berdirinya PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero), dimana sampai sekarang masih menjadi salah satu pintu gerbang perhubungan laut khususnya di Indonesia Bagian Timur.

B. Struktur Organisasi

Perusahaan sebagai suatu jaringan hubungan beberapa fungsi hanya dapat bekerja dengan baik apabila terdapat suatu pembagian tugas dan wewenang serta tanggung jawab yang dinyatakan dengan jelas dan dapat mengikuti perkembangan perusahaan tanpa perombakan yang cukup berarti terhadap struktur organisasi yang telah ada.

Dalam organisasi yang baik, harus terdapat pemisahan tanggung jawab antar departemen yang ada di dalamnya dan adanya kebebasan yang dimiliki oleh tiap-tiap bagian dalam melaksanakan fungsinya. Demikian pula dengan struktur organisasi PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Makassar, yang memisahkan tanggung jawab dan fungsi-fungsi organisasinya.

Manager Keuangan

Manager keuangan PT. Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar mempunyai tugas pokok menyiapkan dan melakukan pembinaan di bidang pengelolaan keuangan perseroan meliputi akutansi manajemen, perbendaharaan serta kemitraan dan bina lingkungan, dan akutansi keuangan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

Manager Keuangan dibantu oleh dua orang Asisten Manager (ASMAN) sebagai berikut :

1) ASMAN Administrasi Keuangan

Fungsi dan tugas pokoknya adalah membantu manager keuangan sebagai penanggung jawab program kerja bidang administrasi keuangan dan perpajakan yang telah ditetapkan dalam strategi dan kebijakan perusahaan.

2) ASMAN Akuntansi Keuangan

Fungsi dan tugas pokoknya adalah membantu manager keuangan Menejemen dalam menyusun program yang telah ditetapkan dalam kegiatan pengelolaan anggaran, kedalam kebijakan pengelolaan akuntansi biaya dan pentarifan.

C. Visi dan Misi Perusahaan Visi

Menjadi Perusahaan yang bernilai dan berdaya tarik tinggi melalui proses dan pelayanan unggul dengan orang-orang yang bahagia (To be Valuable and Attractive Company trhough Process and Service Excellence with Happy people)

Misi

1) Menjadi penggerak dan pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia Tengah dan Timur

2) Memberikan tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi

3) Tingkat Kepuasan dan keterikatan pegawai yang terus meningkat 4) Menjadi mitra usaha yang terpercaya dan menguntungkan

5) Pertumbuhan pendapatan dan laba usaha 20 persen setiap tahun 6) Menjadi Public Company tahun 2018

D. Komitmen Perusahaan

Dalam mencapai misinya perusahaan memiliki komitmen sebagai berikut : a. Kepada pengguna jasa menyediakan jasa pelabuhan dengan kualitas pelayanan

kelas dunia yang memuaskan pelanggan.

b. Kepada pemegang saham meningkatkan kinerja financial sehingga mampu memberikan konstribusi kepada pemegang saham dalam bentuk deviden yang optimal.

c. Kepada kepentingan nasional menstimulasi pertumbuhan ekonomi nasional.

d. Kepada masyarakat pelabuhan mendorong terbentuknya masyarakat pelabuhan yang kooperatif, memiliki rasa memiliki dan profesionalisme.

e. Kepada pegawai mampu memberikan dan meningkatkan kesejahteraan pegawai, menciptakan manusia, berdedikasi yang memiliki keterampilan, pengalaman dan kemampuan melayani serta berpandangan luas, yang merasa bangga pada perusahaan dan budaya kerjanya.

E. Sasaran Perusahan

a. Menciptakan pelabuhan yang dapat ikut serta dalam jaringan sistem transportasi global dalam rangka mendukung ekspor khususnya bagi kawasan timur Indonesia;

b. Pertumbuhan keuntungan berkelanjutan dengan menjadikan kegiatan usaha pelayanan petikemas menjadi segmen usaha andalan;

c. Peningkatan kondisi keuangan, khususnya arus kas sehingga mampu mendorong kapasitas investasi;

d. Menciptakan sinergi dengan pemerintah daerah dalam rangka menghadapi berbagai aspirasi dan tuntutan pemerintah daerah dengan mengembangkan kerjasama dalam suatu skema bisnis yang layak.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Model Altman Z-Score

Teori Altman Z-Score

Altman Z-Score adalah suatu alat yang digunakan untuk meramalkan tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan menghitung nilai dari beberapa rasio yang kemudian dimasukkan dalam suatu persamaan diskriminan. Analisa Z- Score ini telah dikembangkan pada tahun 1968 oleh Edward I.Altman. Dalam penelitiannya Altman mengambil sample 66 perusahaan yang terdiri dari 33 perusahaan yang mengalami kebangkrutan selama 20 tahun belakangan dan 33 perusahaan yang dipilih acak yang tidak pernah mengalami kebangkrutan.

Dimana ukuran aset yang dimiliki perusahaan-perusahaan tersebut berkisar dari 1 juta dollar sampai 26 juta dollar.

Altman melakukan perhitungan terhadap 22 laporan keuangan umum untuk 66 perusahaan tersebut dan untuk perusahaan yang bangkrut, ia menggunakan laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan tersebut satu tahun sebelum mengalami kebangkrutan. Tujuannya adalah untuk memilih jumlah yang kecil dari rasio tersebut yang dapat dengan baik membedakan antara perusahaan yang bangkrut dan yang sehat. Altman menggunakan teknik statistik Multiple, Discriminan dan Analysis.

Pendekatan ini menunjukkan berbagai karakteristik yang proporsinya dapat digunakan dengan baik untuk menentukan kategori-kategori dari sebuah

subjek seperti bangkrut dengan tidak bangkrut, kaya dengan miskin, muda dengan tua, dan seterusnya. Keuntungan dari MDA adalah karakteristik-karakteristik tersebut dapat dikombinasikan ke dalam nilai tunggal. Suatu nilai yang rendah mengimplikasikan suatu subjek adalah milik dari suatu 19 kelompok, suatu nilai yang tinggi mengimplikasikan suatu subjek adalah milik dari suatu kelompok lain dan suatu nilai tengah menyebabkan ketidakpastian kepemilikan dari suatu subjek.

Untuk menguji model tersebut, Altman menghitung Z-Score dari suatu kelompok baru dari perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut.

Untuk perusahaan yang tidak bangkut, ia memilih perusahaan yang dilapor kan mengalami defisit selama tahun sebelumnya. Tujuannya adalah untuk menemukan seberapa baik metode Z-Score dapat membedakan antara perusahaan yang sakit dan yang akan sakit. Dan hasilnya Altman menemukan bahwa sekitar 95% dari perusahaan bangkrut dengan tepat digolongkan sebagai perusahaan bangkrut. Dan sekitar 80% dari perusahaan tidak bangkrut dengan tepat digolongkan sebagai perusahaan tidak bangkrut.

Variabel-Variabel Z-Score

Untuk menghitung nilai Z-Score, kita harus menghitung terlebih dahulu variabel-variabel yang dimilikinya dalam bentuk rasio. Berikut 5 rasio yang diperlukan dalam analisa Z-Score :

1. Modal Kerja Terhadap Total Aset

Rasio pertama yang digunakan adalah rasio modal kerja terhadap total asset atau working capital to total assets. Rasio ini merupakan ukuran bersih pada

aset lancar perusahaan terhadap modal perusahaan. Modal kerja bersih adalah 20 selisih antara aset lancar dikurangi hutang lancar. Rasio ini menunjukkan likuiditas suatu perusahaan. Apabila perusahaan mengalami kesulitan likuiditas dapat dilihat dari penurunan modal kerja, sehingga hasil rasio akan semakin lama semakin kecil dan ada kemungkinan menjadi negatif jika modal kerjanya bernilai negatif. Rumusnya adalah X1= Working Capital dibagi Total Assets

2. Laba Ditahan Terhadap Total Aset

Rasio ini digunakan untuk mengukur profitabilitas secara kumulatif. Laba ditahan (retained earning) merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemilik saham dalam bentuk deviden. Laba ini menunjukkan adanya suatu keberhasilan dalam operasi perusahaan selama satu periode dan perusahaan dapat bertahan dari satu periode kerugian. Apabila perusahaan mengalami kerugian laba kumulatif menjadi turun sampai dengan mencapai negatif, akan menyebabkan nilai dari rasio ini menjadi negatif pula. Suatu kerugian laba kumulatif yang negatif akan memberikan sinyal dari suatu periode yang buruk, dan terdapat kemungkinan bahwa perusahaan akan berhenti beroperasi. Rumusnya adalah X2= Retained Earnings dibagi Total Assets

3. Laba Sebelum Bunga dan Pajak Terhadap Total Aset

Rasio ini dihitung dangan cara membagi laba sebelum bunga dan pajak (earning before interest and taxes) dengan total aset (total assets) perusahaan.

Rasio ini mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menggunakan asetnya dalam menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak, atau mengukur produktivitas asset sebenarnya. Sejak keberadaan pokok perusahaan didasarkan

pada kemampuan menghasilkan laba dari asset-asetnya, rasio ini muncul menjadi yang paling utama sesuai untuk studi yang berhubungan dengan kegagalan perusahaan. Hal ini sesuai dengan pengertian yang menyebutkan kebangkrutan terjadi pada saat total kewajiban melebihi penilaian wajar perusahaan terhadap aset perusahaan dengan nilai ditentukan oleh kemampuan aset menghasilkan laba.

Dan rumus yang digunakan adalah : X3 = Earning Before Interest and Taxes dibagi Total Assets

4. Nilai Pasar Saham Biasa dan Preferen Terhadap Total Hutang

Modal diukur melalui gabungan nilai pasar dan keseluruhan lembar saham preferen dan biasa (market value of equity). Sementara total hutang (liabilities) meliputi hutang lancar dan hutang jangka panjang. Ukuran tersebut menunjukkan seberapa banyak aset perusahaan dapat menurun nilainya (diukur dari nilai pasar modal ditambah hutang) sebelum kewajiban (hutang) melebihi aset dan perusahaan menjadi bangkrut. Sebagai contoh, sebuah 22 perusahaan dengan nilai pasar dari modalnya sebesar 1.000 dollar dan hutang 500 dollar dapat mengalami 2/3 penurunan nilai aset sebelum kebangkrutan, bagaimanapun perusahaan yang sama dengan modal 250 dollar akan bangkrut jika penurunannya hanya 1/3 nilainya. Rasio ini menambahkan dimensi nilai pasar yang tidak di tentukan oleh studi mengenai kebangkrutan lainnya. Rasio ini juga tampak menjadi penentu kebangkrutan yang lebih efektif dari pada rasio serupa yang lebih umum digunakan. Rumusnya adalah : X4 = Market Value of Equity dibagi Book Value of Total Liabilities

5. Penjualan pada Total Aset

Rasio ini menunjukkan seberapa efisien perusahaan dalam menggunakan aset untuk meningkatkan penjualan dan juga mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan. Rasio ini cukup penting karena rasio penjualan terhadap total aset (sales to total assets) ini menjadi rangking kedua dalam kontribusi keseluruhan ketepatan model diskriminan. Dan rumusnya adalah : X5= Sales dibagi Total Assets.

Rumus Z-Score

Altman membentuk 3 rumus Z-Score dimana ketiga rumus tersebut diperuntukkan bagi 3 kategori perusahaan yang berbeda sebagai berikut :

1. Untuk perusahaan manufaktur terbuka (Public manufacture)

Dimana saham atau stock dari suatu perusahaan diperdagangkan secara terbuka atau terdaftar pada bursa efek. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Z = 0,012 (X1) + 0,014 (X2) + 0,033 (X3) + 0,006 (X4) + 0,999 (X5)

Dimana :

Z = Overall Index

X1 = Working Capital/Total Assets X2 = Retained Earning/Total Assets

X3 = Earning Before Interest and Taxes/Total Assets X4 = Market Value of Equity/Total Liabilities X5 = Sales/Total Assets.

2. Untuk Perusahaan yang tertutup (Private firm)

Apabila saham atau stock dari suatu perusahaan tidak diperdagangkan secara umum (not public lytraded), maka rasio X4 (Market Value of Equity To Total Liabilities) tidak dapat dihitung. Untuk mengatasi hal ini, Altman merubah rasio

X4 yang menggunakan Market Value of Equity dengan Book Value of Equity.

Rumus yang digunakan :

Z = 0,717 (X1) + 0,847 (X2) + 3,107 (X3) + 0,420 (X4) + 0,998 (X5) Dimana :

Z = Overall Index

X1 = Working Capital/Total Assets X2 = Retained Earning/Total Assets

X3 = Earning Before Interest and Taxes/Total Assets X4 = Book Value of Equity/Total LiabilitiesX X5 = Sales/Total Assets.

3. Untuk perusahaan bukan manufaktur (non-manufacture) dan pemakaian umum lainnya (general use).

Masalahnya ada pada rasio X5 yaitu Sales to Total Assets. Rasio ini bervariasi pada setiap perusahaan, hal ini dikarenakan intensitas perputaran asset perusahaan tersebut. Perusahaan yang bergerak di bidang merchandising dan jasa secara konsisten memiliki perputaran yang lebih tinggi dari perusahaan manufaktur.

Untuk mengatasi masalah ini, Altman menghilangkan rasio X5 untuk dapat

menghitung tingkat kebangkrutan dengan lebih baik atau akurat. Rumus yang digunakan :

Z = 6,56 (X1) + 3,26 (X2) + 6,72 (X3) + 1,05 (X4) Dimana :

Z = Overall Index

X1 = Working Capital/Total Assets X2 = Retained Earning/Total Assets

X3 = Earning Before Interest and Taxes/Total Assets X4 = Book Value of Equity/Total Liabilities

Sejumlah studi telah dilakukan untuk mengetahui kegunaan analisis rasio keuangan dalam memprediksi kegagalan atau kebangkrutan usaha. Salah satu studi tentang prediksi ini adalah Multiple Discriminant Analysis yang dilakukan oleh Altman yaitu analisis Z-Score. Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Formula Z-Score untuk memprediksi kebangkrutan dari Altman merupakan sebuah multivariate formula yang digunakan untuk mengukur kesehatan finansial dari sebuah perusahaan. Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Model Z- Score sangat efektif untuk dapat memprediksi kebangkrutan 2 tahun sebelum terjadinya kebangkrutan yang sebenarnya dan untuk beberapa kasus model ini dapat memprediksi kebangkrutan 4 atau 5 tahun sebelumnya. Selain dapat

memprediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur secara tepat 2 tahun sebelum terjadinya kebangkrutan yang sebenarnya, Z-Score juga dapat digunakan untuk:

1. Memeriksa kembali calon perusahaan yang akan diakuisisi oleh pemasok dan perusahaan lain untuk mendeteksi masalah keuangan yang timbul dari perusahaan-perusahaan tersebut yang kemungkinan akan mempengaruhi bisnis perusahaan kita.

2. Mengukur tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan melalui informasi yang diperoleh dari laporan keuangan.

B. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan kombinasi dari data keuangan suatu perusahaan yang menggambarkan kemajuan perusahaan dan dibuat secara periodik. Ada beberapa pengertian laporan keuangan diantaranya sebagai berikut:

Menurut IAI (IAI, 2002 : 2) : Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap yang biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana) catatan (notes) dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Munawir (2000 : 2), laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak– pihak yang berkepentingan dengan dana atau aktivitas perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Harnanto (1998:3), laporan keuangan adalah keadaan keuntungan dan hasil usaha perusahaan serta memberikan rangkuman historis dari sumber ekonomi, kewajiban perusahaan dan kegiatan yang mengakibatkan perubahan terhadap sumber ekonomi yang dinyatakan secara kuantitatif dalam satuan mata

uang. Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya.

Pengertian Laporan Keuangan Kenyataan menunjukkan bahwa kegagalan suatu usaha seringkali berasal dari pembelian, perdagangan, atau ekspansi yang berlebihan. Kegagalan dan keberhasilan tidak selalu disebabkan oleh kurangnya pengetahuan produk atau gagal mengamati pasar dalam jangka panjang, melainkan karena tidak memahami kondisi keuangan. Menurut James O. Gill &

Moira Chatton (2003 : 2). Laporan Keuangan merupakan sarana utama membuat laporan informasi keuangan kepada orang-orang dalam perusahaan (manajemen dan para karyawan) dan kepada masyarakat di luar perusahaan (bank, investor, pemasok dan sebagainya). Menurut Munawir (2004 : 5). Laporan Keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Menurut Prihadi (2007 : 29). Laporan Keuangan adalah hasil (output), sedangkan masukannya (input) berupa transaksi bisnis.

C. Analisis Laporan Keuangan Berdasarkan Rasio-Rasio Keuangan Dalam Formula Prediksi Altman (Z-Score)

Analisis Laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2009:333) adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non- kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Analisis laporan

Dalam dokumen skripsi - Admin Digital Library (Halaman 46-93)

Dokumen terkait