PENDAHULUAN
1.7. Metode Penelitian
1.7.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini mengimplikasikan metode yang berpijak pada analisis hukum. Deskripsi atas obyek masalah yang akan diteliti adalah sistem penegakan hukum di Indonesia baik melalui sarana penal maupun non-penal dan kaitannya mediasi penal sebagai upaya penyelesaian perkara pidana dalam sistem penegakan hukum. Berdasarkan obyek tersebut, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian hukum normatif, yaitu berupa penelaahan terhadap bahan-bahan pustaka, pendapat-pendapat para ahli dan norma-norma yang berlaku yang berkaitan dengan persoalan yang dibahas.
Penelitian hukum normatif merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi sehingga diperoleh argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan ma- salah.63 Penelitian hukum normatif ini dikenal juga dengan dengan penelitian hukum doktriner atau penelitian hukum kepustakaan atau studi dokumen. Dikatakan pene litian hukum doktriner, karena penelitian ini dilakukan atau di- tujukan hanya pada peraturan-peraturan tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain. Penelitian ini juga dapat di kata kan sebagai penelitian kepustakaan atau studi doku- men, dikarenakan penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap data-data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan64 ataupun tempat dokumen-dokumen lainnya.
Di samping peraturan-peraturan yang tertulis, penulis juga mencoba untuk menggali peraturan-peraturan yang tidak
63 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 35
64 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta:
Sinar Grafika, 1991), hlm. 13-14
tertulis yang berkembang di masyarakat adat di Indonesia yang sekiranya nilai-nilai luhur serta norma-norma yang terkandung di dalamnya dapat diambil atau dipadukan guna melengkapi penelitian ini. Penulis juga mengunakan metode perbandingan hukum pidana dalam melengkapi peraturan-peraturan yang belum ada di Indonesia dengan dibandingkan dengan peraturan-peraturan yang ada di Negara lain yang tentunya memiliki nilai-nilai yang sama dengan kultur masyarakat Indonesia.
Dalam ilmu hukum yang obyeknya adalah norma (hukum), penelitian hukum (de beoveninghet de bedrijven) dilakukan untuk membuktikan beberapa hal, yaitu65:
a. Apakah bentuk penormaan yang dituangkan dalam suatu ketentuan hukum positif dalam praktik hukum telah sesuai atau merefleksikan prinsip-prinsip hukum yang ingin menciptakan keadilan ?
b. Jika suatu ketentuan hukum bukan merupakan refleksi dari prinsip-prinsip hukum, apakah ia merupakan konkretisasi dari filsafat hukum ?
c. Apakah ada prinsip hukum yang baru sebagai refleksi dari nilai-nilai hukum yang ada ?
d. Apakah gagasan mengenai pengaturan hukum akan suatu perbuatan tertentu dilandasi oleh prinsip hukum, teori hukum, atau filsafat hukum ?
Dalam penelitian ini persoalan yang terdapat pada huruf d yang akan dibuktikan dalam kaitannya dengan mediasi penal sebagai alternative penyelesaian perkara pidana dalam sistem penegakan hukum di Indonesia.
65 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia Publishing, 2010), hlm. 48
1.7.2. Pendekatan Masalah
Nilai ilmiah suatu pembahasan dan pemecahan masalah terhadap isu hukum yang diteliti sangat tergantung kepada cara pendekatan (approach) yang digunakan. Jika cara pendekatan tidak tepat, maka kualitas penelitian tidak akurat dan kebenaran serta hasilnya pun dapat digugurkan.
Cara pendekatan (approach) yang digunakan dalam suatu penelitian hukum normatif akan memungkinkan seorang peneliti untuk memanfaatkan hasil-hasil temuan ilmu hukum empiris dan ilmu-ilmu lainnya untuk kepentingan analisis serta eksplanasi hukum tanpa mengubah karakter ilmu hukum sebagai ilmu normatif.66
Dalam penelitian ini ada 3 (tiga) metode pendekatan yang digunakan, yaitu pendekatan konseptual (conceptual approach) untuk permasalahan pertama dan ketiga, pen- dekatan perundang-undangan (statute approach) untuk permasalahan kedua, serta pendekatan perbandingan (comparative approach) untuk permasalahan kedua dan ketiga. Pendekatan perundang-undangan atau pendekatan yuridis (statute approach) yaitu penelitian terhadap produk-produk hukum seperti undang-undang, peraturan- peraturan yang lain termasuk peraturan-peraturan lembaga penegak hukum yang bersifat internal serta peraturan- peraturan lain yang mendukung. Di samping itu, melalui pen dekatan perbandingan (comparative approach), penulis juga melakukan perbandingan hukum dari Negara- negara di Eropa maupun Negara di dunia yang memiliki kesamaan mengenai kultur hukum yang ada terutama pengaturan tentang mediasi penal sebagai upaya alternatif penyelesaian sengketa perkara pidana. Pendekatan kon- septual (conceptual) merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk memperoleh kejelasan dan pembenaran ilmiah berdasarkan konsep-konsep hukum yang bersumber
66 Ibid, hlm. 300
dari prinsip-prinsip hukum.67 Pendekatan konseptual ini digunakan untuk mengkaji mediasi penal sebagai alternatif penyelesaian perkara pidana dalam sistem peradilan pidana dalam rangka pengembangan konsep diskresi, diversi dan restorative justice.
1.7.3. Bahan Hukum
Di dalam penelitian hukum normatif, bahan hukum merupakan sumber bahan utamanya untuk memecahkan atau menjawab isu hukum. Bahan hukum di sini terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum yang diurut berdasarkan hirarki perundang-undangan, konvensi-konvensi internasional dan peraturan-peraturan Negara lain sebagai bahan hukum untuk perbandingan. Peraturan perundang-undangan Indo- nesia dan konvensi-konvensi internasioanal serta peratur- an perundang-undangan beberapa Negara sebagai pem- banding. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang di peroleh dari buku-buku teks, jurnal-jurnal ilmiah, makalah-makalah, artikel-artikel, termasuk Rancangan KUHP dan RKUHAP Indonesia dan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang diteliti. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan-penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer maupun sekunder, seperti kamus hukum (Black’s Law Dictionary) maupun sumber-sumber dari internet. Bahan-bahan yang dipergunakan dalam perbandingan hukum dapat berupa bahan yang langsung didapat dari masyarakat (data primer), maupun bahan kepustakaan (data sekunder). Bahan-bahan kepustakaan tersebut dapat berupa bahan hukum primer, sekunder
67 Peter Mahmud, op cit, hlm. 138
ataupun tertier (dari sudut kekuatan mengikatnya).68.
1.7.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Dilakukan dengan cara studi kepustakaan (Library Research), yaitu dengan melakukan penelusuran terhadap bahan-bahan hukum yang ada relevansinya dengan pokok permasalahan yang menjadi kajian dalam penelitian ini.
Tidak kalah pentingnya, penulis juga melakukan studi kepustakaan maupun mencari bahan hukum sekunder lainnya melalui internet. Hal ini mengingat bahan-bahan hukum yang diperlukan dalam melengkapi bahan kajian banyak merujuk pada aturan-aturan Negara tertentu maupun konvensi-konvensi internasional yang tentunya sebagian besar belum ada pengaturannya di Indonesia.
1.7.5. Teknik Analisis Bahan Hukum
Bahan hukum yang diperoleh dalam penelitian hukum normatif dengan cara studi kepustakaan diuraikan dan dikorelasikan antara bahan hukum yang satu dengan bahan hukum yang lain sedemikian rupa baik antara bahan hukum primer, sekunder maupun bahan hukum tersier, sehingga dapat disajikan dalam penulisan yang sistematis guna menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.
Selanjutnya bahan hukum yang ada dianalisis secara deskriptif yang diawali dengan mengelompokkan bahan hukum yang sama menurut sub aspek dan selanjutnya melakukan interpretasi untuk memberikan makna terhadap tiap sub aspek dan hubungannya satu sama lain. Kemudian setelah itu dilakukan analisis secara keseluruhan terhadap aspek tersebut untuk memahami makna hubungan antara aspek yang satu dengan lainnya dengan keseluruhan aspek yang menjadi pokok permasalahan penelitian
68 Soerjono Soekanto, Perbandingan Hukum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1989), hlm. 54
yang dilakukan dengan mempergunakan penalaran, baik bersifat deduktif maupun induktif, sehingga memberikan gambaran hasil secara utuh.69 Jadi, sifat penelitian ini adalah menggunakan teknik descriptif analitis, yaitu penulis ingin memberikan gambaran dan analisa secara mendalam mengenai keberadaan fenomena yang berkembang di masyarakat yaitu suatu upaya penyelesaian perkara pidana melalui mediasi penal meskipun masyarakat pada umumnya sedikit menyadari keberadaannya dan bahkan upaya ini sudah menjadi rahasia umum.
Di samping teknik descriptive analitis, dalam analisis data dan bahan hukum yang akan dilakukan dalam penelitian ini maka penulis juga menggunakan metode analisis data dan bahan hukum secara descriptive kualitatif serta secara eksploratif. Metode analisis data secara Deskriptif Kualitatif, yaitu dengan jalan memaparkan data-data yang didapat dari penelitian secara riil apa adanya dan didukung dengan data-data penunjang lainnya yang didapat penulis dari berbagai sumber yang relevan dengan permasalahan yang dibahas. Di samping itu juga digunakan analisis secara Eksploratif dengan melakukan penjelajahan, menggali dibalik fenomena dan hal yang ada dengan penuh kreatif.
1.7.6. Definisi Konseptual a. Mediasi Penal
Penyelesaian perkara pidana melalui musyawarah dengan bantuan mediator yang netral, dihadiri oleh korban dan pelaku baik secara sendiri-sendiri maupun beserta keluarga dan perwakilan masyarakat (tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, dll), yang dilakukan secara sukarela, dengan tujuan pemulihan bagi korban, pelaku dan lingkungan masyarakat.
69 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung: Mandar Maju, 2008), hlm. 166
b. Tahap Penyidikan
Proses/tahap awal penyelesaian perkara pidana dalam sistem peradilan pidana (criminal justice system) yang dilakukan oleh penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam undang-undang dalam rangka penegakan hukum pidana.