• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi Keinovatifan Guru PAUD

Dalam dokumen guru paud inovatif - Repository Unpak (Halaman 43-51)

BAB II KEINOVATIFAN GURU PAUD

C. Optimalisasi Keinovatifan Guru PAUD

belum melakukan inovasi dalam pembelajaran masih tinggi. Masih banyaknya guru yang tidak mengkaji ulang model pembelajaran baru di setiap awal semester 80% karena memang diperlukan waktu dan tenaga yang berlebih untuk melakukannya dan ini sangat berkaitan dengan motivasi kerja guru. Guru yang tidak menggunakan bentuk baru dalam penugasan bervariasi kepada siswanya 77%.

Guru yang tidak mensosialisasikan model pembelajaran baru kepada guru-guru lainnya berkisar 75% karena terhambat adanya kendala fasilitas yang dimiliki sekolah belum memadai dan juga padatnya jam pelajaran sehingga guru-guru sibuk dan tidak memiliki banyak waktu. Guru yang tidak meningkatkan daya tarik media pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi siswa adalah 70%

karena ini memerlukan kemampuan kreativitas guru dalam meningkatkan mutu sekolah. Ini kemungkinan disebabkan guru tidak memiliki kemampuan berinovasi. Guru yang tidak memiliki gagasan baru dalam menyusun RPP sesuai dengan kebutuhan siswanya 64%, meskipun kenyataannya guru tersebut

sudah pernah mengikuti pelatihan penyusunan RPP setiap semester.

Namun hasil dari pelatihan tersebut tidak diterapkan untuk meningkatkan kualitas siswanya atau didesiminasikan kepada guru lainnya. Guru yang tidak memperbaharui media pembelajaran lama untuk meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran di kelas sebanyak 55% karena bisa jadi guru terlalu sibuk dengan dirinya dan tidak memiliki banyak waktu untuk membuat media pembelajaran yang baru atau memperbaiki media pembelajaran yang lama. Guru yang tidak memperagakan contoh desain kelas bervariasi yang baru kepada guru-guru lainnya 55%

karena ini membutuhkan kreativitas dan kompetensi pedagogik guru yang baik.

Indikasi-indikasi permasalahan di atas dianggap menjadi tolak ukur bahwa masih rendahnya keinovatifan guru Paud. Guru cenderung tidak memiliki gagasan dan ide untuk mengembangkan pola pembelajaran di kelas, pembuatan media dan alat peraga pembelajaran yang baru, penataan dan pengelolaan kelas yang menyenangkan dan tidak

monoton atau membosankan. Guru kurang motivasi dan tidak mampu bersinergi dengan guru lainnya dalam membuat alat permainan baru dan bermain peran yang dapat merangsang kreativitas siswa. Guru juga tidak memiliki kemampuan mensosialisasikan hasil inovasinya kepada guru-guru yang lain.

Meskipun ada dukungan fasilitas dan arahan- arahan yang diberikan oleh atasan, semuanya terpulang pada sikap dan kemampuan serta motivasi guru untuk menunjukkan profesionalitasnya dan keinovatifannya. Informasi-informasi dari data awal merupakan penilaian guru dalam mengembangkan keinovatifannya. Budaya kerja dapat mempengaruhi sikap atau perilaku seseorang dalam menjalankan pekerjaannya pada suatu organisasi sekolah.

Adapun faktor-faktor yang diduga menghambat dan menyebabkan rendahnya keinovatifan guru diantaranya: manajemen dari lembaga paud itu sendiri seperti perencanaan, pengelolalan, monitoring dan evaluasi terhadap guru-gurunya belum diberlakukan maksimal. Ketidakjelasan visi dan norma -norma organisasi Paud yang membuat guru tidak mampu

mengembangkan ide baru dalam kegiatan pembelajaran. Ketidakmampuan perencanaan dan pengelolaan organisasi memberikan fasilitas dan peluang kepada guru dalam mengembangkan potensi pengetahuan dan ketrampilannya dalam bentuk pelatihan dan magang.

Semua itu karena tidak adanya monitoring dari organisasi Paud yang dapat mendorong keinovatifan guru dalam mengembangkan berbagai pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar kompetensinya sebagai guru. Kurangnya penghargaan dari organisasi Paud terhadap prestasi yang sudah dilakukan guru dalam mengembangkan metode dan teknik pembelajaran atau kegiatan pembelajaran lainnya.

Kepemimpinan kepala sekolah berperan penting dalam mengarahkan, memberdayakan potensi guru dan memotivasi serta memberikan inspirasi kepada guru dalam menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting dalam penerapan kurikulum dan

menggunakan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Kurangnya perhatian kepala sekolah dalam memberikan tantangan dan dukungan kepada guru dalam mengelola kelas secara efektif tanpa mendominasi atau guru sibuk dengan kegiatannya sendiri sehingga semua waktu peserta didik tidak termanfaatkan secara produktif.

Motivasi kerja guru berperan penting dalam keinovatifan guru karena dorongan dari dalam untuk mengembangkan diri, berinovasi dalam membuat ide- ide baru untuk pengembangan pembelajaran di kelas, pengelolalan kelas yang kondusif dan kreatif akan menambah produktivitas guru dan anak didik. Ketika guru memiliki motivasi yang kuat untuk berkembang maka dia pun akan memotivasi anak didiknya dalam belajar. Guru harus dapat memanfaatkan potensinya dalam menggunakan alat bantu mengajar, media pembelajaran, sumber pembelajaran baik berupa alat peraga maupun audio‐visual dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Hal ini juga berpengaruh pada kemampuan guru untuk menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program pembelajaran yang mendukung siswa mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka. Guru harus mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru diharapkan mampu memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada komentar atau pertanyaan peserta didik.

Selain uraian budaya organisasi, kepemimpinan transformasional, dan motivasi kerja guru Paud tersebut di atas; masih banyak faktor-faktor lain yang diduga berhubungan dengan rendahnya keinovatifan guru diantaranya faktor kepuasan kerja (job satisfaction) yang mencerminkan keadaan guru yang merasa tidak puas dengan penghasilan yang diperolehnya sehingga dia tidak termotivasi untuk mengembangkan dirinya.

Guru yang pasif, tidak memiliki kreativitas dan minat terhadap pekerjaannya. Situasi tempat kerja yang tidak kondusif, dukungan dan arahan kepemimpinan kepala sekolah yang kurang, kerjasama antara pimpinan dengan sesama guru, kerjasama dengan sesama guru, perbedaan dalam kemampuan intelektualitas dan profesional, dan pengawasan administratif bagi guru yang kurang inovatif.

Guru sebagai salah satu unsur pelaksana pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan mutu serta pencapaian tujuan pendidikan nasional. Keberhasilan pendidikan di sekolah dalam proses pembelajaran terletak pada keinovatifan guru yang teraktualisasi melalui produk dari hasil kerjanya.

Keinovatifan guru diyakini sebagai salah satu faktor dominan yang dapat menentukan tingkat keberhasilan anak didik dalam melakukan transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta internalisasi etika dan moral dalam menuju masyarakat madani. Dengan kata lain bahwa keberhasilan anak didik dalam menjalani kehidupan

selanjutnya sebagian besar ditentukan oleh produktivitas kerja guru. Keinovatifan guru dianggap penting dalam meningkatkan mutu lulusan peserta didik. Semakin produktif guru berinovasi akan semakin memungkinkan tercapainya tujuan proses pembelajaran di sekolah secara efektif dan efesien.

Dalam dokumen guru paud inovatif - Repository Unpak (Halaman 43-51)