• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II STUDI PUSTAKA

2. Metode PERT (Project Evaluation and Review Technique)

PERT adalah singkatan dari proyek dan teknologi tinjauan. Ini adalah pendekatan berbasis sains untuk manajemen proyek yang berfokus pada perencanaan dan pengendalian proyek. Istilah “PER” BERASAL DARI KATA Sanskerta untuk “proyek” dan kata bahasa Inggris untuk “review”

(PERT) istilah pert juga berarti teknologi tinjauan evaluasi proyek.

Metode PERT adalah model ilmu manajemen proyek yang berfokus pada manajemen proyel. Ini didasarkan pada prinsip-prinsip Levin (192), yang mendefinisikannya sebagai metode untuk evaluasi dan peninjauan proyek tujuan metodologi PERT adalah untuk mengurangi penundaan, gangguan produksi, dan konflik seminimal mungkin koordinasi dan sinkronisasi harus disetakan dalam keseluruhan pekerjaan, dan proyek harus diselesaikan secepat mungkin.

Render dan Jay (2005), dalam PERT menyatakan baha distribusi probabilitas didasarkan pada tiga estimasi waktu untuk setiap aktivitas: aktu optimis perkiraan aktu dengan peluang yang sangat kecil untuk dicapai, waktu pesimistis waktu dengan peluang realisasi yang sangat rendah, dan waktu realistis yaitu waktu yang berdasarkan pikiran estimator.

b. Komponen Jaringan PERT

Menurut Render dan Jay (2004) komponen-komponen PERT yaitu:

1) Kegiatan (activity) merupakan bagian integral dari pekerjaan yang dilakukan/kegiatan yang memakan waktu dan memiliki tanggal jatuh tempo dan tanggal akhir.

2) Acara (event) merupakan Menandai awal dan akhir suatu tindakan. Acara biasanya diwakili oleh lingkaran atau simpul. Acara yang mendahului acara juga diberi nomor dan dihubungkan dengan panah.

3) Waktu aktivitas (activity time) ini adalah bagian dari pekerjaan yang perlu dilakukan.

4) Waktu mulai dan waktu berakhir, waktu mulai (ES), waktu berakhir (LF), waktu mulai (LS), waktu berakhir (EF).

5) Kegiatan semu (dummy) ini adalah aktivitas dummy yang bukan aktivitas

nyata dan biasanya ditandai dengan garis putus-putus.

c. Langkah-langkah Metode PERT

Langkah-langkah dalam pembuatan PERT yaitu:

1) Identifikasi tindakan dan kejadian.

2) Menetapkan urutan yang harus dilakukan.

3) Diagram jaringan.

4) Diperkirakan berapa lama waktu yang untuk diperlukan untuk setiap aktivitas.

5) Jalur kritis harus ditentukan.

6) Perbarui diagram saat proyek berlangsung.

Soeharta (1999) mengungkapkan bahwa tujuan dari langkah perencanaan jaringan dengan metodologi PERT adalah untuk menentukan kemungkinan kegiatan proyek, khususnya pada jalur kritis, yang akan selesai sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

1) Menentukan perkiraan waktu aktifitas

Te = a+4m+b ... (2.3) 6

Keterangan:

Te = perkiraan waktu aktifitas a a = waktu paling optimis m = waktu normal b = waktu paling pesimis

2) Menentukan deviasi standar dari kegiatan proyek Deviasi standar kegiatan:

S=1(a-b) ... (2.4) 6

Keterangan:

S = deviasi standar kegiatan a a = waktu optimis

b = waktu pesimis

3) Menentukan variasi kegiatan dari kegiatan proyek Varian kegiatan:

𝑉(𝑡𝑒) =𝑆2={𝑏𝑎}2 ... (2.5)

6

Keterangan:

V(te) = varian kegiatan

S = deviasi standar kegiatan a = waktu optimis b = waktu pesimis

4) Memahami kemungkinan pencapaian jadwal target.

Jika untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan mencapai target jadwal, dapat menggunakan rumus untuk menghubungkan perkiraan waktu TE dengan targer jadwal T (d):

𝑧=𝑇(𝑑)−𝑇𝐸 ... (2.6) 𝑠

Keterangan:

Z = angka kemungkinan mencapai target T(d) = target jadwal

TE = jumlah waktu lintasan kritis S = deviasi standar kegiatan

Angka z merupakan angka probabilitas yang persentasenya dapat dicari dengan menggunakan tabel distribusi normal kumulatif z.

23

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian dalam penelitian ini yaitu pelaksanaan proyek pembangunaan Rumah Susun STIKES Mutiara Mahakam Samarinda Kalimantan timur. Detail lokasi dapat dilhat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Detail Lokasi 3.2 Metode Pengumpulan Data

Ada beberapa cara untuk mendapatkan data yang Anda butuhkan terkait dengan masalah penelitian Anda saat melakukan penelitian ini. Cara mendapatkan data antara lain:

3.2.1 Pengumpulan Data Primer

Ini merupakan data mentah yang dikumpulkan oleh peneliti langsung dari pengamatan variabel-variabel dalam pelaksanaan proyek pembangunan rumah susun Mutiara malakam samarinda di provinsi kalimantan timur. Ini termasuk wawancara atau wawancara serta dokumentasi foto.

3.2.2 Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang berkaitan langsung dengan proyek yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Ini termasuk rencana biaya proyek serta data lain jika diperlukan untuk tujuan penelitian ini seperti jadwal proyek, pelaporan harian, dan rencana anggaran.

3.3 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian adalah serangkaian langkah atau proses yang peneliti gunakan untuk melakukan penelitian.

3.3.1 Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang terjadi antara peneliti (s) atau pewawancara (s) dan subjek (s) penelitian. Tujuan dari wawancara adalah untuk mengumpulkan informasi rinci tentang subjek atau masalah yang diteliti.

Wawancara biasanya akan dilakukan dengan agen kontraktor atau konsultan pengawas lapangan.

3.3.2 Kajian Literatur

Tinjauan pustaka adalah data yang dikumpulkan melalui tinjauan jurnal, penelusuran internet, tinjauan pustaka buku, dan penelitian tinjauan pustaka sebelumnya.

3.3.3 Pengambilan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menanyakan langsung kepada kontraktor atau konsultan di lapangan untuk mendapatkan informasi atau dokumen.

3.3.4 Analisa Data

Pengolahan data dalam penelitian ini akan menggunakan metode Critical Path Method (CPM).

Dalam metode Critical Path Method (CPM), setiap node direpresentasikan dengan sebuah panah atau garis yang menunjukkan urutan kegiatan dan hubungannya dengan kegiatan lainnya. Setiap node memiliki waktu mulai, waktu selesai, serta waktu pelaksanaan yang ditentukan berdasarkan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia.

Berikut langkah-langkah dalam menyusun jaringan kerja Critical Path Method (CPM) menurut Soeharto (1999) adalah sebagai berikut.

1. Tentukan ruang lingkup proyek Anda, jelaskan, dan bagi proyek Anda menjadi kegiatan atau sub proyek yang merupakan bagian proyek.

2. Pada poin 1, atur ulang komponen menjadi referensi dalam urutan berdasarkan logika dependensi

3. Perkirakan kerangka waktu untuk setiap kegiatan berdasarkan perincian ruang lingkup proyek.

4. Menentukan jalur kritis jaringan (NCP).

Langkah selanjutnya adalah mempercepat proyek, yang dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Perkirakan waktu yang diperlukan untuk mempercepat suatu kegiatan dan perkirakan biaya tambahan yang terkait dengan setiap kegiatan.

2. Mengurangi waktu proyek dengan berfokus pada aktivitas kritis dengan kurva biaya terendah. Jika ingin mempercepat upaya pada aktivitas yang tidak berada di lintasan kritis, total waktu proyek tidak akan berkurang.

3. Penataan ulang jaringan..

4. Ulangi Langkah 2 dan hentikan akselerasi jika jalur kritis bertambah. Jika ada beberapa jalur kritis, upaya percepatan diterapkan secara bersamaan untuk semua aktivitas di jalur kritis tersebut. Hindari menambah atau menghilangkan jalur kritis jika durasi salah satu aktivitas dipercepat.

5. Upaya percepatan berhenti ketika jalur kritis sudah jenuh (tidak bisa lagi dihentikan).

6. Perkirakan total biaya proyek akibat percepatan.

3.4 Flowchart atau Bagan Alir Penelitian

Tujuan dari diagram alir penelitian adalah untuk memberikan gambaran langkah demi langkah proses penelitian dari inisiasi hingga penyelesaian dengan menggunakan tahapan penelitian yang sistematis. Bagan alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Rumusan masalah

Landasan Teori

Mengumpulkan data

Hasil Penelitian

Selesai

Data Sekunder Data Primer

Kesimpulan dan saran

Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian

27

BAB 4

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini sangat penting untuk kelangsungan atau keberhasilan pelaksanaan penelitian. Data yang akan dikumpulkan meliputi WBS, durasi kegiatan, waktu optimis dan pesimis, realisasi penyelesaian konstruksi, dan semua data ini akan digabungkan ke dalam jaringan.

Wawancara supervisor digunakan untuk mengumpulkan semua data perkiraan biaya proyek juga disertakan.

4.2 Work Break Down Structure (WBS)

Struktur kerja terperinci, atau WBS, adalah cara menyusun proyek ke dalam laporan hierarkis. Ini digunakan untuk memecah atau menyelesaikan setiap proses kerja secara lebih rinci. Tujuan dari WBS adalah untuk meningkatkan proses perencanaan proyek. WBS berasal dari informasi yang terkandung dalam semua dokumen proyek, termasuk kontrak, gambar, dan spesifikasi proyek, dokumen- dokumen tersebut kemudian disusun menjadi item pekerjaan berdasarkan model struktural dan hierarkis.

Tabel 4.1 Work Breakdown structure

NO Keterangan

1 Persiapan dan RK3 2 Pekerjaan Struktur Bawah 3 Pekerjaan Struktur Lantai 1 4 Pekerjaan Struktur Lantai 2 5 Pekerjaan Struktur Dak

6 Pekerjaan Balok ELV + 10,8 Atap 7 Pekerjaan Rangka Atap baja Ringan 8 Pekerjaan Arsitektur Lantai 1 9 Pekerjaan Arsitektur Lantai 2

10 Pekerjaan Arsitektur Lantai Dak dan Atap 11 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Standar

12 Pekerjaan Septic Tank, Peresapan, Tandon, Rumah Pompa, dan Pekerjaan Pagar

13 Pekerjaan Bagian Luar Bangunan, Drainase Bagian Luar Bangunan, dan Pekerjaan Lain-Lain

14 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Non Standar 4.3 Durasi Aktivitas

Durasi aktivitas adalah elemen pekerjaan yang biasanya termasuk dalam WBS yang diperlukan dalam hal durasi, biaya, dan sumber daya. Kegiatan juga termasuk membuat WBS yang lebih mendalam dan memberikan penjelasan yang membantu Anda memahami bagaimana pekerjaan akan dilakukan sehingga Anda dapat membuat perkiraan biaya dan durasi pekerjaan yang realistis.

4.1 Gambar Schedule

Berdasarkan schedule tersebut CV. AR RAHMAN PERSADA Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pekerjaan konstruksi rumah susun mutiara mahakm samarinda stikes selesai dalam waktu 26 minggu sesuai dengan kerangka waktu yang dialokasikan.Agar diagram jaringan lebih mudah dipahami, Anda dapat mengurutkan setiap aktivitas berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya anda dapat melihat detail setiap kegiatan pada tabel di bawah.

Tabel 4.2 Durasi setiap Kegiatan

No Pekerjaan Kode

Kegiatan

Duration (Minggu)

1 Persiapan dan RK3 A 1

2 Pekerjaan Struktur Bawah B 3

3 Pekerjaan Struktur Lantai 1 C 3

4 Pekerjaan Struktur Lantai 2 D 3

5 Pekerjaan Struktur Dak E 2

6 Pekerjaan Balok ELV + 10,8 Atap F 1

7 Pekerjaan Rangka Atap baja Ringan G 1

8 Pekerjaan Arsitektur lantai 1 H 2

9 Pekerjaan Arsitektur lantai 2 I 2

10 Pekerjaan Arsitektur Lantai Dak dan Atap J 1 11 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal

Standar K

2

12 Pekerjaan Septic Tank, Peresapan, Tandon, Rumah Pompa, dan Pekerjaan Pagar

L 2

13 Pekerjaan Bagian Luar Bangunan, Drainase Bagian Luar Bangunan, dan Pekerjaan Lain-Lain

M

2

14 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Non Standar

N 1

TOTAL 26

4.4 Data biaya Aktivitas

Data biaya aktivitas merupakan biaya total biaya material dalam pengerjaan pembangunan rumah susun stikes Mutiara Mahakam samarinda Data keseluruhan sebesar Rp.4.590.903.138,37 dengan rincian tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Anggaran biaya Setiap proses

No. Pekerjaan Kode

kegiatan

Duration (minggu)

Anggaran Biaya

1 Persiapan dan RK3 A 1 113.970.000,00

2 Pekerjaan Struktur Bawah B 3 547.859.496,22

3 Pekerjaan Struktur Lantai 1 C 2 424.534.685,05 4 Pekerjaan Struktur Lantai 2 D 3 420.737.404,72

5 Pekerjaan Struktur Dak E 2 263.023.513,95

6 Pekerjaan Balok ELV + 10,8 Atap F 1 66.627.168,74 7 Pekerjaan Rangka Atap baja

Ringan

G 1 82.427.975,90

8 Pekerjaan Arsitektur lantai 1 H 2 620.886.703,36 9 Pekerjaan Arsitektur lantai 2 I 2 542.145.540,03 10 Pekerjaan Arsitektur Lantai Dak

dan Atap

J 1 271.508.631,86

11 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Standar

K 3 435.329.931,50

12 Pekerjaan Septic Tank, Peresapan, Tandon, Rumah Pompa, dan Pekerjaan Pagar

L

3

147.862.475,90

13 Pekerjaan Bagian Luar Bangunan, Drainase Bagian Luar Bangunan, dan Pekerjaan Lain-Lain

M

3

360.219.628,14

14 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Non Standar

N 1 293.769.983,00

Total 26 4.590.903.138,37

4.5 Pengolahan Data

Semua data yang dikumpulkan kemudian akan digunakan untuk mebangun jaringan yang menguraikan urutan kinstruksi yang dimulai dengan fase prakonstruksi dan diakhiri dengan fase konstruksi di lokasi. Urutan dibuat dengan menerapkan metode CPM dan metode PERT dan total durasi dihitung berdasarkan masing-masing metode.

4.6 Metode CPM

Selanjutnya, Anda perlu membuat jadwal rencana kerja berupa jadwal rencana kerja yang detail. Jadwal rencana kerja yang rinci harus dapat mengatasi setiap masalah dan hambatan yang mungkin timbul, termasuk bagaimana menghitung solusinya. Jadwal rencana kerja yang rinci seperti kerangka induk yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk jadwal, pengadaan bahan dan alat, dan pembayaran tenaga kerja, penagihan, dan presentasi.

Langkah pertama dalam membuat jaringan menggunakan CPM adalah menyelesaikan setiap aktivitas. Langkah selanjutnya adalah mencari tahu urutan dependensi dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya. Karena dalam membuat jaringan dengan metode CPM perlu diketahui kegiatan mana yang mendahului kegiatan selanjutnya, karena kegiatan selanjutnya bisa datang setelah kegiatan sebelumnya.

Anda dapat melihat urutan dependensi pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Data Urutan Kegiatan

NO Keterangan Aktivitas Prodecessors Duration (minggu)

1 Persiapan dan RK3 A - 1

2 Pekerjaan Struktur Bawah B A 3

3 Pekerjaan Struktur Lantai 1

C B 3

4 Pekerjaan Struktur Lantai 2

D B 3

5 Pekerjaan Struktur Dak E D 2

6 Pekerjaan Balok ELV + 10,8 Atap

F C,E 1

7 Pekerjaan Rangka Atap baja Ringan

G C,E 1

8 Pekerjaan Arsitektur lantai 1

H C,E 2

9 Pekerjaan Arsitektur lantai 2

I G,H 2

10 Pekerjaan Arsitektur Lantai Dak dan Atap

J F,I 1

11 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Standar

K F,I 2

12 Pekerjaan Septic Tank, Peresapan, Tandon, Rumah Pompa, dan Pekerjaan Pagar

L K

2

13 Pekerjaan Bagian Luar Bangunan, Drainase Bagian Luar Bangunan, dan Pekerjaan Lain-Lain

M L

2

14 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Non Standar

N J,M 1

Total 26

Tabel 4.4 diatas menunjukkan urutan kegiatan, durasi waktu dan kegiatan yang mendahului untuk selanjutnya akan membentuk jaringan kerja seperti yang terlihat pada Diagram 4.2

Gambar 4.2 Jaringan kerja

Dengan perencanaan yang tepat, suatu proyek dapat diselesaikan tepat waktu, dan dengan perencanaan yang tepat, Anda dapat mengharapkan proyek selesai tepat waktu dan dengan harga yang terjangkau, serta dengan kualitas yang sesuai dengan harapan Anda.

Merujuk kembali pada pelening jaringan tersebut di atas, langkah selanjutnya adalah perhitungan maju dan mundur. Perhitungan maju digunakan untuk menghitung Eariest Start (ES) dan Eariest Finish (EF) sedangkan perhitungan mundur menentukan Late Star (LS) dan Leats Finet (LF).

Waktu mulai adalah waktu dimana suatu kegiatan selesai. Itu ditentukan dengan menambahkan finet awal ke finet awal. (ES+D) atau K-I terdari = ES(k-I + D). Dari network pellening yang telah dibuat pada gambar 4.2 kemudian dilakukan hitungan maju dan hitungan mundur seperti gambar diagram 4.3 dibawah ini:

Gambar 4.3 Hitungan Maju dan Hitungan Mundur Metode CPM Setelah perhitungan ini selesai, informasi akan diatur dalam format berikut tabel seperti tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan ES-EF dan LS-LF

NO Aktivity Prodecessor Duration (minggu)

Early Latest

ES EF LS LF

A B C E

1 A - 1 0 1 0 1

2 B A 3 1 4 1 4

3 C B 3 4 7 4 9

4 D B 3 4 7 4 7

5 E D 2 7 9 7 9

6 F C,E 1 9 10 9 13

7 G C,E 1 9 10 9 11

8 H C,E 2 9 11 9 11

9 I G,H 2 11 13 11 13

10 J F,I 1 13 15 13 19

11 K F,I 2 13 15 13 15

12 L K 2 15 17 15 17

13 M L 2 17 19 17 19

14 N J,M 1 19 20 19 20

Keterangan :

ES : Earlies star (waktu paling awal tercepat)

EF : Earlies Finish (waktu paling awal pekerjaan dapat diselesaikan) LS : Lates Star (waktu paling lambat kegiatan)

LF : Lates Finish (waktu paling lambat untuk menyelesaikan pekerjaan) Setelah mengetahui ES-EF, LS-LF untuk masing-masing aktivitas, mari kita lihat free float (FF), total float (TF), dan Independent Float (IF), untuk mengidentifikasi aktivitas kritis, seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut: 4.6 perhitungan free float

Tabel 4.6 Hasil Hitung Float

Sekarang kita mengetahui FTL (Free Float) dan TFTL (Total Float) untuk setiap aktivitas, kita dapat melihat aktivitas mana yang berada di bawah jalur kritis dan seharusnya tidak ada penundaan atau penundaan dalam penyelesaian aktivitas.

Ada beberapa jenis Float di CPM yang dapat Anda gunakan untuk melihat proyek yang sedang berjalan atau untuk merencanakan cara menggunakan sumber daya

NO Aktivity Prodecessor Duration (minggu)

Early Latest Float

ES EF LS LF FF IF TF

A B C E B-A- D B-C-D E-A-D

1 A - 1 0 1 0 1 0 0 0

2 B A 3 1 4 1 4 0 0 0

3 C B 3 4 7 4 9 0 0 2

4 D B 3 4 7 4 7 0 0 0

5 E D 2 7 9 7 9 0 0 0

6 F C,E 1 9 10 9 13 0 0 3

7 G C,E 1 9 10 9 11 0 0 1

8 H C,E 2 9 11 9 11 0 0 0

9 I G,H 2 11 13 11 13 0 0 0

10 J F,I 1 13 15 13 19 0 0 5

11 K F,I 2 13 15 13 15 0 0 0

12 L K 2 15 17 15 17 0 0 0

13 M L 2 17 19 17 19 0 0 0

N J,M 1 19 20 19 20 0 0 0

proyek. Aktivitas yang termasuk dalam jalur kritis antara lain yang memiliki Free Float (FF).

Dan karena total float adalah 0, hal berikut berlaku: FF = TF = 0 Kegiatan yang termasuk dalam jalur kritis adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Analisa Jalur Kritis CPM

NO Aktivit y Prodecesso r Duration (minggu)

Early Latest Float Keterangan

ES EF LS LF FF IF TF

A B C E B-A-D B-C-D E-A-D

1 A - 1 0 1 0 1 0 0 0 KRITIS

2 B A 3 1 4 1 4 0 0 0 KRITIS

3 C B 3 4 7 4 9 0 0 2 KRITIS

4 D B 3 4 7 4 7 0 0 0 KRITIS

5 E D 2 7 9 7 9 0 0 0 KRITIS

6 F C,E 1 9 10 9 13 0 0 3 KRITIS

7 G C,E 1 9 10 9 11 0 0 1 KRITIS

8 H C,E 2 9 11 9 11 0 0 0 KRITIS

9 I G,H 2 11 13 11 13 0 0 0 KRITIS

10 J F,I 1 13 15 13 19 0 0 5 KRITIS

11 K F,I 2 13 15 13 15 0 0 0 KRITIS

12 L K

2

15 17 15 17 0 0 0 KRITIS

13 M L

2

17 19 17 19 0 0 0 KRITIS

14 N J,M

1

19 20 19 20 0 0 0 KRITIS

Seperti yang Anda lihat dari tabel di atas, jalur kritis ada di aktivitas A,B,D,E,H,I,K,L,M,N. Data tersebut kemudian diubah menjadi diagram jaringan yang disesuaikan berdasarkan hasil. Di bawah ini adalah contoh diagram jaringan yang dikonversi dengan CPM.

Gambar 4.4 Diagram Network Dengan Menggunakan Metode CPM 4.6 Metode PERT

Metode jaringan untuk perencanaan dan penjadwalan proyek disebut metode PERT. Kantor Pasukan Khusus mengembangkan metode PERT pada tahun 1957 dengan bantuan Booz, Allen dan Hamilton. Langkah pertama dalam mengatur jaringan menggunakan PERT adalah mengetahui perkiraan waktu optimis (a) dan perkiraan waktu pesimis (b) untuk setiap aktivitas berdasarkan durasi Anda saat ini (m).

Langkah selanjutnya adalah mencari perkiraan waktu Anda (Te) seperti terlihat pada Tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 4. 8 Langkah Awal Metode PERT No Aktivity Prodece Optimis (a) Realistis

(m)

Pesimis (b)

1 A - 0,5 1 1,2

2 B A 3 3 4

3 C B 3 3 4

4 D B 3 3 4

5 E D 1,5 2 2,5

6 F C,E 1 1 1,2

7 G C,E 0,5 1 1,2

8 H C,E 1,6 2 2,6

9 I G,H 1,6 2 2,6

10 J F,I 0,5 1 1,2

11 K F,I 1,5 2 2,5

12 L K 2 2 2,5

13 M L 1,5 2 2,5

14 N J,M 0,5 1 1,2

Setelah membuat estimasi waktu maka dicari nilai Te (waktu yang dihrapkan) dengan menggunakan rumus:

Te= a+4(m)+b 6 Contoh: 0,5+4(1)+1,2 = 0,95

6

3+4(3)+4 = 3,2 6

1,5+4(2)+2,5 = 2 6

didapatkan nilai Te untuk masing-masing kegiatan dalam bentuk tabel dibawah ini:

Tabel 4.9 Nilai Te

No Aktiviy Keterangan Te

1 A Persiapan dan RK3 0,95

2 B Pekerjaan Struktur Bawah 3,2

3 C Pekerjaan Struktur Lantai 1 3,2

4 D Pekerjaan Struktur Lantai 2 3,2

5 E Pekerjaan Struktur Dak 2

6 F Pekerjaan Balok ELV + 10,8 Atap 1

7 G Pekerjaan Rangka Atap baja Ringan 0,95

8 H Pekerjaan Arsitektur lantai 1 2,03

9 I Pekerjaan Arsitektur lantai 2 2,03 10 J Pekerjaan Arsitektur Lantai Dak dan Atap 0,95 11 K Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Standar 2 12 L Pekerjaan Septic Tank, Peresapan, Tandon, Rumah

Pompa, dan Pekerjaan Pagar

2,08

13 M Pekerjaan Bagian Luar Bangunan, Drainase Bagian Luar Bangunan, dan Pekerjaan Lain-Lain

2

14 N Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Non Standar 0,95 Nilai Te (durasi waktu yang diharapkan) digunakan untuk membuat diagram jaringan proyek. Dimana desain jaringan proyek mengikuti prinsip yang sama dengan CPM.

Cara menghitung waktu penyelesaian menggunakan metode PERT:

1. Itung maju 2. Hitung mundur

3. Menghitung waktu penyelesaian paling awal suatu kegiatan 4. Hitung maju untuk perhitungan lanjutan (ES dan EF).

5. Hitung mundur untuk perhitungan lanjutan (LS dan LF).

6. Hitung maju untuk waktu mulai aktivitas terbaru.

7. Menghitung waktu penyelesaian aktivitas terakhir (tanpa menunda total periode penyelesaian aktivitas).

8. Hitung mundur untuk waktu penyelesaian aktivitas terbaru (LS dan LF).

Berdasarkan network planning pada gambar, kemudian dilakukan perhitungan maju dan hitungan mundur seperti pada gambar 4.5

Gambar 4.5 Perhitungan Maju dan Hitungan Mundur Metode PERT Selesai dalam waktu 20,4 minggu dari kerangka waktu normal. Tabel 4.10 memperlihatkan hasil perhitungan perencanaan jaringan PERT.

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan PERT

NO Aktivity Prode cessor

Dur atio n

Early Latest Float Keterangan

ES EF LS LF FF IF TF

A B C E B-A-D B-C-D E-A-D

1 A - 0,9

5

0 0,95 0 0,95 0 0 0 KRITIS

2 B A 3,2 0,95 4,15 0,95 4,15 0 0 0 KRITIS

3 C B 3,2 4,15 6,17 4,15 9,35 0 0 2 KRITIS

4 D B 3,2 4,15 7,35 4,15 7,35 0 0 0 KRITIS

5 E D 2 7,35 9,35 7,35 9,35 0 0 0 KRITIS

6 F C,E 1 9,35 10,3

5

9,35 13,4 1

0 0 3,06 KRITIS

7 G C,E 0,9

5

9,35 10,3 9,35 11,3 8

0 0 1,08 KRITIS

8 H C,E 2,0

3

9,35 11,3 8

9,35 11,3 8

0 0 0 KRITIS

9 I G,H 2,0

3

11,3 8

13,4 1

11,3 8

13,4 1

0 0 0 KRITIS

10 J F,I 0,9

5

13,4 1

15,4 1

13,4 1

19,4 9

0 0 5,13 KRITIS

11 K FI 2 13,4

1 15,4

1 13,4

1 15,4

1

0 0 0 KRITIS

12 L K 2,0 8

15,4 1

17,4 9

15,4 1

17,4 9

0 0 0 KRITIS

13 M L 2 17,4

9 19,4

9 17,4

9 19,4

9

0 0 0 KRITIS

14 N J,M 0,9

5

19,4 9

20,4 19,4 9

20,4 0 0 0 KRITIS

Kemudian, gunakan metode PERT untuk membuat grafik diagram jaringan dari analisis penjadwalan dengan Te sebagai durasi yang digunakan untuk perhitungan.

Anda akan melihat bahwa penyelesaian proyek (Te) adalah 20,4 minggu, dan jalur kritis dalam diagram jaringan tercapai untuk A, B, d, E, H, I, K, L, M, N.

Gambar 4.6 Jalur kritis metode PERT Nillai divisi standar dapat dicari dengaan rumus:

S = 1x (B-A) 6

Keterangan: A= Waktu Optimis B= Waktu Pesimis Contoh: S= 1 x (1,2-0,5) = 0,12

Dan nilai variansi kegiatan dapat dicari dengan rumus:

V(te) = s2

contoh: V(te) = 0,122 =0,0144

Maka kedua variable ini dapat dilihat dalam bentuk tabel dibawah ini.

Tabel 4.11 Nilai Standar Deviasi dan Varians kegiatan pada metode PERT

No Activity Hari(a) Hari(b) S V(te)

1 A 0,5 1,2 0,12 0,0144

2 B 3 4 0,17 0,0289

3 C 3 4 0,17 0,0289

4 D 3 4 0,17 0,0289

5 E 1,5 2,5 0,17 0,0289

6 F 1 1,2 0,03 0,0009

7 G 0,5 1,2 0,12 0,0144

8 H 1,6 2,6 0,17 0,0289

9 I 1,6 2,6 0,17 0,0289

10 J 0,5 1,2 0,12 0,0144

11 K 1,5 2,5 0,17 0,0289

12 L 2 2,5 0,08 0,0064

13 M 1,5 2,5 0,17 0,0289

14 N 0,5 1,2 0,12 0,0144

4.7 Analisa Data Hasil

Pengolahan data sebelumnya telah menunjukkan bahwa data yang dikumpulkan dapat digunakan dalam pengelohan data. Dalam pengolahan data ini bisa mendapatkan hasil perhitungan dengan CPM dan PERT.

1. Hitung CPM selama 20 minggu siklus hidup proyek (A,B,C,D,E,H,I,K,L,M.N).

2. Pada dasarnya,jika ingin menggunakan metode PERT untuk menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek, dibutuhkan waktu 20,4 minggu. Lalu jalur kritis untuk proyek tersebut adalah: A-B-D-E-H- I-K-L-M-N.

Dari data mentah tersebut dibuat perbandingan antara kedua metode tersebut, sehingga terdapat perbedaan waktu penyelesaian proyek pembangunan tersebut.

Dapat melihat perbedaan waktu pengembangan total pada grafik di bawah ini.

Gambar 4.7 Grafik Metode Terhadap Durasi

Gambar 4.7 menunjukkan bahwa total durasi pembangunan rumah susun Mutiara mahakam samarinda adalah 20 minggu dengan metode CPM, dan 20 minggu dengan metode PERT. Oleh karena itu, teknik perhitungan dengan metode CPM memiliki total durasi 20 minggu, sedangkan teknik perhitungan dengan metode PERT memiliki durasi keseluruhan 20 minggu.

Metode CPM kami gunakan untuk tahap penjadwalan dipercepat karena memiliki total waktu terpendek. Metode perhitungan menggunakan metode CPM dengan waktu 0,4 minggu.

4.8 Biaya Percepatan Pada Jalur Kritis CPM

Tabel 4.6 menunjukkan Rp 4590.903.138.37 sebagai biaya normal untuk penyelesaian konstruksi dengan durasi 26 minggu. Kecelakaan hampir selalu termasuk dalam kenaikan biaya. Kenaikan biaya akibat percepatan waktu merupakan biaya langsung untuk menyelesaikan atau melaksanakan tugas-tugas jangka pendek.

Kondisi yang paling sering kita lihat pada proyek konstruksi adalah time-to- value (TOV) constraint. Berdasarkan informasi yang tersedia bagi kami, kami dapat menyimpulkan bahwa waktu implementasi yang dipersingkat disebabkan oleh:

1. Perencanaan yang tidak akurat.

2. Manajemen implementasi yang bersih.

3. Kurangnya korelasi logis dan realistis antara kegiatan.

4. Memperpanjang waktu dan menambah biaya penyelesaian proyek.

Saat memustuskan untuk menggunakan metode crashing untuk percepatan waktu, manajer proyek harus mempertimbangkan hal berikut:

1. Tanggal penyelesaian proyek lebih lambar dari rencana semula. Oleh karena itu waktu perlu dipercepat.

2. Waktu proyek normal dipercepat dengan menerapkan metode crashing agar waktu penyelesaian lebih awal untuk meningkatkan performance dan profil dari perusahaan kontraktor.

Hasil perhitungan percepatan dapat dilihat pada gambar 4.17 dibawah ini.

Dari setiap aktivitas yang dipercepat dilakukan juga perhitungan biaya percepatan untuk aktivitas tersebut dengan perhitungan sebagai berikut:

Waktu Normal

Biaya percepatan = waktu percepat x Biaya normal Tabel 4.12 Anggaran Biaya Normal Pada Titik Kritis No Aktivitas Durasi Anggaran Biaya Normal

Pada Jalur Kritis

1 A 1 113.970.000,00

2 B 3 547.859.496,22

3 D 3 420.737.404,72

4 E 2 263.023.513,95

5 H 2 620.886.703,36

6 I 2 542.145.540,03

7 K 3 435.329.931,50

8 L 3 147.862.475,90

9 M 3 360.219.628,14

10 N 1 293.769.983,00

TOTAL 20 3.745.804.676,82

Perhitungan diatas adalah perhitungan pada jalur kritis yang jika dijumlahkan anggaran pada biaya normal sebesar Rp 3.745.804.676,82selama 20 minggu. Maka untuk mengetahui berapa kenaikan biaya percepatan pada titik kritis adalah dengan rumus yang sudah dijelaskan diatas, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:

Biaya percepatan = 26 x 3.745.804.676,82= Rp. 4.869.546.079.886

20

Jadi total kenaikan biaya pada jalur keritis CPM jika dihitung menjadi Rp 4.869.546.079.886

1. Pembahasan

Berdasarkan analisis saat ini, durasi pemrosesan metode CPM berbeda dengan metode PERT. Namun, jalur kritis dari masing-masing metode adalah sama.

Jalur kritis umumnya merupakan jalur yang membutuhkan durasi proses terlama. Ini adalah jalur yang tidak memiliki masa tenggang dari akhir satu fase aktivitas hingga dimulainya fase aktivitas lainnya.

Salah satu aspek terpenting dari metode ini adalah kurangnya keanggunan pada jalur kritis, jadi kegiayan ini harus dimulai dengan tepat waktu agar proyek tidak memakan waktu lama untuk diselesaikan.

Meskipun ada beberapa perbedaan dalam terminologi dan konstruksi jaringan, tujuan dari kedua teknik ini sebagian besar sama. Analisis yang digunakan dalam PERT sangat mirip dengan CPM. Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa dalam PERT terdapat tiga estimasi waktu per aktivitas.

Estimasi waktu ini kemudian digunakan untuk menghitung nilai ekspektasi aktivitas dan standar deviasi untuk aktivitas tersebut.

Dalam CPM, hanya ada satu estimasi waktu per aktivitas. Ini karena CPM mengasumsikan bahwa waktu aktivitas diketahui dengan pasti.

4.10.1 Perbedaan CPM dan PERT

Apa perbedaan antara CPM dan PERT antara lain:

1. PERT digunakan untuk merencanakan dan mengelola proyek yang tidak pernah selesai dan BPS CPM digunakan untuk menjadwalkan dan mengelola kegiatan yang telah selesai sehingga informasi waktu untuk setiap elemen kegiatan.

2. Ada tiga jenis waktu pemrosesan dalam PERT: waktu pemrosesan tercepat, waktu pemrosesan paling lama, waktu pemrosesan yang paling memungkinkan waktu pemrosesan CPM.

3. Dalam PERT tabda panah berarti hubungan kepresidenan dan dalam CPM panah berarti aktivitas.

4. BPS CPM vs PERT memiliki satu kesamaan dan keduanya menggunakan digram panah.

Dokumen terkait