• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS 10

A. Kajian Pustaka

2. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran menjadi acuan untuk melakukan tindakan dalam pembelajaran. Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, penulis menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Oleh karena itu, penting untuk memahami pengertian model pembelajaran itu sendiri.

Menurut Rusman (2012:144), “model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain”. Senada dengan pendapat di atas, menurut Trianto (2010:53) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas untuk menentukan perangkat pembelajaran. Selaras dengan pendapat di atas, Joyce dan Weil dalam Mappasoro (2012:45) mendefinisikan model pembelajaran sebagai berikut.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Menurut Komalasari (2013:57) “model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru”. Jadi, berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan

22

prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Pengertian Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Pembelajaran kontekstual atau lebih dikenal dengan Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut Berns dan Erickson dalam Komalasari (2013:6) yaitu sebagai berikut.

Konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja.

Selaras dengan pendapat tersebut, Sanjaya (2006:255) merumuskan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsep yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapakannya dalam kehidupan mereka.

Rusman (2012:190) berpandangan bahwa pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret melalui keterlibatan siswa dalam mencoba, melakukan dan mengalami sendiri.

Secara umum, pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan sebuah model pembelajaran yang bertujuan mengaitkan materi

23

dengan dunia nyata serta penerapannya dalam lingkup kehidupan sehari-hari siswa.

c. Komponen Model Pembelajaran Kontekstual

Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran konseptual. Menurut Depdiknas (2013:10-19) tujuh komponen utama tersebut yaitu.

1) Konstruktivisme (Constructivism)

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata

2) Menemukan (Inquiry)

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat fakta-fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri

3) Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang harus bermula pada bertanya. Bagi guru bertanya dipandang sebagai kegiatan untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa bertanya merupakan bagian penting dalam melakukan inquiri.

4) Masyarakat belajar (Learning Community)

Hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.

24 5) Pemodelan (Modelling)

Pembelajaran keterampilan guru atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru. Guru dan siswa memberi contoh sebagai model di dalam kelas.

6) Refleksi (Reflection)

Siswa mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan barunya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima

7) Penilaian yang sebenarnya (aunthentic assesment)

Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan semata hasil dan dengan berbagai cara. Penilaian dapat berupa penilaian tertulis, berdasarkan perbuatan, penugasan, produk, atau portofolio.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa komponen pembelajaran konstekstual yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kontruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian yang sebenarnya.

25

d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Konstekstual

Rusman (2012:199-120) menjelaskan pada intinya pengembangan setiap komponen pembelajaran tersebut dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.

1) Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya.

2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik yang diajarkan.

3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui bertanya.

4) Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok kelompok).

5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa 6) melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.

7) Melakukan refleksi di akhir pertemuan.

8) Melakukan penilaian kemampuan yang sebenarnya pada siswa.

Menurut Trianto (2008:25) langkah - langkah penerapan pembelajaran kontekstual dalam kelas, yaitu.

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan bekerja sendiri, menemukan sendirim dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik 3) Kembangkan sifat ingin tahu murid dengan bertanya

4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok - kelompok)

5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran 6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Secara umum, dapat disimpulkan dalam langkah pembelajaran konstekstual harus mengacu pada komponen pembelajaran konstektual sehingga menciptakan pembelajaran yang bermakna.

26

e. Kelebihan Model Pembelajaran Konstektual

Model pembelajaran akan menentukan berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran. Sehingga, kelebihan model pembelajaran akan menjadi acuan dalam memilih model pembelajaran yang tepat.

Johnson dalam Komalasari (2013:6) merumuskan pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa menhubungkan isi materi dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna. Dalam pengertian pembelajaran kontekstual tersebut dapat disimpulkan bahwa kelebihan pembelajaran kontekstual yaitu mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Kelebihan model pembelajaran kontekstual juga tercermin pada komponen-komponen pembelajaran kontekstual meliputi konstruktivistik, akan membangun pengetahuan siswa secara bertahap. Inkuiri, membuat siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Bertanya, penting untuk menggali informasi, mengonfirmasi apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuimya. Masyarakat belajar, membuat siswa untuk saling kerja sama. Pemodelan, memberikan gambaran secara nyata tentang materi yang diberikan. Refleksi, membuat evaluasi untuk digunakan pembelajaran selanjutnya agar lebih baik. Penilaian autentik, memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.

Kelebihan model pembelajaran kontekstual tersebut, selaras dengan karakteristik model pembelajaran kontekstual menurut Trianto (2011:110)

27

yaitu: kerja sama, saling menunjang, menyenangkan, tidak membosankan, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, dan menggunakan berbagai sumber siswa aktif

Jadi kelebihan model pembelajaran kontekstual dilihat dari pengertiannya merupakan pembelajaran yang bermakna. Sedangkan, berdasarkan komponen dan karakteristiknya yaitu memperoleh pengetahuan secara bertahap, siswa aktif, saling menunjang, menyenangkan, pembelajaran terintegrasi, refleksi dan mengukur perkembangan belajar siswa.

Dokumen terkait