• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahapan Prosesi Perkawinan Masyarakat desa Lando Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN

B. Tahapan Prosesi Perkawinan Masyarakat desa Lando Kecamatan

7. Keadaan Penduduk

Berdasarkan data pada bulan Januari 2018 jumlah penduduk Desa Lando terdiri dari 1.400 Jiwa dengan rincian sebagai berikut:

a. Data Jumlah Dusun dan RT:

 Jumlah Dusun : 3 Wilayah

 Jumlah RT : 10 Wilayah

 Jumlah Laki-Laki : 670 Jiwa

 Jumlah Perempuan : 700 Jiwa

 Jumlah Janda : 30 Jiwa29

B. Tahapan Prosesi Perkawinan Masyarakat desa Lando Kecamatan

kekeluargaan, dengan melibatkan kepala Desa, Kapal Dusun dan Tokoh Masyarakat.

Pada umumnya pelaksanaan perkawinan masyarakat di Desa Lando terdiri dari beberapa tahapan, mulai dari meminang hingga pernikahan berlangsung. Sebuah perkawinan yang normal biasanya didahului dengan masa pertunangan/ikat janji antara pihak laki-laki dan pihak perempuan. Kemudian dilanjutkan dengan perkawinan. dalam pelaksanaan upacara tahapan perkawinan yang direstui oleh kedua orang tua ataupun keluarga masing-masing pihak, biasanya dilaksanakan menurut tata cara atau tradisi perkawinan masyarakat di Desa Lando yang berlandaskan kaidah-kaidah ajaran agama dengan tidak terlepas dari pengaruh tradisi. 30

Berdasarkan hasil wawacara peneliti bahwa perkawinan dalam tradisi orang manggarai khusunya di Desa Lando, baru dianggap sah oleh keluarga dan masyarakat apabila telah dilaksanakan sesuai tradisi yang berlaku di Desa Lando, dengan menerapkan beberapa tahapan yaitu:

1. Tuke rei: keluarga laki-laki pergi kerumah pihak perempuan untuk melaksanakan peminangan. Dalam pelaksanaan tuke reiterjadi suatu poses pihak keluarga laki-laki beserta tokoh adat melakukan musyawarah dengan keluarga perempuan untuk mengetahui siapa yang akan dilamar oleh laki-laki tersebut. Setelah itu dilanjutkan

30Mansur, Wawancara, Lando,24 Desember 2019

dengan tokoh adat memanggil Tongka (juru bicara) untuk membantu proses berjalannya lamaran tersebut.

2. Ngopongo: pergimengikat artinya ketika sudah saling mengikat maka status hubungan laki-laki dan perempuan sudah berada pada masa tunangan.31 Pongo (ikatan, mengikat), ada ucapan dalam bahasa manggarai “ngo pongo ine wai” (pergi ikat perempuan), artinya mengadakan ikatan cinta antara perempuan dan laki-laki lazimnya bila sudah diadakan acara pongo, maka status hubungan laki-laki dengan perempuan berada pada masa tunangan.

Agar ikatan itu kuat dan resmi secara adat maka pihak keluarga laki-laki menyerahkan seng pongo (uang ikatan). Jumlah uang ikatan tergantung kesepakatan dari keluarga dengan perantara tongka. Pongo juga membuat pria dan wanita saling setia satu sama lain.32

3. Paluk Kila (Tukar Cincin): tukar cincin ini dilaksanakan sebagaimana sering disebut dengan tunangan. Paluk kila (paluk:

tukar, kila: cincin). Palu kila artinya tukar cincin. Acara tukar cincin ini dilakukan waktu peminangan awal secara resmi antara laki-laki dan perempuan yang disaksikan oleh keluarga besar kedua belah pihak. Prosedurnya bahwa tukar cincin dilaksanakan bila peminangan itu diterima. Pada waktu tukar cincin, ditunjuklah beberapa solusi (pihak ketiga) untuk menyaksikan bahwa antara

31 Ajhar, Wawancara, Lando,24 Desember 2019

32 Ibid

perempuan yang dilamar dengan laki-laki sebagai pelamar saling menyatakan suka sama suka (saling jatuh cinta).33

4. lonto leok(duduk berdiskusi) pada saat lonto leok pihak keluarga laki-laki dan perempuan mendiskusikan uang seng pesta (uang pesta) yang akan dipersiapkan untuk melaksanakan perkawinan dari pengeluaran anggaran untuk pesta dan gaun pengantin serta mereka juga mendiskusikan mengenai undangan yang akan dibuat dan yang akan dibagikan

5. Seng belis(uang permintaan sesuai kesepakatan pihak perempuan):

seng belis yang digunakan di Desa Lando adalah dengan istilah uang air susu ibu dan keringat orang tua yang nantinya akan diberikan imbalan oleh pihak laki-laki yang akan dinikahkan dengan putri mereka. Selain itu seng belis juga merupakan gambaran dari tingkatan ekonomi seseorang karena dijatuhkan besar dan kecilnya jumlah uang belis sesuai dengan kekuatan perekonomian yang dimiliki oleh pihak laki-laki. selain itu juga pelunasan uang belis bisa dilakukan kontan dan kredit sesuai kesepakatan yang dilakukan oleh pihak laki-laki dan perempuan. setelah sepakat mengenai uang belis maka dilangsungkannya perkawinan yang dimana pernikahan yang dilaksanakan dirumah perempuan dan menggunakan adat atau tradisi pihak perempuan yang berlaku di Desa Lando.

6. kawing (perkawinan)

33 Ibid

Pelaksanaan perkawinanmasyarakat Desa Lando tidak terlepas dari adat/tradisi itu sendiri. Dalan pelaksanaan perkawinan masyarakat Desa Lando mengundang semua keluarga besar mempelai laki-laki dengan bertujuanmengantar calon pengantin laki-laki ditempat yang sudah disedikan oleh pihak keluarga perempuan (kemah/panggung).Calon mempelai laki-laki beserta keluarganya pergi ke kemah/panggung sambil diiringi dengan music rebana.

Setelah pihak calon pengantin laki-laki telah berada di kemah/panggung maka MC yang sudah diutus oleh pihak keluarga perempuan akan memepersilahkan pihak laki-laki untuk masing- masing duduk didalam kemah/panggung dan kemudian setelah semua para tamu undangan sudah rapidan duduk diposisisnya masing-masing maka MC akan memberi arahan kepada calon mempelai laki-laki untuk menjemput calon mempelai perempuan dirumah mempelai perempuan menuju ke kemah/panggung. Setelah kedua pengantin sudah berada di tempat tersebut maka MC akan membuka acara pernikahan dan dilangsungkan pernihakaan itu mengikuti sususnan acara yang sudah ditetapkan sesuai tradisi Desa Lando, sebagai berikut:

a. Salam beserta sapaan hormat kepada para tamu undangan b. Tilawah Al-Qur’an

c. Khutbah Nikah

d. Berlangsung proses Akad Nikah yang di Pandu oleh bapak dari pihak calon pengantin perempuan

e. Penanda tanganan akta nikah f. Penyerahan mas kawin/cincin g. Penyerahan buku nikah

h. Penutup dan diakhiri dengan Doa yang dipandu oleh salah satu tokoh agama Desa Lando

i. Acara makan-makan

Setelah proses acara perkawinan selesai maka MC mengumumkan agar para tamu undangan untuk bersiap-siap memasuki acara pesta/hiburan pada jam telah ditentukan yaitu setelah selesai ba’da shalat Isya/jam 20:00 WIB dan belangsungnya acara hiburan sampai jam 02:00 WIT.

7. Podo Wina (antar istri)

Podo wina (antar istri) adalah mengantar mempelai perempuan (istri) bersama mempelai laki-laki (suami) ke rumah orang tua suami setelah sah/sudah dilangsungkannya perkawinan. Orang yang ikut acara podo wina yaitu hanya pihak keluarga perempuan. Keluarga besar laki-laki akan manyambut dengan meriah untuk kedatangan menantu tersebut. Sesuai tradisi/adat masyarakat Desa Lando.34

34 ibid

Sampai sakarang tradisi ini masih dipertahankan di Kabupaten Manggarai khususnya di Desa Lando Kecamatan Satar Mese, karena tradisi tersebut adalah turun temurun sejak nenek moyang .35

C. Praktik Pembatalan Tahapan Perkawinan Karena Ekonomi Keluarga di desa Lando Kecamatan Satarmese Barat Kabupaten Manggarai

Berdasarkan paparan pada sub bab sebelumnya bahwa pelaksanaan perkawinan dalam tradisi masyarakat desa Lando harus melalui beberapa tahapan.Namun didalam proses perkawinan itu ada yang tidak sampai dalam tahapan perkawinan dikarenakan ketika saat pihak keluarga perempuan sudah menentukan seng pongo atau uang pengikat ternyata pihak laki-laki menunda dan memeperpanjang waktu untuk melangsungkan perkawinan akan tetapi pihak perempuan membatalkannya diakibatkan pihak perempuan tidak bisa menerima atau tidak bisa menunggu pihak laki-laki yang terlalu lama menunda pernikahannya.

Proses terjadinya pembatalan itu mulai terjadi pada tahun 2018 pada saat itu terjadi dua kasus pembatalan tahapan perkawinan yang dilakukan oleh pihak keluarga perempuan dengan alasan terlalu lama memberiseng pongo (uang ikatan) dan alasan kasus kedua adalah terlalu mahal seng belis (uang upah keringat orang tua perempuan yang harus diberikan sebagai imbalan oleh pihak laki-laki) dan pihak laki-laki tidak

35 ibid

bisa memenuhi permintaan dari pihak perempuan terkait seng belis oleh sebab itu maka dilaksanakannya tahapan pembatalan perkawinan.

Setelah terjadi pembatalan perkawinan di tahun 2018 di Desa Lando kini terulang kembali pada tahun 2019.Terjadi pembatalan tahapan perkawinan yang dilakukan pihak laki-laki karena merasa terbebankan dikarenakan pikah perempuan memberi tanggung jawab dalam tahapan perkawinan pada saat tahapan lonto leok yang dimana mereka membahas pengumpulan uang untuk diberlangsungkannya acara perkawinan dan pihak perempuan menginginkan pihak laki-laki yang menanggung semua uang untuk berlangsungnya perkawinan tersebut. Oleh karena itu pihak laki-laki merasa terbebani dan melakukan pembatalan tahapan perkawinan.

Berikut tabel pembatalan perkawinan di Desa Lando pada tahun 2018-2019:

No Nama

Pasangan

Alamat Tanggal Batalnya Perkawinan

Alasan Pembatalan

1. Siti Fatma Wati dan Amir

Konggang 21 April 2018 Pihak laki- lakiterlalu

lama memberi

seng

pongo(uang ikatan).

2. Ma’wah dan Umar

Konggang 14 November 2018

Pihak laki- laki tidak

bisa memenuhi permintaan

dari pihak perempuan terkait seng

belis.

3. Umai dan Sahril

Konggang 10 Februari 2019

Pihak laki- laki merasa

terbebani akibat dibebankan kepada pihak

laki-laki terkait uang pelaksanaan

pesta perkawinan.

Berdasarkan data diatas bahwa di tahun 2019 masih ada kasus tentang pembatalan tahapan perkawinan yang diajukan di Desa Lando.Hal ini dikarenakan tidak terpenuhnya syarat–syarat sah untuk melakukan perkawinan dan adanya para pihak yang dirugikan terhadap perkawinan.

Penelitian ini memaparkan praktik pembatalan tahapan perkawinan karena ekonomi yang telah terjadi di Desa Lando Kecamatan Satar Mese Kabupaten Manggarai.Praktik pembatalan perkawinan Pada dasarnya yaitu.yang melatar belakangi patalnya tahapan perkawinan tersebut yaitu dikarenakan ekonomi keluarga pihak laki-laki yang sangat minim. Sehingga para pihak perempuan mengambil suatu tindakan bahwa perkawinan tersebut tidak bisa dilanjutkan lagi dikarenakan ekonomi pihak keluarga laki-laki yang sangat rendah dan pembatalan tahapan perkawinan tersebut yang dilakukan oleh keluarga pihak perempuan kepihak laki-laki bisa diselesaikan secara kekeluargaan, dengan mendatangi rumah keluarga calon mempelai laki-laki. Penyelesaian pembatalan tahapan perkawinan tersebut tidak diikuti calon mempelai perempuan melainkan beberapa keluarga dan mengikutsertakan Kepala Desa dan tokoh adat Desa Lando.

Pada dasarnya peroses tahapan pembatalan perkawinan di Desa Lando, apabila suatu perkawinan dianggap tidak memenuhi syarat perkawinan yang telah ditentukan dan apa bila perkawinan yang sudah dilaksanakan itu diketahui ada cacat hukum sebagai akibat dari suatu kebohongan dan kekeliruan atau karena paksaan maka peroses pembatalan

tahapan perkawinan di Desa Lando lebih mengutamakan adat atau tradisi yang berlaku di Desa Lando, baru kemudian dilanjutkan dengan proses keagamaan. Oleh karena itu peneliti memaparkan secara rinci dari proses adat masyarakat di Desa Landodengan mengutamakan adat sebagai point utama dalam tahapan pembatalan perkawinan. Pada saat berjalannya peroses pembatalan tahapan perkawinan akan dihadiri oleh mempelai laki-laki dan calon memepelai perempuan, kepala Desa, tokoh adat, tokoh masyarakat serta keluarga yang bersangkutan untuk memepertimbangkan dengan diadakannya musyawarah untuk memberikan solusi agar tidak terjadi konflik antara pihak keluarga perempuan dan pihak keluarga laki-laki.36

Dalam halini peneliti menjelaskan dari hasil pemaparan diatas yaitu proses tahapan pembatalan perkawinan yang terjadi di Desa Lando maka peneliti memaparkan juga proses tahapan yang dilakukan oleh masyarakat Manggarai khususnya di Desa Lando, yaitu sebagai berikut:37

a. Musyawarah Keluarga Perempuan

Musyawarah keluarga perempuan merupakan tindakan yang bertujuan untuk membicarakan lebih jelasnya tentang kepastian berlangsungnya tahapan perkawinan yang akan dulakukan oleh calon mempelai perempuan dan calon mempelai laki-laki. Dalam musyawarah keluarga ini akan dihadiri juga oleh keluarga dekat

36Burhima, Wawancara, Lando. 24 Desember 2020

37Umai, Wawancara, Lando, 25 Desember 2020

seperti orang tua, saudara kandung, paman, Juru bicara, kepala Desa, kepala Dusun serta tokoh masyarakat terkait.

Dari hasil kesepakatan musyawarah tersebut yang akandilakukan oleh keluarga perempuan, maka pihak keluarga perempuan menyepakati bahwa tahapan perkawinan tersebut tidak bisa dilanjutkan atau dibatalkan.

b. Mengutus Tua Tongka (juru bicara) dari pihak perempuan ke pihak laki-laki.

Mengutus Tua Tongka (juru bicara) dari pihak perempuan kepihak laki-laki yaitu untuk membicarakan tentang rencana pembatalan tahapan perkawinan yang akan dilaksanakan oleh pihak keluarga perempuan kepada pihak keluarga laki-laki. Dari hasil kesepakatan yang dilakukan oleh keluarga perempuan denganTua Tongka (juru bicara), maka pihak keluarga peremuan menyuruh Tua Tongka (juru bicara) agar menyampaikan kepihak keluarga laki-laki untuk menyampikan amanat dari pihak keluarga perempuan yang terkait pembatalan tahapan perkawinan.Setelah tua tongka menyampaikan maksud dari kedatangannya maka tua tongka menunggu respon balik dari perundingan keluarga laki-laki yang mau menerima kedatangan pihak keluarga perempuan yang dimana telah disepahati waktu dan tempat pelaksanaan pembatalan tahapan perkawinan yang akan dilaksanakan oleh pihak keluarga perempuan dan pihak keluarga laki-laki.

Tua tongka(juru bicara) akan kembali lagi kerumah pihak keluarga perempuan untuk menyampaikan jawaban dari pihak keluarga laki-laki yang telah disetujui kedatangan pihak keluarga perempuan untuk bermusyawarah terkaitpelaksanaan pembatalantahapan perkawinan yang diajukan oleh pihak keluarga perempuan. Pihak keluarga laki-laki juga mau menerima kedatangan pihak keluarga perempuan pada tempat dan waktu pelaksanaan tahapan perkawinan yang telah ditetapkan oleh pihak keluarga perempuan.

c. Pertemuan pihak keluarga laki-laki dan pihak keluarga perempuan

Pertemuan pihak keluarga laki-laki dan pihak keluarga perempuan dengan bertujuan untuk membahas mengenai pembatalan tahapan perkawinan yang akan dihadiri keluarga dekat seperti orang tua, saudara kandung, paman, Tua Tongka (Juru bicara), kepala Desa, kepala Dusun serta tokoh masyarakat terkait. Acara pembatalan tahapan perkawinan di Desa Lando akan dipandu olehTua tongka (juru bicara) yang dimana juru bicara sebagai penengah antara pihak keluarga laki-laki dan pihak keluarga perempuan yang bertujuan agar berjalan dengan lancar proses pembatalan tahapan perkawinan yang dilaksanakan. Pada saat pelaksanaan pembatalan perkawinan tua tongka(juru bicara) membuka acara serta tidak lupa dengan penyampaian perkataan

maaf dari pihak keluarga perempuan atas keputusan yang diambil oleh pihak keluarga perempuan dan tua tongka juga menyampaikan kata trimakasih kepada pihak keluarga laki-laki karena sudah menerima kesepakatan kedatangan pihak keluarga perempuan.Lalu masuk keacara inti yang dimana tua tongka menyampaikan tujuan dari kedatangan pihak keluarga perempuan dan menunggu jawaban dari pihak keluarga laki-laki hingga mencapai akhir dari hasil kesepakatan bersama antara pihak keluarga perempuan dan pihak keluarga laki-laki untuk mencapai tujuan mereka yaitu melaksanakan pembatalan tahapan perkawinan.

d. Pembatalan Tahapan Perkawinan

Pembatalan tahapan perkawinan akan terlaksana ketika sudah melakukan proses awal yaitu memusyawarah keluarga perempuan terkait pembatalan tahapan perkawinan, kemudian tahapan kedua mengutus Tua Tongka (juru bicara) dari pihak perempuan ke pihak laki-laki membahas dan menunggu jawaban dari pihak keluarga laki-laki terkait pembatalan perkawinan, lalu setelah pihak keluarga laki-laki sepakat maka dilanjutkan tahapan ketiga pertemuan pihak keluarga laki-laki dan pihak keluarga perempuansetelak kedua belah pihak sepakat akan pelaksanaan pembatalan perkawinan maka akan ada pengembalian seserahan

yang telah diberikan oleh pihak laki-laki di saat proses tahapan perkawinan.

Sebelum terjadinya pembatalan tahapan perkawinan pihak perempuan harus membayar denda sesuai hasil kesepakatan antar pihak keluarga laki-laki dan pihak keluarga perempuan. Setelah semuanya selesai maka Tua tongka menutup acara tersebut dan diacara penutupan pembatalan tahapan perkawinan diadakan perdamaian terlebih dahulu dari pihak perempuan kepihak laki-laki dengan cara bersalaman/berjabat tangan dan berpelukan sambil mengakhiriacara pembatalantahapan perkawinan.

Beberapa tahapan diatas peneliti melihat bahwa penyelesaian permasalahan pembatalan tahapan perkawinan adalah tahapan yang dilakukan melalui hasil perundingan dari masing-masing pihak terkait dan lebih kuat pada penyelesaian secara adat yang baik. Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan Bapak Kadir selaku Tua TongkaLando yang menyatakan bahwa:38

Pembatalantahapann perkawinan di Desa Lando ini pernah terjadi pada tahun 2019 bulan 10. Pada saat itu saya langsung mendiskusikan hal ini dengan keluarga yang akan membatalkan tahapan perkawinan untuk sesegera mungkin datang kerumah keluarga yang akan dibatalkan perkawinan anaknya, sehingga bisa memberi informasi pembatalan perkawinan tersebut dan membicarakan hari yang telah disepakati untuk saling bertatap muka antara pihak kluarga laki-laki dan pihak keluarga perempuan. Setelah melakukan beberapa perundingan maka timbul beberapa kesepakatan yang kami lakukan yaitu diantaranya pihak perempuan dikenakan denda dan pihak

38Kadir, Wawancara, Lando. 24 Desember 2020

perempuan juga mengembalikan barang yang telah diberikan oleh pihak laki-laki. Setelah itu ketika ada kelapangan dada dari keluarga yang dibatalkan tahapan perkawinan dan menerima semua keputusan yang telah ditetapkan39

Proses pembatalan tahapan perkawinan ini juga dilanjutkan oleh tokoh adat Desa Lando Bapak Idrus mengatakan bahwa:

Berbicara proses pembatalan peminangan ini, tentu ketika menerima laporan kita harus sesegera mungkin menyelesaikannya, supaya tidak menimbulkan penantian yang sudah lama dan menimbulkan kekecewaan yang sangat besar, Setelah sah keputusan tersebut salah satu yang mewakili keluarga perempuan “Ngo Benta” ( mengundang ) menuju kerumah keluarga pihak laki-laki dan merundingkan terkait pembatalan tahapan perkawinan. Maka berakhirlah proses tahapan perkawinan ini dengan diadakannya musyawarah antar kedua belah pihak demi mencapai kesepakatan bersama dengan cara berdamai.40

Dari hasi wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa peraturan Desa yang mengenai pembatalan tahapan perkawinan di Desa Lando melakukan penyelesaian pembatalan secara kekeluargaan. Jika salah satu pihak merasa dirugikan, yang dimana pihak perempuan harus mengembalikan apa yang telah diberikan oleh pihak laki-laki dari sebelum pembatalan tahapan perkawinan berlangsung. Barang-barang yang dikembalikan berupa barang yang berbentuk benda seperti emas, sapi, ranjang, spon, peralatan lainnya dikembalikan.

39Ibid.

40Idrus, Wawancara, Lando, 25 Desember 2020.

BAB III

Dokumen terkait