• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KELEMAHAN-KELEMAHAN REGULASI SANKSI UANG PENGGANTI TINDAK PIDANA KORUPSI BELUM BERBASIS

F. Orisinalitas

sesuai topik atau dikatakan wawancara terbuka.42Wawancara dilakukan dengan Kurnia Ramadhana peneliti dari Indonesia Corruption Watch 6. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah analisis data secara kualitatif, yakni dimana data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis sehingga akan diperoleh gambaran yang komperhensif, dimana nantinya data akan dipaparkan secara deskriptif, dengan harapan dapat diperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai permasalahan yang diteliti.43

No Judul Penul is

Temuan Kebaruan

Penelitian Promovendus 1 Reformulasi Yogi Yasa Wedha Adanya kekaburan Merekontruksi Pasal

Penyitaan Harta Program Studi norma pada Frase 18 Ayat (2) Undang- Tersangka Doktor Ilmu Hukum kata “dapat” di Pasal Undang Tindak Tindak Pidana Fakultas Hukum 18 ayat (2) UU Pidana Korupsi,

Korupsi Universitas Udayana PTPK mengakibatkan para

Sebagai Solusi mengakibatkan koruptor yang tidak

Dalam pelaksanaan sita mampu

Pemenuhan eksekusi untuk mengembalikan

Eksekusi pemenuhan kerugian keuangan

Pembayaran pembayaran uang negara dengan jangka

Uang Pengganti pengganti tidak waktu tersebut.

berjalan sesuai yang Selain itu, ketentuan dikehendaki bahkan Pasal 18 Ayat (3) UU illusoir/hampa. Tipikor, juga

Karenanya Reformu memberikan ruang lasi penyitaan persp kepada hakim untuk ektif ius constituen mensubsiderkan dum seyogyanya pidana uang segera dilakukan s pengganti dengan ebagai langkah an pidana penjara.

tisipasif untuk me Akibatnya, para nyelamatkan atau koruptor cenderung mencegah lebih memilih pidana berpindah/hilangnya penjara daripada harta kekayaan milik pidana uang tersangka. Ketiga, pengganti, karena Dilakukan penyitaan subsider yang

harta benda dijatuhkan dibawah 1 tersangka tindak (satu) tahun. Dengan pidana korupsi pada pengaturan seperti tahap penyidikan itu, mengakibatkan setidaknya untuk d eksistensi UU ua kepentingan yait Tipikor tidak sejalan

u asset recovery da n sebagai jaminan pemenuhan pembayaran uang pengganti.

dengan

pembentukannya yakni sebagai Lex Specialis dalam pemberantasan tindak korupsi yang

dianggap sebagai extraordinary crimes 2 Rekonstruksi

Regulasi Pemidanaan Suap Dalam Kasus Pidana Korupsi Yang Berbasis Nilai Keadilan

Tutuko Wahyu Minulyo Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang 2022

Penambahan Pasal 6A Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo. Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Merekontruksi Pasal 18 Ayat (2) Undang- Undang Tindak Pidana Korupsi, mengakibatkan para koruptor yang tidak mampu

mengembalikan Korupsi, yang kerugian keuangan membedakan antara negara dengan jangka gratifikasi dan suap waktu tersebut.

Selain itu, ketentuan Pasal 18 Ayat (3) UU Tipikor, juga

memberikan ruang kepada hakim untuk mensubsiderkan pidana uang pengganti dengan pidana penjara.

Akibatnya, para koruptor cenderung lebih memilih pidana penjara daripada pidana uang pengganti, karena subsider yang

(satu) tahun. Dengan pengaturan seperti itu, mengakibatkan eksistensi UU Tipikor tidak sejalan dengan

pembentukannya yakni sebagai Lex Specialis dalam pemberantasan tindak korupsi yang

dianggap sebagai extraordinary crimes 3 Rekonstruksi

Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Hukum Progresif

Suhartanto

Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang 2020

Pertimbangan hukum putusan pengadilan tindak pidana korupsi saat ini masih terdapat perbedaan penafsiran dalam penerapan Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Pertimbangan hukum putusan pengadilan tindak pidana korupsi tersebut masih merupakan

pertimbangan hukum

Merekontruksi Pasal 18 Ayat (2) Undang- Undang Tindak Pidana Korupsi, mengakibatkan para koruptor yang tidak mampu

mengembalikan kerugian keuangan negara dengan jangka waktu tersebut.

Selain itu, ketentuan Pasal 18 Ayat (3) UU Tipikor, juga

memberikan ruang kepada hakim untuk mensubsiderkan pidana uang pengganti dengan pidana penjara.

Akibatnya, para koruptor cenderung lebih memilih pidana penjara daripada

yang mendasarkan pada pemikiran positivistiklegalistik yang lebih

mengedepankan kepastian hukum daripada keadilan.

Putusan pengadilan tindak pidana korupsi belum mencerminkan putusan yang

progresif, sehingga belum mencerminkan keadilan substansial.

pidana uang pengganti, karena subsider yang

dijatuhkan dibawah 1 (satu) tahun. Dengan pengaturan seperti itu, mengakibatkan eksistensi UU Tipikor tidak sejalan dengan

pembentukannya yakni sebagai Lex Specialis dalam pemberantasan tindak korupsi yang

dianggap sebagai extraordinary crimes G. Sistematika Penulisan

Sesuai dengan sistematika penulisan, disertasi disusun sistematis dalam enam bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, dalam bab ini di uraikan tentang tentang: Latar Belakang Masalah; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian;

Kegunaan Penelitian; Kerangka Konseptual; Kerangka Teori;

Kerangka Pemikiran; Metode Penelitian; Originalitas Disertasi; serta Sistematika Penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka, dalam bab ini menguraikan tentang teori- teori yang berhubungan dengan materi penelitian, dari teori tersebut dimaksudkan untuk memberi gambaran dan

pandangan secara umum tentang materi penelitian akan digunakan sebagai landasan dasar analisis.

BAB III Bab ini merupakan analisis dan pembahasan dari rumusan masalah yang pertama terkait dengan Mengapa regulasi sanksi uang pengganti tindak pidana korupsi belum berbasis nilai keadilan, dengan sub pokok bahasan yang terkait sebagai uraian bahasan rumusan masalah yang pertama

BAB IV Bahasan pada bab ini menguraikan pokok bahasan dari rumusan masalah kedua yakni mengenai kelemahan- kelemahan regulasi sanksi uang pengganti tindak pidana korupsi belum berbasis nilai keadilan, dengan sub pokok bahasan yang terkait sebagai uraian bahasan rumusan masalah yang kedua.

BAB V Bahasan pada bab ini menguraikan pokok bahasan dari rumusan masalah ketiga yakni rekontruksi regulasi sanksi uang pengganti tindak pidana korupsi berbasis nilai keadilan, dengan sub pokok bahasan yang terkait sebagai uraian bahasan rumusan masalah yang ketiga.

BAB VI Sebagai bab terakhir berupa penutup, dalam bab ini disusun tentang kesimpulan dari permasalahan dalam rumusan masalah, saran, serta Implikasi Kajian Disertasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTTAKA

A. Tinjauan Umum Tindak Pidana