• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Jaringan GSM

2. Network Switching Subsystem (NSS)

Network Switching Subsystem ini melakukan fungsi switching bagi MS yang dibutuhkan untuk menghubungkan MS ke jaringan tetap (PSTN/ISDN) atau ke jaringan radio lainnya. NSS juga mengatur data base (data pelanggan dan data jaringan), dan mengatur macam signaling yang digunakan untuk membuat / memutuskan hubungan.

NSS merupakan pusat pemrosesan, yang terdiri dari lima komponen pokok yaitu : Mobile Service Switching Center (MSC), Home Location Register (HLR), VisitorLocation Register (VLR), Authentication Center (AuC) dan Equipment Identity Register (EIR).

Gambar 2.8 Arsitektur jaringan Network Switching Subsystem (NSS) a. Mobile Service Switching Center (MSC)

Mobile Services Switching Center (MSC) memiliki seluruh fungsi penting dalam switching komunikasi pada seluruh mobile station dalam MSC area. Fungsi utama MSC adalah untuk mengkoordinasikan pembentukan call (call set up) antara mobile station atau user PSTN.

Beberapa fungsi yang dilakukan oleh MSC : - Melakukan pemilihan route.

- Membentuk koneksi trafik dan signaling.

- Billing untuk semua pelanggan yang berada pada area MSC tersebut.

- Pengukuran trafik.

- Menangani overload.

- Mendukung layanan telekomunikasi.

- Mobility management.

b. Home Location Register (HLR)

HLR merupakan data base yang menangani manajemen pelanggan bergerak. HLR menyediakan data yang diperlukan untuk meroutingkan

panggilan ke semua MS yang mempunyai home base di MSC area tersebut, ketika mereka melakukan perpindahan (roaming) ke area lain atau ke jaringan GSM yang lainnya.

HLR menyediakan current location data yang diperlukan untuk mendukung pencarian dan paling MS untuk incoming call. HLR bertanggung jawab untuk menyimpan dan menyediakan authentication dan encription parameter yang diperlukan oleh MSC dimana MS tersebut beroperasi, parameter tersebut didapatkan dari AuC.

Data-data yang tersimpan di HLR ada yang bersifat permanen, dapat dimodifikasi hanya untuk alasan administrasi dan data lain yang bersifat sementara yang dapat dimodifikasi secara otomatis oleh jaringan tergantung pada perpindahan dan kegiatan yang dilakukan oleh subscriber.

Data-data permanen yang disimpan di HLR : - IMSI

International Mobile Subscriber Identity, adalah nomor identity yang unik dari pelanggan pada jaringan GSM . IMSI digunakan oleh VLR untuk pengalamatan di HLR sehubungan dengan proses location update, mengakses database pelanggan di HLR , VLR dan AuC.

- Mobile Subscriber Roaming Number (MSRN)

Nomer temporer untuk keperluan routing bagi MS yang sedang roaming di MSC / VLR tertentu . MSRN ini digunakan untuk membentuk

- Batasan roaming

Digunakan untuk mengetahui jaringan yang telah mempunyai perjanjian roaming.

- Supplementary services, seperti call forwarding.

Seperti telah disebutkan diatas bahwa sistem selular GSM menyediakan fasilitas-fasilitas tarnbahan yang menjadikan sistem selular GSM mempunyai nilai tambah, contohnya pengalihan panggilan.

- Authentication key.

Merupakan data yang digunakan untuk memeriksa sah tidaknya pelanggan untuk melakukan akses dan mendapatkan servis dari jaringan.

Data-data sementara yang disimpan di HLR : - Local MS identity (LMSI)

Digunakan untuk mempercepat penemuan data pelanggan di VLR pada saat location update.

- RAND / SRES dan Kc.

Merupakan data yang berhubungan dengan authentication dan ciphering.

- VLR address.

Data yang menandakan alamat VLR yang sedang menangani MS.

- MSC address.

Data yang menandakan alamat MSC area dimana MS tersebut terdaftar.

c. Visitor Location Register (VLR)

VLR merupakan suatu unit penyimpan dinamik yang menyimpan data base sementara untuk pelanggan yang roaming dalam area suatu MSC. Selama MS tersebut aktif maka VLR akan menyimpan semua parameter dari MS tersebut yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi call handling.

d. Uthentication Centre (AuC)

Authentication Centre (AuC) membuat parameter-parameter untuk autentikasi dan enkripsi yang diperlukan untuk menjamin kerahasiaan dan setiap panggilan. AuC melindungi sistem GSM terhadap penyalahgunaan oleh orang yang bukan pelanggan GSM tersebut.AuC juga melindungi pelanggan dari penyalahgunaan data pelanggan yang disimpan di sistem GSM.

e. Equipment Identity Register (EIR)

Equipment Identity Register (EIR) merupakan elemen jaringan yang mencegah penggunaan alat yang tidak berhak digunakan (barang curian atau hilang). Tiap peralatan GSM memiliki nomor identitas yang disebut IMEI yang terletak dalam hardware.

Dari data IMEI tersebut mobile station dapat diidentifikasikan dalam kategori, sebagai berikut:

- White list, (daftar resmi).

Merupakan terminal yang diperbolehkan untuk melakukan akses ke jaringan GSM.

Merupakan terminal yang masih dalam observasi dari jaringan karena ada kemungkinan bermasalah.

- Black list, (daftar terlarang).

Merupakan terminal yang dilaporkan telah dicuri ataupun karena tipe terminalnya bukan tipe yang diijinkan atau sesuai dengan jaringan GSM. Terminal ini tidak diijinkan untuk akses ke jaringan GSM. Pada saat MS digunakan untuk mengakses jaringan, peralatan mengirim nomor IMEI ke jaringan yang akan mengecek nomor ini. Jika peralatan tersebut dilaporkan hilang maka akses ke jaringan tidak dapat dilakukan. Nomor dari seluruh peralatan yang hilang disimpan dalam Equipment Identity Register.

3. Operation and Support Subsystem (OSS)

Subsystem ini menyediakan fungsi-fungsi tertentu untuk operasi dan pemeliharaan. Fungsi OSS ini dilakukan oleh Operation and Maintenace Centre (OMC). Didalam OMC terdapat:

- O & M Processor (OMP) untuk BSS dan NSS

Merupakan pusat pengoperasian. OMP ini dihubungkan dengan beberapa OMT yang berfungsi secara remote (jarak jauh).

- O & M Terminal (OMT)

Terminal operasi yang dihubungkan secara langsung pada jaringan misalnya pada MSC, BSC, dll. Terminal ini digunakan untuk mengawasi jaringan.

D. Konfigurasi Kanal

Interface udara adalah interface yang paling penting di dalam jaringan GSM. Didalamnya diatur tentang koneksi antara tiap mobile station ke jaringan.

Interface udara disusun dan dua struktur berikut, yaitu: Struktur FDMA dan struktur TDMA.

Struktur yang pertama yaitu "Frequency Division Multiple Access" yang berarti penggunaan carrier frekuensi yang berbeda sedangkan struktur yang satu lagi yaitu "Time Division Multiple Access" merupakan prosedur multipleks dengan cara pembagian waktu (time division). Satu band frekuensi FDMA digunakan secara bergantian oleh 8 Mobile station.

Gambar 2.9 Alokasi frekuensi FDMA pada sistem GSM

Gambar 2.9 menjelaskan mengenai alokasi frekuensi pada sistem GSM, dimana pada sistem GSM terdapat dua band frekuensi yang digunakan,

Penggunaan FDMA pada sistem GSM, dimana alokasi band masing-masing untuk uplink dan downlink yang sebesar 25 MHz tersebut dibagi menjadi 124 kanal. Jadi setiap kanal mempunyai lebar band sebesar 200 KHz.

Seperti telah dijelaskan, bahwa GSM menggunakan dua struktur kombinasi untuk transmisi radio, yaitu FDMA dan TDMA. Kapasitas transmisi dari suatu carrier diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak untuk melayani pelanggan.

Untuk itulah, dalam fungsi waktu carrier dibagi-bagi diantara 8 buah mobile station. Prosedur TDMA memberikan carrier untuk dipakai selama waktu yang singkat (sekitar 0.577 ms) kemudian dilepas ke mobile station yang lain. Sebuah timeslot ditetapkan ke tiap user sedemikan rupa sehingga MS dapat mengetahui saat yang tepat untuk mentransmisi dan menerima sinyal. Delapan time slot, dinomori dari 0 sampai dengan 7, dikombinasikan untuk tiap TDMA frame.

Gambar 2.19 berikut menjelaskan mengenai konsep TDMA seperti telah dijelaskan diatas. Dimana pemakaian frekuensi FDMA dipakai bergantian oleh 8 pemakai dengan periode waktu pengulangan pemakaian frekeuensi FDMA sebesar 4.615 ms.

Gambar 2.10. Prinsip kerja Time-Division Multiple Access (TDMA)

E. Interferensi Co-channel

Metode pengulangan frekuensi berguna untuk meningkatkan efisiensi pada penggunaan spektrum frekuensi, tetapi mengakibatkan interferensi co-channel yang disebabkan penggunaan kanal frekuensi secara berulang di sel co-channel yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.11.

Gambar 2.11. Interferensi Co-channel

Pengulangan kanal frekuensi yang sama pada sel yang berbeda dibatasi oleh interferensi co-channel antar sel, dan interferensi co-channel ini menjadi masalah yang besar. Untuk itu perlu dicari jarak minimum yang diinginkan untuk dapat mengurangi interferensi co-channel.

Interferensi co-chanel merupakan fungsi dari parameter q yang ditunjukkan sebagai berikut:

q = ……….(1.0) Keterangan :

- q = Faktor pengurangan interferensi co-chanel.

- D = Jarak minimum untuk pengulangan frekuensi

pengurangan interferensi co-channel dapat dilakukan dengan menambah jarak antara dua cell site frequency reuse.

Pada area trafik yang padat seperti kota besar, kapasitas dari sistem selular dibatasi oleh interferensi yang disebabkan oleh frequency reuse (pengidangan frekuensi). Ratio interferensi relatif (C/I) dapat berlainan antar beberapa panggilan, dimana C (Carrier level) berubah tergantung posisi mobile station (MS) terhadap base station, serta banyaknya penghalang yang berada diantaranya, sedangkan I (Interference level) berubah tergantung pada penggunaan frekuensi yang sama oleh panggilan lain di beberapa sel-sel yang terdekat. Nilai dari C (Carrier level) sebaiknya lebih besar dari nilai I (Interference, level), sehingga dapat mengurangi interferensi co-channel dan kualitas pembicaraan menjadi lebih baik. Nilai yang direkomendasikan oleh GSM yaitu C/I > 9 dB.

F. Penggunaan Downtilt yang Efektif

Pengurangan interferensi co-channel selalu merupakan masalah pada sistem selular. Beberapa metode yang dapat dipertimbangkan, seperti:

1. Meningkatkan pemisahan antara dua sel co-channel.

2. Penggunaan antena directional pada base station.

3. Pengurangan tinggi antena pada base station.

Metode pertama tidak disarankan karena saat jumlah pengulangan frekuensi meningkat, efisiensi sistem oleh jumlah kanal per sel berkurang. Metode ketiga juga tidak disarankan karena hal tersebut akan mengurangi atau memperlemah daya terima pada MS. Meskipun demikian metode kedua merupakan pendekatan yang tepat, karena penggunaan antena directional bisa mencapai dua tujuan, yaitu :

1. Pengurangan interferensi co-channel jika interferensi tersebut tidak dapat dihilangkan oleh pemisahan sel co-channel.

2. Peningkatan kapasitas kanal ketika trafik bertambah.

Dimana untuk mengurangi interferensi co-channel ini tidak hanya menggunakan antena directional, tetapi juga men-setting antena directional tersebut dengan tepat dengan cara downtilt.

Downtilt adalah salah satu cara untuk mengurangi luas cakupan suatu sel dengan mengubah sudut pengarahan pancaran berkas antena BTS dalam bidang vertikal.

Downtilt merupakan teknik yang sering digunakan untuk menghasilkan sel yang kecil dan untuk menghasilkan pola pengulangan frekuensi yang baik.

Downtilt efektif dalam :

1. Mengurangi cakupan sel untuk menghasilkan traffic density yang lebih tinggi.

2. Mengurangi interferensi co-channel dan adjacent channel yang disebabkan oleh sel lain.

Sebelum melakukan downtilt pada sebuah antena, maka terlebih dahulu perlu untuk menentukan cakupan yang sebenarnya dengan survei, dan setelah diterapkan hasil perhitungan downtilt tersebut masih diperlukan survei lagi untuk memastikan bahwa terjadi perubahan cakupan sel seperti yang direncanakan.

1. Downtilt Antena dan Cara Kerjanya

sebagai far-field Effective Rudiuted Power (horizontal ERP). Komponen H memiliki nilai sepanjang sumbu utama, yaitu 0 < H <. 1. Dengan demikian redaman far - field yang disebabkan oleh downtilt adalah 20 log H dB.

Kuat medan near-field dan far-field pada prakteknya adalah sangat bergantung pada keadaan setempat, terutama sekali dalam lingkungan keadaan yang padat, namun dalam analisa berikut keadaan disekitar antena tersebut diabaikan.

Gambar 2.12. Pola radiasi vertikal sebuah gain antena

Gambar 2.13. Pola antena downtilt B : Sudut arah Downtilt terhadap Horizontal

L : Gain Diluar main Lobe

Antena yang di-downtilt akan selalu mempunyai gain relatif dibandingkan terhadap antena vertikal, seperti pada gambar 2.14. Sebagai contoh, untuk M = 0°

(M adalah sudut antara antena dengan penerima Rx), dengan memperhatikan gain dan antena yang di-downtilt dan gain antena vertikal sebagai flings! sudut M, diperoleh :

Gain relatif- 20 log H - 20 log 1 - 20 log H (dB)………...(2.1) Dan persamaan di atas, terlihat bahwa untuk H < 1, maka gain relatif antena downtilt adalah negatif atau 0 dB untuk M = 0°.

Untuk sudut M lainnya, perbedaan gain-nya sama dengan :

20logGv-201ogGr………. (2.2)

dimana:

Gv = Gain lobe antena vertikal

GT = Gain lobe antena yang di-downtilt

Pada gambar 2.14 terlihat bahwa perbedaan gain relatif dari antena yang di-downtilt sebanding dengan perubahan sudut M dan sama dengan 0 (nol) pada saat kedua pola tersebut berpotongan pada titik 1. Sudut tersebut adalah sebesar M=B/2.

Jadi untuk mengukur sudut downtilt antena B dengan ketinggian antena H dan jarak jangkauan L, adalah :

B/2 = arctan(h/L)………(2.3) dimana: L = jarak jangkauan BTS

h = tinggi antena BTS

B = sudut arah downtilt terhadap horizontal 2. Pemasangan Downtilt

Antena harus terpasang dengan baik agar dapat berfungsi secara efektif.

Untuk kota-kota besar disarankan sekali untuk melakukan pemasangan antena yang memungkinkan downtilt antena di masa akan datang. Cara pemasangan ini ditunjukkan pada gambar 2.15 berikut ini.

Gambar 2.15. Pemasangan yang memungkinkan Downtilt antena

Pembahasan mengenai kasus interferensi co-channel yang terjadi pada jaringan GSM PT. Telkomsel area Makassar serta upaya untuk mengatasinya akan dibahas pada bab selanjutnya.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat a. Waktu

Pembuatan tugas akhir ini akan dilaksanakan selama 6 bulan, mulai dari bulan Januari 2016 sampai dengan Juni 2016 sesuai dengan perencanaan waktu yang terdapat pada jadwal penelitian.

b. Tempat

Penelitian ini dilakukan di PT. Telkomsel Makassar B. Metode Penelitian

DIAGRAM PENELITIAN

MULAI

STUDI MULAI

PENYUSUNAN PENGUMPULAN DATA

ANALISIS

C. Tahapan Penelitian 1. Literatur

Penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, juga dengan melakukan studi dari buku-buku dan perpustakaan yang berkaitan dengan permasalahan serta gambar dari dokumen lainnya.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data yaitu dengan metode wawancara dan pengambilan data pada PT. Telkomsel Makassar yang berkaitan dengan penyusunan judul tugas akhir ini.

3. Diskusi

Penulis melakukan diskusi dengan pihak-pihak yang memahami permasalahan ini.

4. Penyusunan

Dalam pembuatan tugas akhir atau karya tulis diperlukan suatu cara untuk menyusun formulasi untuk mendapatkan hasil dari tugas akhir ini.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Cakupan Pelayanan GSM untuk Area Makassar

PT. TELKOMSEL yang menyediakan sarana telekomunikasi selular dengan sistem GSM saat ini mengoperasikan beberapa buah BTS untuk melayani seluruh pelanggan GSM yang berada di Kota Makassar dan jarak udara antara BTS di area Makassar dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Data-data spesifikasi dari setiap BTS di area Makassar dapat dilihat pada Tabel 4.1.berikut:

Tabel 4.1. Spesifikasi dari Setiap BTS di Area Makassar No Nama BTS Jenis Antene Arah Antene Tinggi

Antene (m)

Downtilt Antene

1 BTS Ruko Mirah Sectorized 0°/ 100° /230° 35 S1=0o, S2-0°,S3= 0°

2 BTS BTN Antara Sectorized 0o/ 100° /250° 42 S1=0°, S2-0°,S3= 0°

3 BTS Panakkukang Sectorized 350o/ 100o/ 220° 40 S1=0°, S2-0°,S3= 0°

4 BTS Kima Sectorized 40o/ 120° / 270° 42 S1=0°, S2-0°,S3= 0°

5 BTS M. Makassar Sectorized 30o/ 135° /215° 45 S1= 5°, S2= 4°,S3= 2°

6 BTS Mattoangin Sectorized 0o/ 120° / 240° 42 S1= 5°, S2=2°,S3=0°

7 BTS Panampu Sectorized 30o/165° / 280° 45 S1=0°, S2= 5°,S3=0o 8 BTS Telkommas Sectorized 0o/ 120° / 240° 42 S1= 0°, S2=3o,S3=3o 9 BTS Mandai Sectorized 70o/ 240° / 330° 35 S1= 0°, S2= 0o,S3= 0°

10 BTS Sungguminasa Sectorized 0o/ 120° / 240° 40 S1=3°, S2=0o,S3=00 11 BTS Butung Sectorized 20o/ 95° /230° 36 S1=3°, S2= 4°,S3= 4°

15 BTS Diva Net Sectorized 20o/ 120° / 240° 40 S1=5°, S2= 3°,S3=4°

16 BTS Cendrawasih Sectorized 0o/120° / 240° 30 S1= 0°, S2= 2°,S3= 0°

17 BTS Sembilan Sectorized 0o/ 120° / 240° 42 S1=2°, S2= 2°,S3= 2°

18 BTS Daeng Tata Sectorized 0o/ 11 5° / 240° 30 S1=0°, S2= 0°,S3= 0°

19 BTS Central Mall Sectorized 0o/ 120° / 240° 30 S1= 3°, S2= 3°,S3=3°

20 BTS Sudiang Sectorized 0o/ 120° / 240° 30 S1=0°, S2= 0°,S3= 0°

21 BTS Stella Maris Sectorized 0o/ 120° / 240° 30 S1= 0° , S2= 0°, S3= 0°

22 BTS Toll Sectorized 70o/ 150° / 240° 30 S1=0°, S2= 0°,S3= 0°

23 BTS Paropo Sectorized 0o/ 120° / 240° 30 S1= 0° , S2= 0°, S3= 0°

24 BTS Baji Dakka Sectorized 0o/ 120° / 240° 30 S1=0°, S2= 0°, S3=

25 BTS Kutilang Sectorized 0o/ 120° / 240° 42 S1= 3o,S2= 3°,S3=3°

26 BTS Kerung-Kerung Sectorized 0o/ 120° / 240° 42 S1=3°, S2=3°,S3= 3°

27 BTS Dg. Sirua Sectorized 0/o120° / 240° 42 S1= 3° , S2= 3°, S3= 3°

28 BTS Tj.Bunga Sectorized 60o/ 150° / 330° 42 S1=0o, S2=0°,S3=0°

Tabel 4.2. Jarak Udara antara BTS di Area Makassar

BTG KMS MTG Dg.Tata PNK Mirah SGM Antara Kima TLK Mandai UPNW PNP ATG

BTG 2.1 4.1 7 3.7 5.9 8.5 7.3 10.1 10.7 16 8.8 2.6 10.3

KMS 2.1 2 5 3.1 4.5 6.6 6.9 10.5 10.5 16.8 3.9 3.7 9.2

MTG 4.1 2 2.9 3.71 3.9 4.9 7.1 11.3 10.7 17.9 2.3 5.2 8.5

Dg. Tata 7 5 2.9 5.9 4.7 3.2 8.3 13 11.7 19.7 2.5 7.9 8.6

PNK 3.7 3.1 3.7 5,9 2.5 6 3.8 7.6 7.4 14.2 3.7 2.6 6.6

Mirah 5.9 4.5 3.9 4.7 2.5 3.7 3.6 8.3 7 15 2.3 5.1 4.8

SGM 8.5 6.6 4.9 3.2 6 3.7 6.7 11.5 9.6 18.2 2.7 8.5 5.8

Antara 7.3 6.9 7.1 8.3 3.8 3.6 6.7 4.8 3.6 4.8 5.9 5.3 3.6

Kimi 10.1 10.5 11.3 13 7.6 8.3 11.5 4.8 3.3 6.7 10.2 7.4 7

TLK 10.7 10.5 10.7 11.7 7.4 7 9.6 3.6 3.3 9 9.2 8.4 4.2

Mandai 16 16.8 17.9 19.7 14.2 15 18.2 4.8 6,7 9 17.2 13.6 13.2

UPNW 8.8 3.9 2.3 2.5 3.7 2.3 2.7 5.9 10.2 9.2 17.2 6 6.5

PNP 2.6 3.7 5.2 7,9 2.6 5.1 8.5 15.3 7.4 8.4 13.6 6 8.6

ATG 10.3 9.2 8.5 8.6 6.6 4.8 5.8 3.6 7 4.2 13.2 6.5 8.6

(Dalam KM) Keterangan : BTG = Butung KMS = Komselindo MTG = Matoangin PNK = Panakkukang SGM = Sungguminasa TLK = Telkomas PNP = Pannampu

Data pengalokasian kanal frekuensi dari setiap BTS di area Makassar adalah:

Tabel 4.3 Alokasi Kanal Setiap BTS di BSC Balaikota dan BSC Telkomas

BTS BCCH (Km ) TCH ( Km )

Hotel Quality-1 65 65;73

Hotel Quality -2 55 71

Hotel Quality -3 52 69;81

Kerung-Kerung- 1 61 67

Kerung-Kerung -2 56 71

Kerung-Kerung -3 52 69

Matoangin-1 55 76;76;67;70

Matoangin -2 57 74;86;83

Matoangin -3 63 81;72;78

Komselindo-1 62 70;73;85

Komselindo-2 64 80;68;80;83

Komselindo-3 58 75;87;78

Menara Makassar- 1 55 67;73

Menara Makassar -2 57 71;80

Menara Makassar -3 53 71;80;86

Makassar Mall -1 61 67;73

Makassar Mall -2 54 71;77

Makassar Mall -3 66 69;75

Cendrawasih-1 56 67;73;79

Cendrawasih -2 59 71;77;83

Cendrawasih -3 61 61;69;75

Jl. Sembilan-1 55 67;73

Jl. Sembilan -2 66 71;77

Jl. Sembilan -3 51 69;75;81

Butung-1 57 70;82

Butung-2 59 77;68;80

Butung -3 64 75:72:87

Daeng Sirua-1 62 67;73

Daeng Sirua -2 51 71

Daeng Sirua -3 64 69;75

Sungguminasa-1 51 67;73

Sungguminasa -2 56 71;77;86

Sungguminasa -3 64 69;84

Daeng Tata-1 59 70;76;82

Daeng Tata -2 61 74;80

Daeng Tata -3 57 72;78

Ruko Mira- 1 51 67;73;85

Ruko Mira -2 63 77;71;83

Ruko Mira -3 60 75;87;69

Kutilang-1 61 70

Kutilang -2 56 74

Kutilang -3 64 72

Pannampu-1 51 68

Pannampu -2 53 84

Diva Net-1 62 70;82;76

Diva Net-2 53 68;80;74

Diva Net-3 65 78;84;69

Panakukang-1 63 79;82;67

Panakukang -2 52 77;86;71

Panakukang -3 58 84;72;78

S.Saddang-1 60 67;79;73

S.Saddang -2 54 71;77;83

S.Saddang-3 52 69;75;81

Perumnas- 1 55 67;73;79

Perumnas -2 62 71;77;83

Perumnas -3 58 69;75;81

Baji Dakka-1 60 67;73

Baji Dakka-2 55 71;77

Baji Dakka-3 53 69;75

Airport GSM-1 61 76;67;82

Airport GSM -2 53 71;80

Airport GSM -3 51 69;78

Sudiang-1 57 67;73

Sudiang -2 61 71;77

Sudiang -3 51 69;75

Kima-1 65 67

Kima-2 63 71;77;86

Kima -3 61 69;75

Telkomas -2 58 77;83

Telkomas -3 62 75;81;87

Antang-1 65 85

Antang -2 60 74

Antang -3 58 69;72

Antara-1 59 70;76

Antara-2 54 80;86;74

Antara -3 61 84;69;78

Selodong-1 62 67

Selodong-2 55 71

Selodong -3 53 69

B. Kasus Inteferenci Co-Channel Yang Timbul Pada Pengoperasian GSM Area Makassar

Pada jaringan GSM, pengulangan frekuensi merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan efisiensi penggunaan spektrum frekuensi sehingga meningkatkan jumlah kanal yang digunakan untuk panggilan. Akan tetapi penggunaan pengulangan frekuensi mengakibatkan Interferensi Co-Channel yang disebabkan penggunaan kanal frekuensi secara berulang di sel Co-Channel yang berbeda, Interferensi Co-Channel ini akan mengurangi kualitas dari panggilan yang sedang berlangsung.

Dari keterangan yang diperoleh dari keluhan pelanggan yang dicocokan dengan pengukuran di lapangan, ditemukan adanya Interferensi Co-Channel yang melibatkan beberapa BTS pada jaringan GSM area Makassar.

Untuk meminimalkan terjadinya Interferensi co-channel, maka operator yang menyediakan jasa ini harus melakukan tindakan khusus pada daerah yang mengalami interferensi co-channel. Sehingga interferensi co-channel ini dapat

ditekan agar kepuasan pelanggan dapat tercapai. Hal ini dapat dilakukan dengan alternatif, antara lain :

1. Penggunaan antena directional (Sectorized) 2. Penerapan downtilt pada antena

C. Perhitungan Luas Cakupan BTS-BTS di Area Makassar

Interferensi co-channel dapat diketahui dengan software, dimana dengan mengolah data kantor dari wilayah Makassar termasuk BTS-BTS yang ada di wilayah tersebut dan data alokasi kanal frekuensi serta spesifikasi dari setiap BTS-BTS tersebut sehingga dengan software ini kita dapat memperkirakan daerah-daerah yang terdapat interferensi co-channel seperti pada gambar 4.1. Pada Gambar 4.1 juga ditunjukkan gambar wilayah dengan beberapa BTS yang digambarkan sebagai tiga anak panah yang merupakan arah dari tiga sektor dari BTS tersebut.

Perhitungan luas cakupan dipengaruhi oleh downtilt antena dan tinggi antenanya sendiri. Dengan spesifikasi dari BTS-BTS maka dapat dihitung luas cakupan di Area Makassar sebagai berikut:

1. BTS Mattoanging (h=42m) B/2= arctan (h/L) L = h/tg(B/2) Sektor 1 (B = 5°) L = 42/tg(5/2)

L = 42/tg(2/2) L = 2,5 Km Sektor3 (B = 0°) L = 42/tg(0/2) L= ~

Selanjutnya luas cakupan BTS-BTS di Area Makassar dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut

Tabel 4.4 Luas Cakupan BTS-BTS di Area Kota Makassar

No NamaBTS Sektor 1 (Km ) Sektor 2(Km) Sektor 3(Km)

1 BTS Ruko Mirah L = ~ L = ~ L = ~

2 BTS BTN Antara L = ~ L = ~ L = ~

3 BTS Panakkukang L = ~ L = ~ L = ~

4 BTS Kima L = ~ L = ~ L = ~

5 BTS M. Makassar L=1 L= 1,3 L=2,6

6 BTS Mattoangin L= 1 L=2,5 L = ~

7 BTS Panampu L = ~ L=l L = ~

8 BTS Telkommas L = ~ L= 1,6 L= 1,6

10 BTS Sungguminasa L= 1,5 L = ~ L = ~

11 BTS Butung L= 1,4 L=1 L = 1

12 BTS Komselindo L= 0,9 L=0,9 L= 1,7

13 BTS S. Saddang L=l,6 L= 1,6 L= 1,6

14 BTS Antang L = ~ L = ~ L = ~

15 BTS Diva Net L = 0,9 L= 1,5 L=1,1

16 BTS Cendrawasih L = ~ L= 1,8 L = ~

17 BTS Sernbilan L = 2,5 L=2,5 L-2,5

18 BTS Daeng Tata L=~ L = ~ L = ~

19 BTS Central Mall L=l,2 L=1,2 L=l,2

20 BTS Sudiang L= ~ L = ~ L = ~

21 BTS Stella Maris L=~ L = ~ L = ~

22 BTS Toll L= ~ L = ~ L = ~

23 BTS Paroppo L = ~ L = ~ L = ~

24 BTS Baji Dakka L = ~ L = ~ L = ~

25 BTS Kutilang L=1,6 L=l,6 L=l,6

26 BTS Kerung-Kerung L= 1,6 L= 1,6 L- 1,6

27 BTS Dg. Sirua L= 1,6 L= 1,6 L- 1,6

28 BTS Tj. Bunga L = ~ L = ~ L = ~

D. Analisa Perkiraan Penyebab Munculnya Interferensi Co-Channel

Setelah memperhatikan data-data mengenai keadaan dari lokasi-lokasi interfensi co-channel yang ada dalam area pelayanan GSM PT. Telkomsel Makassar maka kita sudah dapat membuat analisa penyebab munculnya interferensi co-channel tersebut. Adapun hasil dari pengamatan pada penyebab interferensi co-channel tersebut adalah :

- Pada kanal 51 terjadi interferensi co-channel, karena adanya pengulangan frekuensi pada BTS JL.Sembilan-3 dan BTS Sudiang-3. Dimana jarak jangkauan BTS JL.Sembilan-3 terjadi over coverage pada BTS Sudiang-3 seperti pada gambar 4.17.

Pada kanal 52 terjadi co-channel karena BTS Panakkukang -2 dan BTS Poropo -2, dimana jarak jamgkauan BTS Panakkukang -2 terjadi over coverage pada BTS Paropo-2

Gambar 4.18 Jarak Jangkauan BTS Panakukang-2 dan BTS Palopo-2 - Pada kanal 58 terjadi interferensi Co-channel, karena BTS Antang-3 dan BTS

Perumnas-3, dimana jarak jangkauan BTS Antang-3 terjadi over coverage pada BTS Perumnas-3 seperti pad a gambar 2.19

Gambar 4.19 Jarak Jangkauan BTS Komselindo-1 dan BTS Butung.

E. Upaya Penekanan Interferensi Co-Channel Pada Jaringan GSM PT.

Telkomsel Area Makassar

Setelah kita melihat dan memperkirakan penyebab-penyebab adanya interferensi co-channel pada jaringan GSM PT. Telkomsel area Makassar, maka kita dapat mengadakan analisa untuk menekan permasalahan-permasalahan yang ada tersebut. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pelayanan yang sediakan oleh operator agar kualitas pembicaraan makin baik.

Analisa yang dilakukan berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan bahwa upaya yang dilakukan harus seefisien mungkin, ekonomis bagi operator (PT.

Telkomsel) dan juga dapat dipakai untuk jangka waktu semaksimal mungkin.

1. Downtilt Antena

Dari gambar-gambar luas cakupan dari BTS-BTS yang bermasalah terjadi over coverage, maka diperlukan perubahan downtilt antena di BTS-BTS yang bermasalah tersebut.Over Coverage seperti demikian menyebabkan terjadinya interferensi co-channel di daerah cakupan BTS-BTS tersebut.

Dengan berubahnya tilting antena maka akan berubah pula luas cakupan masing-masing BTS-BTS tersebut dan begitu pula dengan daerah yang over coverage antara BTS-BTS tersebut semakin kecil. Perubahan tersebut dapat dihitung sebagai berikut:

- PadaTabel 51

BTS Sektor Downtlt Lama Downtilt Baru Up/Down

Mandai 3 0° 1,5° Down

Sudiang 3 0° 0°

L = h/tg(B/2)

- BTS Mandai-3 (h = 35 m . B = 1,5°) L = 35/tg (1,5/2)

= 35/0,013-2692,3m=2,7 km - BTS Sudiang-3 (h = 30 m B - 0°)

L=30/tg(0/2)

Jadi jarak jangkauan kedua BTS dapat dilihat pada gambar 4.5

Gambar 4.5.Jarak Jangkauan BTS Mandai-3 dan BTS Sudiang-3 Setelah di Tilting - Pada kanal 52

Jarak jangkauan BTS Panakkukang-2 terjadi over coverage pada BTS Paropo-2 sehingga perlu di-downtilt.

Dokumen terkait