• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Definisi Masa Nifas

Masa nifas merupakan periode yang akan dilalui oleh ibu setelah masa persalanian, yang dimulai dari setelah kelahiran bayi dan plasenta, yakni setelah berakhirnya kala IV dalam persalinan

dan berakhir sampai dengan 6 minggu (42 hari) yang ditandai dengan berhentinya perdarahan. Masa nifas berasal dari bahasa latin dari kata puer yang artinya bayi, dan paros artinya melahirkan yang berarti masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan sampai organ-organ reproduksi kembali seperti sebelum kehamilan (Zakiyah, Palifiana, Arthyka and Ratnaningsih, 2019).

b. Tahapan Masa Nifas

1) Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.

2) Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik

3) Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling perencanaan KB.

6) Remote puerperium

Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki penyulit atau komplikasi (Wahyuni, Dwi, 2018).

c. Fisiologis Masa Nifas

1) Involusi uterus

Involusi iterus adalah kembalinya uterus pada ukuran, tonus dan posisi sebelum hamil.

Tabel 4. Involusi Uteri

Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri

Berat Uterus

Diamet er Uterus Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5

cm 7 hari (1 minggu) Pertengahan

pusat dan simfisis

500 gram 7,5 cm 14 hari (2 minggu) Tidak teraba 350 gram 5 cm

6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

Sumber: Wahyuni (2018).

2) Pengeluaran Lokia atau pengeluara darah pervaginam

Seiring dengan kemajuan proses involusi, pengeluaran darah pervaginam merefleksikan hal tersebut dan terdapat perubahan dari perdarahan yang didominasi darah segar hingga perdarahan yang mengandung produk darah yang tidak segar, lanugo, verniks dan debris lainnya produk konsepsi, leukosit dan organisme. Lokia dibagi dalam beberapa jenis, antara lain sebagai berikut :

a) Lokia rubra (cruento) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan

b) Lokia sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pasca persalinan

c) Lokia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan

d) Lokia alba : cairan putih, setelah 2 minggu

e) Lokia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk

f) Lokia stasis : lokia tidak lancar keluarnya 3) Perineum, Vulva, dan Vagina

Meskipun perineum tetap utuh pada saat melahirkan, ibu tetap mengalami memar pada jaringan vagina dan perineum selama beberapa hari pertama postpartum. Pada ibu yang mengalami cedera perineum akan merasakan nyeri selama beberapa hari hingga penyembuhan terjadi.

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu pos tpartum, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae pada vagina secara berangsur- angsur akan muncul kembali Himen tampak sebagai carunculae mirtyformis, yang

khas pada ibu multipara. Ukuran vagina agak sedikit lebih besar dari sebelum persalinan.

4) Sistem Kardiovaskuler

Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat, tetapi terbatas Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ke-3 dan ke-4 setelah bay lahir. volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume darah sebelum hamil

5) Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron vang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos, Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun, Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.

6) Sistem Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan, pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah placenta dilahirkan. Ligamen-ligamen,

diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi pulih kembali ke ukuran normal. Stabilitasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

7) Sistem Endokrin

Setelah melahirkan, sistem endokrin kembali kepada kondisi seperti sebelum hamil Hormon kehamilan mulai menurun segera setelah plasenta lahir. Penurunan hormon estrogen dan progesteron menyebabkan peningkatan prolaktin dan menstimulasi air susu Perubahan fisiologis yang terjadi pada bu setelah melahirkan melibatkan perubahan yang progresif atau pembentukan jaringan jaringan baru.

d. Kebutuhan dasar masa nifas 1) Kebutuhan nutrisi

Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya, Kebutuhan nutrisi pada masa postpartum dan menyusui meningkat 25%, karena berguna untuk proses penyembuhan setelah melahirkan dan untuk produksi ASI untuk pemenuhan kebutuhan bayi. Pada 6 bulan pertama postpartum (Wahyuni, Dwi, 2018).

2) Kebutuhan eliminasi

Mengenai kebutuhan eliminasi pada ibu postpartum adalah sebagai berikut:

a) Miksi

Seorang ibu nifas dalam keadaan normal dapat buang air keciil spontan setiap 3-4 jam Ibu diusahakan buang air kecil sendiri, apabila kandung kemih penuh dan sulit untuk BAK segera lakukan kateterisasi.

b) Defeksasi

Agar buang air besar dapat dilakukan secara teratur dapat dilakukan dengan diet teratur, pemberian cairan banyak, makanan yang cukup serat dan olah raga. Jika sampai hari ke 3 post partum ibu belum bisa buang air besar, maka dapat diberi rangsangan per oral atau per rektal.

c) Kebutuhan ambulasi, istirahat, dan exercise atau senam nifas

Mobilisasi dini pada ibu postpartum disebut juga early ambulation, yaitu upaya sesegera mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing berjalan Klien diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum. Kebutuhan exercise atau senam nifas,

mempunyai banyak manfaat yang esensinya untuk memulihkan kesehatan ibu, meningkatkan kebugaran, sirkulasi darah dan juga bisa mendukung ketenangan dan kenyamanan ibu (Wahyuni, 2018).

d) Kebutuhan personal hygiene dan seksual 1) Personal higiene

Kebutuhan personal higiene mencakup perawatan perinium dan perawatan payudara

2) Perawatan perinium

Setelah buang air besar ataupun buang air kecil, perinium dibersihkan secara rutin. Caranya adalah Membersihkan dimulai dari arah depan ke belakang sehingga tidak terjadi infeksi, pembalut yang sudah kotor diganti paling sedikit 4 kali sehari, sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

3) Perawatan payudara 4) Seksual

Hubungan seksual dapat dilakukan apabila darah sudah berhenti dan luka episiotomi sudah sembuh. Koitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu post partum (Wahyuni, Dwi, 2018).

e. Tanda-Tanda Bahaya Nifas

Tanda-tanda bahaya postpartum, adalah sebagai berikut.

1) Perdarahan Postpartum

Perdarahan postpartum dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :

a) Perdarahan postpartum primer (Early Postpartum Hemorrhage) adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah bayi lahir

b) Perdarahan postpartum sekunder (Late Postpartum Hemorrhage) adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam postpartum hingga masa nifas selesai.

2) Infeksi pada masa post partum

Gejala umum infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut nadi cepat kemerahan dan rasa nyeri pada payudara atau adanya dysuria serta lokia yang berbau busuk (bau dari vagina)

a) Pusing dan lemas yang berlebihan, sakit kepala, nyeri epigastrik, dan penglihatan Kabur

b) Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan di wajah maupun ekstremitas\

f. Kebijakan Kunjungan Nifas

Kunjungan nifas dilakukan paling sedikit 4 kali ini untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi (Mulati, 2020).

1) Kunjungan I (6-48 jam)

a) Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.

b) Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.

c) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri d) Pemberian ASI awal

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

2) Kunjungan II (3-7 hari (post partum)

a) Memastikan involisi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan abnormal.

c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan bai dan tidak memperlihatkn tanda-tanda penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu tentang perawatan bayi baru lahir.

3) Kunjugan III (8-28 hari post partum)

a) Memastikan kembali Rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan meraba bagian rahim

b) Kunjugan IV (29-42 hari post partum)

c) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayu alami.

d) Memberikan konseling untuk KB secara dini 4. Bayi Baru Lahir (BBL)

a. Definisi Bayi Baru Lahir

Bayi yang baru lahir normal adalah pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badan 2500-4000 gram. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan genap 37-42 minggu, dengan presentasi belakang kepala atau letak sungsang yang melewati vagina tanpa memakai alat (Ari, 2016).

b. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal

Berikut adalah ciri- ciri bayi lahir normal adalah 1) Berat badan 2500 -4000 gram.

2) Panjang badan lahir 48-52 cm.

3) Lingkar dada 30-38.

4) Lingkar kepala 33-35.

5) Frekuensi jantung 180 denyut/ menit,kemudian menurun sampai 120-140 denyut/ menit.

6) Pernafasan pada beberapa menit pertama cepat, kira - kira 80 kali/ menit, kemudian menurun setelah tenang kira - kira 40 kali/ menit.

7) Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputi verniks kaseosa.

8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.

9) Kuku agak panjang dan lemas.

10) Genetalia: labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan), testis sudah turun (pada laki-laki).

11) Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

12) Refleks moro sudah baik, jika terkejut bayi akan memperlihatkan 13.Gerakan tangan seperti memeluk.

13) Eliminasi baik urine dan mekonium akan keluar dalam 24

jam pertama (Sulikah et al., 2019) c. Tanda bahaya Bayi Baru Lahir

Adapun tanda bahaya pada bayi baru lahir meliputi :

1) Suhu tubuh teraba demam atau teraba dingin Suhu tubuh bayi baru lahir normalnya adalah 36,5°C – 37,5°C. Bayi dengan suhu rendah <36,5°C disebut (hipotermi)

2) Nafas cepat, nafas lambat atau tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat.

3) Infeksi tali pusat

Infeksi pada tali pusat ditandai dengan pusar kemerahan meluas ke dinding perut, bau tidak enak atau ada cairan seperti nanah.

4) Diare

Diare pada bayi dapat ditandai dengan tinja berlendir, berbau tidak enak, lebih cair dan lebih sering dari biasanya, bernoda darah, bayi kelihatan sakit atau pendiam atau gelisah/ rewel.

5) Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki.

6) Warna kuning pada kulit bayi atau bagian putih mata disebut sebagai ikterus.

7) Kejang

Bayi yang mengalami kejang bisa ditandai dengan bayi melakukan gerakan yang tidak biasa, tremor (gemetar), tiba-

tiba menangis melengking, gerakan yang tidak terkendali, mulut bayi mecucu atau seluruh tubuh bayi kaku

8) Tidak mau minum atau memuntahkan semua

Bayi tidak bisa menghisap atau menelan ketika di beri minum atau disusui, dan semua cairan yang masuk akan keluar lagi.

9) Bayi lemas atau gerakan bayi berkurang, bergerak hanya jika dirangsang, merintih

10) Perubahan warna kulit menjadi kebiruan, kuning atau pucat (Wulan, Saputri, Nur and Anuhgerah, Evawanna, 2020).

d. Asuhan Bayi Baru Lahir 1) Penilaian APGAR score

Penilaian bayi baru lahir dilakukan dengan menggunakan sistem Apgar Skor

Tabel 5. Penilaian Apgar Score

Tanda 0 1 2

Appearance Biru, pucat tungkai biru

Badan pucat,muda

Semuanya merah Pulse Tidak

teraba

<100 >100

Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat Activity Lemas/

lumpuh

Gerakan sedikit/fleksi tungkai

Aktif/feksi tungkai baik/reaksi melawan Respiratory Tidak ada Lambat,

tidak teratur

Baik, menangis kuat.

Sumber: Setyarini & Suprapti (2016)

Keterangan:

7-10 : asfiksia ringan (normal) 4-6 : asfiksia sedang

1-3 : asfiksia berat 2) Membebaskan Jalan Nafas

Apabila bayi tidak langsung menangis setelah dilakukan inisiasi pernapasan spontan, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut:

a) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat

b) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk.

Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang c) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi

dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril

d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar

e) Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat

f) Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung

g) Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)

h) Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus diperhatikan.

3) Mekanisme kehilangan panas a) Evaporasi

Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.

b) Konduksi

Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.

c) Konveksi

Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, suhu ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.

d) Radiasi

Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda-

benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung) (Yulizawati et al., 2019).

Cara Mencegah kehilangan panas:

1) Keringkan bayi dengan seksama

2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat

3) Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering).

4) Selimuti bagian kepala bayi Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.

5) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas.

Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.

6) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum melakukan

penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/ diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/

selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam (6) jam setelah lahir.

4) Pemberian Vitamin K

Memberikan vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM (Mulani, 2020)

e. Kunjungan Neonatus

Pelayanan kesehatan bayi baru lahir dimulai segera setelah bayi lahir sampai 28 hari. Pelayanan pasca persalinan pada bayi baru lahir dimulai sejak usia 6 jam sampai 28 hari.

Terdapat tiga kali kujungan berdasarkan Menkes (2021) yaitu:

1) Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1) a) Menjaga kehangatan bayi

b) Memastikan bayi menyusu sesering mungkin

c) Memastikan bayi sudah buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK)

d) Memastikan bayi cukup tidur e) Menjaga kebersihan kulit bayi

f) Perawatan tali pusat untuk mencegah infeksi g) Mengamati tanda-tanda infeksi

2) Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2)

a) Mengingatkan ibu untuk menjaga kehangatan bayinya b) Menanyakan pada ibu apakah bayi menyusu kuat

c) Menanyakan pada ibu apakah BAB dan BAK bayi normal d) Menyakan apakah bayi tidur lelap atau rewel

e) Menjaga kekeringan tali pusat

f) Menanyakan pada ibu apakah terdapat tanda-tanda infeksi

3) Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3)

a) Mengingatkan ibu untuk menjaga kehangatan bayinya b) Menanyakan pada ibu apakah bayi menyusu kuat

c) Menganjurkan ibu untuk menyusui ASI saja tanpa makanan tambahan selama 6 bulan

d) Bayi sudah mendapatkan imunisasi BCG, Polio dan hepatitis

e) Mengingatkan ibu untuk menjaga pusat tetap bersih dan kering

f) Mengingatkan ibu untuk mengamati tanda-tanda infeksi.

Dokumen terkait