• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENJADI KATOLIK ZAMAN NOW

N/A
N/A
Dolorosa

Academic year: 2024

Membagikan "MENJADI KATOLIK ZAMAN NOW "

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

MENJADI KATOLIK ZAMAN NOW

A NEW WAY OF BEING CATHOLICS

A NEW WAY OF BEING CATHOLIC CHURCH

Ferry SW

Pengantar

Banyak orang Katolik merasa Katolik padahal tidak pernah mencoba sungguh mempelajari dinamika dan perkembangan Gereja Katolik zaman now khususnya dibawah kepemimpinan Paus Fransiskus. Sebagian dibaptis saat bayi atau anak-anak, sebagian yang lain dibaptis sebagai remaja, orang muda, atau sudah dewasa. Namun pelajaran agama Katolik yang didapat saat sekolah, persiapan komuni pertama, atau saat persiapan baptis tidak diperbaharui lagi. Banyak yang terkejut ketika mendengarkan bahwa ternyata apa yang disampaikan atau dilakukan Paus Fransiskus tidak selalu sama dengan pelajaran agama Katolik yang selama ini dihayati.

Pastor Antonio Spadaro SJ (57) editor La Civilta Cattolica sejak 2011 dan anggota Pontifical Council for Culture dan Secretariat for Communications dari Vatican tanggal 19 Agustus 2013 mewawancarai Paus Fransiskus. Salah satu pertanyaan yang diajukan ke Paus Fransiskus adalah: Apa yang paling diperlukan gereja saat ini? Apakah gereja perlu diperbaharui? Apa harapan paus untuk gereja di masa depan? Model gereja macam apa yang paus impikan?

Jawaban Paus Fransiskus, “Saya melihat dengan jelas bahwa gereja yang diperlukan saat ini adalah gereja sebagai “rumah sakit lapangan” (a field hospital church) yang mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan luka-luka dan membawa kehangatan bagi hati umat beriman.”

Paus Fransiskus

Paus Fransiskus dilahirkan dengan nama Jorge Mario Bergoglio tanggal 17 Desember 1936 di Argentina dari keluarga imigran dari Itali yaitu Mario Jose Bergoglio (1908-1959) dan Regina Maria Sivori (1911-1981). Paus Fransiskus mempunyai 4 saudara kandung. Hanya Maria

(2)

Elena yang dilahirkan tahun 1948 yang masih hidup. Tiga saudara lainnya yaitu Oscar Adrian (1938-2023), Marta Regina (1940-2007), dan Alberto Horacio (1942-2010) sudah meninggal dunia.

Semasa mudanya, Jorge Bergoglio pernah bekerja sebagai penjaga bar dan petugas kebersihan. Sesudah lulus sekolah teknik sebagai analis kimia, Jorge kemudian bekerja sebagai analis kimia di laboratorium food science. Jorge pernah sakit pneumonia dan sebagian paru-parunya harus diangkat. Jorge senang sepak bola, musik tradisional, dan menari tango.

Jorge Bergoglio masuk Serikat Yesus 11 Maret 1958 dan ditahbiskan sebagai imam 13 Desember 1969. Pastor Jorge Bergoglio SJ dipilih menjadi provinsial SJ di Argentina tahun 1973-1979. Pada periode ini Pastor Jorge Bergoglio SJ sempat dianggap bersalah dan tidak cukup bertindak atas terjadinya penculikan Pastor Orlando Yorio SJ dan Pastor Franz Jalics SJ pada bulan Mei 1976. Pastor Franz Jalics SJ kemudian memaafkan dan berdamai dengan Pastor Jorge Bergoglio SJ.

Tahun 1980-1986 beliau diangkat menjadi Rector Philosophical and Theological Faculty of San Miguel. Sebelum menjalani tugas sebagai Rector San Miguel, selama 3 bulan Pastor Jorge sempat belajar bahasa Inggris dan tinggal di Jesuit Center di Milltown Institute of Theology and Philosophy di Dublin Irlandia. Sesudah tugasnya sebagai rektor selesai, beliau sempat tinggal beberapa bulan di Sankt Georgen Graduate School of Philosophy and Theology di Frankfurt Jerman untuk mempertimbangkan menulis disertasi tentang teolog Itali Romano Guardini. Namun rencana ini tidak jadi terlaksana karena beliau dipanggil pulang ke Argentina untuk bertugas sebagai spiritual director Jesuit community di Cordoba.

Pastor Jorge Mario Bergoglio SJ ditahbiskan sebagai uskup 27 Juni 1992 dan diangkat menjadi uskup auksilier Buenos Aires tahun 1992-1997. Tanggal 3 Juni 1997 beliau diangkat sebagai uskup koadjutor Buenos Aires. Beliau menjadi Uskup Agung Buenos Aires tahun 1998-2013.

Tanggal 21 Februari 2001 beliau diangkat menjadi kardinal oleh Paus Santo Yohanes Paulus II. Tahun 2005-2011 beliau menjadi Ketua Konferensi Para Uskup Argentina. Pada saat itu beliau juga adalah ketua komite untuk Pontifical Catholic University of Argentina. Sebagai cardinal, beliau pernah menjadi anggota Congregation for Divine Worship and the Discipline of the Sacraments, Congregation for the Clergy, Congregation for Institutes of Consecrated Life and Societies of Apostolic Life, Pontifical Council for the Family, dan Commission for Latin America.

Dalam konklaf sesudah Paus Santo Yohanes Paulus II meninggal dunia tanggal 2 April 2005, Kardinal Bergoglio sempat dikabarkan mendapat suara terbanyak kedua sesudah Kardinal Ratzinger yang terpilih menjadi paus tanggal 19 April 2005 dan memilih nama Paus Benediktus XVI.

Pada saat mencapai usia 75 tahun pada bulan Desember 2011, sesuai hukum gereja, Kardinal Jorge Mario Bergoglio mengirimkan surat permintaan pengunduran diri kepada Paus Benediktus XVI.

(3)

Tanggal 13 Maret 2013 beliau terpilih menjadi paus yang ke 266 menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri tanggal 28 Februari 2013. Beliau memilih nama Fransiskus dari St. Fransiskus Assisi dan dengan demikian dipanggil sebagai Paus Fransiskus.

Dinamika sekitar pemilihan Paus Benediktus XVI dan Paus Fransiskus serta relasi mereka berdua yang unik ditampilkan secara menarik dalam film The Two Popes yang dimainkan Anthony Hopkins sebagai Paus Benediktus XVI dan Jonathan Pryce sebagai Paus Fransiskus.

Dalam film tersebut digambarkan bagaimana kedua paus berbeda karakter dan pandangan tentang ajaran gereja. Meskipun demikian tampak sekali persahabatan antara dua paus yang saling menghormati. Tampak jelas juga bahwa Paus Benediktus XVI memilih mengundurkan diri dan dengan demikian membuka jalan bagi seorang sahabat yang pendapatnya sering berbeda untuk menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri.

Paul Thornton dalam tulisan 13 Maret 2013 mengutip surat dari Paul Kokoski dari Canada salah seorang pembaca Los Angeles Times yang dikirim ke [email protected]. Menurut Paul Kokoski, “Bergoglio is a man rich in spiritual passion, humility, self-denial and love for the cause of God and of man. As Pope Francis, he brings to the papacy a brilliant philosophical and, in particular, theological mind that has embraced a vision of broad spiritual and ecclesiastical horizons: personal holiness, missionary outreach combined with constant concern for unity, and the necessary integration of spirituality and institutional ministry. “His episcopal motto, ‘miserando atque eligendo,’ has strengthened and guided him in his tireless and uncompromising efforts aimed at defending and promoting the Catholic faith and its morals against modern errors in an age in which the Catholic Church has suffered unprecedented persecution and martyrdom.”

Sejak terpilih sebagai paus, Paus Fransiskus menampilkan diri sebagai seorang pribadi yang ramah, selalu tersenyum, menyapa, sederhana, dan rendah hati. Beliau peduli dengan orang miskin dan mereka yang ada di pinggiran serta yang terluka dan menderita. Beliau mendorong umat manusia untuk peduli dan merawat bumi rumah kita bersama. Beliau aktif mengusahakan dialog antar umat beragama dan perdamaian dunia. Beliau lebih menampilkan diri sebagai ibu yang terbuka hatinya dan yang mengasihi semua. Di sisi lain beliau juga menjadi guru yang mengajak kita semua untuk kembali ke akar mengikuti Yesus Kristus. Paus Fransiskus mengajak kita bukan hanya membuka jendela menengok dunia yang sedang terluka dan menderita, melainkan untuk membuka pintu-pintu, bahkan melangkah

(4)

keluar menuju dunia yang memar, terluka, dan kotor. Gereja tidak dibiarkan merasa nyaman, aman, dan bersih dengan menutup diri dan berdiam diri.

Dalam bahasa yang dipilihnya sendiri ketika menggambarkan St. Fransiskus Assisi yaitu nama yang dipakai beliau sebagai paus, Paus Fransiskus mengikuti teladan St. Fransiskus Assisi yaitu “Dia telah menunjukkan kepedulian khusus terhadap ciptaan Allah dan kaum miskin serta mereka yang tersisihkan. Dia mengasihi dan sangat dikasihi karena kegembiraannya, pemberian dirinya yang murah hati dan keterbukaan hatinya. Dia adal ah seorang mistikus dan peziarah yang hidup dalam kesederhanaan dan keselarasan yang indah dengan Allah, dengan orang lain, dengan alam, dan dengan dirinya sendiri. Dia menunjukkan kepada kita betapa tak terpisahkan ikatan antara kepedulian akan alam, keadilan bagi kaum miskin, komitmen kepada masyarakat dan kedamaian batin.” (LS 10)

Tanggal 7 Juli 2023, Prof. Ignatius Bambang Sugiharto dalam suatu seminar tesis di Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan memperhatikan bahwa spiritualitas yang mendasari berbagai sikap, tindakan, dan dokumen Paus Fransiskus adalah happiness-based spirituality yang mengalir dari relasi yang penuh persahabatan dengan Yesus dan kemudian mewujud dalam sukacita. Paus Fransiskus tidak mengikuti fear-based spirituality yang cenderung membela diri, menutup diri, bahkan berusaha menguasai orang lain. Terjadi loncatan paradigma kopernikan dalam gereja zaman now di bawah kepemimpinan Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus bukan hanya membuka jendela untuk melihat ke luar, apalagi membawa yang dari luar agar masuk ke dalam gereja. Paus Fransiskus membuka pintu dan melangkah keluar, yang dari dalam dibawa keluar. Barangkali tidak semua umat Katolik memahami perubahan paradigma baru yang diajarkan dan dihidupi Paus Fransiskus dengan sukacita.

Buku-Buku tentang Paus Fransiskus

Ada banyak buku yang ditulis tentang Paus Fransiskus. Ada buku yang ditulis paus sendiri, diterbitkan dengan mengumpulkan tulisan dan sambutan Paus Fransiskus sendiri, atau hasil wawancara dengan Paus Fransiskus seperti The Way of Humility: Corruption and Sin on Self Accussation (Jorge Mario Bergoglio), On Heaven and Earth: Pope Francis on Faith, Family, The Church in the 21st Century (Jorge Mario Bergoglio and Abraham Skorka), Walking with Jesus by Pope Francis: A Way Forward for the Church (Pope Francis), The Church of Mercy by Pope Francis: A Vision for the Church (Pope Francis), Pope Francis His Life in His Own Words:

Conversation with Jorge Bergoglio (Francesca Ambrogetti and Sergio Rubin), God is Young (a conversation with Thomas Leoncini), Pope Francis A Future of Faith: The Path of Change in Politics and Society (with Dominique Wolton), A Big Heart Open to God: An Interview with Pope Francis (interview with Antonio Spadaro), dan Pope Francis: My Door is Always Open (interview with Antonio Spadaro), dan Pope Francis: Go Forth Toward a Community of Missionary Disciples (commentary by William P. Gregory).

Ada juga buku-buku yang menggambarkan gaya kepemimpinan Paus Fransiskus seperti, Lead with Humility: 12 Leadership Lessons from Pope Francis (Jeffrey A. Krames), dan Pope Francis Why He Leads the Way He Leads (Chris Lowney).

(5)

Salah satu topik yang menarik dan cukup banyak muncul adalah masa depan gereja dalam judul buku semacam ini: The Great Reformer: Francis and the Making of a Radical Pope (Austen Ivereigh), The Future of the Catholic Church with Pope Francis (Garry Wills), Can Francis Change the Church? (Thomas Sweetser), To Change the Church: Pope Francis and the Future of Catholicism (Ross Douthat), The Quiet Revolution of Pope Francis (Gerry O’Hanlon), Let Us Dream: The Path to a Better Future (Austen Ivereigh), Wounded Shepherd: Pope Francis and His Struggle to Convert the Catholic Church (Austen Ivereigh), Pope Francis:

Untying the Knots (Paul Vallely), The Political Pope: How Francis Delighting the Liberal Lef and Abandoning Conservative Catholics (George Neumayr), The Francis Miracle: Inside the Transformation of the Pope and the Church (John L. Allen), What Would Pope Francis Do?:

Bringing the Good News to People in Need (Sean Salai), dan Church Interrupted: Havoc &

Hope the Tender Revolt of Pope Francis (John Cornwell).

(6)

Ada juga buku dengan judul: Pope Francis (Matthew E. Bunson), Pope Francis: The Legacy of Vatican II (Eduardo J. Echeverria) , Pope Francis and the Liturgy: The Call to Holiness and Mission (Kevin W. Irwin), Pope Francis: Our Mother Earth A Christian Reading on the Challenge of the Environment (Our Sunday Visitor), Theology of the People: The Pastoral and Theological Roots of Pope Francis (Juan Carlos Scannone), Pope to the Poor (James Fritz), dan Francis of Rome and Francis of Assisi: A New Springtime for the Church (Leonardo Boff). Akhirnya ada juga buku berjudul The Last Pope: Money, Masons and Occultism in the Decline of the Catholic Church (Leo Lyon Sagami), The Last Pope: Do Biblical and Catholic Prophecies Point to Pope Francis I? (Bob Thiel), dan Francis and The Last Pope Prophecies of St. Malachy (John Hogue).

(7)

Berbagai judul buku tersebut dan kalau kita mencoba mempelajari isi buku-buku tersebut mungkin kita dapat menemukan beberapa benang merah. Paus Fransiskus adalah paus terakhir dari gereja masa lalu dan sekaligus menjadi paus pertama gereja zaman now.

Tentu saja ini bukan karena mengikuti ramalan St. Malachy (1094-1148) tentang paus terakhir yang berbunyi demkian: "In the final persecution of the Holy Roman Church there will reign Peter the Roman, who will feed his flock amid many tribulations, afer which the seven-hilled city will be destroyed and the dreadful Judge will judge the people. The End.”

Teks yang berisi 112 frasa simbolik yang dikaitkan dengan 112 paus sebenarnya bukan berasal dari St. Malachy yang berasal dari Irlandia. Teks tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1590 dan ramalannya ada hubungannya dengan paus-paus sebelum tahun 1590.

Namun ramalan tentang paus sesudah tahun 1590 tidak begitu jelas dan sering dikira-kira saja seolah nyata.

Mereka yang percaya ramalan St. Malachy menafsirkan bahwa ramalan tentang “Peter the Roman” adalah tentang Paus Fransiskus karena ayah St. Fransiskus Assisi namanya adalah Pietro atau Peter. Ada lagi yang menduga Paus Fransiskus mempunyai nama Peter dan sebenarnya orang Roman karena keturunan Itali.

Bila kita mengatakan Paus Fransiskus adalah paus terakhir dari gereja masa lalu, hal itu karena ingin menyatakan bahwa Paus Fransiskus adalah paus pertama dari gereja zaman now. Paus Fransiskus menjadi paus yang membuka pintu gereja dan membawa gereja melangkah keluar ke jalan-jalan yang berlumpur, memar, luka, dan menderita. Paus Fransiskus menjadi paus yang memimpin gereja dan dunia dengan keterbukaan, keramahan, kerendahan hati, kesederhanaan, dan kasih yang memberi kehangatan kepada dunia dan manusia yang sedang mengalami luka-luka. Paus Fransiskus membawa perubahan besar dalam gereja dan dunia dengan cara yang lembut dan penuh belas kasih.

Paus Fransiskus memandang berbagai masalah kehidupan dengan kaca mata kasih seorang ibu sekaligus bapak bagi anak-anaknya. Cobalah misalnya memperhatikan bagaimana jawaban Paus Fransiskus terhadap Emanuelle yang sambil menangis bertanya apakah ayahnya yang meninggal yang ateis namun membaptis keempat anaknya ada di surga? Paus Fransiskus mengatakan hanya Allah yang menentukan siapa yang masuk surga. Allah memiliki hati seorang ayah dan tidak akan menelantarkan anak-anaknya yang baik. Allah pasti bangga dengan ayah Emanuelle yang adalah orang baik karena meskipun ateis dan tidak memiliki anuergah iman namun membaptis keempat anaknya dan itu pasti menyenangkan hati Allah. Kata Paus Fransiskus kepada Emanuelle, “Bicaralah kepada ayahmu, doakan ayahmu.” Para pejabat Vatikan berusaha memberi catatan atas jawaban Paus Fransiskus tersebut.

Cobalah mempelajari bagaimana Paus Fransiskus mengatakan tidak ada neraka menurut Eugenio Scalfari (1924-2022) dari koran La Repubblica. Ketika Scalfari bertanya kemana jiwa- jiwa yang berdosa akan dihukum, Paus Fransiskus menjawab demikian: “They are not punished. Those who repent obtain God’s forgiveness and take their place among the ranks of those who contemplate him, but those who do not repent and cannot be forgiven disappear. A Hell doesn’t exist, the disappearance of sinning souls exists.” Tentu saja jawaban

(8)

Paus Fransiskus tersebut dibantah oleh para pejabat di Vatikan. Namun Paus Fransiskus tetap bersahabat dengan Eugenio Scalfari dan bersedia diwawancarai berkali-kali.

Cobalah mempelajari bagaimana pendapat Paus Fransiskus tentang komuni bagi “remarried catholics”. Paus St. Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Familiaris Consortio (22 November 1981) menegaskan bahwa gereja berdasarkan Kitab Suci tidak mengizinkan mereka yang bercerai, kemudian menikah lagi, menyambut Ekaristi suci karena bertentangan dengan persatuan cinta kasih antara kristus dan Gereja yang dilambangkan oleh Ekaristi dan dapat menyebabkan umat lain sesat dan bingung mengenai ajaran gereja bahwa pernikahan tidak dapat diceraikan (FC 84). Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik Amoris Laetitia (19 Maret 2016) menegaskan bahwa gereja harus membantu mereka, dan dalam kasus-kasus tertentu, hal ini dapat mencakup bantuan sakramen-sakramen karena pengakuan dosa bukanlah ruang penyiksaan, melainkan suatu perjumpaan dengan belas kasih Allah serta menunjukan bahwa Ekaristi bukanlah sebuah hadiah bagi orang-orang sempurna, melainkan suatu obat penuh daya dan santapan bagi yang lemah (catatan kaki 351 untuk AL 305).

Berbagai Dokumen Paus Fransiskus

Menarik kalau kita bertanya apakah saudara seorang Katolik? Bagaimana saudara bisa membuktikan diri bahwa saudara adalah sungguh seorang Katolik? Umumnya menjawab;

saya sudah dibaptis, saya rajin berdoa dan ikut misa, saya aktif di gereja, dll. Mari kita test dengan beberapa pertanyaan lain? Apakah saudara tahu nama paus sekarang? Apakah saudara menghormati Paus Fransiskus, mencintainya, dan bersedia untuk mendengarkannya? Paus Fransiskus menulis berbagai dokumen. Dokumen tersebut adalah surat cinta dari seorang bapak kepada kita anak-anaknya? Kalau Paus Fransiskus menulis surat cinta kepada kita apakah kita sudah membacanya? Apakah kita sudah membaca Lumen Fidei, Evangelii Gaudium, Misercordia Vultus, Laudato Si, Amoris Laetitia, Misericordia et Misera, Veritatis Gaudium, Gaudete et Exultate, Dokumen Abu Dhabi, Querida Amazonia, Christus Vivit, dan Fratelli Tutti?

Ternyata pada umumnya orang Katolik belum membaca dokumen-dokumen tersebut.

Paling-paling ada beberapa yang pernah mendengar tentang dokumen tersebut dan pernah membaca sebagian isi dokumen tertentu. Jarang yang sudah membaca habis dokumen tertentu, apalagi sudah membaca semua dokumen tersebut. Artinya sebenarnya banyak orang Katolik bahkan imam-imam yang tidak mengikuti perkembangan gereja zaman now di bawah kepemimpinan Paus Fransiskus. Padahal ada perubahan yang cukup mendasar dan signifikan malahan loncatan besar paradigma dan cara baru hidup menggereja sekaligus mengundang cara baru hidup menjadi orang Katolik zaman now.

Untuk memahaminya mari kita lihat berbagai dokumen tersebut secara sekilas. Tentu diharapkan saudara semua bersedia meluangkan waktu untuk membaca dan mempelajarinya. Dokumen dapat didownload di www.dokpenkwi.org dalam bahasa Indonesia atau www.vatican.va yang tersedia dalam berbagai bahasa secara gratis. Jadi tidak ada alasan kesulitan mendapatkan dokumen tersebut atau bertanya di mana bisa membelinya. Sebagian dokumen gereja dalam bentuk buku cetakan dapat dibeli di Dokpen KWI dan Toko Buku Obor di Jakarta. Semua dokumen tersebut dapat didownload bahkan di

(9)

HP saudara dan dibaca di mana saja. Selamat membaca, mempelajari, dan mewujudkannya dalam hidup saudara sebagai orang Katolik.

Dokumen dari Vatikan ada beberapa jenis. Pertama, “Konstitusi Apostolik” untuk dokumen yang menyangkut ajaran gereja yang penting dan mendasar, misalnya Konstitusi Apostolik Veritatis Gaudium (Sukacita Kebenaran) tentang Universitas dan Fakultas Gerejawi yang dikeluarkan 8 Desember 2017.

Kedua, “ensiklik” yang bersifat umum berisi topik penting gereja yang ditujukan untuk seluruh gereja atau seluruh umat manusia, misalnya Ensiklik Lumen Fidei (29 Juni 2013), Ensiklik Laudato Si (24 Mei 2015), dan Ensiklik Fratelli Tutti (3 Oktober 2020).

Ketiga, “seruan/anjuran apostolik” yang dikeluarkan paus berdasarkan hasil sinode para uskup, misalnya Seruan Apostolik Evangelii Gaudium (24 November 2013), Seruan Apostolik Amoris Laetitia (19 Maret 2016), Seruan Apostolik Gaudete et Exsultate (19 Maret 2018), Seruan Apostolik Christus Vivit (25 Maret 2019), dan Seruan Apostolik Querida Amazonia (2 Februari 2020).

Keempat, “surat apostolik” yang dikeluarkan pada kesempatan tertentu dan hanya dalam lingkup gereja Katolik tentang tema tertentu yang dianggap penting, contohnya Surat Apostolik Misericordia et Misera pada penutupan Yubileum Luar Biasa Tahun Kerahiman (20 November 2016).

Kelima, “pesan paus” yang dikeluarkan dalam momen tertentu, misalnya Pesan Paus untuk Hari Perdamaian Sedunia atau Pesan paus untuk Hari Komunikasi Sedunia.

Ada juga “bulla pemberitahuan” misalnya Bulla Pemberitahuan Yubileum Luar Biasa Tahun Kerahiman Misericordiae Vultus yang dikeluarkan 11 April 2015. Kemudian ada juga Dokumen tentang Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama yang dikenal dengan Dokumen Abu Dhabi (4 Februari 2019).

Selain dokumen yang dikeluarkan paus, dari Vatikan juga dikeluarkan berbagai dokumen lain misalnya “Mendidik di Masa Kini dan Masa Depan: Semangat yang Diperbaharui” yaitu Instrumentum Laboris dari Kongregasi untuk Pendidikan Katolik (7 April 2014), “Anggur Baru dalam Kantong Kulit Baru’ dari Kongregasi untuk Tarekat Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan tentang hidup bakti dan tantangan-tantangannya yang terus berlanjut sejak Konsili Vatikan II (6 Januari 2017), “Masalah-Masalah Ekonomi dan Keuangan” berisi pertimbangan- pertimbangan bagi penegasan etis mengenai beberapa aspek sistem ekonomi dan keuangan masa kini yang dikeluarkan Kongregasi Ajaran Iman Dikasteri untuk Mempromosikan Pengembangan Manusia Integral (6 Januari 2018), dan “Orang Muda, Iman dan Penegasan Panggilan” yaitu Dokumen Akhir Sidang Umum XV Sinode Para Uskup (27 Oktober 2018).

Sebagian dokumen yang dianggap penting juga sudah diterjemahkan dan dapat didownload secara gratis di www.dokpenkwi.org dan dapat dibeli di Dokpen KWI atau Toko Buku Obor di Jakarta.

(10)

Oh ya, bagi yang belum mengetahui, semua dokumen gereja dari Vatikan selalu diberi judul berbahasa Latin yang diambil dari dua kata pertama dokumen asli yang berbahasa Latin.

Misalnya saja dokumen pertama dari paus Fransiskus adalah ensiklik Lumen Fidei atau diterjemahkan Terang Iman. Bila kita mengutip dokumen tertentu biasanya dipakai singkatannya misalnya LF 1 artinya adalah dokumen Lumen Fidei artikel 1. Di dalam setiap dokumen selalu tiap artikel diberi nomor untuk memudahkan sebagai referensi. Maka ketika kita mengutip dokumen gereja, kita tidak menyebutkan halaman melainkan nomor artikelnya.

Ensiklik Lumen Fidei (29 Juni 2013)

(11)

Dokumen pertama yang ditulis oleh dua paus dalam sejarah gereja Katolik adalah Ensiklik Lumen Fidei yang isinya sebagian besar disiapkan Paus Benediktus XVI dalam rangka Tahun Iman yang dirayakan Oktober 2012- November 2013, namun baru dipublikasikan oleh Paus Fransiskus pada Hari Raya St. Petrus dan St. Paulus tanggal 29 Juni 2013.

Lumen Fidei terdiri dari 4 bab sesudah pengantar. Bab Satu “Kita Percaya akan Kasih”. Bab Dua “Jika Kamu Tidak Percaya, Kamu Tidak Akan Mengerti”. Bab Tiga “Aku Menyampaikan Kepadamu Apa yang telah Aku Terima”. Bab Empat “Allah Mempersiapkan Sebuah Kota Bagi Mereka”.

Bila kita mempelajari Lumen Fidei dengan pikiran dan hati yang terbuka, iman itu bukan ilusi palsu di masa lalu (LF 2), melainkan suatu anugerah besar yang diberikan oleh Yesus (LF 1) yang dapat berkorbar menerangi masa kini (LF 4), dan membimbing kita membangun masa depan dan kebaikan bagi semua ciptaan (LF 51). Iman memampukan kita untuk menerangi setiap aspek keberadaan manusia serta menghargai dan merawat alam ciptaan (LF 55).

Iman itu tidak keras, kaku, dan angkuh, melainkan membantu kita untuk menjadi peziarah yang lebih rendah hati, tumbuh dalam rasa hormat dalam kebersamaan dengan yang lain, serta memampukan kita untuk berdialog dengan semua yang lain dalam keterbukaan dan kebersamaan (LF 34).

Iman itu mewujud dalam kehidupan menggereja, karena iman itu bukanlah hanya perkara pribadi (LF 22). Namun, iman bukan hanya menerangi kehidupan menggereja, melainkan juga dapat menjadi terang yang menuntun kita untuk mencari cara-cara baru membangun masyarakat serta merancang model pembangunan dan pemerintahan yang lebih adil dalam memperjuangkan menuju kesejahteraan umum (LF 55). Iman itu membantu kita keluar dari diri sendiri, menjadi bintang yang menerangi cakrawala (LF 4), dan menuntun kita dalam perjalanan ziarah di bumi untuk menemukan Allah yang selalu membawa hal-hal yang mengherankan (LF 35).

Berikut ini beberapa kutipan terpilih dari Lumen Fidei:

LF 1 : Terang iman: begitulah tradisi gereja berbicara tentang anugerah besar yang disampaikan oleh Yesus. Dalam Injil Yohanes, Kristus mengatakan tentang diri-Nya, “Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan” (Yoh 12:46).

LF 2 : Namun dalam berbicara tentang terang iman, kita dapat senantiasa mendengar suara keberatan dari banyak orang dari zaman ini. Bagi masyarakat modern, terang iman sering disadari hanya dibutuhkan oleh masyarakat masa lalu, namun dipandang tidak berguna bagi orang zaman baru ini, saat umat manusia memasuki kesadaran dalam kebanggaan akan rasionalitas dan bersemangat menggali masa depan dengan cara-cara baru. Iman hanyalah dipandang bagi sebagian orang sebagai sekedar terang palsu yang menghambat umat manusia untuk berani berupaya mencari pengetahuan…. Demikianlah iman merupakan ilusi terang, suatu ilusi yang menghalangi jalan kemanusiaan yang dibebaskan menuju masa depannya.

(12)

LF 4: Ada suatu kebutuhan mendesak, yakni menemukan kembali bahwa iman merupakan suatu terang, sebab ketika nyala iman padam, terang-terang lain akan mulai meredup.

Terang iman merupakan sesuatu yang unik, sebab terang itu mampu menerangi setiap aspek keberadaan manusia…. Inilah terang iman yang ingin saya nyatakan, sehingga terang iman itu dapat berkobar dan menerangi masa kini, menjadi suatu bintang yang menerangi cakrawala perjalanan kita pada saat umat manusia secara nyata membutuhkan cahaya.

LF 22: Dengan demikian, kehidupan umat beriman mewujud dalam kenyataan gerejawi, hidup yang dihayati di dalam gereja.... Iman bukanlah perkara pribadi…. Iman menjadi operatif dalam diri umat Kristiani berdasar pada karunia yang diterimanya, dalam kasih yang menarik hati kita kepada Kristus (lih. Gal 5:6), dan memampukan kita menjadi bagian dari peziarahan agung Gereja melalui sejarah sampai akhir dunia ini. Bagi mereka yang telah diubah dengan jalan ini, suatu cara pandang baru terbukakan, iman menjadi terang bagi mata mereka.

LF 34 : Maka jelaslah bahwa iman bukanlah suatu yang keras dan kaku, melainkan suatu yang tumbuh dalam kebersamaan penuh hormat dengan yang lain. Seorang yang percaya bukanlah orang yang angkuh, sebaliknya kebenaran menuntunnya pada kerendahan hati, sebab kita, kaum beriman, mengetahui bahwa, alih-alih kita sendiri memiliki kebenaran, kebenaranlah yang memeluk dan memiliki kita. Jauh dari menjadikan kita kaku, rasa aman karena iman menempatkan kita dalam suatu perjalanan, yang memampukan kita memberikan kesaksian dan berdialog dengan semua orang.

LF 35 : Orang beriman adalah seorang peziarah; dia harus siap membiarkan dirinya dituntun, keluar dari dirinya sendiri dan menemukan Allah yang selalu membawa hal-hal yang mengherankan.

LF 51 : Iman sungguh-sungguh adalah kebaikan bagi setiap orang; iman adalah kebaikan bersama. Terangnya tidak hanya menerangi kehidupan rohaniah Gereja, tidak pula hanya membantu untuk membangun tempat kediaman abadi di kehidupan nanti. Iman membantu kita untuk membangun masyarakat sedemikian rupa sehingga kita dapat melangkah menuju masa depan yang penuh harapan.

LF 55 : Di sisi lain, iman dengan menyatakan kasih Allah pencipta, memampukan kita untuk menghargai alam, dan lebih daripada itu mampu menegaskan di dalamnya ungkapan yang digoreskan oleh tangan Allah dan tempat kediaman yang dipercayakan untuk kita lindungi dan pelihara. Iman itu juga membantu kita untuk merancang model pembangunan yang didasarkan tidak sekedar aspek kegunaan dan keuntungan, namun menganggap ciptaan sebagai anugerah, yang membuat kita semua berhutang: iman mengajar kita untuk menciptakan bentuk pemerintahan yang adil, dengan kesadaran bahwa kekuasaan berasal dari Allah serta dimaksudkan bagi pelayanan demi kesejahteraan umum. Demikian juga iman menawarkan kemungkinan akan pengampunan, yang sering membutuhkan waktu dan upaya, kesabaran serta komitmen.

LF 59 : Kita dapat mengatakan bahwa dalam diri Santa Perawan Maria kita menemukan sesuatu yang saya sebutkan sebelumnya, yakni bahwa kaum beriman secara penuh menyatakan pengakuan imannya.

(13)

Lumen Fidei ditutup dengan doa kepada Bunda Maria yang antara lain berbunyi demikian:

Bunda, bantulah kami beriman!

Bukalah telinga kami untuk mendengar sabda Allah dan untuk mengenal suara dan panggilannya.

Bangkitkanlah dalam diri kami keinginan untuk mengikuti jejak langkah-Nya, keluar dari tempat tinggal kami dan untuk menerima janji-Nya.

Tanamkanlah dalam iman kami kegembiraan akan Dia yang bangkit.

Ingatkanlah kami bahwa mereka yang percaya tidak akan sendirian.

Seruan Apostolik Evangelii Gaudium (24 November 2013)

Evangelii Gaudium dapat dikatakan merupakan dokumen yang paling penting dan menjadi dasar dokumen lain Paus Fransiskus. Evangelii Gaudium adalah blue print dan model gereja zaman now yang dibayangkan Pauus Fransiskus. Dapat dikatakan bahwa dokumen lain merupakan aplikasi dan implementasi Evangelii Gaudium dalam berbagai aspek lainnya, misalnya Laudato Si untuk merawat bumi rumah kita bersama, Amoris Laetitia untuk kehidupan berkeluarga, dan Christus Vivit untuk orang muda.

Evangelii Gaudium terdiri dari 5 bab sesudah pengantar. Bab Satu “Perubahan Perutusan gereja”. Bab Dua “Di tengah Kriris Komitmen Bersama”. Bab Tiga “Pewartaan Injil”. Bab Empat “Dimensi Sosial Evangelisasi”. Bab Lima “Para Pewarta Injil yang Dipenuhi Roh”.

Dalam dokumen berisi 47,560 kata tersebut, ada kata cinta (154 kali), sukacita (109 kali), kaum miskin (91 kali), perdamaian (58 kali), keadilan (37 kali), dan kebaikan umum (15 kali).

Frasa “evangelisasi baru” sudah dijelaskan oleh Paus St. Yohanes Paulus II dalam Ensiklik Redemptoris Missio (7 Desember 1990) saat peringatan 25 tahun Dekrit Ad Gentes (18 November 1965) dari Konsili Vatikan II yang mengajak gereja memperbaharui evangelisasi dalam semangat, metode, dan ekspresinya.

Paus St. Yohanes Paulus ke II menggunakan istilah “evangelisasi baru” dalam berbagai kesempatan yaitu 75 kali dalam surat-suratnya dan 175 kali dalam homili-homilinya. Bahkan istilah ini muncul sekitar 890 kali dalam website vatican.va. Dari frekuensi munculnya istilah ini, maka kita dapat menilai bahwa evangelisasi baru begitu penting dalam perkembangan Gereja Katolik.

Romo Marthin L. Halawa dalam abstrak tesisnya tahun 2023 di Universitas Katolik Parahyangan yang membandingkan antara Redemptoris Missio dengan Evangelii Gaudium sampai pada kesimpulan: “Paus Fransiskus benar-benar memulai babak baru evangelisasi. Ini

(14)

disebut baru karena ditandai dan diresapi, sangat diwarnai dengan sukacita. Sukacita dalam Kristus membuat setiap orang Kristiani menjadi Gereja yang bergerak keluar. Menjadi Gereja yang bergerak keluar mengandaikan setiap umat Kristiani dan setiap komunitas untuk keluar dari zona nyamannya untuk menjangkau seluruh periferi yang memerlukan terang Injil.“

Babak baru evangelisasi yang dijalankan dengan penuh sukacita itu nampak sekali dalam judul-judul dokumen Paus Fransiskus seperti gaudium, misericordia, amor, laetitia, gaudete, exultate, dan vivit yang menggambarkan perutusan yang dijalankan dengan penuh sukacita, belas kasih, kasih, kegembiraan, dan semangat hidup. Isi semua dokumen Paus Fransiskus juga dipenuhi dengan kata-kata tersebut yang mencerminkan pikiran, hati, jiwa, kehendak, semangat, ucapan, tindakan, dan hidup Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus mengajak gereja mengubah perutusan dengan bergerak pergi keluar dengan membawa sukacita Injil. Paus menggambarkan berbagai tantangan dunia sekarang dalam soal ekonomi, uang, kekerasan, dan perubahan budaya bagi para pekerja pastoral (EV 52- 109). Paus Fransiskus mengajak seluruh umat Allah mewartakan Injil, mempersiapkan homili, kotbah, dan evangelisasi untuk pendalaman kerygma (EV 111-175). Paus Fransiskus menjelaskan dimensi sosial evangelisasi, bagaimana melibatkan kaum miskin dalam masyarakat, mengupayakan kesejahteraan umum dan perdamaian, dan dialog sosial sebagai sumbangan untuk perdamaian (EV 177-258). Akhirnya Paus Fransiskus mengajak para pewarta Injil agar dipenuhi Roh dalam perutusan yang diperbarui dan mengikuti teladan Bunda Maria Bunda Evangelisasi (262-288).

Kalimat Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium yang paling sering dikutip adalah: “Saya lebih menyukai Gereja yang memar, terluka dan kotor karena telah keluar di jalan-jalan, daripada Gereja yang sakit karena menutup diri dan nyaman melekat pada rasa amannya sendiri. Saya tidak menginginkan Gereja yang berambisi menjadi pusat dan berakhir dengan terperangkap dalam jerat obsesi dan prosedur ” (EG 49).

Dua frasa yang sering dikutip adalah harapan Paus Fransiskus agar kita “keluar dari zona nyaman kita untuk menjangkau seluruh periferi yang memerlukan terang Injil” (EG 20) dan

“pewarta Injil memiliki bau domba dan domba pun mau mendengar suara mereka” (EG 24) . Berikut ini beberapa kutipan terpilih dari Evangelii Gaudium:

EG 1 : Sukacita Injil memenuhi hati dan hidup semua orang yang menjumpai Yesus. Mereka yang menerima tawaran penyelamatan-Nya dibebaskan dari dosa, penderitaan, kehampaan batin dan kesepian. Bersama Kristus sukacita senantiasa dilahirkan baru. Dalam seruan ini, saya ingin mendorong umat Kristiani untuk mengawali bab baru evangelisasi yang ditandai oleh sukacita ini seraya menunjukkan jalan-jalan baru bagi perjalanan gereja di tahun-tahun mendatang.

EG 2 : Bahaya besar dalam dunia sekarang ini, yang diliputi oleh konsumerisme, adalah kesedihan dan kecemasan yang lahir dari hati yang puas diri namun tamak, pengejaran akan kesenangan sembrono dan hati nurani yang tumpul. Ketika kehidupan batin kita terbelenggu dalam kepentingan dan kepeduliannya sendiri, tak ada lagi ruang bagi sesama, tak ada lagi

(15)

tempat bagi si miskin papa. Suara Allah tak lagi didengar, sukacita kasih-Nya tak lagi dirasakan, dan keinginan untuk berbuat baik pun menghilang.

EG 20 : Setiap umat Kristiani dan setiap komunitas harus mencari dan menemukan jalan yang ditunjukkan Tuhan, tetapi kita semua diminta untuk mematuhi panggilan-Nya untuk keluar dari zona nyaman kita untuk menjangkau seluruh “periferi” yang memerlukan terang Injil.

EG 24 : Para pewarta Injil memiliki “bau domba” dan domba pun mau mendengar suara mereka. Maka, komunitas yang mewartakan Injil siap “menemani” . Menemani kemanusiaan dalam seluruh prosesnya, betapa pun sulit dan lamanya. Komunitas ini terbiasa dengan penantian yang memerlukan kesabaran dan daya tahan kerasulan.

EG 49 : Maka marilah kita bergerak keluar, marilah kita bergerak keluar menawarkan kepada setiap orang hidup Yesus Kristus. Di sini saya mengulangi bagi seluruh gereja apa yang telah sering saya katakan kepada para imam dan umat awam di Buenos Aires: Saya lebih menyukai Gereja yang memar, terluka dan kotor karena telah keluar di jalan-jalan, daripada Gereja yang sakit karena menutup diri dan nyaman melekat pada rasa amannya sendiri. Saya tidak menginginkan Gereja yang berambisi menjadi pusat dan berakhir dengan terperangkap dalam jerat obsesi dan prosedur.

EG 95 : Pada beberapa orang kita melihat perhatian yang berlebihan akan liturgi, doktrin, dan akan gengsi Gereja, tetapi tanpa kepedulian apa pun agar Injil memiliki dampak nyata pada umat Allah dan kebutuhan kongkret masa kini. Dengan demikian, kehidupan menggereja berubah menjadi sebuah museum atau sesuatu yang menjadi milik beberapa orang terpilih.

EG 215 : Kita umat manusia bukan hanya penerima manfaat, melainkan juga menjadi penjaga makhluk-makhluk ciptaan lainnya.

EG 216 : Kecil, namun kokoh dalam kasih Allah, seperti Santo Fransiskus dari Assisi, kita semua, sebagai umat Kristiani, dipanggil untuk menjaga dan melindungi dunia yang rapuh di mana kita hidup dan semua orang di dalamnya.

EG 284 : Bunda Maria adalah Bunda Gereja yang mewartakan Injil, dan tanpa dia kita tak pernah dapat sungguh-sungguh memahami jiwa evangelisasi baru.

EG 286 : Maria mampu mengubah kandang menjadi rumah bagi Yesus, dengan kain lampin sederhana dan kasih yang melimpah. Dia adalah hamba Bapa yang mengidungkan puji- pujian bagi-nya. Dia adalah sahabat yang selalu peduli agar anggur tidak akan habis dalam hidup kita. Dia adalah perempuan yang hatinya tertusuk oleh pedang dan yang memahami semua rasa sakit kita. Sebagai ibu semua orang, dia adalah tanda harapan bagi orang-orang yang menderita sakit karena melahirkan keadilan. Dia adalah misionaris yang mendekati kita dan mendampingi kita sepanjang hidup, yang membuka hati kita kepada iman dengan kasih keibuannya. Sebagai seorang ibu sejati, dia berjalan bersama kita, dia berjuang bersama kita dan dia tanpa henti mencurahkan kedekatan kasih Allah.

(16)

Evangelii Gaudium ditutup dengan doa kepada Bunda Maria yang antara lain berbunyi demikian:

Bantulah kami sekarang memperoleh semangat baru kebangkitan, Supaya kami boleh menyampaikan kepada semua orang Injil kehidupan yang menang atas kematian.

Berilah kami keberanian suci untuk mencari jalan-jalan baru, supaya anugerah keindahan yang tak pudar dapat mencapai setiap orang, perempuan dan laki-laki.

Bulla Misericordiae Vultus (11 April 2015)

Bulla Misericordiae Vultus (Wajah Kerahiman) adalah Bulla Pemberitahuan Yubileum Luar Biasa Kerahiman atau Bull of Indiction of The Extraordinary Jubilee of Mercy yang dipublikasikan 11 April 2015 oleh Paus Fransiskus. Dengan bula tersebut, Paus Fransiskus memaklumkan tahun suci yang akan dibuka 8 Desember 2015 pada Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda dan akan ditutup pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam tanggal 20 November 2016. Moto yang dipilih adalah “Bermurah Hati Seperti Bapa ” atau

Merciful Like The Father”.

Paus Fransiskus juga mengajak kita mengingat Ensiklik Dives in Misericordia (13 November 1980) yang dipublikasikan oleh Paus St. Yohanes Paulus II yang mengatakan bahwa kita telah melupakan tema kerahiman dalam lingkungan budaya saat ini: “Mentalitas saat ini, mungkin lebih dari mentalitas orang-orang masa lalu, tampak bertentangan dengan Allah Maharahim, dan nyatanya cenderung menyingkirkan dari kehidupan dan menghilangkan dari hati manusia gagasan kerahiman.” (MV 11).

Berikut ini beberapa kutipan terpilih dari Misericordiae Vultus:

MV 1 : Yesus Kristus adalah wajah kerahiman Bapa. Kata-kata ini bisa dengan baik merangkum misteri iman Kristiani. Kerahiman telah menjadi hidup, nampak, dan mencapai pucaknya dalam Yesus dari NazaretYesus dari Nazaret dengan kata-kata-Nya, tindakan- tindakan-Nya, dan seluruh pribadi-Nya mengungkapkan kerahiman Allah.

MV 2 : Kita perlu senantiasa merenungkan misteri kerahiman itu. Ini adalah sumber sukacita, ketenangan, dan kedamaian. Keselamatan kita tergantung pada kerahiman Allah.

Kerahiman: kata yang mewahyukan misteri Tritunggal Maha Kudus sendiri. Kerahiman:

tindakan terakhir dan tertinggi dengan mana Allah menjumpai kita. Kerahiman: hukum asasi yang berada di dala hati setiap orang yang memandang dengan tulus mata saudar- saudarinya dalam perjalanan hidup. Kerahiman: jembatan yang menghubungkan Allah dan manusia, yang membuka hati kita pada harapan selalu dikasihi meski kita berdosa.

(17)

MV 5 : Betapa besar kerinduan saya agar tahun yang akan datang dipenuhi dengan kerahiman, sehingga kita dapat menjumpai setiap orang, sambil menyampaikan kebaikan dan kelembutan Allah. Semoga balsam kerahiman menjangkau setiap orang, baik orang- orang beriman maupun mereka yang jauh dari iman, sebagai tanda bahwa Kerajaan Allah sudah hadir di tengah-tengah kita.

MV 11 : Santo Yohanes Paulus II menggarisbawahi kenyataan bahwa kita telah melupakan tema kerahiman dalam lingkungan budaya saat ini: “Mentalitas saat ini, mungkin lebih daripada mentalitas orang-orang masa lalu, tampak bertentangan dengan Allah Maharahim, dan nyatanya cenderung menyingkirkan dari kehidupan dan menghilangkan dari hati manusia gagasan kerahiman.”

MV 20 : Tidak pada tempatnya sekarang membicarakan hubungan antara keadilan dan kerahiman. Kedua hal ini bukan dua kenyataan yang saling bertentangan, melainkan dua dimensi dari satu kenyataan yang terungkap secara bertahap sampai mencapai puncaknya pada kepenuhan kasih.

MV 21 : Seandainya Allah membatasi Diri-Nya hanya pada keadilan, Ia akan berhenti menjadi Allah, dan sebaliknya Ia menjadi seperti manusia, yang hanya minta agar hukum dihormati. Tetapi melulu keadilan tidaklah cukup. Pengalaman menunjukkan bahwa tuntutan pada keadilan saja akan mengakibatkan kehancuran. Itulah sebabnya mengapa Allah melangkah melampaui keadilan dengan belas kasih dan pengampunan.

MV 24 : Sekarang pikiran saya tertuju kepada Bunda Kerahiman. Semoga wajahnya yang manis memandang kita pada Tahun Suci ini, sehingga kita semua dapat menemukan kembali sukacita kelembutan Allah. Tak seorang pun menyelami kedalaman misteri penjelmaan seperti maria. Seluruh hidupnya mencontoh kehadiran kerahiman yang menjadi daging.

Bunda dari Dia yang disalib dan dibangkitkan telah memasuki tempat suci kerahiman ilahi, karena ia erat mengambil bagian dalam misteri kasih-Nya.

Ensiklik Laudato Si (24 Mei 2015)

Ensiklik Laudato Si (Terpujilah Engkau) Tentang Perawatan Rumah Kita Bersama dipublikasikan Paus Fransiskus tanggal 24 Mei 2015 pada hari Pentakosta sebagai “A New Pentecost of the Whole Creation”. Laudato Si bukan dogma agama, melainkan dialog moral berbasis sains untuk semua orang yang hidup di planet bumi tentang bagaimana merawat rumah kita bersama (LS 3).

(18)

Dalam bagian pengantar, Paus Fransiskus tidak melupakan peran paus pendahulu dalam ajakan merawat kehidupan di bumi, yaitu Paus St. Yohanes XXIII, Paus Paulus VI, Paus St.

Yohanes Paulus II, Paus Benediktus XVI, dan bahkan peranan Patriark Ekumenis Bartolomeus. Paus Fransiskus kemudian menjelaskan bagaimana Santo Fransiskus Assisi sebagai panduan dan inspirasi sejak ketika beliau terpilih sebagai Uskup Roma dan ketika menulis Laudato Si.

Laudato Si terdiri dari enam bab sesudah pengantar. Dalam Bab Satu berjudul “Apa yang Terjadi dengan Rumah Kita Bersama”, Paus Fransiskus mengajak kita memahami berbagai masalah dunia khususnya polusi dan perubahan iklim, air, keanekagaraman hayati, kualitas hidup, kemerosotan sosial, ketimpangan global, tanggapan yang lemah, dan keragaman pendapat dalam menyikapi apa yang terjadi dengan bumi (LS 17-61).

Dalam Bab Dua “Injil Penciptaan”, Paus Fransiskus menjelaskan alasan beliau mengapa dalam dokumen yang ditujukan kepada semua orang yang berkehendak baik, ada bab yang mengacu kepada keyakinan iman. Beliau yakin bahwa pemahaman mengenai Injil Penciptaan adalah kekayaan yang dapat disumbangkan agama bagi suatu ekologi integral dan pengembangan utuh umat manusia serta dapat membantu masuk ke dalam dialog yang intens dan bermanfaat bagi hubungan ilmu pengetahuan dengan agama yang menawarkan pendekatan yang berbeda dalam memahami kenyataan. (LS 62) Di bab dua ini, Paus Fransiskus menjelaskan bahwa kita bukan Allah dan bumi sudah ada sebelum kita dan telah diberikan kepada kita. Diakui bahwa sebagian interpretasi atas Kejadian 1:28 telah mendorong eksploitasi alam tanpa kendali dengan menggambarkan manusia sebagai yang menguasai dan merusak. Teks Alkitab harus dibaca dalam konteksnya dengan hermeneutika yang tepat dan konteks itu mengundang kita untuk “mengusahakan dan memelihara” taman dunia (lihat Kejadian 2:15) (LS 67).

Bab Tiga “Akar Manusiawi Krisis Ekologis” (LS 101-136) membahas masalah teknologi, globalisasi paradigma teknokratis, dan krisis serta dampak antroposentrisme modern yang berlebihan dan sesat karena menyebabkan kerusakan bumi. Antroposentrismee sesat tidak perlu diganti biosentrisme.

Dalam Bab Empat “Ekologi Integral” (LS 137-162), Paus Fransiskus menawarkan paham

“ekologi integral” yang mencakup lingkungan, ekonomi, sosial, budaya, hidup sehari-hari, dan memperjuangkan kesejahteraan umum dan keadilan antargenerasi. Ekologi integral ini adalah pendekatan integral untuk memerangi kemiskinan, memulihkan martabat orang yang dikucilkan, dan pada saat yang sama melestarikan alam (LS 139).

Bab Lima menawarkan “Beberapa Pedoman Orientasi dan Aksi” (LS 163-201) untuk politik internasional, kebijakan nasional dan lokal, pengambilan keputusan, politik dan ekonomi, dan peran agama-agama dalam dialog dengan sains.

Bab Enam “Pendidikan dan Spiritualitas Ekologis” (LS 202-246) menjelaskan soal gaya hidup yang baru, peran pendidikan, pertobatan ekologis, kegembiraan dan damai, cinta dalam ranah sipil dan politik, tanda-tanda sakramental, Allah Tritunggal dan hubungan antar makhluk, dan Bunda Maria sebagai ratu seluruh dunia ciptaan.

(19)

Laudato Si dengan dua doa yaitu “Doa untuk Bumi Kita” dan “Doa Umat Kristiani bersama Semua Makhluk” yang antara lain berbunyi demikian:

Ya Allah kaum papa, tolonglah kami untuk menyelamatkan mereka yang disingkirkan dan dilupakan di bumi ini,

mereka yang begitu berharga di mata-Mu.

Sembuhkanlah hidup kami,

agar kami menjadi pelindung dunia dan bukan penjarah,

agar kami menaburkan keindahan, bukan pencemaran atau kerusakan.

Berikut ini beberapa kutipan terpilih Laudato Si:

LS 1 : Laudato Si, mi signore. Terpujilah Engkau, Tuhanku. Dalam madah yang indah ini, Santo Fransiskus dari Assisi mengingatkan kita bahwa rumah kita bersama adalah seperti seorang saudari yang berbagi hidup dengan kita, dan seperti seorang ibu rupawan yang menyambut kita dengan tangan terbuka.

LS 2 : Saudari ini sekarang menjerit karena segala kerusakan yang telah kita timpakan padanya, karena penggunaan dan penyalah-gunaan kita yang tidak bertanggungjawab atas kekayaan yang telah diletakkan Allah di dalamnya.

LS 5 : Yohanes Paulus II menjadi semakin khawatir akan masalah ini. Dalam ensikliknya yang pertama ia memberi peringatan bahwa manusia tampaknya sering “tidak melihat makna lain dalam lingkungan alam daripada apa yang berguna untuk segera dipakai dan dikonsumsi’.

Selanjutnya, ia menyerukan pertobatan ekologis global.

LS 5 : Setiap upaya untuk melindungi dan memperbaiki dunia kita memerlukan perubahan besar dalam "gaya hidup, dalam pola produksi dan konsumsi, begitu juga dalam sistem maupun struktur pemerintahan yang sudah membaku, yang sekarang ini menguasai masyarakat”.

LS 10 : Saya percaya bahwa Santo Fransiskus adalah contoh unggul dalam melindungi yang rentan dan dalam suatu ekonomi integral, yang dihayati dengan gembira dan autentik. Dia adalah santo pelindung semua orang yang mempelajari dan bekerja di bidang ekologi, dan ia juga sangat dicintai oleh orang non-Kristiani. Dia telah menunjukkan kepedulian khusus terhadap ciptaan Allah dan kaum miskin serta mereka yang tersisihkan. Dia mengasihi dan sangat dikasihi karena kegembiraannya, pemberiandirinya yang murah hati dan keterbukaan hatinya. Dia adalah seorang mistikus dan peziarah yang hidup dalam kesederhanaan dan keselarasan yang indah dengan Allah, dengan orang lain, dengan alam, dan dengan dirinya sendiri. Dia menunjukkan kepada kita betapa tak terpisahkan ikatan antara kepedulian akan alam, keadilan bagi kaum miskin, komitmen kepada masyarakat dan kedamaian batin.

LS 11 : Santo Fransiskus membantu kita melihat bahwa ekologi integral membutuhkan keterbukaan terhadap kategori-kategori yang melampaui bahasa matematika dan biologi, dan membawa kita kepada hakikat manusia. Sama seperti yang terjadi ketika kita JATUH CINTA pada seseorang, setiap kali Fransiskus menatap matahari, bulan, atau bahkan

(20)

binatang terkecil, ia mulai bernyanyi, sambil mengikutsertakan semua makhluk lain dalam pujiannya.

LS 14 : Sayangnya, banyak upaya untuk mencari solusi konkret krisis lingkungan sering gagal, tidak hanya karena perlawanan dari mereka yang kuat, tetapi juga karena kurangnya minat dari yang lain. Sikap-sikap yang menghalangi, bahkan di antara orang-orang beriman, dapat berkisar dari penyangkalan masalah sampai dengan ketidakpedulian, pasrah secara acuh tak acuh, atau kepercayaan buta terhadap solusi teknis.

LS 49 : Tapi hari ini, kita tak dapat tidak harus mengiakui bahwa pendekatan ekologis yang sejati selalu menjadi pendekatan sosial, yang harus mengintegrasikan soal keadilan dalam diskusi lingkungan hidup, untuk mendengarkan baik jeritan bumi maupun jeritan kaum miskin.

LS 50 : Selain itu kita tahu bahwa kurang lebih sepertiga dari seluruh makanan yang diproduksi dibuang, dan “setiap kali makanan dibuang itu seolah-olah mencuri makanan dair meja orang miskin”.

LS 160 : Dunia macam apa yang ingin kita tinggalkan untuk mereka yang datangs esudah kirta, anak-anak yang kini sedang bertumbuh kembang?

LS 202 : Banyak hal yang harus diarahkan kembali, tapi terutama umat manusia harus berubah. Yang dibutuhkan ialah kesadaran akan asal kita bersama, akan hal saling memiliki, dan akan suatu masa depan untuk dibagi dengan semua. Kesadaran mendasar ini, akan memungkinkan pengembangan keyakinan, sikap, dan bentuk kehidupan yang baru. Jadi, kita berhadapan dengan suatu tantangan budaya, spiritual, dan pendidikan yang besar, yang akan meminta proses-proses pembaruan yang panjang.

LS 212 : Janganlah kita berpikir bahwa upaya ini tidak akan mengubah dunia. Tindakan- tindakan ini menyebarkan suatu kebaikan di masyarakat, yang selalu menghasilkan buah di luar apa yang bisa kita lihat, karena menimbulkan di bumi suatu kebaikan yang cenderung selalu menyebar, meskipun kadang-kadang tak terlihat. Selain itu, tindakan-tindakan ini dapat memulihkan rasa harga diri kita untuk hidup lebih penuh dan mendalam serta merasakan bahwa kehidupan di bumi ini berharga.

LS 213 : Pendidikan ekologis dapat terjadi dalam berbagai konteks: sekolah, keluarga, media komunikasi, katekese, dan lain-lain… Namun di sini saya ingin menekankan pentingnya dan peran sentral keluarga… Keluarga merupakan sanggar budaya kehidupan. Dalam keluarga, ditanamkan kebiasaan awal untuk mencintai dan melestarikan hidup, seperti penggunaan barang secara tepat, ketertiban dan kebersihan, rasa hormat akan ekosistem lokal, dan kepedulian terhadap semua makhluk ciptaan. Keluarga adalah tempat pembinaan integral, di mana pematangan pribadi dikembangkan dalam pelbagai aspeknya yang saling berkaitan erat. Dalam keluarga, kita belajar untuk meminta tanpa menuntut, untuk mengatakan

“terima kasih” sebagai ungkapan penghargaan atas apa yang telah diterima, mengendalikan agresi atau keserakahan, dan meminta maaf ketika telah menyebabkan kerugian. Tindakan

(21)

sopan santun yang sederhana dan tulus ini membantu untuk membangun budaya kehidupan bersama dan rasa hormat untuk lingkungan hidup kita.

LS 219 : Namun, untuk memperbaiki situasi yang begitu kompleks yang dihadapi dunia saat ini, tidak cukup bahwa setiap individu memperbaiki diri…. Masalah sosial harus diatasi oleh jaringan masyarakat dan tidak hanya oleh seluruh jumlah perbuatan baik individual…

pertobatan ekologis yang diperlukan untuk menciptakan suatu dinamisme perubahan yang berkelanjutan, juga merupakan pertobatan komunal.

LS 221 : Saya mengajak semua umat Kristiani untuk mengungkapkan dengan jelas dimensi pertobatan mereka ini, dengan membiarkan kekuatan dan terang rahmat yang telah diterima meluas pula ke hubungan mereka dengan makhluk lain dan dengan dunia di sekitar mereka. Dengan demikian, kita membangkitkan persaudaraan mulia dengan seluruh ciptaan, seperti yang dihayati oleh Fransiskus Assisi dengan bergitu cemerlang.

LS 222 : Spiritualitas Kristiani menawarkan pertumbuhan melalui keugaharian dan kemampuan untuk bergembira dengan sedikit hal. Jalan kembali kepada kesederhanaan memungkinkan kita untuk berhenti dan menghargai hal-hal kecil, berterima kasih atas apa yang kita miliki atau kesedihan atas apa yang tidak kita miliki. Hal ini berarti menghindari dorongan penguasaan dan penumpukan kesenangan saja.

LS 241 : Maria, Bunda yang telah merawat Yesus, sekarang merawat dunia yang terluka ini dengan kasih sayang dan rasa sakit seorang ibu. Sama seperti hatinya yang tertusuk telah meratapi kematian Yesus, sekarang dia berduka cita atas penderitaan orang-orang miskin yang disalibkan dan makhluk-makhluk dari dunia ini yang dihancurkan oleh kekuasaan manusia.

Seruan Apostolik Amoris Laetitia (19 Maret 2016)

Amoris Laetitia (Sukacita Kasih) dipublikasikan tanggal 19 Maret 2016 oleh Paus Fransiskus sebagai seruan apostolik paskasinode para uskup mengenai keluarga yang diadakan dua tahun berturut-turut di tahun 2014 dan 2015.

Amoris Laetitia terdiri dari 9 bab sesudah pengantar. Bab Satu “Dalam Terang Sabda”. Bab Dua “Kenyataan dan Tantangan dalam Keluarga”. Bab Tiga “Memandang Yesus: Panggilan Keluarga”. Bab Empat “Cinta Kasih dalam Perkawinan”. Bab Lima “Cinta Kasih yang Berbuah”.

Bab Enam “Beberapa Pandangan Pastoral”. Bab Tujuh “Menuju Pendidikan Anak-Anak yang

(22)

Lebih baik”. Bab Delapan “Mendampingi, Menegaskan dan Mengintegrasikan kelemahan”.

Bab Sembilan “Spiritualitas Perkawinan dan Keluarga.”

Dalam Amoris Laetitia, Paus Fransiskus menegaskan bahwa sukacita kasih yang dialami para keluarga juga merupakan sukacita Gereja (AL 1), bahwa Injil dipenuhi dengan keluarga, kelahiran kisah kasih dan krisis keluarga (AL 8), dan bahwa kesejahteraan keluarga menentukan masa depan dunia dan gereja (AL 31). Paus Fransiskus menegaskan bahwa bagi orang-orang yang mengalami berbagai krisis dan masalah keluarga, Gereja harus sungguh-sungguh memiliki perhatian untuk memberikan pemahaman, penghiburan, dan penerimaan, tanpa membebani mereka dengan serangkaian aturan yan hanya akan membuat orang merasa dihakimi dan ditinggalkan Sang Ibu yang dipanggil untuk membawa kemurahan hati Allah pada mereka.

Dalam bab empat, paus Fransiskus memberikan penjelasan yang sangat inspiratif dan mendalam mengenai teks madah kasih yang ditulis Santo Paulus dalam Surat Pertama kepada Jemaat di Korintus Bab 13:4-7. Paus Fransiskus menjelaskan apa artinya kasih itu sabar, baik hati, tidak iri hati, tanpa memegahkan atau menyombongkan diri, ramah, murah hati, tanpa kemarahan batiniah, pengampunan, bersukacita bersama orang lain, menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, berharap, dan menanggung segala sesuatu (AL 91- 119).

Mengikuti jejak Santo Yohanes Paulus II, Paus Fransiskus juga mengajukan apa yang disebut

hukum kebertahapan”, bukan kebertahapan hukum, melainkan kebertahapan dalam pelaksanaan hukum karena menghargai perkembangan manusia dalam bimbingan Allah (Al 295). Dengan prinsip hukum kebertahapan tersebut, hukum moral yang objektif tetap dihormati, namun Gereja juga ingin menghargai danmembimbing orang-orang yang masih berjuang untuk melaksanakan hukum dengan segala kekurangan dan kelemahan manusiawi mereka.

Amoris Laetitia ditutup dengan doa kepada keluarga kudus yang antara lain berbunyi demikian:

Keluarga Kudus Nazaret,

semoga keluarga-keluarga tidak pernah lagi mengalami kekerasan, keterasingan dan perpecahan;

semoga siapa pun yang pernah terluka atau melakukan perbuatan tercela menemukan penghiburan dan penyembuhan segera.

Berikut ini beberapa kutipan dari Amoris Laetitia:

AL 1 : Sukacita kasih yang dialami para keluarga juga merupakan sukacita Gereja.

Sebagaimana ditunjukkan oleh pada Bapa Sinode, meskipun banyak tanda krisis dalam lembaga perkawinan, “keinginan untuk menikah dan membangun sebuah keluarga tetap kuat, terutama di kalangan orang muda, dan ini merupakan sebuah inspirasi bagi Gereja”.

Sebagai tanggapan atas keinginan itu, “pewartaan Kristiani tentang keluarga sungguh merupakan kabar baik”.

(23)

AL 8 : Injil dipenuhi dengan keluarga, kelahiran, kisah kasih dan krisis keluarga. Hal ini sungguh benar sejak dari halaman pertamanya, dengan hadirnya keluarga Adam dan Hawa dengan segala beban kekerasannya, tetapi juga dengan kekuatan hidupnya yang terus berlanjut (bdk. Kej 4) sampai halaman terakhirnya, di mana kita melihat pesta perkawinan Pengantin Perempuan dan Anak Domba (Why 21:2,9)

AL 10 : Dua bab awal yang agung dari Kitab Kejadian menghadirkan pasangan manusia dalam kenyataan aslinya. Teks-teks asli Kitab Suci menyajikan beberapa pernyataan yang menentukan. Pertama, yang diucapkan Kembali oleh Yesus bahwa “Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (1:27)

AL 57 : Saya bersyukur kepada Tuhan bahwa banyak keluarga, yang jauh dari menganggap diri mereka sempurna, hidup dalam kasih, memenuhi panggilan mereka dan terus melangkah maju, walaupun mereka jatuh berkali-kali sepanjang jalan mereka. Refleksi Sinode menunjukkan kepada kita bahwa tidak ada stereotip keluarga yang ideal, tetapi muncul mosaik menantang yang tersusun dari banyak realitas yang berbeda-beda, penuh dengan sukacita, tragedi dan mimpi.

AL 72 : Sakramen perkawinan bukan sekedar kesepakatan sosial, ritual kosong atau hanya tanda lahiriah dari suatu perjanjian. Sakramen adalah hadiah yang diberikan untuk pengudusan dan keselamatan pasangan, karena “bahwa mereka saling memiliki, secara nyata menghadirkan hubungan Kristus sendiri dengan Gereja melalui lambing sacramental.

Maka, suami-istri terus-menerus mengingatkan Gereja akan kejadian di kayu salib. Antara mereka sendiri dan bagi anak-anak, suami-istri bersaksi tentang keselamatan, yang mereka terima berkat Sakramen. Perkawinan adalah suatu panggilan karena merupakan jawaban terhadap panggilan khusus untuk menghayati kasih suami-istri sebagai tanda belum sempurna cinta antara Kristus dan Gereja. Dengan demikian keputusan untuk menikah dan membentuk keluarga harus menjadi buah dari suatu pertimbangan panggilan.

AL 133 : Kasih persahabatan menyatukan seluruh aspek hidup perkawinan dan membantu anggota keluarga untuk bertumbuh terus-menerus. Maka kasih ini haruslah diungkapkan terus-menerus dengan bebas dan murah hati dalam kata-kata dan tindakan. Dalam keluarga, tiga kata perlu digunakan. Saya ingin mengulangi ini ! Tiga kata: “Tolong”, “Terima kasih”,

“Maaf”. Tiga kata penting.

AL 143 : Hasrat, perasaan, emopsi, apa yang orang zaman dulu menyebutnya sebagai

“gairah”, semua itu memiliki tempat yang penting dalam hidup perkawinan.

AL 291 : Pendekatan ini diperteguh dengan perayaan Tahun Kerahiman. Meskipun Gereja tetap berjuang menuju kesempurnaan dan mengharapkan jawaban yang lebih penuh terhadap Tuhan, “Gereja wajib mendampingi dengan penuh perhatian dan cinta anak- anaknya yang paling lemah dan yang terluka, dengan mengembalikan harapan dan keyakinan seperti menara lampu suar yang menunjukkan arah saat orang tersesat di laut karena badai.”

(24)

AL 295 : Sejalan dengan ini, Santo Yohanes Paulus II mengajukan apa yang disebut “hukum kebertahapan” dalam kesadaran bahwa umat manusia “mengetahui, mencintai dan mencapai kebaikan moral melalui taha-tahap pertumbuhan.” Hal ini bukan “kebertahapan hukum”, melainkan kebertahapan dalam pelaksanaan dengan bijaksana tindakan bebas di pihak subjek yang tidak dalam posisi memahami, menghargai, atau sepenuhnya melaksanakan tuntutan objektif hukum tersebut. Karena hukum itu juga pemberian Allah yang menunjukkan jalan, suatu karunia bagi setiap orang tanpa kecuali sehingga orang dapat hidup dengan kekuatan kasih karunia, walaupun setiap manusia “berkembang secara bertahap, disertai integrasi sedikit demi sedikit karunia-karunia Allah dan tuntutan-tuntutan cinta kasih-Nya yang definitif dan absolut di dalam seluruh hidup pribadi dan sosialnya.

AL 309 : Adalah penyelenggaraan Ilahi bahwa refleksi mengenai keluarga ini terjadi pada saat Tahun Kerahiman karena dengan mempertimbangkan situasi-situasi yang berbeda-beda yang mempengaruhi keluarga-keluarga, “Gereja diberi tugas untuk mewartakan kerahiman Allah, dan inti Injil yang seharusnya menjiwai pikiran dan hati setiap manusia.”

AL 325 : Sesungguhnya, sebagaimana telah kami sampaikan beberapa kali dalam seruan ini, tidak ada keluarga jatuh dari surga yang terbentuk sempurna dan dikemas sekali dan bagi semua: namun membutuhkan perkembangan tahap demi tahap dalam kemampuannya untuk mencintai.

Surat Apostolik Misericordia et Misera (20 November 2016)

Misericordia et Misera (Belas Kasih dan Penderitaan) adalah surat apostolik penutupan yubileum luar biasa kerahiman yang dipublikasikan tanggal 20 November 2016 oleh Paus Fransiskus. Misericordia et Misera adalah dua kata yang digunakan oleh Santo Agustinus dalam mengisahkan perjumpaan antara Yesus dan perempuan berdosa (Bdk. Yohanes 9:1- 11).

MM 1 : Di sini apa yang pokok bukan hukum atau keadilan legal, tetapi kasih Allah, yang mampu memandang ke dalam hati setiap orang dan melihat keinginan terdalam yang tersembunyi di sana, dan yang memiliki tempat istimewa di atas segala sesuatu.

MM 3 : Dalam budaya yang kerap dikuasai oleh teknologi, rupanya berlipat ganda bentuk kesedihan dan kesendirian yang menimpa orang-orang, dan juga begitu banyak orang

(25)

muda. Masa depan tampak menjadi mangsa ketidakpastian yang tidak menciptakan stabilitas. Hal ini kerap kali menimbulkan depresi, kesedihan dan kebosanan, yang sedikit demi sedikit dapat mengarah ke keputusasaan. Kita memerlukan saksi-saksi harapan dan sukacita sejati untuk mengusir ilusi-ilusi yang menjanjikan kebahagiaan yang cepat dan mudah melalui surga buatan.

MM 16 : Kerahiman memperbaharui dan menebus karena merupakan perjumpaan antara dua hati : hati Allah yang datang menjumpai kita dan hati manusia. Hati manusia dihangatkan dan disembuhkan oleh hati Allah.

MM 18 : Dewasa ini banyak orang tidak memiliki pengetahuan akan Allah sendiri, dan ini merupakan kemiskinan terbesar dan hambatan utama bagi pengakuan akan martabat hidup manusia yang tidak bisa diganggu-gugat.

MM 22 : Bunda Allah yang Kudus selalu memandang kita dengan mata belas kasih. Dialah yang pertama menunjukkan jalan kepada kita dan menyertai kita dalam memberikan kesaksian tentang kasih.

Konstitusi Apostolik Veritatis Gaudium (8 Desember 2017)

Konstitusi Apostolik tentang Universitas dan Fakultas Gerejawi berjudul Veritatis Gaudium (Sukacita Kebenaran) dipublikasikan Paus Fransiskus tanggal 8 Desember 2017. Di bagian awal dokumen tersebut, Paus Fransiskus menjelaskan bagaimana berbagai dokumen gereja berupaya mengatasi keterpisahan antara teologi dan pelayanan pastoral, antara iman dan hidup dan bahwa kekuatan Injil hendaklah merasuki cara berpikir, tolok ukur penilaian, dan aturan-aturan tindakan (VG 2).

Paus Fransiskus yang secara konsisten mengajak gereja “bergerak keluar” mengingatkan bahwa zaman ini pernuh dengan perubahan yang ditandai krisis kemanusiaan dan krisis ekologis yang luas sehingga situasi ini menuntut perlunya “mengubah model-model pembangunan global” dan “mendefinisikan ulang pengertian kita tentang kemajuan”

menuju “sebuah revolusi budaya yang berani” (VG 3).

Paus Fransiskus menyadari dengan semakin jelas telah “muncul kebutuhan akan hermeneutika Injili yang benar agar kita bisa memahnai hidupm, dunia dan kemanusiaan secara lebih baik, bukan kebutuhan akan sebuah sintesis, melainkan atmosfer rohani yang mewarnai penelitian, serta kepastian yang didasarkan atas kebenaran-kebenaran akal budi dan iman (VG 3).

(26)

Romo Martinus Dam Febrianto SJ dalam buku Sang Pelintas Batas: Berteologi di Era Migrasi Bersama Paus Fransiskus (Kanisius,2022) menjelaskan empat kriteria “cara berteologi Paus Fransiskus” yang dijelaskan dalam Veritatis Gaudium, yaitu:

1. Kontemplasi dan pengenalan spiritual, intelektual, dan eksistensial pada jantung kerygma, yaitu kabar gembira Yesus Kristus yang senantiasa baru dan menarik.

2. Dialog yang luas.

3. Pendekatan interdisipliner dan lintas disipliner yang dibawa bersama kebijaksanaan dan kreativitas dalam terang Wahyu.

4. Jajaring antar lembaga.

Berikut ini beberapa kutipan terpilih Veritatis Gaudium:

VG 1 : Sukacita kebenaran (Veritatis Gaudium) mengungkapkan kegelisahan hati manusia sampai ia bertemu dan beristirahat dalam terang Allah dan membagikan Terang itu kepada semua orang.

VG 4 : Di sini kita bisa mengidentifikasi sekurang-kurangnya empat kriteria yang lahir dari ajaran Konsili Vatikan II dan pengalaman Gereja yang matang selama beberapa dasawarsa terakhir, yakni pengalaman Gereja menerima ajaran tersebut dengan cara mendengarkan dengan penuh perhatian Roh Kudus dan kebutuhan-kebutuhan paling dalam, serta pertanyaan-pertanyaan paling mendesak umat manusia.

VG 4a : Pertama, kriteria paling mendesak dan permanen adalah kriteria kontemplasi dan pengenalan spiritual, intelektual dan eksistensial pada jantung pewartaan (kerygma), yaitu kabar gembira Injil Yesus Kristus yang senantiasa baru dan menarik, yang mendarah daging dalam hidup Gereja dan umat manusia.

VG 4b : Kriteria kedua, yang terkait erat dengan kriteria pertama dan merupakan konsekuensi darinya adalah dialog yang luas, bukan sekedar sebagai sikap taktis, melainkan sebagai kebutuhan intrinsik agar komunitas mengalami sebuah sukacita kebenaran dan memperdalam secara lebih penuh makna dan implikasi praktisnya.

VG 4c : Kriteria kedua melahirkan kriteria fundamental ketiga yang saya usulkan:

pendekatan-pendekatan interdisipliner dan lintas disipliner yang dijalankan dengan kebijaksanaan dan kreativitas dalam terang Wahyu.

VG 4d : Kriteria keempat dan terakhir berhubungan dengan kebutuhan mendesak akan

“jejaring” antar lembaga-lembaga yang berbeda di seluruh bagian dunia…. Pada saat yang sama perlu dibangun pusat-pusat penelitian khusus untuk mempelajari persoalan-persoalan zaman ini yang paling berdampak pada umat manusia dan untuk menawarkan cara-cara pemecahan yang realistis dan tepat.

Seruan Apostolik Gaudete et Exsultate (19 Maret 2018)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dalam keluarga pekerja anak di Pasir Purus atas, anak-anak menjadi pekerja anak di sebabkan berbagai faktor di antaranya adalah faktor ekonomi, kurangnya perhatian orang

Pendidikan karakter merupakan isu penting dalam dunia pendidikan yang dewasa ini banyak mendapat perhatian berbagai kalangan. Generasi muda mengalami krisis

Hasil pelaksanaan strategi menunjukkan bahwa perolehan kosakata anak tunarungu mengalami peningkatan dan keluarga mendapatkan pemahaman baru tentang berbagai upaya

ORANG MUDA KATOLIK Dl ERA DIGITAL Aloysius Suhardi PEMAHAMAN ORANG MUDA KATOLIK MENGENAI SIKAP/ PANDANGAN GEREJA TERHADAP ORANG MISKIN DAN MASALAH KEMISKINAN (STUDI

Hasil dari kegiatan ini adalah masyarakat sasaran mengalami peningkatan pemahaman dan ketrampilan untuk mengolah sampah organik dan sampah plastik menjadi berbagai

Hal tersebut mengalami pengaruh yang cukup baik akan peran orang tua di dalam lingkungan keluarga karena perhatian orang tua kepada anak-anaknya dalam menuntut ilmu

Mengasihi Lingkungan: Bagaimana Orang Kristen, Keluarga dan Gereja Mempraktikkan Kebenaran Firman Tuhan untuk Menjadi Jawaban atas Krisis Ekologi dan Perubahan

Secara harfiah bahasa, broken home diartikan sebagai bentuk permasalahan yang terjadi dalam keluarga seperti mengalami kurangnya kasih sayang dan perhatian orang tua, kekerasan dalam