BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penyajian data penelitian ini yakni secara observasi kemudian melakukan wawancara kepada informan sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa strategi pemasaran pedagang muslim dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi di pasar Pa’baeng-baeng Kota Makassar yakni sebagai berikut:
1. Produk
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang menjual barang-barang sembako. Diantaranya beras, telur, gula, minyak goreng, emping, bumbu dapur, bawang, cabai, tomat, sayur-mayur, dan beberapa bahan industri serta daging, ikan, buah-buahan, dan banyak lagi yang lainnya.
Salah satu wawancara yang dilakukan peneliti kepada Pedagang Ikan yakni Daeng Sibali mengatakan alasannya lebih memilih produk ikan untuk dijual, bahwa:
“Saya berjualan ikan karena mencari celah usaha, karena usaha yang lain gagal jadi saya memutuskan berdagang ikan dan alhamdulillah menghasilkan, saya berjualan ikan sudah 21 tahun, saya belum pernah mendapatkan komplain dari pembeli, modal saya berdagang ikan dari Rp. 1.500.000-Rp.2.000.000, saya mengambil keuntungan Rp. 5.000 per kilo, saya membeli ikan dari orang lain untuk dijual kembali. Saya tidak pernah dengar kalau masalah kecurangan timbangan, kalau timbangan saya setel kembali karena kadang berubah, yang saya dapatkan belum ada tapi bisa menyekolahkan anak.
Kemudian wawancara yang dilakukan peneliti kepada pedagang beras dan sembako lainnya, Ibu Haji Sumarni (Daeng Caya) mengatakan alasannya memilih produk beras atau sembako yang dijualnya karena:
“Saya pilih beras dan sembako lainnya seperti telur, karena usaha turun temurunnya memang keluargaku. Alhamdulillah itu dikampung (Pinrang) memang ada saya punya sawah dan kalau telur itu yang jual biasa dari satu kampungku ji lempar untuk dijualkan. Jadi kalau ditanya soal modal utama buka usaha toko sembako bisa dikatakan cukup besar jumlahnya”.
Selanjutnya peneliti juga mewawancarai seorang pedagang sayuran, informan tersebut ialah Bapak Andi Amir (29), mengatakan bahwa alasannya memilih berjualan sayuran:
“Saya memilih jualan sayuran karena punyaka kebun sedikit didaerah temapt tinggalku di Cambayya Gowa, ada juga beberapa warga disana kujualkan sayurannya atau hasil kebun mereka dan selebihnya kubeliji atau pesanka dilanggananku, Menurutku juga jualan sayur tidak banyakji modalnya tapi itumi harus bisa cepat cepat jualki karena takutnya rusak nanti sayur.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar pedagang sudah melakukan strategi pemasaran dalam aspek produk seperti yang seharusnya kemudian masing masing
pedagang memiliki alasan tersendiri dalam memilih produk yang akan dipasarkan. Adapun produk yang dijual memilki harga yang bervariasi.
2. Harga
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, harga di pasar tradisional, seperti halnya di pasar Pasar Pabaeng-baeng, memiliki kisaran yang lebih rendah dibandingkan dengan harga yang ada di pasar modern.
Misalnya apabila di pasar tradisional harga ikan adalah Rp. 10.000, maka di pasar modern bisa mencapai Rp. 15.000, hingga Rp. 20.000.
Para pedagang pasar Pabaeng-baeng juga menerapkan harga yang sewajarnya atau yang tidak merugikan pedagang serta sesuai standar dan hampir sama dengan pedagang yang lain. Seperti pada pedagang ikan yang bernama Anjas (Tata), beliau mengatakan bahwa:
“Punna abbuliki rinne harus injo diisseng carana menghargai para- parata. Nakke kusare harga pammaliku tena ja kusawala dudu’, kusareji harga wajarna jadi supaya para parata pabalu tenaki si iriang”
“Kalau kita mau menjual disini harus kita tau cara menghargai sesamata penjual. Saya memberikan harga kepada pembeli tidak pernah melewati batas, saya kasih harga yang wajar jadi kita sama sama pejual tidak pernah iri.”
Sedangkan kisaran harga yang ditawarkan hampir sama dengan pedagang yang lain, meski ada beberapa pedagang yang mengambil kisaran harga yang lebih tinggi, seperti informan yang selanjutnya kita wawancarai yakni Bapak Nawir Dg Rate (38), seorang pedagang pakaian yang mengatakan bahwa:
“Kalau saya masalah harga pakaian yang kujual tergantung, bagaimana kualitasnya. Contohnya mo jaket biasa kalau tebalki bahannya baru bagus dan banyak orang tanyaki harganya pasti mahalki juga harganya. Kalau na bilang orang ada harga ada kualitas.
Tapi harga paling tinggi distandku ini paling kisaran Rp. 150.000 – Rp.
200.000,.”
Adapun secara teoritik, penentuan harga bisa didasarkan pada 5 hal, yaitu :
1. Untuk bertahan hidup 2. Memaksimalkan laba 3. Memperbesar market share 4. Mutu produk
5. Adanya pesaing
Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah sebagai pelopor bisnis yang bernilai syariah harga yang ditawarkan tidak boleh melebihi batas wajar karena dalam ketentuan syariat, tidak ada batasan keuntungan yang diperoleh. Boleh saja mengambil keuntungan 10 % atau 20 %, asalkan tidak ada unsur penipuan dalam jual belinya. Adapun jika harus dinaikkan harga, para pedagang mengaku bahwa kenaikan harga sangat signifikan biasanya dikarenakan minimnya barang atau produk. Keadaan ini memungkinkan harus menaikkan harga untuk tetap bisa melanjutkan aktivitas jual-beli.
Meskipun keadaan ini, berimbas kepada daya beli konsumen yang terkadang menurun.
Strategi yang dipakai para pedagang, melihat kondisi pasar. Apabila produk yang diharapkan mudah didapatkan, biasanya harga mudah disesuaikan dengan indikasi harga yang lebih murah. Praktik manipulasi dan memahalkan harga dipicu sikap egois dan individualis yang bertentangan dengan prinsip kemaslahatan Islam.Islam mengajarkan kasih sayang dan kepedulian tinggi terhadap nasib sesame, terutama orang-orang yang
lemah. Praktik memahalkan harga akan melemahkan daya beli masyarakat apalagi bila negara sedang mengalami keterpurukan ekonomi.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai potongan harga barang. Pedagang rata-rata memberikan potongan harga yang sewajarnya karena para pedagang juga mempertimbangkan keuntungan dan kerugiannya dalam berdagang. Karena di dalam bertransaksi ekonomi juga tidak dibenarkan untuk mematok harga yang berlipat ganda sebagai wujud keuntungan pribadi. Selain itu penetapan harga yang dilakukan harus bebas dari praktek kecurangan dan kedzaliman, seperti mengeksploitasi kebutuhan konsumen dengan menetapkan harga yang tinggi.
3. Pelayanan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dilapangan bahwa para pedagang memberikan pelayanan dengan memberikan kesan wajah yang berusaha menghilangkan kesan dari wajah bahwa pembeli akan berfikiran seolah-olah dia akan tertipu kalau membeli barang dagangannya. Dalam artian para pedagang di pasar tradisional harus terus menjaga konsistensi keramahan dan kecepatan dalam melayani konsumen. Karena pelayanan yang berkualitas akan menjadi instrument transaksional dan promosional terbaik sekaligus termurah.
Salah satu wawancara yang dilakukan peneliti terhadap penjual ayam potong yakni Bapak Rusdi Dg. Alle (36) mengatakan bahwa:
“Selain kita ramah, murah senyum kepada pembeli yang paling saya utamakan dalam berdagang kebersihannya sekitaran tempat jualanku, saya kurasa kalau dengan bersih disekitaran tempat jualanta bisaki menarik pelanggan dan janganki juga lupa berikan senyuman dan haruski ramah karena pembeli itu rata-rata begitu yang na suka”.
Berdasarkan wawancara diatas peneliti menyimpulkan bahwa dalam melakukan pelayanan selain memberikan tanggapan yang baik kepada konsumen seperti senyum dan ramah serta memberikan pelayanan harga dan produk yang baik, pedagang juga memikirkan kebersihan tempat jualannya sehingga dapat menarik pembeli.
Sebagaimana yang dikatakan Bapak Rusdi Dg. Alle (36), peneliti juga mewawancarai informan atas nama Bapak Ade Priyanto (42) selaku koordinator keamanan dan kebersihan yang mengatakan bahwa:
“Sebaiknya Pasar Pabaeng-baeng memiliki ciri khas tersendiri yang bisa membuat masyarakat tertarik berbelanja di Pasar Pabaeng- baeng Misalnya proses perdagan di Pasar Pabaeng-baeng yang aman dan bersih”.
Berdasarkan pada wawancara yang dilakukan peneliti mengemukakan bahwa selain kebersihan dari sebuah pelayanan yang di terapkan di pasar pabaeng-baeng, pedagang juga dianjurkan melakukan perdagangan dengan amanah terhadap pembeli misalnya pedagang memberikan pelayanan yang optimal (ramah dan murah senyum) dalam melayani pembeli, pedagang bertanggung jawab kepada pembeli apabila barang dagangannya terdapat cacat atau rusak pedagang menggantikan dengan barang baru dan berkualitas sehingga pembeli senang serta dapat percaya kepada para pedagang.
4. Promosi
Salah satu staregi pemasaran yang baik adalah melakukan promosi terhadap produk yang kita jual. Berdasarkan observasi penelitian strategi pemasaran pedagang pada pasar Pabaeng dapat diamati dari cara menawarkan barang kepada konsumennya. Sebagian pedagang dalam objek penelitian ini tidak terlalu melakukan aktifitas promosi sebagaimana yang
terjadi di pasar modern ataupun instansi lainnya. Promosi yang dilakukan berkaitan dengan pemberian informasi pada produk yang sesuai dengan keadaan produknya.
Pedagang pasar Pabaeng-baeng melakukan promosi tidak menggunakan jasa agen sales, melainkan para pedagang hanya menggunakan cara sederhana dalam memasarkan produknya. Ini bisa dilihat dari hasil wanwancara dengan salah seorang pedagang yang berinisial Bapak Saipul Dg. Mile, yang menyatakan bahwa :
“Caraku nakke, label harga barangku ku tulisi di dos atau kertas nampai kutempele ri barangku nukupromosikan injo, jadi nampa nia’mo tau ciniki langsungmi nacini promosiku”
“Cara saya, saya hanya memberi label harga pada barang yang saya promosikan pada potongan dos kecil atau kertas”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa memang para pedagang di pasar Pabaeng-baeng mempromosikan barangnya dengan cara yang sederhana. Dalam pemasaran tidak diperkenankan melebih-lebihkan produk apabila manfaat produk tersebut tidak sepenuhnya benar. Hal ini dikhawatirkan akan mengecewakan pembeli secara prinsip islam, perdagangan ini tidak sah. Promosi yang dilakukan pedagang pasar Pabaeng-baeng pedagang lebih mendekatkan diri atau akrab kepada pembeli, memberikan diskon, dan menganggap pembeli sebagai anggota keluargnya sendiri.