• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHSAN

4.5. Nilai Susut Umbi

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi perlakuan umur panen umbi dan lama simpan umbi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai susut umbi bawang merah „lembah palu‟. Namun, faktor tunggal umur panen dan lama simpan umbi berpengaruh nyata tehadap nilai susut umbi selama penyimpanan. BNJ α 0,05 (Tabel 1) menunjukkan bahwa umur panen umbi 60-65 hst menghasilkan nilai susut umbi lebih tinggi yaitu masing-masing 14,00% dan 13,70% dan berbeda nyata dengan umur panen 70 dan 75 hst. Susut umbi diperoleh paling kecil pada umur panen 75 hst (5,60%).

Selanjutnya, lama simpan umbi berpengaruh nyata terhadap nilai susut umbi selama penyimpanan. Hasil uji BNJ α 0,05 (Tabel 2) menunjukkan bahwa lama simpan umbi hingga 60 hsp, menghasilkan susut umbi tertinggi (13,55%) dan berbeda nyata dengan lama simpan 30, 40 dan 50 hsp. Susut umbi bawang merah „lembah palu‟ diperoleh paling kecil atau sedikit diperoleh pada perlakuan lama simpan 30 hsp (6,60 %). Meningkatnya susut umbi salama proses penyimpanan disebabkan karena hilangnya air akibat evaporasi yang dipengaruhi oleh suhu udara dalam ruang penyimpanan. Dengan demikian untuk menekan laju evaporasi diperlukan pengaturan suhu dan kelembaban pada ruang penyimpanan untuk menurunkan water vapour pressure deficit (wvpd) terhadap udara lingkungannya serta penurunan permeabilitas

intergumen komoditas terhadap air atau uap air (Hall, 1980).

Benih yang mempunyai vigor rendah menyebabkan pemunculan bibit di lapangan rendah, terutama dalam kondisi tanah yang kurang ideal, sehingga benih yang akan ditanam harus disimpan dalam lingkungan yang menguntungkan (suhu

optimal), agar kualitas benih masih tinggi sampai akhir penyimpanan (Viera et. al., 2001).

Tabel 2. Rata-rata waktu kecambah, kecepatan berkecambah, berat kering bibit dan nilai susut benih pada perlakuan lama simpan umbi bawang merah „lembah palu‟

Lama simpan benih (hari setelah

panen/hsp)

Waktu Berkecambah

(hari)

Kecepatan Berkecambah

(% etmal)

Berat Kering Bibit (g.tanaman-1)

Nilai Susut Umbi

(%) 30 hsp (L30) 7,10 a 15,73 c 3,14 a 6,60 d

40 hsp (L40) 7,85 a 13,88 c 2,77 ab 9,60 c

50 hsp (L50) 5,19 b 20,23 b 2,21 ab 11,40 b

60 hsp (L60) 3,97 c 26,57 a 1,89 b 13,55 a BNJ (ά=0,05) = 0,77 3,91 0,98 0,83 Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji BNJ α 0,05.

Metode penyimpanan umbi bawang merah secara tradisional yaitu dengan menggantung pada para-para atau di dinding luar rumah dapat menyebabkan susut bobot atau kehilangan berat umbi hingga 25%, namun kehilangan berat dapat ditekan hingga 10-17% dengan melakukan pengendalian lingkungan, melalui pengaturan temperatur dan kelembaban tempat penyimpanan (Syarief, 1992). Penyimpanan tradisional dapat mempertahankan kondisi bawang merah selama 6 (enam) bulan dengan kehilangan berat sekitar 25% (Sunarjono dan Soedomo, 1983).

Gambar 2. Pengaruh lama simpan benih terhadap waktu berkecambah dan nilai susut umbi bawang merah „lembah palu‟

Pada gambar 2 ditunjukkan bahwa lama waktu simpan umbi akan mempengaruhi waktu berkecambah dan nilai susut umbi bawang merah „lembah palu‟. Lama waktu yang diperlukan umbi bawang merah untuk berkecambah lebih singkat yaitu 3,97 hari pada lama penyimpanan 60 hsp. Sebaliknya, nilai susut umbi semakin meningkat dengan semakin lamanya waktu simpan benih tertinggi pada umur 60 hst yaitu 13,55%. Meningkatnya susut umbi pada waktu simpan benih yang lebih lama disebabkan karena proses respirasi yang terus berlangsung pada umbi yang menyebabkan perombahan cadangan karbohidrat yang terdapat pada umbi bawang merah.

Berdasarkan sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi umur panen dan lama simpan tidak berpengaruh nyata terhadap vigor dan viabilitas umbi bawang merah

„lembah palu‟, namun terdapat kecenderungan lama simpan 60 hsp dengan umur panen 75 hst dengan menghasilkan waktu berkecambah lebih cepat. Pemanenan benih pada tingkat kemasakan yang tepat (masak fisiologi) sangatlah penting untuk

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00

L30 L40 L50 L60

Lama simpan benih (hari) Waktu berkecambah (hari)

Nilai Susut Umbi (%)

mendapatkan tingkat mutu benih yang tinggi dan daya simpan yang panjang.

Pemanenan yang dianjurkana dalah pada saat vigor maksimum (daya tumbuh maksimum), bobot kering benih maksimum, penurunan kadar air benih (sampai mencapai kadar air keseimbangan) dan peningkatan perkecambahan (Kamil, 1982).

Tolok ukur fisiologi untuk mendeteksi tingkat kemasakan benih di antaranya bobot kering benih, kadar air benih, kecepatan tumbuh, daya berkecambah dan perkecambahan mencapai 50%. Hasil penelitian Adikadarsih dan Hartono (2007) mengemukakan bahwa kandungan klorofil pada benih berkorelasi negatif dengan daya berkecambahnya, dimana masak fisiologis yang dicerminkan oleh daya berkecambah mencapai maksimum pada saat kandungan klorofil mencapai minimum.

Dengan demikian mutu benih sangat ditentukan oleh tingkat kemasakan benih tersebut, sehingga dapat dikatakan juga bahwa kandungan klorofil benih juga menentukan mutu benih.

Copeland dan Mcdonald (2001) menyatakan bahwa beberapa jenis benih dapat berkecambah hanya beberapa hari setelah pembuahan, jauh sebelum masak fisiologinya tercapai. Walaupun benih yang belum masak fisiologi sudah bisa berkecambah, namun vigor benihnya rendah dan kecambahnya lebih lemah dibandingkan dengan benih yang sudah mencapai masak fisiologi. Benih yang mempunyai viabilitas dan vigor yang tinggi ditunjukkan dengan kemampuannya untuk tumbuh diatas 80% (Sutopo, 2002). Benih bawang merah termasuk bersifat higroskopis, sehingga benih akan mengalami kemundurannya tergantung dari tingginya faktor-faktor kelembaban relatif udara dan suhu lingkungan dimana benih disimpan (Soemardi, 1992).

KESIMPULAN

1. Interaksi umur panen dan lama simpan tidak berpengaruh nyata terhadap vigor dan viabilitas umbi bawang merah „lembah palu‟, namun terdapat kecenderungan lama simpan 60 hsp dengan umur panen 75 hst dengan menghasilkan waktu berkecambah lebih cepat.

2. Umur panen 60 hst menghasilkan daya kecambah dan berat kering bibit lebih tinggi dan berbeda nyata dengan umur panen 75 hst, namun tidak berbeda nyata dengan umur panen 65-70 hst.

3. Lama simpan 60 hsp menghasilkan waktu berkecambah lebih singkat (3,97 hari), kecepatan berkecambah lebih tinggi (26,57% etmal), dengan nilai susut umbi tertinggi (13,55%), namun menghasilkan bobot kering umbi terendah (1,89 g.tanaman-1).

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini dilaksanakan atas dukungan pembiayaan dari Skim Penelitian Hibah Unggulan Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2015. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi atas segala fasiltas yang disediakan, sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik dan artikel ilmiah ini dapat dipublikasikan melalui jurnal ilmiah nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Adrizal dan Jalid. 1995. Pengaruh sumber bahan organik terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Risalah Seminar BPPP Sukarami. Padang.

BPTP Sulteng, 2004. Satu Dasawarsa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Buckman, H.O. dan N.C. Brady., 1982. Ilmu tanah. (Terjemahan Soegiman).

Bharatara Karya Aksara. Jakarta,. 788 hal.

C. Cys, E van Ranst, J. Debaveye and F. Beernaert, 1993. Land evaluation. Part III Crop Requirements. Agricultural Publications–No7; General Administration for Development Cooperation. Belgium.

Dinas Pertanian Sulteng. 2005. Profil bawang merah lokal Palu. Sub-Din Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Sulawesi Tengah. Palu.

Dirjen Tanaman Hortikultura, 2005. Kebijakan Perbenihan Tanaman Hortikultura.

Proseding Seminar Nasional Peran Perbenihan Dalam Revitalisasi Pertanian.

Kerjasama Departemen Pertanian RI dengan Institut Pertanian Bogor, tanggal 23 November 2005 di Bogor.

EPPO, 1994. Guideline on Good Plant Protection Practice. EPPO Bulletin 24, 233- 240.

FAO, 2004. Term of Reference: Expert Consultation on Good Agricultural Practices, 10-12 November 2003. Food and Agriculture Organisation of the United Nation (FAO), Rome, Italy, Website: http://www.fao.org.

Feldmann, F., 2007. The Consept of Best Agricultural Practice. Published on occasion of the International Symposium “Best Practice in Disease, Pest and Weed Management”, 10-12 May 2007 - Berlin Germany.

Foth, H.D. 1994. Dasar-dasar ilmu tanah. Edisi ke 6. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Gardner, F.P; R. Brent Pearce and L. Mitkhell. 1991. Fisiologi tanaman budidaya.

Terjemahan, Herawati Susilo. Universitas Indonesia Press. Hal. 247-275.

Gomez, K.A. and A.A.Gomez., 1995. Prosedure statistik untuk penelitian pertanian.

Terjemahan Endang Syamsuddin dan Justika S Baharsjah. Edisi kedua. UI- Press. Jakarta.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, G.B.

Hong & H.H. Bailey, 1986. Dasar-dasar ilmu tanah. Universitas Lampung.

Lampung.

Hardjowigeno, S. 1986. Genesis dan klasifikasi tanah. Faperta IPB. Bogor.

Harsono. A, Tohari, D. Indradewa dan T. Adisarwanto. 2003. Ketahanan dan aktivitas fisiologi beberapa genotipe kacang tanah pada cekaman kekeringan.

Hyam, DG. 2003. CurveExpert: A curve fitting system for windows, v 1.3.8.

http:/www.curveexpert.net. Diakses 1 agustus 2011.

Indranada, H.K. 1986. Pengelolaan kesuburan tanah. Bina Aksara. Jakarta.

Khandakar. 1994. Manual of methodes for physio-morphological studies of jute, kenaf and allied germplasm. International Jute Organisation. Dhaka, Baangladesh.

P. 11-15.

Koswara, 1988. Budidaya tanaman palawija dan jagung. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Kuswanto, H., 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan dan Penyimpanan Benih.

Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Lamont, W.J. 1993. Plastic mulch fot the production of vegetable crop. Hort Technology: 3(1):35-39.

Levitt, L., 1980. Responses of plants to environmental stresses. Volume II Water, Radiation, Salt and Other Stresses. Academic Press, New York..

Lingga, P. 1989. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ma‟shum, M., Soedarsono, J., dan Susilowati, L.E. 2003. Biologi Tanah. Penerbit CPIU Pasca IAEUP Ditjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Mentan. 2011.

Suratkeputusanmenteripertaniantentangpelepasanbawangmerahvarietas Lembah Palusebagaivarietasunggul.MenteriPertanianRepublik Indonesia.

Jakarta.

Muhammad-Ansar, 2005. Aplikasi Effective microorganisme dan pupuk hayati E2001 untuk meningkatkan hasil bawang merah. Jurnal Agrisains, Vol. I: (2) 14-19.

Muhammad-Ansar, 2007. Pengaruh lama waktu pemberian air dan dosis pupuk kalium terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah. Jurnal Ilmiah Univesitas PGRI.Yogyakarta.

Muhammad-Ansar, 2009. Kajian aspek fisiologi tiga varietas lokal bawang merah pada keragaman ketinggian tempat. Prosiding Kongres dan Seminar Nasional PERHORTI. Bogor.

Muhammad-Ansar, 2012. Pertumbuhan dan hasil bawang merah pada keragaman ketinggian tempat. Disertasi. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta.

Muhammad-Ansar, Tohari dan Djoko-Mulyanto., 1996. Kajian pengaruh tenggang waktu pemberian air, bahan organik dan rhizobium terhadap penambatan N, pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. BPPS-UGM, 9(1B). P: 129-140.

Muhammad-Ansar, Tohari, B.H. Sunarminto dan E, Sulistyaningsih., 2012.

Pertumbuhan, hasil dan kualitas hasil bawang merah pada kadar air tanah dan ketinggian tempat berbeda. J. Agrivigor 10(2): 128-138.

Muhammad Ansar, Bahrudin dan I. Wahyudi, 2013a.Modifikasi Lingkungan Mikro Menggunakan Sungkup Plastik dan Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Varietas Lembah Palu Pada Agroekosistem Lahan Sawah.

Jurnal Agroland Vol 20 No. 1 April 2013.

Muhammad Ansar, Bahrudin dan I. Wahyudi, 2013bPengaruh Lama Waktu Pemberian Air Irigasi Kincir, Pupuk Organik Dan Mulsa Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah Varietas Lembah Palu. Makalah Seminar Pertanian Organik, 5 Desember 2013 di Universitas Tadulako. Palu.

Radjagukguk, B. 1989. Kesuburan tanah. Bahan kuliah Pasca Sarjana. Program Studi Ilmu Tanah Program Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.

Rahayu, E. dan N. Berlian, V.A. 2007. Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rosmarkam, A dan Yuwono, N.W. 2006. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.

Yogyakarta.

Sadjad, S., 1994. Kuantifikasi Metabolisme benih. PT. Gramedia Widiaasarana Indonesia. Jakarta.

Sadjad, S., 1997. Parameter pengujian vigor benih dari komparatif ke simulatif. PT.

Grasindo bekerjasama dengan PT. Sang Hyang Seri. Jakarta.

Sutopo, L., 2002. Teknologi benih. Edisi Revisi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Salisbury, F.B. and C.W. Ross, 1992. Plant physiology. Wadsworth Publ. Co.

Belmont California.

Sanjaya, L., 1995. Kombinasi pupuk urea, TSP dan KCl pada tanaman jagung manis.

Jurnal Hortikultura. Balai Penelitian Tanaman Hias. Jakarta.

Sarief, S., 1986. Kesuburan tanah dan pemupukan tanah pertanian. Pustaka Buana.

Jakarta.

Setyamijaya, D., 1986. Pupuk dan cara pemupukan. Simplex. Jakarta.

Setyorini, D., D. Indradewa dan E. Sulistyaningsih. 2008. Pengaruh umur pindah tanam dan warna mulsa plastik terhadap pertumbuhan dan hasil tomat. J.

Agrivita Volume 30 No. 2. p. 179-188.

Stevenson, F.J., 1982. Humus chemistry Genesis, Composition, Reaction. John Wiley and Sons. New York-Chichester-Brisbane-Toronto-Singapore, 443p.

Suyamto, H., 1993. Hara mineral dan pengelolaan air pada tanamankacangtanah.

Hal. 108-137. Puslitbang Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Hal 29- 32.

Woldetsadik, K., 2003. Shallot (Allium cepa var. Ascolonicum) responses to plant nutrient and soil moisture in a sub-humit tropical climate. Doctoral diss. Dept.

Of Crop Science, SLU. Acta Universitatis agriculturae Sueciae. Agraria vol.

367.

Yulius, A.K.P., Nanere, Arifin, S.S.R. Samosir, R. Tangkaisari, R., J.R. Lalopua, B.

Ibrahim dan H. Asmadi. 1997. Dasar-dasar ilmu tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur. Direktorat Jenderal Pendidikan

DOKUMETASI PENELITIAN HUPT TAHUN III_2015

Dokumentasi Percobaan Umur Panen

Bawang Merah ‘Lembah Palu’ yang diberikan Perlakuan Atonik

Keterangan : A0 = Kontrol

A1 = Atonik 0,25 ml/liter air A2 = Atonik 0,50 mll/liter air A3 = Atonik 0,75 ml/liter air A4 = Atonik 1,00 ml/liter air Diaplikasikan pada umur 15, 20, 25,30 dan 35 HST.

Dokumentasi Percobaan

Perlakuan Pupuk Kalium (KCl) Untuk Meningkatkan Mutu Umbi Bawang Merah ‘Lembah Palu’

Keterangan : K0 = Kontrol K1 = KCl 50 kg/ha K2 = KCl 100 kg/ha K3 = KCl 150 kg/ha K4 = KCl 200 kg/ha

Aplikasi pertama umur 7 HST, Apilkasi kedua umur 35 HST

Dokumentasi Percobaan Cara dan Lama Penyimpanan Umbi Bawang Merah ‘Lembah Palu’

Gambar 1

Perlakuan penyimpanan umbi bawang merah dengan cara menggantung di luar bangunan/rumah (Cara petani)

Selama 30, 40, 50 dan 60 hari

Gambar 2

Perlakuan penyimpanan umbi bawang merah dengan cara menghamparkan di atas lantai beralas papan (Cara petani)

Selama 30, 40, 50 dan 60 hari

Dokumen terkait