G. Metodelogi Penelitian
5. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang di pergunakan peneliti dalam upaya memperoleh dan mengumpulkan data yang akan digunakan dalam penelitian. Untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan peneliti, maka diperlukan metode atau cara yang efektif‟. Oleh karena itu metode atau teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsure-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala dalam subyek penelitian baik secara langsung maupun tidak
langsung.Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan dalam adat pelaksanaan Nyongkolan masyarakat. Data yang diperoleh melalui observasi adalah pertama, terkait nilai-nilai pendidikan dalam pelaksanaanNyongkolan dan tingkah laku masyarakat Desa Pengadang dalam melaksanakan adat Nyongkolan;kedua, sikap dan perilaku masyarakat Pengadang, baik bagi yang menjalankan maupun yang tidak menjalankan adat Nyongkolan .
b. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.30
Tujuan melakukan wawancara atau teknik wawancara adalah untuk memperoleh data-data atau informasi mengenai nilai-nilai pendidkan dalam pelaksanaan Nyongkolan tersebut.
Wawancara akan dilakukan dengan tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat serta masyarakat baik yang melakukan maupun yang tidak melakukan adat Nyongkolan. Mereka yang diwawancara adalah memungkinkan dapat memberikan informasi valid terkait obyek penelitian nilai-nilai pendidikan dalam pelaksanaan adat Nyongkolan.
30 Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Rosda Karya, 1988), h. 135.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi di ambil dari kata dokumen yang berarti barang tertulis.Menurut Suharsimi Arikunto metode dokumentasi adalah mencari data-data mengenai hal-hal variabel yang berupa catatan transkip, buku atau surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan sebagainya‟.31
Adapun data dokumentasi yang di gunakan oleh peneliti baik ssberupa resmi maupun tidak resmi dalam penelitian ini adalah berupa buku-buku, dokumen-dokumen resmi maupun tidak resmi, majalah, surat kabar,dan lain semacamnya.
Tujuan dari metode dokumentasi ini di gunakan untuk mendapatkan data tentang masalah yang diteliti yakni Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Pelaksanaan Adat Nyongkolan Masyarakat Sasak.
Selain itu dengan menggunakan metode ini, peneliti juga bisa mendapatkan data-data seperti catatan-catatan resmi pada berbagai sumber terkait dengan penelitian ini.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan
31Suharis i Ariku to…, Prosedur Penelitian, h.126.
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat disertakan kepada orang lain dalam menganalisis data.32
Mengingat penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis.
Peneliti dapat menggunakan metode induktif maupun deduktif. Merujuk pada pengertian di atas, peneliti akan menggunakan metode ini adalah untuk menyimpulkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang terkait dengan nilai-nilai pendidikan dalam pelaksanaan adat Nyongkolan masyarakat Sasak di Desa Pengadang Kecamatan Praya Tengah
7. Validitas Data
Validitas data atau pengecekan keabsahan data agar memperoleh temuan penelitian yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, maka hasil penelitian perlu diuji keabsahannya.33
Adapun langkah-langkah untuk memperoleh validitas data atau data yang valid, diperlukan teknik pemeriksaan, supaya diperoleh temuan- temuan dan informasi yang sah, dapat dipergunakan teknik sebagai berikut:
a. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.34 Trianggulasi yang dipergunakan adalah trianggulasi sumber, dan trianggulasi metode. Trianggulasi sumber dilakukan untuk mendapatkan imformasi
32 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 248.
33 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006). h.
103.
34 Ibid., h. 330.
dari informan atau sumber lain yang berbeda. Hal tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Membandingkan data hasil wawancara yang satu dengan hasil wawancara yang lain; membandingkan hasil observasi yang satu dengan observasi yang lain, membandingkan hasil dokumentasi yang satu dengan dokumentasi yang lain.
2) Membandingkan data wawancara dengan hasil dokumentasi, membandingkan data hasil wawancara dengan data observasi, dan membandingkan data hasil dokumentasi dengan data observasi.35 b. Kecukupan Reprensi ini di gunakan sebagai alat untuk menampung dan
menyesuaikan data dengan keritik tertulis untuk keperluan evaluasi.
Dengan refrensi penelitian dapat mengecek ulang kembali data-data atau informasi terkait tentang nilai-nilai pendidikan dalam pelaksanaan adat Nyongkolan masyarakat Sasak Desa Pengadang yang sudah didapatkan oleh peneliti di lapangan‟.
c. Pengecekan yang dilakukan peneliti adalah untuk mengoreksi atau mengompirmasikan kembali data-data dan informasi tentang bagaimana pelaksanaan Nyongkolan dan nilai pendidikan apa saja dalam pelaksanaan Nyongkolan dengan pandangan subyektif peneliti.
35 Ibid.
BAB II
PELAKSANAAN DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM ADAT NYONGKOLAN MASYARAKAT SASAK DESA PENGADANG KECAMATAN PRAYA TENGAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
A. Gambaran Umum Desa Pengadang Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah
1. Letak Geografis Desa Pengadang
Desa Pengadang merupakan salah satu Desa di Kecamatan Praya Tengah yang terletak dipaling Utara yang berbatasan dengan Kecamatan Kopang dan Janapria. Desa Pengadang memiliki luas wilayah 824.00 Ha, dengan jumlah penduduknya sebesar 6.851 jiwa dengan jumlah KK 2.286, dengan ketinggian sekitar 187 M diatas perumkaan laut (187 M dpl) beriklim tropis curah hujan rata-rata 845 Mm pertahun, kadang- kadang musim kemarau lebih panjang dari pada musim hujan, biasanya hujan turun pada bulan Oktober sampai dengan bulan April, suhu udara rata-rata sekitar 350 C dan berupa dataran rendah bukan Pantai.
2. Batas Wilayah Desa Pengadang
Desa Pengadang adalah salah satu bagian dari desa yang berada di Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah yang terdiri dari 18 Dusun dengan luas keseluruhan 824.000 Ha. Dilihat dari letak geografisnya Desa Pengadang berbatasan dengan:
a. Sebelah Utara : Desa Darmaji Kecamatan Kopang b. Sebelah Timur : Desa Beraim Kecamatan Praya
28
c. Sebelah Selatan : Desa Jurang Jaler Kecamatan Praya d. Sebelah Barat : Desa Monggas Kecamatan Kopang36 3. Keadaan Pemerintahan Desa Pengadang
Desa Pengadang dipimpin oleh seorang Kepala Desa dengan sekrtaris, bendahara dan dilengkapi dengan operator Desa sebagai kantor pemerintahan Desa. Pemerintahan Desa Pengadang mempunyai perwakilan masyarakat yakni, Badan permusyawaratan Desa yang bersifat kemitraan dengan Kepala Desa.Ditingkat Dusun dipimpin oleh seorang Kepala Dusun sebagai unit pemerintahan dibawah Kepala Desa yang mengelola pemerintahan ditingkat Dusun dan dibantu oleh Rukun Tetangga.Untuk urusan teknis Desa dibeberapa unsure Kepala Desa membentuk dan menunjuk unsure teknis lainnya seperti, dalam bidang Keagamaan dan Adat Istiadat dan penghulu Desa dengan dibantu Kiyai disemua Dusun.Bidang Keagamaan dibentuk Kerame Desa dan forum Adat Desa. Adapun struktur Organisasi pemerintahan Desa Pengadang Kecamatan Praya Tengah adalah sebagai berikut:
36Monografi Desa Pengadang, 20 November 2019
Tabel 2.1
Struktur Pemerintahan Desa Pengadang, Kecamatan Praya Tengah.
Kabupaten Lombok Tengah.
Tabel 2.2
Struktur Lembaga Ketahanan MasyarakatDesa (LKMD) Desa Pengadang Kecaamatan Praya Tengah
Table 2.2
Susunan Keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Pengadang Kecamatan Praya Tengah
Masyarakat Desa Pengadang merupakan salah satu masyarakat yang masih memegang kuat adat leluhur.Desa Pengadang mempunyai penduduk seluruhnya 10. 920 jiwa/orang yang terdiri atas laki-laki 5359 jiwa/orang perempuan 5596 jiwa/orang, degan jumlah Kepala Keluarga 3239 KK dan seluruhnya beragama islam. Jumlah penduduk yang terdapat di masin-masing wilayah kadus pada tahun 2018/2019 menurut jenis kelamin adalah sebagai berikut:
Table 2.3
Jumlah penduduk Desa Pengadang tahun 2018/2019
No. Dusun Laki-laki Perempuan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Pengadang Utara P. Selatan
Sorong Tambun Mt. Tanggak U.
Mt. Tanggak S.
Manjak Bikan Pait Embur Teres Regak Rangah Perentek Ld. Kunyit I Sundawe Banar
518 375 351 324 294 227 162 261 174 345 336 319 367 328 485
518 374 364 296 297 240 165 297 193 352 341 311 374 383 525
1.036 749 715 620 591 467 327 558 367 697 677 630 741 711 1.010
16 17 18
Bundatu Ld. Kunyit II Batu Numpuk
176 153 167
193 161 174
369 314 341
Jumlah 5359 5596 10.920
4. Keadaan Pendidikan Desa Pengadang
Jumlah penduduk Desa Pengadang Buta Aksara dan Hurup sebanyak 195 Orang, sedangkan Jumlah Penduduk yang masuk Taman Kanak-Kanak 43 Orang, Jumlah Penduduk sedang SD Sederajat 632 Orang, Jumlah Penduduk Sedang SLTP Sederajat 413 Orang, Jumlah Penduduk Sedang SLTA Sederajat 752 Orang, Jumlah Penduduk yang Tamat Akademi/D1-D3 42 Orang, Jumlah Penduduk Sarjana S1-S3 51 Orang.
5. Masyarakat Adat Sasak Desa Pengadang a. Sejarah singkat tentang Desa Pengadang
Desa Pengadang merupakan Dusun biasa yang berada diwilayah Desa Jurang Jaler.Kemudian pecah menjadi empat Desa diantaranya yaitu Desa Pengadang, Desa Beraim, Desa Jontlak, Desa Jurang Jaler sendiri. Sedangkan dari asal mula dari nama Pengadang itu sendri adalah “MORE” tetapi karena adanya suatu peristiwa bersejarah yaitu peristiwa perang antara Bali dengan Lombok yang berkecamuk sebelum datangnya Belanda ke Lombok.
Sebenarnya anak Agung dari Karang Asem (Bali) yang bertempat tinggal di Cakranegara Lombok Barat pada dasarnya tidaklah bertikai atau bermusuhan dengan Raja-Raja Praya Lombok Tengah seperti Raja-Raja Langko dan lain-lain. mereka telah mengadakan kesepakatan atau perjanjian diantara kedua belah pihak mengenai batas wilayah masing-masing dan daerah kekuasaannya.
Adapunbatas wilayah adalah Sweta Lombok Barat akan tetapi Anak Agung dari Karang Asem Bali tidaklah menepati janjinya yang menyebabkan kejengkelan dan sakit hati dari pihak Praya Lombok Tengah, sehingga Raden Wirecandra anak Raja Praya yaitu Raden Awiyat mau mengadakan penyerangan tetapi ayahnya tidak mengijinkan dengan alasan bahwa bertempur mempertaruhkan nyawa dalam membela tanah air bukan dengan teman sendiri melainkan harus dengan musuh Negara atau penjajah, akan tetapi Raden Wirecandra tidaklah puas dengan nasehat Bapaknya itu namun secara diam-diam dia mengadakan penyerbuan bersama dengan teman-temannya sehingga terjadilah pertempuran sengit tempatnya di Puyung Praya bagian barat + 7 Km dari Kota Praya Lombok Tengah.
Dalam pertempuran tersebut Raden Wirecandra gugur sebagai pahlawan Lombok, mendengar berita tentang keguguran anaknya maka Raden Awiyat langsung sakit yang menyebabkan dia pergi dari Praya menuju More, karena pikirannya tidak menentu
ditinggalkan oleh seorang anak yang paling dia sayangi, tidak lama kemudian Raden Awiyat setelah dia tinggal di More penyakitnya semakin parah, melihat hal itu Anak Agung memerintahkan untuk mengadakan penyerbuan kembali pimpinan I Gusti Komang Pensong untuk menggempur Raden Awiyat.
Setibanya di More pasukan Anak Agung dibawah pimpinan I Gusti Komang Pensong mengadakan penyerbuan ketat, namun ia tidak mendapat perlawanan yang berat, karena Raden Awiyat dalam keadaan sakit sehingga dalam pertempuran ini pula Raden Awiyat mengalami nasib yang serupa dengan anaknya Raden Wirecandra gugur dalam menghadapi pertempuran sengit di More.
Dari uraian diatas maka diambil kesimpulan bahwa peristiwa inilah menyebabkan nama More itu menjadi Pengadang yaitu tempat pertahanan pasukan Anak Agung dibawah pimpinan I Gusti Komang Pensong atau dalam Bahasa Sasaknya merupakan tempat penghadang musuh. Inilah sekilas tentang peristiwa bersejarah yang pernah terjadi di Pulau Lombok yang tempatnya berlangsung di More sehingga diabadikan menjadi nama sebuah Desa yaitu „Desa Pengadang‟.
b. Bidang pemerintahan
Dalam melaksanakan tugas pemerintahan, pemerintahan Desa selalu tetap berpegang pada peraturan-peraturan yang telah ada, baik peraturan-peraturan yang tertulis seperti UU, peraturan-
peraturan pemerintah dan lain-lain, juga tetap memperhatikan peraturan-peraturan yang tidak tertulis yang hidup dan berkembang di Masyarakat yang tidak bertentangan dengan ketentuan perundang- undangan yang berlaku.
Sebagaimana diterangkan didalam perjalanan umum undang- undang Nomor: 8 tahun 2005 bahwa Kepala Desa sebagai orang pertama dan penyelenggaraan serta penanggung jawab utama dibidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan Urusan Pemerintah Umum, termasuk pembinaan ketentraman dan
ketertiban.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas kegiatan dibidang pemerintah di Desa Pengadang telah berjalan dengan baik dan terus meningkat baik kwalitas maupun kwantititasnya.
c. Bidang politik dan keamanan
Sejarah dengan tuntutan yang telah digariskan dalam GBHN 1993 tentang pembangunan aspek politik dalam rangka pembangunan Nasional harus bersumber dan sekaligus memperkokoh pelaksanaan pancasila dan UUD 1945.
Untuk maksud tersebut pelaksanaan pelaksanaan pembangunan bidang politik di Desa pengadang telah banyak dilakukan meliputi pembinaan, pembangunan dan penataan serta perlindungan hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, pelaksanaannya melalui bidang hukum, aparatur, penerangan dan lain-lain.
Kepada masyarakat ditanamkan pengertian tentang Demokrasi Pancasila, Mekanisme dan tata cara menghimpun dan menyatakan berbagai aspirasi dan gagasan.
d. Pembangunan sosial ekonomi Desa 1) Usaha ekonomi Desa
Usaha ekonomi Desa yang bukan merupakan asset pemerintah Desa.Di Desa Pengadang cukup menunjang kegiatan perekonomian Desa, jumlahnya cukup banyak. Usaha-usaha ini cukup banyak menampung tenaga kerja seperti:
a) Usaha pemantapan ban bekas di Baremayung Dusun Lendang Kunyit sebanyak 1 unit dapat menampung 25 orang tenaga kerja.
b) Usaha penampungan barang/besi bekas sebanyak 1 unit dapat menampung tenaga kerja sebanyak 40 orang.
c) Usaha perternakan ayam potong sebanyak 1 unit dapat menampung tenaga kerja sebanayk 10 orang.
d) Usaha permebelan dan pertukaran kayu sebanyak 7 unit dapat menampung tenaga kerja sebanyak 35 orang.
e) Usaha-usaha ekonomi lainnya yang skalanya lebih kecil dan dikelola secara perorangan seperti jahit, obras dan anyaman ketak dan lain-lain.
2) Usaha koperasi Desa
Koperasi yang berbadan hukum di Desa Pengadang jumlahnya 2 buah yaitu koperasi pegawai negeri Bina Insan Desa Pengadang dan Koperasi Wanita, KPN ini menitik beratkan kegiatannya pada simpan pinjam untuk kesejahteraan para anggotanya yang terdiri dari gru-guru sekolah dasar dan pegawai negeri lainnya yang berdomisi di Desa Pengadang, sedangkan koperasi wanita menitik beratkan pada pedagang kecil dan menengah yang berdomisi di Desa Pengadang pula.
3) Usaha perdagangan
Kegiatan usaha perdagangan di Desa Pengadang cukup banyak baik berupa kios-kios maupun usaha perdagangan lainnya seperti beras/gabah dan lain-lain.jumlah usaha perdagangan berupa kios di Desa Pengadang sebanyak 40 buah dan yang bergerak dibidang jual beli beras/gabah sebanyak 67 orang.
Disamping itu untuk menunjang kegiatan perdagangan di Desa Pengadang telah ada pasar Desa sebagai tempat bertemunya para penjual dan pembeli dari berbagai tempat diLombok Tengah bahkan ada yang berasal dari Lombok Timur dan Lombok Barat, dan hari pasaran di Desa Pengadang adalah hari kamis dan hari senin.
B. Pelaksanaan Adat Nyongkolan Di Desa Pengadang Lombok Tengah
Nyongkolan menurut salah satu tokoh adat di Pengadang yaitu bapak Saefuddin adalah mendorong dari belakang.Nyongkolan merupakan prosesi adat yang dijalankan apabila adanya proses pernikahan antara laki-laki (terune) dan perempuan (dedare) di dalam Suku Sasak. Biasanya Nyongkolanakan dilaksanakan setelah proses akad nikah, dan untuk waktu bisa ditentukan oleh kedua belah pihak. Adat Nyongkolan juga bisa dilaksanakan dalam satu waktu, ada pula yang akan melaksakan Nyongkolan seminggu, dua minggu setelah proses akad nikah dilaksanakan. Nyongkolan juga adalah suatu adat yang sudah turun-temurun dari leluhur suku Sasak yang merupakan sebuah rangkaian dalam melangsungkan pernikahan yaitu dimana pasangan pengantin diarak dari rumah pengaantin laki-laki menuju rumah pengantin perempuan, dengan berbaris rapi sesuai aturan Nyongkolan dengan membawa berbagai makanan yang telah disiapkan keluarga pengantin perempuan, dan Nyongkolan juga diiringi oleh alat musik tradisional dan berbagai perlengkapan adat lainnya.37
Upacara Nyongkolan biasanya diikuti oleh banyak orang, dan pasangan pengantin yang diarak diperlakukan seperti seorang raja dan ratu seperti ungkapan masyarakat Pengadang yaitu raja sejelo yang artinya raja sehari.
Ada kebiasan adat yang berlaku dalam masyarakat Pengadang yaitu jika seseorang menolak ikut sebagai pengiring dalam upacara Nyongkolan, maka jika suatu saat orang tersebut menikah dan mengadakan upacara
37Saefuddin (tokoh Adat), Wawancara, Desa Pengadang, 18 November 2019.
Nyongkolan, maka akan banyak orang yang akan menolak untuk mengiringnya. Jadi, dengan melihat dari panjangnya barisan Nyongkolan, bisa diketahui apakah sang mempelai termasuk orang yang mudah bersosialisasi atau ikit persatuan remaja atau tidak.
Tradisi Nyongkolan di adakan seain untuk mengantar sepasang mempelai ke rumah orang tua mempelai, juga dimaksudkan sebagai sarana pengumuman kepada masyarakat banyak terutama yang ada di Desa Pengadang bahwa pasangan yang diiringkan tersebut sudah resmi menikah, dan diharapkan juga bahwa tidak aka nada lagi orang yang mengganggu pasangan tersebut.
Seperti halnya penuturan salah satu tokoh adat dan tokoh masyarakat juga yang ada di Desa Pengadang bahwa Nyongkolan ini bisa dibilang puncak dari ritual bersatunya seorang pemuda (terune) dan perempuan (dedare) dalam satu ikatan perkawinan yang sah menurut agama dan adat.
Prosesi Nyongkolan tidak akan pernah terlepas dari suatu kegiatan yang disebut (begawe) hajatan. Nyongkolan akan dikemas dalam suatu pesta hajatan yang sangat meriah dan disebut (begawe). (begawe) adalah acara yang yang tidak sedikit mengeluarkan biaya. Dalam acara begawe baik pihak laki-laki dan perempuan masing-masing akan mempersiapkan segala sesuatu untuk proses acara Nyongkolan trsebut. Maka di sinilah letak acara kemerihannya dari acara tersebut, dan para tamu atau keluarga dekat undangan akan di undang dua tiga hari sebelum hari H tersebut untuk melakukan kegiatan memasakkan nasi dan lauk pauk serta membuat jajanan
pesta. Pada acara tersebut epen gawe akan berhajatan untuk menyewa kesenian music dan yang biasa dikembangkan dalam tradisi adat Desa Pengadang yaitu gendang belek dan gamelan.38
Pengungkapan tokoh adat dan masyarakat tentang Tradisi Nyongkolan jika dikaitkan dengan pendidikan maka akan menumbuhkan pendidkan karakter positif yaitu pertama: munculnya karakter ikhlas. Karena kita tahu sebelum terjadi pernikahan kedua mempelai pergi diam-diam dari rumah orang tuanya yang terkadang membuat orang tua resah, gelisa mencari anak kesayangannya. Tetapi hal tersebut bisa terobati dengan tradisi Nyongkolan dimana sang anak meminta maaf dan bersimpuh secara langsung kepada kedua orang tua untuk menunjukkan bukti dan rasa hormat kepada kedua orang tua. Kedua: mempererat tali persaudaraan dan silaturrahmi dimana keluarga kedua mempelai bisa saling kenal satu dengan yang lain. ketiga:
kebersamaan, dengan adanya tradisi Nyongkolan tersebut akan menumbuhkan perasaan saling membantu untuk menyelesaikan prosesi adat Nyongkolan yang punya gawe (mempelai laki-laki dan perempuan) dengan ikut mengiring kedua mempelai kerumah mempelai perempuan. Keempat:
kepedulian kepada orang lain, dalam hal Nyongkolan dilaksnakan dengan cara tertib, teratur, dan rapi agar tidak mengganggu orang lain.39
38Sampur, Zainal Abidin, (tokoh adat dan tokoh masyarakat), Wawancara, Desa Pengadang, 18 November 2019.
39Saefuddin, Zainal Abidin, (tokoh adat dan tokoh masyarakat), Wawancara, Desa Pengadang, 18 November 219.
Nyongkolan di Desa Pengadang memiliki aturan (sasaq: tate krame) tersendiri sesuai adat peninggalan leluhur suku Sasak dan terdapat berbagai rangkaian prosesi yang mengandung nilai pendidikan, berikut rangkaian prosesi yang harus dilalui oleh pasangan calon pengantin di Desa Pengadang baik sebelum maupun sesudah melaksanakan adat Nyongkolan.
Oleh peneliti, sesuai dengan hasil penelitian yang dilaksanakan peneliti membagi tahapan atau prosesi yang harus dilalui oleh pasangan pengantin yang akan melaksanakan adat Nyongkolan menjadi 3 (tiga) tahap atau rangkaian diantaranya yaitu:
1. Tahap sebelum Nyongkolan
Nyongkolan merupakan bagian dari rangkaian prosesi pernikahan, yang dilaksanakan setelah terjadinya akad perkawinan.Sedangkan waktu pelaksanaannya Nyongkolan tergantung kemauan dari pihak pengantin laki-laki dan keluarganya.40
Sedangkan menurut bapak Sahrul Saleh Nyongkolan adalah proses akhir yang harus dilaksanakan oleh pihak pengantin laki-laki dan keluarga pengantin.41
Sebelum terjadinya sebuah akad pernikahan, pasangan calon pengantin terlebih dahulu melalui berbagai tahapan menuju jenjang pernikahan.
40Saefuddin (tokoh Adat), Wawancara, Desa Pengadang, 18 November 2019.
41Sahrun Saleh (tokoh Adat Dusun Tambun), Wawancara, Desa Pengadang, 18 November 2019.
bapak Saefuddin mengatakan tahap pertama: Saling Meleq atau sering disebut dengan istilah Beberayean (berayean) merupakan awal perkenalan kebiasaan yang dilakukan oleh para muda-mudi (terune- dedare) untuk saling cinta-mencintai atau masa-masa pacaran. Untuk membuktikan kasih sayang (rasa cinta) mereka terutama terune (pemuda), ada beberapa kebiasaan yang dilakukan pada masa pacaran.42
1) Mereweh yaitu memberikan sesuatu barang seperti sabun, gula, buahdan lain-lain kepada gadis (dedare) sebagai pembuktian kepada keluarga pihak perempuan bahwa dia benar-benar cinta terhadap kekasihnya.
2) Midang yaitu mendatangi rumah gadis pada malam hari.
3) Nyontok yaitu mendatangi rumah gadis pada siang hari.
Dalam tahap Saling Meleq ini seseorang laki-laki benar-benar berjuang untuk membuktikan rasa kasih sayangnya kepada kekasihnya terutama kepada orang tua perempuan agar laki-laki ini disayang oleh orang tua perempuan dan dianggap benar-benar serius menyayangi anaknya.Dalam tahap saling melek ini juga mengandung nilai religius (agama).Dimana dalam tahap saling melek ini sering melakukan kebiasaan yaitu midang, mereweh, nyantok.Midang ini paling sering dilakukan oleh seorang pria dan sewaktu pria sudah sampai dirumah kekasihnya pria ini sering mengucapkan salam, salam yang dilakukan
42Saefuddin (tokoh Adat), Wawancara, Desa Pengadang, Wawancara, 18 November 2019.