QA 61 : Gereja dipanggil untuk berjalan bersama bangsa-bangsa wilayah Amazon… Perjalanan terus berlanjut dan tugas misioner, jika ingin mengembangkan Gereja berwajah
Amazon, harus tumbuh dalam suatu budaya perjumpaan dengan suatu pluralisme harmonis.
Namun, agar inkarnasi Gereja dan Injil menjadi mungkin, warta agung misioner haruslah terus-menerus menggema.
QA 66 : Gereja, sambil bertekun mewartakan kerygma, harus tumbuh di wilayah Amazon.
Untuk itu, Gereja selalu membentuk kembali identitasnya melalui mendengarkan dan dialog dengan orang-orang, realitas-realitas dan sejarah-sejarah wilayahnya. Dengan cara ini, ia bisa semakin mengembangkan suatu proses penting inkulturasi, yang tidak merendahkan apa pun yang baik yang telah ada dalam budaya-budaya Amazon, namun dikumpulkan dan dibawa kepada kepenuhannya dalam terang Injil.
Ensiklik Fratelli Tut (3 Oktober 2020)
Ensiklik Fratelli Tutti (Saudara Sekalian) adalah tentang persaudaraan dan persahabatan sosial yang bersama dan saling melengkapi dengan Laudato Si mendapatkan inspirasinya dari hidup St. Fransiskus Assisi.
Fratelli Tutti terdiri dari 8 bab sesudah pengantar. Bab Satu “Bayang-Bayang Gelap Dunia yang tertutup”. Bab Dua “Seorang Asing di Jalan” berisi refleksi tentang Kisah Orang Samaria yang Baik Hati dalam Injil Lukas 10:25-37. Bab Tiga “Memikirkan dan Menciptakan Dunia yang Terbuka”. Bab Empat “Hati yang Terbuka ke Seluruh Dunia”. Bab Lima “Politik yang Lebih Baik”. Bab Enam “Dialog dan Persahabatan Sosial”. Bab Tujuh “Jalan Menuju Perjumpaan Baru”. Bab Delapan “Agama-Agama Hendaknya Melayani Persaudaraan di Dunia”.
Fratelli Tutti ditutup dengan doa kepada Sang Pencipta demikian:
Tuhan dan Bapa segenap umat manusia,
Engkau yang telah menciptakan semua umat manusia dengan martabat yang sama, curahkanlah ke dalam hati kami semangat persaudaraan.
Ilhamilah kami dengan impian perjumpaan baru, dialog keadilan serta perdamaian.
Doronglah kami untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan dunia yang lebih layak, tanpa kelaparan, taanpa kemiskinan, tanpa kekerasan, tanpa perang.
Semoga hati kami terbuka bagi semua bangsa dan negara di bumi, agar kami mengenali kebaikan dan keindahan
yang telah Kautaburkan pada mereka masing-masing.
Untuk mempererat ikatan perstuan, kerja sama, dan harapan bersama.
Amin.
Berikut ini beberapa kutipan terpilih Fratelli Tutti:
FT 56 : Sesungguhnya meskipun ensiklik ini ditujukan kepada semua orang yang berkehendak baik, terlepas dari keyakinan agamanya, perumpamaan itu (Lukas 10:25-37) disajikan sedemikian rupa sehingga siapa pun di antara kita dapat membiarkan diri ditantang olehnya.
FT 63 : Yesus menceritakan kisah tentang seorang yang telah dirampok dan terluka, tergeletak di pinggir jalan. Ada beberapa orang yang melintas jalan itu, tetapi mereka berjalan terus tanpa berhenti. Mereka adalah orang yang memegang posisi penting dalam masyarakat, tetapi di hati mereka tidak ada kasih untuk kebaikan bersama. Mereka tidak dapat meluangkan beberapa menit untuk membantu orang yang terluka atau setidaknya mencari bantuan.
FT 63 : Hanya satu orang yang berhenti, mendekatinya, merawatnya dengan tangannya sendiri, membayarinya dari sakunya sendiri, dan menjaganya. Terlebih-lebih, ia memberinya sesuatu yang sangat kita hemat di dunia yang tergesa-gesa ini : ia memberinya waktunya sendiri.
FT 67 : Perumpamaan ini menjadi gambaran yang mencerahkan, yang mampu menyoroti pilihan dasar yang perlu kita buat untuk membangun kembali dunia yang menyakiti kita ini.
Dalam menghadapi begitu banyak penderitaan dan luka-luka, satu-satunya jalan keluar adalah menjadi seperti orang Samaria yang murah hati.
FT 68 : Cerita ini berbicara kepada kita tentang ciri khas esensial kemanusiaan, yang sering dilupakan : kita diciptakan untuk kepenuhan yang hanya dapat dicapai dalam kasih. Hidup acuh tak acuh terhadap penderitaan tidak dapat menjadi pilihan; kita tidak bisa membiarkan seseorang tetap “hidup di pinggiran”. Ini harus membuat kita geram, hingga membuat kita keluar dari ketenangan kita karena terganggu oleh penderitaan manusia. Itulah martabat ! FT 76 : Akhirnya, mari kita memperhatikan orang yang terluka itu. Terkadang kita merasa seperti dia, terluka parah dan tergeletak di pinggir jalan. Kita pun merasa ditinggalkan oleh lembaga-lembaga kita yang terabaikan dan kurang sumber daya, atau yang diarahkan untuk melayani kepentingan beberapa orang saja, di dalam dan dari luar.
FT 78 : Kesulitan yang tampak besar merupakan kesempatan untuk bertumbuh, bukan alasan untuk bersedih tanpa daya yang cenderung mendukung kepasrahan. Tapi jangan mengerjakannya sendiri, secara individual. Orang Samaria mencari seorang pemilik penginapan yang bisa merawat orang terluka itu; kita pun dipanggil untuk mengajak orang lain dan berjumpa dalam suatu “kita” yang lebih kuat daripada sekedar sejumlah individu yang kecil.
FT 80 : Yesus menyampaikan perumpamaan ini untuk menjawab pertanyaan : siapakah sesamaku manusia ? Kata “sesama” dalam masyarakat zaman Yesus biasanya menunjukkan siapa yang paling dekat, tetangga….. Ia tidak memanggil kita untuk bertanya siapa yang dekat dengan kita; tetapi untuk menjadikan diri kita dekat, menjadi sesama manusia.
FT 81 : Artinya, Ia menantang kita untuk mengesampingkan segala perbedaan dan, berhadapan dengan penderitaan, menjadi dekat dengan siapa saja yang mengalaminya.
Oleh karena itu, saya tidak lagi mengatakan bahwa saya mempunyai “sesama” yang harus dibantu, tetapi saya merasa terpanggil untuk menjadi sesama bagi orang lain.
FT 276 : Seperti Maria, Bunda Yesus, “kita ingin menjadi sebuah Gereja yang melayani, yang keluar dari rumahnya, bergerak keluar dari bait-bait sucinya, dari sakristinya, untuk mendampingi kehidupan, menopang harapan, menjadi tanda kesatuan, untuk membangun jembatan-jembatan, merobohkan tembok-tembok, menabur benih-benih rekonsiliasi.”
Seruan Apostolik Laudate Deum (4 Oktober 2023)
Seruan Apostolik Laudate Deum (Pujilah Tuhan) dipublikasikan Paus Fransiskus pada tanggal 4 Oktober 2023 yaitu pada Pesta St. Fransiskus Assisi. Paus Fransiskus menerbitkan dokumen terbaru ini sebagai kelanjutan Laudato Si (24 Mei 2015) yang diberi nama Laudate Deum (4 Oktober 2023). Tidak seperti dokumen Paus Fransiskus lainnya, Laudate Deum dapat terbilang singkat karena hanya terdiri dari 73 paragraf.
Alasan Paus Fransiskus menerbitkan seruan apostolik ini adalah “Seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa tanggapan kita belumlah memadai, sementara dunia tempat kita hidup sedang menuju keruntuhan dan mungkin mendekati titik puncaknya. Selain kemungkinan tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa dampak perubahan iklim akan semakin merugikan kehidupan dan keluarga banyak orang (LD 2).
Bila Laudato Si diterbitkan menjelang COP21 di Paris, maka Laudate Deum diterbitkan menjelang COP28 di Dubai. Menurut Paus Fransiskus, COP21 di Paris (2015) merupakan momen penting karena menghasilkan kesepakatan yang melibatkan semua pihak. (LD 47).
Paus Fransiskus berharap COP28 di Dubai “Dapat mewakili perubahan arah dan menunjukkan bahwa segala sesuatu yang telah dilakukan sejak tahun 1992 sebenarnya adalah hal yang serius dan layak dilakukan; jika harapan itu tidak terpenuhi, maka akan ada kekecewaan yang besar dan membahayakan segala kebaikan yang telah dicapai selama ini (LD 54).
Alasan mengenai nama dokumen ini dijelaskan dalam paragraf terakhir: “Pujilah Tuhan”
adalah judul surat ini. Karena ketika manusia mengaku mengambil posisi Tuhan, mereka menjadi musuh terburuk bagi diri mereka sendiri (LD 73).
Semoga kita tidak pernah mengambil posisi Tuhan seperti telah terjadi sejak manusia jatuh ke dalam dosa di Taman Eden karena perilaku seperti itu adalah cara berpikir yang menyebabkan kerusakan di muka bumi ini.
Berikut ini beberapa kutipan terpilih dari Laudate Deum:
LD 2: Delapan tahun telah berlalu sejak saya menerbitkan Ensiklik Laudato Si’, ketika saya ingin berbagi dengan Anda semua, saudara-saudari di planet kita yang menderita ini, suatu keprihatinan saya yang tulus terhadap pemeliharaan rumah kita bersama. Namun, seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa tanggapan kita belumlah memadai, sementara dunia tempat kita hidup sedang menuju keruntuhan dan mungkin mendekati titik puncaknya. Selain kemungkinan tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa dampak perubahan iklim akan semakin merugikan kehidupan dan keluarga banyak orang. Kita akan merasakan dampaknya di bidang layanan kesehatan, sumber-sumber lapangan kerja, akses terhadap sumber daya, perumahan, migrasi paksa, dan lain-lain.
LD 5: Kendatipun ada banyak upaya untuk menyangkal, menyembunyikan, menutup-nutupi, atau merelatifkan isu ini, namun tanda-tanda perubahan iklim ini semakin nyata. Tidak ada yang bisa memungkiri fakta bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini kita telah menyaksikan fenomena cuaca ekstrem, seringnya terjadi siklus panas yang luar biasa, kekeringan dan seruan protes lainnya di bumi yang hanya merupakan beberapa ekspresi gamblang dari penyakit yang diamdiam yang menyerang semua orang.
LD 14: Saya merasa berkewajiban untuk membuat klarifikasi ini, semoga terlihat jelas, karena adanya pendapat-pendapat tertentu yang meremehkan dan hampir tidak masuk akal yang saya temui, bahkan di dalam Gereja Katolik. Namun kita tidak dapat lagi meragukan bahwa alasan atas cepatnya perubahan-perubahan berbahaya ini adalah sebuah fakta yang tidak dapat disembunyikan: hal-hal baru yang sangat besar yang berkaitan dengan campur tangan manusia yang tidak terkendali terhadap alam dalam dua abad terakhir.
LD 33: Dalam hati nurani, dan dengan pandangan terhadap anak-anak yang akan menanggung kerugian akibat tindakan mereka, pertanyaan berkaitan dengan makna pasti muncul: “Apa arti hidup saya? Apa arti waktuku di bumi ini? Dan apa arti utama dari semua kerja dan usaha saya?”
LD 58: Sekali lagi, mari kita akhiri cemoohan tidak bertanggung jawab yang menganggap isu ini murni ekologis, “hijau”, romantis, dan sering dijadikan bahan cemoohan oleh kepentingan ekonomi. Mari kita akui bahwa ini adalah masalah kemanusiaan dan sosial pada berbagai tingkatan. Oleh karena itu, diperlukan keterlibatan semua pihak.
LD 61: Dalam hal ini saya selalu mengingatkan umat Katolik akan motivasi yang lahir dari iman mereka. Saya mendorong saudara-saudari saya dari agama lain untuk melakukan hal yang sama, karena kita tahu bahwa iman yang sejati tidak hanya memberi kekuatan pada