METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau pada bulan Februari-Mei 2024.
3.2 Alur Penelitian
Penelitian yang dilakukan dimulai dari mencari informasi atau melakukan studi literatur. Mempersiapkan perangkat elektronika. Langkah selanjutnya yaitu melakukan perancangan kacamata pintar berbasis sensor ultrasonik, perakitan alat, pengujian alat dan melakukan analisis, untuk lebih jelasnya alur dapat dilihat pada gambar 3.1:
Gambar 3.1. Alur Penelitian Mulai
Tahap Persiapan Persiapan Perangkat
Elektronika Perakitan Alat
Uji Alat
Analisis Data
Selesai Ya
Tidak
Berikut penjelasan dari diagram pada gambar 3.1:
1. Pada tahap awal adalah tahap persiapan, proses yang dilakukan adalah mencari informasi berupa literasi jurnal, artikel tugas akhir dan buku yang berkaitan dengan kacamata pintar berbasis sensor ultrasonik.
2. Pada tahap persiapan perangkat elektronika, yaitu mempersiapkan perancangan perangkat elektronika yang akan digunakan.
3. Pada tahap perakitan alat, yaitu merakit dan menghubungkan semua pin komponen elektronika menjadi satu bentuk rangkaian pada kacamata.
4. Pada tahap pengujian alat, kacamata yang sudah dibuat diujikan apakah sesuai fungsinya atau tidak.
5. Analisis data, menganalisis informasi terkait data yang didapat apakah sesuai dengan yang dirancang atau tidak. Jika sudah sesuai maka kacamata dinyatakan berhasil.
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan kacamata pintar berbasis sensor ultrasonik sebagai berikut :
1. IC NE 555
IC NE 555 digunakan untuk menghasilkan berbagai jenis waktu dan bentuk gelombang pulsa. Dalam proyek kacamata pintar ini, IC Timer 555 menciptakan sinyal pembangkit waktu (PWM) atau modulasi lebar pulsa untuk buzzer.
2. Sensor Ultrasonik
Sensor ultrasonik memancarkan gelombang ultrasonik dan mengukur waktu yang diperlukan gelombang tersebut untuk memantul kembali setelah mengenai suatu benda. Ini adalah komponen penginderaan utama dalam kacamata pintar ini. Data ini digunakan untuk menghitung jarak antara kacamata dan benda di dekatnya. Pada kacamata ini, sensor ultrasonik adalah perangkat masukan utama, yang memberikan informasi tentang hambatan yang ada di jalur pemakainya.
3. Potensiometer
Potensiometer (resistor variabel) berfungsi menyesuaikan resistansi secara manual. Dalam proyek ini digunakan untuk penyesuaian sensitivitas sensor ultrasonik. Penyesuaian ini berguna dalam mengubah rentang jarak di mana kacamata mendeteksi rintangan.
4. Kapasitor 10 dan 100 mikro farad
Pada rangkaian ini, kapasitor menyaring atau menghaluskan sinyal listrik.
Misalnya, membantu menstabilkan level tegangan pada catu daya sehingga mengurangi kebisingan.
5. Resistor 1k ohm
Resistor membatasi aliran arus dalam suatu rangkaian. Dalam kacamata pintar ini, resistor 1k ohm digunakan di berbagai bagian rangkaian untuk mengontrol aliran arus dan membatasi level tegangan untuk pengkondisian sinyal.
6. Buzzer
Pada kacamata pintar ini, buzzer digunakan untuk memberikan umpan balik pendengaran kepada penggunanya tentang adanya rintangan.
7. Baterai 3,7v
Baterai sebagai sumber daya untuk kacamata pintar. Ini memberikan daya yang diperlukan untuk mengoperasikan semua komponen.
8. Saklar
Untuk menghubungkan dan memutuskan aliran listrik.
9. Solder
Untuk menyambung perangkat elektronika.
10. Lem Lilin
Untuk menempelkan rangkaian pada kacamata.
3.4 Rancangan Alat Penelitian
3.4.1 Skema Rangkaian Skema penelitian dapat dilihat pada gambar 3.2 :
Gambar 3.2. Skema Alat Penelitian Keterangan:
a. Saklar
b. Baterai 3,7 V
f. Kapasitor 10 mikro farad g. Kapasitor 100 mikro farad c. IC NE 555 h. Resistor 1k ohm
d. Sensor Ultrasonik i. Buzzer e. Potensiometer
Susunan Penghubung : a. Saklar
Terminal 2 → Kutub negatif baterai Common → Vcc Sensor
b. Baterai
a
b c d
e f
g
h i
Kutub Positif → Vcc Sensor Kutub Negatif → ground sensor c. IC NE 555
Pin 1 → GND sensor ultrasonik Pin 2 → pin 6 IC NE 555
Pin 3 → trig sensor ultrasonic
Pin 4 → Vcc sensor ultrasonik dan ke pin 8 d. Sensor Ultrasonik
Vcc → pin 4 IC NE 555 Trig → pin 3 IC NE 555 GND → pin 1 IC NE 555 e. Potensiometer
terminal 1 → pin 8 IC NE 555 terminal 2 → resistor 1k ohm terminal 3 → pin 7 IC NE 555 f. Kapasitor 10 mikro farad
Kaki positif → pin 8 IC NE 555 Kaki negatif → pin 1 IC NE 555 g. Kapasitor 100 mikro farad
Kaki positif → Vcc sensor Kaki negatif → Echo sensor h. Resistor 1k ohm
→ pin 6 dan trimpot i. Buzzer
Kaki positif → Vcc sensor Kaki negatif → Echo sensor
3.4.2 Desain Flowchart Sistem
Gambar 3.3 Flowchart Sistem 3.5 Cara Kerja Elektronika
Cara kerja alat ini adalah :
1. Ketika saklar dinyalakan, maka sirkuit terhubung ke baterai 3,7 v dan pin trigger sensor mendapatkan sinyal pulsa yang dihasilkan oleh IC NE 555.
2. Bagian transmitter sensor ultrasonik mengirimkan gelombang ultrasonik ke objek sekitarnya dengan kecepatan konstan (v) yang merambat dalam medium tertentu (misalnya udara).
3. Gelombang ini bergerak ke depan, setelah mencapai objek di depannya maka gelombang ini dipantulkan kembali dan diterima oleh receiver sensor kemudian akan di deteksi oleh pin echo.
KACAMATA MENJAUHI OBJEK
BUZZER BERBUNYI
STOP START
KACAMATA MENDEKATI OBJEK
BUZZER DIAM
4. Selama itu pin Echo akan menghasilkan sinyal yang lamanya (t) sama dengan lama gelombang yang dipantulkan. Waktu yang dibutuhkan gelombang untuk pergi ke objek di depannya dan kembali ke sensor adalah (t).
5. Waktu ini diukur oleh sensor ultrasonik itu sendiri kemudian dikonversi menjadi sinyal yang dapat diproses oleh IC NE 555. Sehingga IC NE 555 menghasilkan sinyal pulsa yang kemudian sinyal tersebut dapat terdengar melalui buzzer.
6. Kapasitor berfungsi untuk mengatur atau menghaluskan sinyal listrik dengan membantu menstabilkan level tegangan pada catu daya sehingga frekuensinya juga stabil untuk mengeluarkan suara pada buzzer.
7. Potensiometer (resistor variabel) berfungsi menyesuaikan resistansi secara manual sehingga dalam rangkaian ini potensiometer digunakan untuk penyesuaian sensitivitas sensor ultrasonik.
8. Resistor 1k ohm digunakan untuk mengontrol aliran arus dan membatasi level tegangan untuk pengkondisian sinyal pada IC NE 555.
3.6 Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka dan dapat dianalisis menggunakan sistem statistik. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh peneliti dari bermacam-macam benda dengan tingkat kekerasan yang berbeda secara langsung tanpa perantara. Untuk tabel pengujian dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Contoh Tabel Pengujian Alat
No Jenis Benda Jarak (cm) Taraf Intensitas Bunyi (dB)
1. Manusia (berat 73 2. kg)
3.
4.
5.
1. Manusia (berat 43 2. kg)
3.
4.
5.
1. Dinding Semen 2.
3.
4.
5.
1. Pintu Kayu 2.
3.
4.
5.
1. Jendela Kaca 2.
3.
4.
5.
1. Pagar Besi 2.
3.
4.
5.
1. Busa
2.
3.
4.
5.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menguji alat yang telah dibuat apakah bekerja sesuai dengan fungsinya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembuatan Alat
Berdasarkan hasil analisis dan rancangan alat yang ada pada pembahasan bab sebelumnya, maka perlu dilakukan pengujian penggunaan kacamata pintar untuk penyandang tunanetra berbasis sensor ultrasonik untuk mengetahui apakah alat bisa digunakan dengan optimal dan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Gambar 4.1 merupakan hasil pembuatan kacamata pintar untuk penyandang tunanetra berbasis sensor ultrasonik.
Gambar 4.1. Kacamata Berbasis Sensor Ultrasonik
Adapun prinsip kerja alat ini adalah menggunakan sensor ultrasonik untuk mendeteksi benda yang ada di depan pengguna dengan jarak tertentu, kemudian buzzer akan berbunyi jika menerima sinyal dari IC NE 555.
4.2 Data Hasil Penelitian
Setelah dilakukan pengujian untuk menentukan keberhasilan alat, maka data yang diambil dapat dilihat pada tabel 4.1:
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Alat Pada Enam Jenis Benda
No Jenis Benda Jarak (cm) Taraf Intensitas Bunyi (dB)
1. Manusia (berat 73 kg)
0 0
2. 2 76,2
3. 30 58,4
4. 60 55,8
5. 90 48,2
6. 120 36,7
7. 130 33,4
8. 140 31,7
9. 145 29,5
10. 150 0
1. Manusia (berat 43 kg)
0 0
2. 2 77,1
3. 30 68,6
4. 60 61,7
5. 90 56,0
6. 120 35,9
7. 130 32,6
8. 140 31,3
9. 145 28,6
10. 150 0
1. Jendela Kaca 0 0
2. 2 80,8
3. 30 68,0
4. 60 61,8
5. 90 60,3
6. 120 58,8
7. 150 49,6
8. 153 38,6
9. 155 37,8
10. 158 35,4
11. 160 0
1. Pintu Kayu 0 0
2. 2 78,0
3. 30 72,6
4. 60 60,6
5. 90 55,0
6. 120 47,2
7. 150 39,7
8. 153 34,6
9. 155 0
1. Pagar Besi 0 0
2. 2 78,9
3. 30 68,3
4. 60 59,5
5. 90 57,5
6. 120 49,3
7. 150 38,9
8. 153 35,3
9. 155 33,5
10. 158 0
1. Dinding Semen 0 0
2. 2 78,5
3. 30 65,0
4. 60 62,9
5. 90 49,8
6. 120 43,0
7. 150 33,8
8. 153 0
1. Busa 0 0
2. 2 0
3. 30 0
4. 60 0
5. 90 0
6. 120 0
7. 150 0
4.3 Grafik Data Hasil Penelitian
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0 2 30 60 90 120 150 153 155 158 160
Taraf Intensitas Bunyi (dB)
Jarak (cm)
Grafik Taraf Intensitas Bunyi (dB) Terhadap Jarak (cm)
Manusia (berat 73 Kg) Manusia (berat 43 Kg) Jendela Kaca
Pintu Kayu Pagar Besi Dinding Semen Busa
Gambar 4.2. Grafik Data Hasil Penelitian 4.4 Pembahasan
Sensor dapat mendeteksi benda pada jarak yang berbeda-beda sehingga menghasilkan taraf intensitas bunyi yang berbeda disetiap jaraknya. Dapat kita lihat pada hasil tabel 4.1 jika jaraknya betambah maka intensitas bunyi nya akan berkurang.
Berikut pembahasan hasil pengujian untuk masing-masing benda : a. Analisis Pengujian Alat di Depan Manusia (berat 73 kg)
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan intensitas bunyi tertinggi ada pada jarak 2 cm dengan taraf intensitas bunyi yaitu 76,2 dB. Ketika mendeteksi pada jarak yang paling jauh yaitu 150 cm buzzer sudah tidak berbunyi.
b. Analisis Pengujian Alat di Depan Manusia (berat 43 kg)
Taraf intensitas bunyi tertinggi terletak pada jarak 2 cm dengan taraf intensitas bunyi yang dihasilkan yaitu 77,1 dB. Ketika mendeteksi pada jarak yang paling jauh yaitu 150 cm taraf intensitas bunyinya sudah tidak ada.
c. Analisis Pengujian Alat di Depan Jendela Kaca
Taraf intensitas bunyi tertinggi ada pada jarak 2 cm dengan taraf intensitas bunyi yaitu 80,8 dB. Ketika mendeteksi pada jarak yang paling jauh yaitu 160 cm taraf intensitas bunyinya 0 dB.
d. Analisis Pengujian Alat di Depan Pintu Kayu
Taraf intensitas bunyi tertinggi berada pada jarak 2 cm dengan taraf intensitas bunyi yang terdengar yaitu 78,0 dB. Buzzer tidak akan berbunyi pada jarak 155 cm.
e. Analisis Pengujian Alat di Depan Pagar Besi
Taraf intensitas bunyi tertinggi berada pada jarak 2 cm dengan taraf intensitas bunyi yaitu 78,9 dB. Pada jarak 158 cm buzzer tidak berbunyi.
f. Analisis Pengujian Alat di Depan Dinding Semen
Taraf intensitas bunyi tertinggi berada pada jarak 2 cm dengan taraf intensitas bunyi 78,5 dB. Ketika mendeteksi pada jarak 153 cm buzzer tidak berbunyi.
g. Analisis Pengujian Alat di Depan Busa
Ketika kacamata diujikan di depan busa, buzzer tidak berbunyi sehingga taraf intensitas bunyi 0 dB disetiap jarak.
Berdasarkan pengujian beberapa benda tersebut semakin jauh jarak kacamata berbasis sensor ultrasonik dari benda maka intensitas bunyi yang dihasilkan buzzer akan semakin kecil. Dimana intensitas bunyi berbanding lurus dengan frekuensi. Panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi maka panjang gelombang juga berbanding terbalik dengan intensitas bunyi.
Pengujian pada beberapa benda tersebut terdapat perbedaan taraf intensitas bunyi, hal ini disebabkan oleh tekstur permukaan benda yang berbeda. Ada permukaan benda yang dapat memantulkan gelombang ultrasonik secara keseluruhan dan ada permukaan benda yang menyerap sebagian gelombang ultrasonik. Hal ini sesuai dengan sifat gelombang bunyi dimana gelombang bunyi dapat dipantulkan dan diserap. Umumnya benda yang keras, mengkilat, dan rapat memiliki sifat memantulkan bunyi. Oleh karena itu kaca memiliki taraf intensitas bunyi yang lebih tinggi dibanding benda yang lain karena kaca memiliki sifat yang homogen, keras, padat dan permukaan yang halus sehingga dapat memantulkan gelombang ultrasonik dengan baik tanpa diserap. Selanjutnya pagar besi yang memiliki permukaan keras dan kasar sehingga dapat memantulkan gelombang ultrasonik, namun struktur berpori pada permukaan besi juga dapat menyerap sebagian kecil gelombang ultrasonik sehingga taraf intensitas bunyinya lebih renda dari permukaan jendela kaca. Kemudian pada permukaan dinding semen yang kasar dan padat dapat memantulkan gelombang ultrasonik, sedangkan permukaan dinding tidak homogen dan berpori yang dapat menyerap gelombang sehingga taraf intensitas bunyinya lebih rendah dari kaca dan pagar besi.
Selanjutnya permukaan kayu memiliki intensitas yang lebih rendah dibandingkan jendela kaca, pagar besi dan dinding semen karena permukaan kayu tidak terlalu
padat dan keras seperti permukaan benda tersebut. Selanjutnya taraf intensitas bunyi pada manusia lebih rendah daripada jendela kaca, pagar besi, dinding semen dan pintu kayu karena permukaan manusia sangat kompleks dan beragam dipengaruhi oleh kulit, pakaian dan struktur tubuh lainnya. Misalnya kulit dan pakaian manusia yang cenderung menyerap gelombang ultrasonik sedangkan tulang dan logam dapat memantulkan gelombang ultrasonik. Terakhir pada permukaan busa, ketika kacamata didekatkan pada permukaan busa buzzer tidak berbunyi karena busa merupakan salah satu bahan peredam suara dan memiliki permukaan yang berpori sehingga cenderung menyerap gelombang ultrasonik.
Oleh karena itu, penyandang tunanetra dapat terhindar dari benda yang padat dan keras karena peringatan yang diberikan oleh bunyi buzzer. Sedangkan busa merupakan benda yang tidak berbahaya bagi penyandang tunanetra dan manusia sehingga tidak menjadi masalah jika buzzer tidak berbunyi ketika kacamata didekatkan ke busa.
4.5 Kelebihan Alat
Kacamata ini dapat mendeteksi benda yang ada didepan pengguna dan buzzernya akan berbunyi sehingga dapat membantu penyandang tunanetra ketika berjalan dan menghindari kecelakaan seperti tertabrak tembok dan benda lainnya.
4.6 Kekurangan Alat
Kacamata ini memiliki keterbatasan yaitu tidak dapat mendeteksi benda yang berada di bawah, dibelakang dan disamping pengguna. Alat ini juga tidak dapat memberitahu jenis benda dan berapa jarak dari pengguna.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pengujian dan pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa kacamata pintar untuk penyandang tunanetra berbasis sensor ultrasonik yang dibuat berhasil dirancang dan dikembangkan. Kacamata tersebut juga berhasil digunakan sesuai dengan komponen alatnya. Pada saat benda terdeteksi oleh sensor ultrasonik maka buzzer akan berbunyi untuk memberi peringatan kepada pengguna. Semakin jauh jarak benda dengan pengguna maka taraf intensitas bunyi buzzer akan semakin kecil. Taraf intesitas bunyi (dB) juga dipengaruhi oleh permukaan benda/material sesuai dengan sifat gelombang bunyi yaitu terdapat permukaan benda/materi yang bisa memantulkan gelombang bunyi dan sebaliknya ada juga permukaan benda/material yang dapat menyerap gelombang bunyi.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian dan percobaan yang telah dilakukan, peneliti berharap kacamata ini dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. Peneliti juga menyarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan alat dan teknologi yang lebih canggih seperti menambahkan arduino atau perangkat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ady, F. N. H. (2019). Rancang bangun tempat sampah otomatis menggunakan sensor ultrasonik. UNES Teknologi, 1–40.
Anonim. (2012). HC-06 Bluetooth to Serial Module. 5–61.
https://splashtronic.wordpress.com/2012/05/13/hc-05-bluetooth-to-serial- module/
Basri, I. Y., & Irfan, D. (2018). Komponen elektronika.
Budiyanta, N. E., Wishnu, M. C., W, D. R., & Lukas, L. (2019). Perancangan Fidget Device Berbasis Internet Of Things. TESLA: Jurnal Teknik Elektro, 21(1), 1. https://doi.org/10.24912/tesla.v21i1.3241
Chandra, H., & Pratama, F. (2023). Alat Bantu Jalan Tunanetra menggunakan Sensor Ultrasonik. Jurnal SISKOM-KB (Sistem Komputer Dan Kecerdasan Buatan), 7(1), 9–14. https://doi.org/10.47970/siskom-kb.v7i1.452
Dwiatmaja, A. W., & Rakhmadi, F. A. (2019). Rancang Bangun Sistem Deteksi Daging Ayam Tiren Berbasis Resistansi dan Mikrokontroler ATMega8 untuk Autentifikasi Halal. Ijhs, 001(01), 1–7. http://ejournal.uin- suka.ac.id/saintek/IJHS/article/view/1646
Eduar, D. (2023). ALAT BANTU MOBILITAS PENYANDANG TUNANETRA DENGAN MULTISENSOR HC-SR04 MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents.
Eni. (2019). Teori Gelombang. Angewandte Chemie International Edition, m, 5–
24.
Firdaus, M. (2020). Pengertian dan Macam-macam Saklar Macam-Macam Saklar :
Giancolli.D.C. (2001). Fisika Jilid 2 Edisi Kelima (Jakarta:Erlangga (ed.)).
Halliday, D dan Resnick, R. (1996). Fisika Jilid I (P. S. Dan & E. Sucipto (eds.)).
Erlangga.
Hendryadi, D., Iryani, J., & Azran, M. (2022). Prototype Kacamata Sensorik Untuk Tunanetra Berbasis Mikrokontroler. Jurnal Teknoif Teknik Informatika Institut Teknologi Padang, 10(1), 25–28.
https://doi.org/10.21063/jtif.2022.v10.1.25-28
Hidayat, T. (2011). Desain Prototipe Sonic Log Menggunakan Sensor Ultrasonik untuk Mengetahui Waktu Penjalaran Gelombang Suara pada Medium Padat.
I. Yulianti and A. A. Sopandi. (2019). Pelaksanaan Pembelajaran Orientasi dan
Mobilitas bagi Anak Tunanetra di SLB Negeri 1 Bukittinggi. J. Penelit.
Pendidik. Kebutuhan Khusus, 7, 264–271.
Ishaq, M. (2003). G E L O M B a N G : B U N Y I. In Hand Out Fisika Dasar 2.
James W, Elston D, T. J. et al. (2020).Capacitor. Andrew’s Disease of the Skin Clinical Dermatology., 5–22.
Jowangkay, T. M. (2016). Simulasi Sistim Keamanan Rumah Menggunakan Sensor Ultrasonik Hc Sr-04 Dengan Arduino.
http://repository.polimdo.ac.id/609/1/Theo Jowangkay.pdf
Mardiati, R., Ashadi, F., & Sugihara, G. F. (2016). Rancang Bangun Prototipe Sistem Peringatan Jarak Aman pada Kendaraan Roda Empat Berbasis Mikrokontroler ATMEGA32. TELKA - Telekomunikasi, Elektronika, Komputasi Dan Kontrol, 2(1), 53–61. https://doi.org/10.15575/telka.v2n1.53- 61
Maulana, E. (2014). Sensor dan Tranduser (Bahan Ajar). Bahan Ajar Elektronika Kontrol - Sensor Dan Transduser.
Mentor, K. P. (2023). Macam-macam saklar.
Paul A. Tipler, M. G. (2008). Physics For Scients and Engineers With Modern Physics 6 th. In W.H. Freeman and Company (6th ed.).
Podlogar, K. (2022). Gelombang.
Sarosa. (2017). BAB II Landasan Teori. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 8–24.
Suhada, I. (2021). Alat Bantu Tunanetra Menggunakan Sensor Ultrasonik Berbasis Arduino Nano. Journal of Business Theory and Practice, 10(2), 6.
http://www.theseus.fi/handle/10024/341553%0Ahttps://jptam.org/index.php/
jptam/article/view/1958%0Ahttp://ejurnal.undana.ac.id/index.php/glory/articl e/view/4816%0Ahttps://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/23790/
17211077 Tarita Syavira Alicia.pdf?
Sulistiyanti, R, S. Purwiyanti, S. Pauzi, A, P. (2016). Sensor dan Prinsip Kerjanya.
In Revista Brasileira de Linguística Aplicada (Vol. 5, Issue 1).
https://revistas.ufrj.br/index.php/rce/article/download/1659/1508%0Ahttp://h ipatiapress.com/hpjournals/index.php/qre/article/view/1348%5Cnhttp://www .tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09500799708666915%5Cnhttps://mckinse yonsociety.com/downloads/reports/Educa
Susilo, M., Keahlian, P., Xi, B. A. B., & Xi, B. A. B. (2016). Bab xi.
Timer, P. (2021). NE555 Pin Descriptions. February, 1–14.
Tipler, P. . (1991). Fisika Untuk Sains dan Teknik (Erlangga (ed.); ketiga).