• Tidak ada hasil yang ditemukan

Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Dalam dokumen Full Book Sistem Irigasi dan Bangunan Air (Halaman 103-107)

Bab 6 Jaringan Irigasi

6.2 Klasifikasi Jaringan Irigasi

6.2.7 Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi merupakan salah satu kegiatan akhir dan kelanjutan dari siklus atau proses pembangunan, peningkatan dan atau rehabilitasi suatu jaringan irigasi yang disebut SIDLACOM atau Survey, Investigation, Design, Land Acquisition,. Construction, Operation, dan Maintenance. Siklus SIDLACOM merupakan satu rangkaian kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena setiap kegiatan yang mendahuluinya akan berpengaruh terhadap kegiatan-kegiatan berikutnya.

Dalam upaya persiapan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi pasca pembangunan, peningkatan, dan rehabilitasi jaringan irigasi, perlu kiranya mengetahui fungsi dan kondisi fasilitas pendukung operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi sehingga memenuhi syarat dan ketentuan minimal sehingga dapat dilaksanakan operasi dan pemeliharaan secara baik dan benar.

(Kementerian Pekerjaan Umum, 2015)

Pelaksanaan kegiatan POP terdiri atas beberapa tahapan, yaitu:

1. Tahapan persiapan pelaksanaan persiapan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi;

2. Tahapan pelaksanaan persiapan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Tahapan secara umum kegiatan POP dapat dilihat dalam bagan alir berikut:

OP Jaringan Irigasi, dilakukan melalui tahapan:

1. Inventarisasi data fisik. terhadap:

a. sarana dan prasarana fisik pendukung pelaksanaan POP;

b. manual operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.

2. Inventarisasi data non-fisik untuk menilai kinerja suatu daerah irigasi secara bertahap atau menyeluruh yang meliputi:

a. Sarana penunjang;

b. Sistim informasi PAI;

c. Organisasi dan personalia;

d. P3A/GP3A/IP3A; dan.

e. Komisi irigasi.

Komisi Irigasi adalah wadah koordinasi dan komunikasi antara wakil pemerintah, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi dan wakil pengguna jaringan irigasi lainnya yang dilatarbelakangi oleh perlunya wadah koordinasi pengelolaan irigasi untuk mewujudkan pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi yang demokratis, transparan, bertanggung jawab dan mengutamakan petani sebagai pengguna utama sistem irigasi. Kewenangan kerja komisi irigasi dapat dilihat pada Tabel 6. 2.

Tabel 6.2: Wilayah Kerja Komisi Irigasi Komisi

Irigasi Provinsi

Komisi Irigasi Kabupaten/Kota

Komisi Irigasi Antarprovinsi

DI. 1000-3000 ha atau

DI lintas kab/kota DI <1000 ha dan daerah irigasi desa

DI Lintas

provinsi baik yang sudah maupun yang belum di TP kepada provinsi yang

bersangkutan DI strategis nasional

dan DI > 3000 ha lintas kab/kota baik yang sudah di-TP-kan atau yang belum di-TP- kan kepada prov.

DI 1000-3000 ha dalam kab/kota yang sudah di- TP-kan oleh Provinsi ke Kabupaten.

DI strategis nasional dan DI >3000 ha utuh dalam kab/kota yang sudah atau belum di- TP-kan kepada Kabupaten

Bab 7

Kebutuhan Air Untuk Tanaman Padi, Palawija, Tebu, Sayuran, Rumput

7.1 Pendahuluan

Bab ini membahas berbagai kebutuhan air berbagai tanaman dalam lahan pertanian yang membutuhkan air dari sumber Irigasi, selanjutnya disebut

’kebutuhan air tanaman irigasi”. Secara garis besar kebutuhan air tanaman yang dimaksud terdiri atas tanaman padi di sawah dan tanaman ladang dan tebu, defenisi praktis mengenai kebutuhan air tanaman, irigasi, faktor yang memengaruhi kebutuhan air, serta cara menghitung kebutuhan air tanaman.

Kebutuhan air tanaman adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal sehingga perhitungan kebutuhan air tanaman merupakan faktor penentu dalam mendesain bangunan dan saluran irigasi di suatu lahan Pertanian. Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evaporasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air tanah (Sosrodarsono dan Takeda, 2003). Kebutuhan air untuk pengolahan tanah ini

dapat berasal dari air hujan atau air irigasi. Biasanya kebutuhan air pengolahan tanah untuk tanaman musim penghujan lebih besar dari pada untuk tanaman musim gadu. Upaya yang dilakukan untuk mengairi lahan pertanian dikenal dengan istilah Irigasi. Pada dasarnya irigasi dilakukan dengan cara mengalirkan air dari sumbernya (danau/ sungai) menuju lahan pertanian, pemberian air yang dibutuhkan tanaman pada waktu, volume dan interval yang tepat (Haryati, 2014)

7.2 Kebutuhan Air

7.2.1 Kebutuhan air tanaman

Kebutuhan air tanaman atau kegiatan yang dilakukan untuk pemberian air secara teratur baik alami atau buatan pada tanah yang bertujuan untuk menjaga kelembaban tanah sehingga berguna bagi pertumbuhan tanaman. Kebutuhan air bagi tanaman didefenisikan sebagai tebal air yang dibutuhkan untuk memenuhi jumlah air yang hilang melalui evapotranspirasi suatu tanaman sehat, tumbuh pada areal yang luas, pada tanah yang menjamin cukup lengas tanah, kesuburan tanah, dan lingkungan hidup tanaman cukup baik sehingga secara potensial tanaman akan berproduksi secara baik (Purwanto and Ikhsan, 2018)

Kebutuhan air tanaman (CWR) mencakup total jumlah air yang digunakan dalam vapotranspirasi. FA (1984) kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai kedalaman air diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi dari tanaman, bebas penyakit , berkembang dalam berbagai bidang di bawah membatasi kondisi non–tanah. Termasuk tanah dan air kesuburan, dan pencapaian potensi output penuh di bawah mengingat lingkungan tumbuh. Kebutuhan air bagi tanaman didefinisikan sebagai tinggi atau tebal air yang dibutuhkan untuk memenuhi jumlah air yang hilang melalui evapotranspirasi suatu tanaman yang tumbuh pada areal yang luas,

Sistem pemberian air irigasi akan berpengaruh terhadap hasil dan kualitas produksi tanaman. Soemarno (2011) menyatakan bahwa kebutuhan air suatu tanaman dapat didefinisikan sebagai "jumlah air yang diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ET-tanaman) tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah yang tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu

Kebutuhan air pertanian/irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapontranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air tanah (Hadihardjaja dkk,1997). Tebal air yang dibutuhkan untuk memenuhi jumlah air yang hilang melalui evapotranspirasi suatu tanaman sehat, tumbuh pada areal yang luas, pada tanah yang menjamin cukup lengas tanah, kesuburan tanah dan lingkungan hidup tanah yang cukup baik.

Kebutuhan air untuk pengolahan tanah hasil penelitian di beberapa tempat sebagai berikut:

1. Di Malaysia diperlukan 200 mm selama 45 hari pengolahan tanah.

2. Di Filipina diperlukan (300 – 675) mm untuk tanah ringan sampai tanah berat selama periode 45-55 hari.

3. Di Jepang diperlukan 300 mm selama periode pengolahan tanah 10 hari (Wicknam 1974).

4. Di daerah Pemali Comal Indonesia diperlukan sekitar 10 mm tiap hari atau ± 1,12 l/dt/ha selama jangka waktu 26 hari (Darjadi – Partowijoto 1974).

5. Di daerah Pekalen Sumpean diperlukan sekitar (8,67 – 9,66) mm/hari atau 1,01 l/dt/ha dalam jangka waktu 29 hari (Sardjono dan Jumhana 1976).

7.2.2 Kebutuhan Air Irigasi:

Salah satu tujuan irigasi adalah pengaliran air secara teratur berdasarkan kebutuhan tanaman saat ketersediaan air pada tanah tidak mencukupi untuk pertumbuhan tanaman. Tujuan Irigasi adalah untuk. Tanaman dalam pertumbuhannya secara normal membutuhkan air selama musim tanam, mulai dari penyiapan lahan hingga pasca panen (Wahyuni, Kendarto and Bafdal, 2019).

Irigasi adalah menyalurkan air yang perlu untuk pertumbuhan tanaman ke tanah yang diolah dan mendistribusinya secara sistematis (Sosrodarsono dan Takeda, 2003). Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak (PP No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi).

7.2.3 Faktor yang Memengarui Kebutuhan Air Tanaman

Kebutuhan air irigasi untuk suatu areal tanaman dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain topografi, hidrologi, jenis tanaman, klimatologi, jenis tanah dan cara pemberian air (Kementrian PUPR, no date)

1. Topografi, keadaan topografi memengaruhi kebutuhan air tanaman.

Topografi Untuk lahan yang miring membutuhkan air yang lebih banyak daripada yang datar karena air akan lebih cepat mengalir menjadi aliran permukaan dan hanya sedikit yang mengalami infiltrasi.

dengan kata lain kehilangan air di lahan miring akan lebih besar.

2. Hidrologi, makin banyak curah hujan, makin sedikit kebutuhan air tanaman, hal ini dikarenakan hujan efektif akan menjadi besar

3. Klimatologi, tanaman tidak dapat bertahan dalam cuaca buruk. Dengan memperhatikan keadaan cuaca dan cara pemanfaatannya, maka dapat dilaksanakan penanaman tanaman yang tepat untuk periode yang tepat dan sesuai dengan keadaan tanah.

Menurut Yudhiafriansyah (2015) Faktor yang menentukan besarnya kebutuhan air irigasi untuk tanaman Jenis tanaman, jenis tanaman sangat menentukan jumlah kebutuhan airnya, misalnya tanaman padi dibandingkan tanaman lain misalnya palawija, jenis tanah, kehilangan air dan pemakaian air

7.2.4 Jenis Kehilangan Air

Dalam memperhitungkan kebutuhan air harus dipertimbangkan jenis kehilangan air menurut (Dirjen SDA, 2013):

1. Evaporasi

Evapotranspirasi Potensial (Potential Evapotranspiration) adalah evapotranspirasi yang terjadi apabila tersedia cukup air (dari pertisipasi atau irigasi) untuk memenuhi pertumbuhan optimum).

Sedangkan Evapotranspirasi Sesungguhnya (Actual Evapotranspiration) adalah evaporasi yang terjadi sesungguhnya, dengan kondisi pemberian air seadanya (Priyonugroho, 2016).

2. Curah hujan efektif

Kebutuhan Curah hujan efektif merupakan besaran curah hujan yang langsung dapat dimanfaatkan tanaman pada masa pertumbuhannya,

Dastene (1974) menyatakan bahwa curah hujan efektif adalah curah hujan yang jatuh selama periode pertumbuhan tanaman dan hujan itu berguna untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Menurut (Maftuah and Hayati, 2019) besarnya curah hujan ditentukan dengan 70% dari curah hujan rata – rata tengah bulanan dengan kemungkinan kegagalan 20% menggunakan Basic Year dengan rumus menggunakan Basic Year dengan rumus

a. Tanaman padi : Re=1/15 x 70% x R_80 (7.1) b. Tanaman Palawija: Re=1/15 x 70% x R_50 (7.2) Keterangan:

a. Re = Curah hujan efektif (mm)

b. R80 = Curah hujan probabilitas 80% (mm) c. R50 = Curah hujan probabilitas 50% (mm)

Tabel 7.1: Metode perhitungan curah hujan efektif (Probabilitas, 1987) No Formula Kode Keterangan

1. Blaney-Criddle (1950)

Re = 0.8 R – 25 Re = 0.6 R – 10

Re R

Bila R > 75 mm/bulan Bila R < 75 mm/bulan Curah hujan efektif mm/bulan Jumlah hujan bulanan dalam mm 2. Fukuda &

Tsutsul

Re = < 50 mm/hari 3. Dependable

Rainfall 80 %

1. Susun data curah hujan dari terbesar sampai terkecil

2. Hitung jumlah tahun data curah hujan

3. Curah hujan efektif = nilai curah hujan pada urutan ke 80% x Jumlah tahun

4. Analisis Probabilitas

Peluang (P) % = 100 m/(n + 1)

m = nomor posisi (rangking) dari suatu seri data yang telah tersusun besar ke kecil n = jumlah pengamatan

3. Pola tanam

Pola tanam merupakan bagian atau sub sistem dari sistem budidaya tanaman dengan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan untuk menghindari risiko kegagalan. Pola tanam adalah usaha penanaman monokultur atau polikultur tanaman pada se bidang lahan dengan mengatur susunan tata letak, urutan tanaman, pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama periode waktu tertentu. Pertanian monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman sejenis, misalnya padi saja atau jagung saja dengan tujuan untuk meningkatkan hasil pertanian. Sedangkan pola tanam polikultur adalah pola pertanian dengan banyak jenis tanaman pada satu bidang lahan yang tersusun dan terencana dengan menerapkan aspek lingkungan yang lebih baik.

4. Koefisien tanaman

Pengaruh karakteristik tanaman terhadap kebutuhan air tanaman diberikan oleh koefisien tanaman yang menghubungkan evapotranspirasi dengan evapotranspirasi tanaman. (Nurdin, 2015)

ETcrop = ETo . Kc (7.3)

Dengan: ETcrop = Evapotranspirasi tanaman acuan ETo = Evapotranspirasi

Kc = Koefisien tanaman

Nilai-nilai kc beragam dengan jenis tanaman, fase pertumbuhan tanaman, musim pertumbuhan, dan kondisi cuaca yang ada. Koefisien tanaman yang dipakai didasarkan pada pengalaman yang terus menerus di suatu daerah irigasi.

Tabel 7.2: Koefisien berbagai tanaman palawija (Kriteria Perencanaan Irigasi, KP 01.)

Setengah bulan ke

Koefisien Tanaman Kedelai Jagung Kac

Tanah

Bawang Buncis Kapas 1

2 3 4 5

0,50 0,75 1,00 1,00 0,82

0,50 0,59 0,96 1,05 1,02

0,50 0,51 0,66 0,85 0,95

0,50 0,51 0,69 0,90 0,95

0,50 0,64 0,89 0,95 0,88

0,50 0,50 0,58 0,75 0,91

6 7 8 9 10 11 12 13

0,45 - - - - - - -

0,95 - - - - - - -

0,95 0,55 0,55 - - - - -

- - - - - - - -

- - - - - - - -

1,04 1,05 1,05 1,05 0,78 0,65 0,65 0,65 Tabel 7.3: Koefisien Tanaman Tebu (Kriteria Perencanaan Irigasi, KP 01.)

Umur Tanaman

Tahap Pertumbuhan

RH < 70 % ( min) RH < 20 % ( min)

12 bulan

24 bulan

Angin kecil s/d

sedang

Angin kencang

Angin kecil s/d

sedang

Angin kencang 0 – 1

1 – 2 2 – 2,5 2,5 – 4 4 – 10 10 – 11 11 – 12

0 - 2,5 2,5 – 3,5 3,5 – 4,5 4,5 – 6 6 – 17 17 – 22 22 - 24

Saat tanam s/d 0,25 rimbun 0,25 – 0,50 rimbun 0,50 – 0,75 rimbun

0,75 – rimbun Penggunaan air

puncak Awal berbunga Menjadi masak

0,35 0,8 0,9 1,0 1,05

0,8 0,6

0,6 0,85 0,95 1,1 1,25 0,95 0,7

0,4 0,75

0,9 1,1 1,25 0,95 0,7

0,45 0,8 1,0 1,2 1,3 1,05 0,75

5. Perkolasi dan rembesan

Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Laju perkolasi normal pada tanah lempung sesudah dilakukan penggenangan berkisar antara 1 mm/hr sampai 3 mm/hr. Di daerah-daerah miring perembesan dari sawah ke sawah dapat mengakibatkan banyak kehilangan air. Di daerah-daerah dengan kemiringan di atas 5%, paling tidak akan terjadi kehilangan 5 mm/hari akibat perkolasi dan rembesan.

6. Penyiapan lahan

Penyiapan lahan adalah kegiatan untuk mengkondisikan lahan agar menjadi lebih cocok untuk pertumbuhan tanaman yang baik, menurut (Maftuah and Hayati, 2019)Penataan lahan dimaksudkan untuk memberikan kondisi tanah dan lingkungan yang optimal untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Jangka waktu yang dianjurkan

untuk penyiapan lahan adalah 1,5 bulan untuk petak tersier, jika penyiapan lahan dengan peralatan mesin dipertimbangkan 1 bulan Kebutuhan air untuk pengolahan lahan sawah (puddling) 200 mm.

meliputi penjenuhan (presaturation) dan penggenangan sawah; pada awal transplantasi akan ditambahkan lapisan air 50 mm lagi. Angka 200 mm untuk tanah bertekstur berat, jika lahan itu belum berair (tidak ditanami) selama lebih dari 2,5 bulan. Maka dibiarkan berair lebih lama lagi, kebutuhan air untuk penyiapan lahan 250 mm termasuk kebutuhan air untuk persemaian.

7. Efisiensi Irigasi

Efisiensi irigasi adalah perbandingan antara jumlah air yang diberikan dikurangi kehilangan air dengan jumlah yang diberikan. Efisiensi pada penampungan adalah perbandingan antara banyaknya air yang tertampung oleh zone perakaran terhadap besarnya tambahan kebutuhan air yang tertampung oleh zone perakaran terhadap besarnya tambahan kebutuhan air di zone akar tanaman. (Fitria, 2013) Efisiensi irigasi secara umum mempunyai pengertian sebagai perbandingan antara jumlah air yang masuk ke dalam lahan pertanian dengan jumlah yang keluar dari pintu pengambilan yang dinyatakan dengan % . Ei=Es/100 Ec/100 Ea/100=(We+Wi- Re)/Wi x 100% (7.4) Di mana:

Ei = Efisiensi irigasi

Es = Efisiensi penampungan Ea = Efisiensi pemakaian

Wet = Volume air yang diperlukan Re = Curah hujan efektif

Wi = Volume air yang diberikan pada saluran

Efisiensi yaitu ketepatan cara dalam menjalankan kedayagunaan kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat. Efisiensi dalam saluran irigasi dibagi menjadi tiga,yaitu efisiensi tempat penampungan,efisiensi saluran dan efisiensi pemakaian. Setiap penggunaan saluran irigasi akan memperhitungkan kedayagunaan saluran tersebut. karena air yang dialirkan pada daerah irigasi akan tepat guna atau sampai ke sawah tanpa adanya kendala-kendala dan

tidak banyak kehilangan air.Oleh karena itu dibutuhkan bangunan irigasi yang efektif dan efisien.

8. Rotasi/Golongan

Menurut (Lenry Rahman, Fauzi and Sujatmoko, 2019)Metode rotasi/golongan irigasi adalah apabila kebutuhan air irigasinya besar sementara air yang tersedia kurang atau jumlah air yang tersedia cukup terbatas kebutuhan air sangat besar maka perlu dilakukan pemberian air secara sistem rotasi (bergilir) atau sistem golongan dapat mengurangi kebutuhan puncak air irigasi. Pemberian air tanaman akan diberikan sesuai perencanaan, waktu giliran ideal 2 - 3 hari dan tidak boleh lebih dari satu minggu karena akan berpengaruh terhadap per tumbuhan tanaman. Idealnya satu daerah irigasi dibagi menjadi 3 - 5 golongan dengan jarak waktu tanam dua sampai tiga minggu.

7.3 Analisis Kebutuhan Air

Untuk mengetahui besarnya kebutuhan air pertanian digunakan tiga tahap perhitungan, yaitu kebutuhan air konsumtif (Crop Water Requirement), kebutuhan air petak sawah (Farm water Requirement) dan kebutuhan air untuk seluruh pertanian (Project Water Requirement). Kebutuhan air pada lahan pertanian ditentukan oleh faktor penyiapan lahan, penggunaan konsumtif, perkolasi dan kehilangan air selama penyaluran.(Akhmad Faishal, 2015).

Analisa kebutuhan air tanaman menggunakan software Cropwat 8.0, Menurut (Maigiska, Nurhayati and Umar, 2018), data yang harus tersedia: debit andalan rata-rata probabilitas 80%, debit minimum , debit maksimum serta kebutuhan air. maksimum.(Lampiran 2)

7.3.1 Tanaman Padi

Kebutuhan air sawah untuk padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut: a.

Penyiapan lahan b. Penggunaan konsumtif c. Perkolasi dan rembesan d.

Penggantian lapisan air e. Curah hujan efektif.(Priyonugroho, 2016). Kondisi tanah untuk tanaman padi sawah boleh dikatakan selalu dalam keadaan jenuh air, dan diperlukan penggenangan. Keseimbangan air di petak sawah dapat dituliskan sebagai berikut (Van De Goor 1968).

Is + Re + Ig = S + ET + P + O.S. (7.5) Is = air irigasi yang dimasukkan ke petakan sawah

Re = curah hujan efektif

Ig = air rembesan dari petak lain

S = air yang tersedia dalam tanah atau di permukaan tanah yaitu air untuk penjenuhan tanah dan penggenangan.

ET = evapotranspirasi

P = perkolasi baik perkolasi vertical ke bawah maupun perkolasi ke samping

OS = air yang keluar dari petak sawah

Gambar 7.1: Bagan keseimbangan air pada petak sawah

Besarnya kebutuhan air untuk pertumbuhan padi dipengaruhi oleh beberapa faktor: jenis tanaman, umur tanaman, tekstur dan struktur tanaman, iklim dan cara pemberian airnya. Menurut Akhmad Faishal, (2015) kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman padi sawah. Kebutuhan air untuk pertumbuhan padi sawah terdiri atas: kebutuhan air untuk Evapotranspirasi, kebutuhan air untuk perkolasi, air yang keluar dari petak sawah, air yang diperlukan untuk penggenangan.

Tabel 7.4: Hasil percobaan kebutuhan air tanaman padi di daerah (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi)

Daerah Masa Kebutuhan air

Filipina Evapotranspirasi pertumbuhan Berbunga

Periode pemasakan

4,3 mm/hari (awal)

7,5 mm/hari 5,7 mm/hari Desa Kalirandu Sub

Prosida Pemali Comal

Evapotranspirasi perkolasi 6,14 mm/hari 0,65 mm/hari Daerah Sub Prosida

Ciujung

evapotranspirasi periode pertumbuhan

vegetatif reproduktif pemasakan

4,14 mm/hari 6,41 mm/hari 4,89 mm/hari laju perkolasi rata-rata 0,55 mm/.hari

7.3.2 Tanaman Palawija

(Akhmad Faishal, 2015)Sistem pemberian air irigasi untuk tanaman palawija biasanya, dilakukan untuk membasahi tanah dalam waktu beberapa jam kemudian air irigasi dihentikan kemudian diberikan air lagi beberapa hari berikutnya. Cara lain dengan sistem “furrow irrigation”, air dialirkan melalui sela-sela gulu dan tanaman. Untuk tanaman palawija perlu diberi drainase, terutama bila banyak hujan karena bila tanaman lama tergenang akan busuk akar dan mati.

Tabel 7.5: Kebutuhan air beberapa tanaman palawija (..):

Jenis Tanaman

Masa Kebutuhan Air

Jagung pengolahan tanah 60 – 20 mm

pertumbuhan tanaman 170 –220 mm kebutuhan air rata-rata 1,14 – 1,35 mm/hari kebutuhan air pada musim

semi

2,2 – 2,6 mm/hari,

Maksimum (6,0 mm/hari) kebutuhan air pada musim

gugur

1,3 – 2,9 mm/hari Maksimum (4,5 mm/hari)

Kentang pertumbuhan tanaman 170 –220 mm

kebutuhan air rata-rata 1,14 – 1,35 mm/hari pemberian air irigasi rata-rata setiap kali 40 – 60 mm Kacang Tanah pertumbuhan musim semi 240 – 400 mm pertumbuhan musim gugur 160 – 200 mm kebutuhan air harian musim

semi

2,6 – 3,1 mm, maksimum 5,6 mm

kebutuhan air harian musim gugur

1,3 – 1,5 mm, maksimum 2,9 mm

pemberian air irigasi musim semi 5-7 kali musim gugur 2- 4 kali

Kedelai pertumbuhan musim semi 320 mm

pertumbuhan musim panas 320 mm pertumbuhan musim gugur 150 mm kebutuhan air harian musim

semi

2,4 – 3,4 mm, maks 4,7 mm

kebutuhan air harian musim panas

2,4 – 3,2 mm, maks 4,5 mm

kebutuhan air harian musim gugur

1,8 mm, maks 3,3 mm Perbandingan pemberian air untuk masing-masing tanaman tersebut sebagai dasar perhitungan untuk menentukan pola tanaman dan luas areal untuk masing- masing jenis tanaman tersebut terutama pada musim kemarau. Atau adanya giliran tanaman tebu untuk daerah-daerah yang sering ditanami tebu.

Tabel 7.6: Perbandingan pemberian air tersebut di dasarkan tiga jenis tanaman padi sawah, tebu dan palawija di beberapa daerah

Pemberian Air Perbandingan padi, tebu, palawija

Daerah Medium 3: 1 ½: 1.

Daerah Besuki 2: 1: 1

Daerah Banyuwangi 3: 1: 1

Daerah Pekalongan 4: 1 ½:1

7.3.3 Tanaman Tebu

Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan bahan baku dalam pembuatan gula. Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan masalah utama ketersediaan air baik kekurangan (kekeringan) maupun kelebihan (drainase buruk). Curah hujan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produktivitas tebu sangat tinggi (Tim Pengembangan Materi LPP, 2015) dalam (Priyonugroho, 2016).

Tebu merupakan tanaman yang membutuhkan unsur hara dalam jumlah tinggi agar dapat tumbuh optimum. Tanaman tebu membutuhkan 9 bulan dengan tingkat kecukupan air sebelum memasuki periode kemasakan sehingga waktu tanam sangat berpengaruh pada tanaman baru (PC). Menurut Jumlah air yang dibutuhkan untuk mengairi pada fase awal tumbuh lebih sedikit dibanding mengairi pada fase pemanjangan batang. Efisiensi penggunaan air pada kondisi air tanah 80% di berbagai wilayah di dunia dilaporkan oleh FAO sebesar 5-8 kg tebu/m3 air dan 0,6-1 kg sukrosa/m3 air.

7.3.4 Tanaman Sayuran

Air irigasi harus diberikan sesuai dengan jumlah dan waktu tanaman membutuhkan air (Salokhe, Babel, & Tantau, 2005). Pemberian air yang tidak sesuai pada tanaman akan menyebabkan sayuran mati dan jika berlebihan akan pembusukan akar (Yanto, Tusi, & Triyono, 2014).

Penelitian yang dilakukan Fauziah, Susila, & Sulistyono (2016) menunjukkan, pemberian air melalui irigasi hemat air memberikan pengaruh terhadap hasil produksi tanaman dibandingkan pemberian air irigasi konvensional. Penerapan irigasi hemat air telah banyak diterapkan untuk budidaya sayuran di antaranya

dalam bentuk irigasi alur (furrow irrigation), irigasi tetes (drip irrigation) dan irigasi pancar (sprinkler irrigation) (Dewi, Setiawan and Waspodo, 2017) Kebutuhan air irigasi tanaman di fase vegetatif terus mengalami peningkatan kebutuhan air, hal ini dikarenakan tanaman membutuhkan air sangat banyak pada saat tanaman berada pada fase vegetatif, yang mana pada saat fase vegetatif tanaman akan intensif pada pertumbuhan akar, batang dan daun yang mengakibatkan air yang dikonsumsi oleh tanaman lebih besar (Putra, Tika and Gunadnya, 2019).

Tabel 7.7: Kebutuhan Air Tanaman beberapa sayuran Jenis

Tanaman

Waktu Kebutuhan Air

Tomat masa pertumbuhan 400 - 600 mm Kentang masa pertumbuhan 500-700 mm Cabai Fase vegetative 200 ml/hari/tanaman

fase generative 400 ml/hari/tanaman.

kebutuhan air tertinggi berada pada saat tanaman cabai rawit berumur 75 hari setelah tanam

7.3.5 Tanaman Rumput

Pengaruh iklim terhadap kebutuhan air tanaman diberikan oleh ETo (evapotranspirasi tanaman referensi), yaitu laju evapotranspirasi dari permukaan berumput luas setinggi 8-15 cm, rumput hijau yang tingginya seragam, tumbuh aktif, secara lengkap mengenai permukaan tanah dan tidak kekurangan air, tinggi tanaman rumput penelitian ini diduga karena curah hujan yang sedikit selama penelitian yaitu 35,5 mm atau disebut bulan kering karena di bawah 100 mm (BMG, 2009). Penyiraman yang dilakukan 2 kali per hari belum cukup untuk memenuhi kebutuhan air untuk pertumbuhan. Ketersediaan air dalam tanah sangat membantu untuk transportasi (Seseray dkk, Jurnal Ilmu Peternakan) unsur-unsur hara dari dalam tanah ketanaman agar tercapai pertumbuhan yang optimal

Dalam dokumen Full Book Sistem Irigasi dan Bangunan Air (Halaman 103-107)