• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai dan Ciri Peradaban Moderen

Dalam dokumen PONDOK PESANTREN DAN PERADABAN MODERN (Halaman 48-52)

BAB II PARADIGMA MODERNITAS DAN DINAMIKA

A. Nilai dan Ciri Peradaban Moderen

Pengertian peradaban modern sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya memuat berbagai aspek yang bermuara pada kemajuan, baik dalam bidang sains, seni, politik, ekonomi dan lain sebagainya. Seluruh aspek tersebut bersentuhan secara langsung dengan sistim budaya yang berkembang ditengah- tengah masyarakat, khususnya masyarakat muslim Indonesia.

Pesantren sebagai salah satu entitas yang murni berasal dari

67 Samuel P. Huntington, The Clash of Civilization and Remarking of World Order (New York: Simon & Schuster, 1996)., hlm. 39.

68 Mengenai sejarah pesantren dan melembaganya pesantren dalam perjalanan sejarah Bangsa Indonesia, akan dijelaskan dalam pembahasannya berikutnya di Bab ini.

40

masyarakat pribumi Indonesia tentunya sangat berperan dalam membangun peradaban Islam moderen di Indonesia.

Mengenai hal tersebut maka dalam buku ini juga dibahas mengenai aspek-aspek peradaban moderen sebagaimana yang dikemukakan oleh Durrant69, peradaban meliputi empat bagian pokok, yaitu sumber-sumber ekonomi, tatanan politik, tradisi moral dan khazanah ilmu dan seni, namun dalam peradaban Islam yang terpenting adalah memuat dua aspek pondasi dasar, yaitu :

1. Aspek rohani dan pemikiran (bukan fisik). Ini meliputi agama, dasar pemikiran, budaya, nilai, adat, warisan, undang-undang, bahasa, sejarah, dan adab. Aspek ini akan menentukan identitas suatu bangsa dan masyarakat, serta mempengaruhi kekuatan dan kemapanan suatu peradaban.

2. Aspek fisik, peradaban (al-madaniyyah) atau menurut Ibn Khaldun sebagai al-'umrān adalah unsur jasmani atau kebendaan daripada peradaban, ia meliputi pembangunan infrastruktur, kemajuan dari segi produk, pekerjaan, dan keterampilan. Aspek ini bersifat universal dan dapat dimiliki oleh setiap orang masyarakat dengan usaha dan daya saing. Oleh sebab itu setiap hasil kemajuan sains dan teknologi menjadi milik masyarakat global.

Mengikuti sejarah perkembangan peradaban versi Barat, maka akan tampak bahwa aspek utama yang lebih dahulu muncul adalah aspek non fisik mendahului aspek fisik, seperti konsep sekularisme, modemisme, liberalisme, humanisme, rasionalisme. Semua konsep pemikiran tersebut menjadi tumpuan bagi kemajuan sains dan teknologi yang kemudian berkembang dalam berbagai dimensi. Munculnya peradaban barat ini dimulai transformasi besar-besaran oleh masyarakat eropa pada era enlightenment (pencerahan) yaitu pada abad

69 Mohd Mahaiyadin et al., ―Pertembungan Tamadun Islam dan Tamadun Barat: Di mana letaknya konflik?,Esteem Academic Journal 5, no. 2 (2009), hlm. 241–

255.

41 18-19 Masehi.70 Sebagaimana telah tertulis dalam sejarah bahwa dalam abad VII- XIII Islam mencapai kejayaan dan Eropa berada dalam masa kesuraman, dan banyak orang-orang barat yang datang ke negeri Islam. Sehingga terjadilah perpaduan antara dua peradaban yang saling melengkapi, yaitu Islam yang cemerlang dan barat yang inovatif.

Kegiatan orang-orang Eropa ini menghantarkan mereka menuju masa Renaissance (kebangkitan kembali), sebuah periode sejarah umat manusia yang baru (abad modern).

Renaissance Eropa ini ternyata dalam prakteknya menimbulkan dua implikasi dasar yang strategis, yaitu implikasi material dan teknik yang ditandai dengan Revolusi Industri di Inggris, dan implikasi kemanusiaan yang terbentuk dalam Revolusi Prancis.

Dua peristiwa yang amat menentukan dan menandai dimulainya abad modern. Dalam perkembangan selanjutnya terjadilah pemisahan antara falsafah dan ilmu dengan agama.

Unsur utama dari ciri peradaban Islam yang berkembang di Indonesia pada awal perkembangannya adalah pergolakan pemikiran antara tradisional dan modern, kelompok tradisional yang diwakili oleh gerakan Nahdhatul Ulama dan kelompok modern di wakili oleh Muhammadiyah, kedua organisasi besar ini merupakan cerminan gerakan pembaharuan atau juga diistilahkan dengan gerakan modern. Kemudian gesekan pemikiran ini bermuara pada institusionalisasi lembaga pendidikan sebagai pilar pembangunan peradaban modern.

Meskipun demikian, pada bahagian awal buku ini telah menjelaskan bahwa pemikiran modern dalam Islam di Indonesai telah ditandai dengan gerakan Paderi di Sumatera Barat, gerakan ini muncul setelah pulangnya Ahmad Khatib Al- Minangkabawi dari makkah setelah menjalankan ibadah Haji dan menetap disana. Azra menyebutnya dengan gerakan penyebaran Islam Indonesia melalui jaringan Ulama

70 Mohd Mahaiyadin et al., ―Pertembungan Tamadun Islam dan Tamadun Barat: Di mana letaknya konflik?,” Esteem Academic Journal 5, no. 2 (2009), hlm. 248.

42

Nusantara.71 Hal inilah yang menandai momentum modernisasi Islam Indonesia melalui pemikiran, yang kemudian berkembang pada aspek materil.

Ciri peradaban modern dalam aspek materil adalah ilmu dan teknologi yang membawa industrialisasi dan pada tataran manusiawinya melahirkan cara berpikir yang lebih rasional, sistem kerja terorganisasi, memiliki etos kerja yang tinggi dan mengutamakan inisiatif pribadi daripada otoritas tradisi, dan dalam aspek kemanusiaannya telah menerapkan kehidupan yang demokratis, maka harus diakui bahwa belum ada satu peradaban atau sistem di dunia ini yang berhasil melebihi peradaban modern barat. Peradaban inilah yang mampu mengurangi kesewenangan penguasa, lebih dari itu peradaban ini lebih akomodatif terhadap tindakan introspeksi, kritik dan koreksi diri. Seluruh cirri peradaban modern tersebut sangat relevan dengan perdaban Islam sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya dalam sub bahasan karakteristik peradaban Islam dalam wacana modernitas.

Terdapat empat hal pokok yang melandasi mengapa sebenarnya Umat Islam dapat mengambil dengan mudah peradaban modern meskipun berasal dari barat, adalah;

Pertama, disadari atau tidak, hari demi hari umat Islam tengah bergerak mendekati Eropa. Sedemikian jauh pemikiran Eropa telah mempengaruhi pemikiran Umat Islam sehingga sekarang dalam mengukur kemajuan dibidang materi tergantung dari besar kecilnya pinjaman yang diberikan oleh Eropa. Kedua, apa yang akan diambil oleh Umat Islam sesungguhnya merupakan permata yang pernah hilang dari genggaman. Ketiga, kehidupan Eropa bukanlah kehidupan yang penuh dengan dosa dan maksiat semata, tetapi disana terkandung kebaikan dan manfaat, sebab kemaksiatan murni tidak mungkin akan membawa kepada kemajuan dan sebaliknya, kebaikan murni tidak akan membawa kepada kemunduran. Padahal kenyataannya adalah Eropa saat ini berada dalam kemajuan.

71 Azyumardi Azra, Islam in the Indonesian world: An account of institutional formation (Mizan Pustaka, 2006), hlm.

43 Keempat, jika mengedepankan sejarah, bahwa pada masa lalu baik masa Daulah Umayyah maupun Daulah Abbasiyyah, mereka tidak enggan untuk mengambil semua perangkat dari Parsi dan Yunani yang membawa kepada kemajuan.

Berangkat dari pembahasan ini, maka dapat disimpulkan bahwa keseluruhan aspek dari peradaban yang berasal dari barat baik pemikiran maupun material dapat di jadikan sebagai aspek peradaban Islam, hal ini dimungkinkan karena tidak ada yang salah dari kemajuan peradaban barat, namun yang dilakukan adalah menyeleksi substansi dari peradaban barat sehingga dapat berorientasi pada nilai dan karakteristik peradaban Islam sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Mengenai cirri dari peradaban Islam, khususnya yang berkembang di Indonesia, maka tidak ada salahnya dan tidak ada yang menghalang-halangi umat Islam untuk mengadopsinya. Sementara sifatnya yang sekuler bukan menjadi penghalang bagi Umat Islam untuk mengadopsinya, bahkan memudahkan Umat Islam untuk mengambilnya tanpa harus mengambil agamanya.

B. Nilai-Nilai Peradaban Islam dalam Wacana Modernitas

Dalam dokumen PONDOK PESANTREN DAN PERADABAN MODERN (Halaman 48-52)