• Tidak ada hasil yang ditemukan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Ghozali (2018) menyatakan bahwa koefisien determinasi digunakan untuk menilai seberapa besar tingkat variabilitas pada variabel dependen yang dapat menjelaskan variabilitas pada variabel independen. Pada model regresi linear berganda, besarnya nilai koefisien determinasi ditunjukkan oleh tabel model summary pada output analisis regresi SPSS yang mana nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai dengan 1 (satu). Nilai adjusted R square menggambarkan besarnya persentase yang dimiliki oleh variabel-variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen. Apabila nilai yang dihasilkan semakin mendekati nilai 1 (satu) maka diangap semakin Goodness of fit dan sebaliknya, semakin mendekati nilai 0 (nol) maka semakin tidak Goodness of fit. Hal tersebut berarti bahwa semakin besar persentase nilai Adjusted R Square maka semakin mampu variabel independen menjelaskan variabel dependennya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif

Uji statistik deskriptif pada penelitian ini menunjukkan deskripsi dari masing- masing variabel independen dalam penelitian ini.

Tabel 4.2

Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KA 220 2.00 5.00 3.0455 .42494

DI 220 0.0000 .6667 .141016 .1233228

KI 220 0.0000 2.0000 .417400 .1787400

TA 220 .0003 .8520 .242685 .1222435

CZ 220 20.60 33.49 28.1790 2.71963

COV_KA 220 0.0000 4.0000 .604545 1.2507449

COV_DI 220 0.0000 .5000 .021943 .0712678

COV_KI 220 0.0000 .7500 .086756 .1909707

COV 220 0.00 1.00 .2000 .40091

Valid N (listwise) 220

(Sumber: Data yang diolah SPSS 23, 2021) Hasil Pengujian Asumsi Klasik

Hasil Uji Normalitas (One Sample KS)

Berdasarkan hasil pengujian normalitas terlampir pada tabel 1.2, nilai sig yang diperoleh dari hasil uji Kolmogorov-smirnov test sebesar 0.060 yang berarti bahwa 0.060 >

0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini berdistribusi normal.

Tabel 1.2 Uji One Sample-KS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov

Parametersa,b Std.

Deviation .09376589 Most

Extreme Differences

Absolute .098

Positive .098

Negative -.087

Test Statistic .098

Asymp. Sig. (2-tailed) .060c (Sumber: Data yang diolah SPSS 25, 2021) Hasil Uji Multikolinearitas

Hasil pengujian multikolinearitas terlampir pada Tabel 1.3. Berdasarkan 4.4 hasil uji multikolinearitas pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance < 0.1 dan VIF > 10 yang artinya tidak terdapat korelasi antar variabel independen. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini bebas dari multikolinearitas.

Tabel 1.3

Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF

1 (Constant)

KA .545 1.836

DI .729 1.373

KI .745 1.343

COV .033 9.045

COV_KA .028 5.099

COV_DI .464 2.157

COV_KI .104 9.606

CZ .891 1.123

(Sumber: Data yang diolah SPSS 25, 2021) Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

Hasil pengujian heteroskedastisitas dengan uji glejser terlampir pada Tabel 1.4. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser pada tabel 1.4, menunjukkan nilai signifikansi variabel komite audit sebesar 0.421 > 0.05, nilai signifikansi variabel direktur independen 0.560 > 0.05 dan nilai signifikansi variabel komisaris independen sebesar 0.685 >

0.05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan tidak terdapat adanya heteroskedastisitas. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen terbebas dari asumsi heteroskedastisitas dan dinyatakan layak untuk digunakan dalam penelitian.

Tabel 1.4

Uji Heteroskedastisitas Dengan Glejser

Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B

Std.

Error Beta

DI .025 .043 .046 .584 .560

KI .012 .029 .032 .406 .685

COV .094 .062 .564 1.532 .127

COV_KA -.007 .021 -.129 -.325 .746

COV_DI -.039 .093 -.041 -.414 .679

COV_KI -.142 .073 -.403 -1.938 .054

CZ -0.004 .002 -.002 -.024 .981

(Sumber: Data Diolah SPSS 25, 2021)

Hasil Pengujian Auto Korelasi dan Koefisien Determinasi

Hasil pengujian auto korelasi dapat dilihat melalui kolom durbin Watson sedangkan hasil pengujian koefisien determinasi dapat dilihat pada kolom adjuster r square pada Tabel 1.5

Tabel 1.5

Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin- Watson

1 .642a .412 .389 .0955269 2.024

(Sumber: Data Diolah SPSS 25, 2021)

Berdasarkan hasil uji autokorelasi dengan menggunakan uji durbin Watson pada Tabel 4.6 penelitian ini memperoleh nilai DW sebesar 2.024. Hasil nilai dU yang diperoleh melalui tabel durbin Watson dengan k = 3 dan n = 220 yaitu sebesar 1.79753 dan nilai dL 1.76086, yang mana hal ini berarti bahwa 4 – dL = 2.23917. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa 1.79753 < 2.024 < 2.23917yang berarti bahwa dalam sampel tidak terdapat persoalan autokorelasi dalam model regresi yang digunakan pada penelitian ini.

Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinasi pada Tabel 4.6 menunjukkan nilai Adjusted R Square yang dihasilkan sebesar 0.387 atau 38.7%. Artinya sebesar 38.7% variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen yaitu tax avoidance pada penelitian ini.

Sedangkan sisanya sebesar 61.3% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.

Hasil Pengujian Hipotesis Hasil Uji F

Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh secara stimultan antara variabel independen komite audit, direktur independen dan komisaris independen dengan variabel dependen tax avoidance. hasil pengujian secara stimultan dapat dilihat pada nilai sig dan nilai F hitung yang telampir pada Tabel 1.6.

Tabel 1.6 Hasil Uji F

ANOVAa Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.347 8 .168 18.454 .000b

Residual 1.925 211 .009

Total 3.273 219

(Sumber: Data Diolah SPSS 25, 2021)

Hasil dari perhitungan Uji F tedapat pada nilai sig dimana nilai sig yang dihasilkan sebesar 0.000 < 0.05. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa variabel komite audit, direktur independen dan komisaris independen secara stimultan atau bersama-sama

berpengaruh terhadap tax avoidance. Berdasarkan hal tersebut maka model penelitian dinyatakan telah fit untuk digunakan mengestimasi hasil pengujian hipotesis.

Hasil Uji t

Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh secara parsial dari masing-masing variabel independen variabel komite audit, direktur independen dan komisaris independen terhadap variabel dependen tax avoidance. hasil pengujian secara parsial dapat dilihat pada nilai sig yang telampir pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Hasil Uji T Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .653 .097 6.712 .000

KA -.127 .020 -.447 -6.248 .000

DI -.028 .061 -.028 -.453 .651

KI -.110 .042 -.160 -2.623 .009

COV .188 .088 .615 2.125 .035

COV_KA -.011 .031 -.112 -.357 .722

COV_DI -.004 .133 -.003 -.034 .973

COV_KI -.287 .105 -.449 -2.741 .007

CZ .001 .003 .016 .279 .781

(Sumber: Data Diolah SPSS 25, 2021)

Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis penelitian pada tabel 4.8 maka dapat disimpulkan persamaan regresi linear sebagai berikut:

TA = 0.653 - 0.127 KA - 0.028 DI - 0.110 KI + 0.188 COV - 0.011 COV *KA - 0.004 COV*DI - 0.287 COV*KI + 0.001 CZ + ε

Pembahasan Hasil Penelitian

Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance

Berdasarkan hasil analisis regresi yang telah dilakukan, pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel komite audit memiliki pengaruh negatif terhadap tax avoidance dengan sig 0.000 dan beta -0.127 dimana dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah komite audit pada suatu perusahaan maka semakin rendah tingkat terjadinya praktik tax avoidance pada suatu perusahaan dan sebaliknya semakin sedikit jumlah komite audit pada suatu perusahaan maka semakin meningkat tingkat terjadinya praktik tax avoidance pada suatu perusahaan.

Berpengaruhnya komite audit terhadap tax avoidance diakibatkan oleh peran komite audit yang sudah sangat efektif pada perusahaan terkait dengan fungsinya yang salah satunya mengawasi kegiatan operasional perusahaan. Semakin banyak jumlah komite audit pada perusahaan maka akan semakin baik komite audit dalam memberikan pendapat profesional yang independen sehingga perusahaan dapat meningkatkan kualitas kerja perusahaan serta mengurangi penyimpangan yang terjadi akibat buruknya tata kelola perusahaan yang mana salah satunya merupakan tax avoidance.

Hasil penelitian ini sejalan dan didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Mukhsin (2018), Nugraheni dan Pratomo (2018), Mahulae et al (2016) dan Diatari dan Ulupui (2016) yang menyatakan bahwa komite audit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tax

Berdasarkan hasil analisis regresi yang telah dilakukan, pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel direktur independen tidak berpengaruh terhadap tax avoidance dengan nilai sig yang dihasilkan sebesar 0.651 yang mana hal tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak atau sedikitnya jumlah direktur independen pada perusahaan dapat tidak akan berdampak pada kemungkinan terjadinya praktik tax avoidance pada perusahaan.

Terkait pengaruhnya terhadap tax avoidance, hal ini dapat disimpulkan bahwa peran direktur independen pada perusahaan belum maksimal karena seharusnya direktur independen dapat meningkatkan mutu dan tata kelola perusahaan yang baik sehingga perusahaan dapat menghindari penyimpangan yang dapat merugikan perusahaan. Berdasarkan hal tersebut dapat dipastikan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh direktur independen diduga tidak efisien karena tidak dapat mengurangi kemungkinan terjadinya praktik tax avoidance.

Hasil penelitian ini sejalan dan didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan (Kurnia et al., 2019) dan (Puspita dan Harto, 2014) yang menyatakan bahwa direktur independen tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Pengaruh Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance

Berdasarkan hasil analisis regresi yang telah dilakukan, pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel komisaris independen memiliki pengaruh terhadap tax avoidance dengan nilai sig yang dihasilkan sebesar 0.009 dan beta -0.110 dimana dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah komisaris independen yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka semakin rendah tingkat terjadinya praktik tax avoidance pada suatu perusahaan dan sebaliknya semakin sedikit jumlah komisaris independen pada suatu perusahaan maka semakin meningkat tingkat terjadinya praktik tax avoidance pada suatu perusahaan.

Berpengaruhnya komisaris independen terhadap tax avoidance diakibatkan oleh semakin banyak komisaris independen pada perusahaan maka semakin maksimal kinerja komisaris independen dalam memonitoring tata kelola perusahaan sehingga perusahaan dapat memiliki tata kelola yang baik dengan tujuan menjadikan laporan keuangan lebih objektif karena peranan komisaris independen dalam hal ini diharapkan dapat meningkatkan integritas laporan keuangan dengan cara mengontrol dan mengendalikan pihak manajemen perusahaan untuk melakukan penghematan pajak guna menurunkan biaya agensi sehingga membuat praktik tax avoidance menurun. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Diantari dan Ulupui (2016) yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah komisaris independen pada suatu perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan telah menjalankan corporate governance dengan baik sehingga tindakan mengontrol dan mengendalikan keinginan pihak manajemen untuk melakukan penghematan pajak dengan cara melakukan tax avoidance dapat menurun.

Hasil penelitian ini sejalan dan didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Ariawan dan Setiawan (2017), Saputra dan Asyik (2017), Diantari dan Ulupui (2016) dan Rani (2017) yang menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tax avoidance.

Pengaruh Covid 19 Terhadap Hubungan Komite Audit dengan Tax Avoidance

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa covid-19 tidak memoderasi pengaruh komite audit dengan tax avoidance, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya yaitu tidak adanya perubahan signifikan yang dilakukan oleh komite audit pada saat pandemi terutama dalam tingkat pengawasan dan pemberian pendapat professional sehingga kinerja komite audit dan tingkat pengawasan yang dilakukannya tidak memiliki perubahan ketika pandemi ataupun non pandemi. Hal ini membuktikan bahwa komite audit melakukan pengawasan secara konsisten seperti sebelum pandemi sehingga mengakibatkan tidak terdapatnya hubungan moderasi antara pandemi covid 19 dengan pengaruh komite audit terhadap tax avoidance.

Pengaruh Covid 19 Terhadap Hubungan Direktur Independen dengan Tax Avoidance Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa covid-19 tidak memoderasi pengaruh direktur independen dengan tax avoidance dengan nilai sig yang

diantaranya yaitu tidak adanya perubahan signifikan yang dilakukan oleh direktur independen pada saat pandemi maupun non pandemi sehingga kinerja direktur independen dan tingkat pengawasan terhadap manajemen perusahaan yang dilakukannya tidak memiliki perubahan baik ketika WFO (work from office) maupun saat WFH (work from home) atau daring (Supriatna dan Ermond, 2019).

Pengaruh Covid 19 Terhadap Hubungan Komisaris Independen dengan Tax Avoidance Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa covid-19 memperkuat pengaruh negatif komisaris independen terhadap tax avoidance dengan nilai sig yang dihasilkan sebesar 0.011 dan nilai beta sebesar -0.271, hal ini dapat disebabkan oleh semakin ketatnya pengawasan kinerja perusahaan yang dilakukan oleh komisaris independen serta meningkatnya kegiatan kontrol yang dilakukan agar kinerja dan tata kelola perusahaan tetap baik dan tidak menyimpang meskipun dalam keadaan pandemi terutama terkait dengan tax avoidance.

Menurunnya tingkat tax avoidance yang agresif pada masa pandemi covid19 dapat diakibatkan oleh baiknya tata kelola perusahaan yang dilakukan oleh komisaris independen dalam mengantisipasi terjadinya perubahan proses bisnis yang diakibatkan oleh perubahan ruang lingkup dalam bekerja, dalam hal ini khususnya pada masa pandemi dimana semua pekerjaan dilakukan secara daring yaitu dengan WFH (work from home) pihak komisaris independen dengan sigap memberlakukan strategi dan manajemen resiko yang disarankan oleh Badan Siber dan Sandi Negara (2020) yang salah satunya merupakan pemberlakuan penanggung jawaban dari setiap proses bisnis terutama pada manajemen perusahaan yang bertanggung jawab secara langsung atas kegiatan operasional perusahaan. Selain itu manajemen resiko yang dilakukan juga dapat berupa penilaian secara berkala terkait kinerja dan tata kelola perusahaan. Tindakan tersebut dilakukan guna menurunkan tingkat risiko terjadinya kegiatan tax avoidance yang agresif terutama ketika masa pandemi yang berpotensi menimbulkan celah untuk melakukan penyimpangan. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini pandemic covid-19 memperkuat pengaruh negatif komisaris independen terhadap tax avoidance.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Komite audit berpengaruh negatif terhadap tax avoidance.

b. Direktur independen tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

c. Komisaris independen berpengaruh negatif terhadap tax avoidance.

d. Covid-19 tidak memoderasi pengaruh negatif komite audit terhadap tax avoidance.

e. Covid-19 tidak memoderasi pengaruh direktur independen terhadap tax avoidance.

f. Covid-19 memperkuat pengaruh negatif komisaris independen terhadap tax avoidance.

Adapun saran bagi penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:

a. Menggunakan sampel perusahaan dari sektor diluar sektor manufaktur agar hasil penelitian semakin komprehensif.

b. Menambah atau mengganti variabel independen dengan variabel lain yang masih berkaitan dengan tax avoidance seperti kepemilikan manajerial dan institusional.

c.

Menggunakan pengukuran lain dalam mengukur masing-masing variabelnya, salah satunya seperti pengukuran tax avoidance dengan menggunakan rumus yang lain yaitu CETR (cash effective tax rate) agar hasil penelitian yang didapat semakin komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

Adhelia, D. “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance”. (2018). Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Ariawan, I., M., A., R & Setiawan, Putu. E. “Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas dan Leverage terhadap Tax Avoidance”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 18.3 (2017), 1831-1859.

Arief, T., & Maria, E. 2021. Ibu Sri Mulyani Jangan Lengah, Awas Praktik Penghindaran Pajak Korporasi!. www.bisnis.com.

Anasta, L. “Pengaruh Sales Growth, Profitabilitas dan Capital Intensity terhadap Tax Avoidance”, JURNAL GEMA EKONOMI, 11.1 (2021), 1803-1811.

Ghozali, I.“Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi 23”. (2016). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, I.“Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25”. (2018). Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Kinasih, Hayu., W., & Rukmana, Rizza., H. “Dampak Nilai Tukar Rupiah Terhadap Harga Sagam yang Dimoderasi Oleh Peningkatan Kasus Covid-19 di Indonesia”. Jurnal Akademi Akuntansi, 4.1 (2021), 50-55.

Mukhsin, M. “Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap Tax Avoidance”. (2018).

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta Nugraha, M., I & Mulyani, S., D. “PERAN LEVERAGE

SEBAGAI PEMEDIASI PENGARUH KARAKTER EKSEKUTIF,

KOMPENSASI EKSEKUTIF, CAPITAL INTENCITY TERHADAP TAX AVOIDANCE”, Jurnal akuntansi trisakti, 6.2,(2019),301-324.

Nugraheni, A., S., & Pratomo, D. “Pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit dan Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance”, e-proceeding of Management, 5.2 (2018), 2227- 2234.

Oktavia. “Independent Corporate Governance Organs Activities and Tax Avoidance Activities:

Evidence from Indonesia”, Jurnal Akuntansi, 24.02 (2020), 280-296.

Putri, A. C. 2021. Ngakalin Pajak, Sri Mulyani : Banyak Perusahaan Ngaku Rugi!.

www.cnbcindonesia.com.

Saputra, Moses. D. R & Asyik, Nur. F. “Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Corporate Governance terhadap Tax Avoidance”. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi (JIRA) 6.8 (2017).

Sartika, M. “Analisis Perbedaan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Pada Perusahaan Yang Dikenai Pajak Penghasilan Final dan Perusahaan Yang Dikenai Pajak Penghasilan Tidak Final. Jom. FEKON 2.1 (2015).

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif. (2018). Bandung: Alfabeta.

Suliyanto.. Ekonometerika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS. (2011). Yogyakarta: Andi Offset.

Susanti, A & Fidiana, F. “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance”.

Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi (JIRA), 8.3 (2019).

Tandean, V. A. “Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance”. SENDI_U, 1.1 (2015), 1-10.

Wibawa, A., Wilopo, dan Yusri. A “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Penghindaran Pajak”. Jurnal Perpajakan (JEJAK), 11.1 (2016), 1-9.

Widarjono, A. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan EViews”. (2018).

Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Zia, Isykarima. K., Pratomo, D., & Kurnia. “Kepemilikan Institusional dan Multinationality dengan Firm Size dan Leverage sebagai Variabel Kontrol terhadap Tax Avoidance”. Jurnal Riset Akuntansi Kontemporer, 10.2 (2018), 68-73.

Dokumen terkait