• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paradigma Ilmu Ekonomi Modern

Dalam dokumen Etika Bisnis Dan Profesi (Halaman 106-115)

tidak dapat dipisahkan dari ekonomi global yang saling terhubung. Perdagangan internasional, investasi asing, arus modal, dan aliran informasi menjadi elemen penting dalam hakikat ekonomi yang melintasi batas-batas nasional. 6) Peran Pemerintah: Hakikat ekonomi juga mencakup peran pemerintah dalam mengatur dan mengendalikan aktivitas ekonomi. Pemerintah memiliki peran dalam mengatur kebijakan fiskal, kebijakan moneter, peraturan bisnis, perlindungan konsumen, dan kebijakan lainnya yang mempengaruhi kegiatan ekonomi dalam rangka mencapai tujuan tertentu, seperti pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan stabilitas.

Hakikat ekonomi mencerminkan kompleksitas dan keragaman aspek yang melibatkan produksi, alokasi, distribusi, konsumsi, serta interaksi dan pengaruh antara berbagai entitas dalam sistem ekonomi. Dengan memahami hakikat ekonomi, kita dapat mengembangkan kerangka pemahaman yang lebih komprehensif tentang bagaimana kegiatan ekonomi beroperasi dan berdampak dalam masyarakat.

B.

B.B.

B.

paradigma utama dalam ilmu ekonomi modern. Paradigma ini didasarkan pada pendekatan mikroekonomi dan memfokuskan analisis pada perilaku individu dan interaksi di pasar.

Berikut ini adalah beberapa karakteristik utama dari paradigma neoklasik: 1) Rasionalitas dan Utilitas: Paradigma neoklasik mengasumsikan bahwa individu bertindak secara rasional dalam memaksimalkan utilitas atau kepuasan mereka. Individu dianggap memiliki preferensi yang jelas dan memilih tindakan yang paling menguntungkan bagi mereka berdasarkan informasi yang tersedia. 2) Penawaran dan Permintaan Pasar: Paradigma neoklasik menekankan pada konsep penawaran dan permintaan di pasar. Penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang produsen bersedia dan mampu tawarkan pada berbagai tingkat harga. Permintaan adalah keinginan dan kemampuan konsumen untuk membeli barang atau jasa pada tingkat harga tertentu. Interaksi antara penawaran dan permintaan menentukan harga pasar dan kuantitas yang diproduksi. 3) Keuntungan dan Efisiensi:

Paradigma neoklasik menganggap bahwa perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan mereka dengan memproduksi barang dan jasa yang menghasilkan pendapatan lebih tinggi daripada biaya produksi. Keuntungan dianggap sebagai motivasi utama dalam aktivitas ekonomi.

Paradigma ini juga menekankan efisiensi alokasi sumber daya, yaitu penggunaan sumber daya yang terbatas dengan cara yang paling efisien untuk mencapai hasil yang maksimal.

4) Pasar yang Bersaing: Paradigma neoklasik mengasumsikan adanya pasar yang bersaing sebagai kondisi ideal. Persaingan di pasar dianggap sebagai mekanisme yang efisien untuk mengatur harga dan alokasi sumber daya. Dalam kondisi pasar yang bersaing, harga dipengaruhi oleh kekuatan penawaran dan permintaan, dan produsen serta konsumen

memiliki kebebasan untuk masuk dan keluar dari pasar. 5) Keseimbangan Pasar: Paradigma neoklasik berfokus pada analisis keseimbangan pasar, yaitu keadaan di mana penawaran dan permintaan sejalan, sehingga tidak ada kelebihan penawaran atau permintaan. Keseimbangan pasar ditentukan oleh harga yang menghasilkan kuantitas yang diminta sama dengan kuantitas yang ditawarkan. 6) Interaksi Pasar yang Voluntaristik: Paradigma neoklasik mengasumsi- kan bahwa interaksi di pasar adalah sukarela dan didasarkan pada keputusan individu untuk memaksimalkan utilitas atau keuntungan pribadi mereka. Konsep kebebasan berkontrak dan kebebasan individu dalam membuat keputusan ekonomi sangat penting dalam paradigma ini.

Paradigma neoklasik telah memberikan kerangka kerja yang kuat bagi analisis ekonomi dan menjadi dasar pemahaman ekonomi mainstream. Meskipun demikian, pendekatan ini juga telah dikritik karena asumsi yang terlalu sederhana tentang perilaku manusia, ketidakmampuan untuk menjelaskan ketidaksempurnaan pasar, dan pengabaian terhadap aspek sosial dan institusional dalam aktivitas ekonomi.

Keynesian: Paradigma Keynesian didasarkan pada pemikiran ekonom John Maynard Keynes dan berkembang sebagai respons terhadap Depresi Besar pada tahun 1930-an.

Pendekatan ini menekankan peran pemerintah dalam mengatur aktivitas ekonomi, terutama melalui kebijakan fiskal dan moneter, untuk mengatasi ketidakseimbangan ekonomi, seperti pengangguran dan resesi. Keynesianisme menganggap bahwa pasar tidak selalu efisien dan pemerintah harus campur tangan untuk mengatasi kelemahan pasar.

Paradigma Keynesian, yang didasarkan pada pemikiran ekonom John Maynard Keynes, merupakan salah satu

paradigma utama dalam ilmu ekonomi modern. Paradigma ini muncul sebagai respons terhadap krisis ekonomi besar seperti Depresi Besar pada tahun 1930-an. Berikut ini adalah beberapa karakteristik utama dari paradigma Keynesian: 1) Peran Pemerintah: Paradigma Keynesian menekankan peran pemerintah dalam mengatur aktivitas ekonomi. Keynes berpendapat bahwa pasar bebas tidak selalu mengarah pada keseimbangan penuh dan dapat mengalami kegagalan, khususnya dalam situasi ketidakseimbangan ekonomi seperti pengangguran tinggi atau resesi. Oleh karena itu, pemerintah harus terlibat dalam mengatur dan mempengaruhi aktivitas ekonomi melalui kebijakan fiskal dan moneter. 2) Kebijakan Fiskal: Paradigma Keynesian menganjurkan penggunaan kebijakan fiskal untuk mengatasi ketidakseimbangan ekonomi. Kebijakan fiskal melibatkan pengeluaran dan pendapatan pemerintah, termasuk pengeluaran publik dan perubahan dalam tingkat pajak. Keynes berpendapat bahwa dalam periode resesi atau ketidakseimbangan ekonomi, pemerintah harus meningkatkan pengeluaran publik atau mengurangi pajak untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi pengangguran. 3) Kebijakan Moneter:

Paradigma Keynesian juga mengakui peran kebijakan moneter dalam mengatasi ketidakseimbangan ekonomi.

Menurut Keynes, bank sentral dapat menggunakan kebijakan moneter untuk mempengaruhi tingkat suku bunga dan likuiditas dalam upaya untuk merangsang investasi dan mengatasi masalah likuiditas di pasar. Peningkatan pasokan uang atau penurunan suku bunga dapat mendorong aktivitas ekonomi dan mengurangi pengangguran. 4) Permintaan Efektif: Salah satu konsep sentral dalam paradigma Keynesian adalah konsep permintaan efektif. Keynes berpendapat bahwa tingkat pengeluaran agregat dalam masyarakat dapat mempengaruhi tingkat produksi dan pengangguran. Dalam

situasi di mana permintaan agregat rendah, Keynesianisme menganjurkan stimulus ekonomi melalui pengeluaran publik atau insentif konsumsi untuk meningkatkan permintaan efektif dan menghidupkan kembali ekonomi. 5) Siklus Bisnis:

Paradigma Keynesian mengakui adanya siklus bisnis dan fluktuasi ekonomi. Keynesianisme menekankan pentingnya intervensi pemerintah dalam mengatasi fase negatif siklus bisnis, seperti resesi atau depresi, untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mencapai penuhnya potensi produksi.

Paradigma Keynesian memberikan dasar bagi kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk mengatasi ketidakseim- bangan ekonomi dan mengurangi pengangguran. Meskipun paradigma ini pernah mendominasi pemikiran ekonomi pada saat itu, seiring berjalannya waktu, paradigma ini juga telah menghadapi kritik dan tantangan dari paradigma lain, seperti pendekatan neoklasik. Namun, kontribusi Keynes dalam memahami dan merumuskan kebijakan ekonomi tetap memiliki pengaruh yang signifikan dalam analisis ekonomi modern.

Institusional: Paradigma institusional menekankan pentingnya institusi dan aturan dalam membentuk perilaku dan interaksi ekonomi. Paradigma ini mempelajari peran lembaga sosial, norma, kebijakan publik, dan faktor-faktor sosial dalam membentuk sistem ekonomi. Pendekatan ini juga memperhatikan aspek kekuasaan, distribusi kekayaan, dan dinamika sosial dalam analisis ekonomi. Paradigma institusional adalah salah satu pendekatan utama dalam ilmu ekonomi modern yang menekankan pentingnya lembaga, aturan, dan faktor sosial dalam membentuk perilaku ekonomi.

Paradigma ini berfokus pada peran institusi dan norma dalam membentuk struktur ekonomi dan interaksi antara individu dan kelompok dalam masyarakat.

Beberapa karakteristik utama dari paradigma institusional diantaranya adalah: 1) Peran Institusi: Paradigma institusional mengakui bahwa institusi sosial, seperti hukum, peraturan, norma, kebijakan publik, dan lembaga ekonomi, memiliki pengaruh signifikan dalam membentuk perilaku dan interaksi ekonomi. Institusi ini memberikan kerangka kerja yang mengatur perilaku dan mendorong atau menghambat aktivitas ekonomi. 2) Dinamika Sosial: Paradigma institusional menyoroti pentingnya faktor-faktor sosial dalam analisis ekonomi. Faktor-faktor seperti kekuasaan, budaya, identitas, dan dinamika sosial lainnya dapat mempengaruhi pengam- bilan keputusan ekonomi dan interaksi antara individu dan kelompok dalam masyarakat. 3) Evolusi Institusional:

Paradigma institusional mengakui bahwa institusi dan aturan ekonomi dapat berubah dan berevolusi seiring waktu.

Perubahan sosial, perkembangan teknologi, dan tekanan politik dapat mempengaruhi pembentukan dan transformasi institusi. Analisis institusional berusaha untuk memahami evolusi institusi dan konsekuensi ekonominya. 4) Kesenjangan Informasi dan Ketidaksempurnaan Pasar: Paradigma institusional mengakui adanya ketidaksempurnaan informasi dan ketidaksempurnaan pasar. Institusi dapat berperan dalam mengurangi kesenjangan informasi, memfasilitasi transaksi ekonomi, dan mengatasi ketidakadilan dalam distribusi kekayaan. 5) Perubahan Struktural: Paradigma institusional menyoroti pentingnya perubahan struktural dalam analisis ekonomi. Perubahan ekonomi dan sosial yang signifikan dapat mempengaruhi tata kelola ekonomi, struktur industri, pola produksi, dan dinamika pasar. Analisis institusional berusaha untuk memahami konsekuensi perubahan struktural ini dan implikasinya bagi masyarakat.

Paradigma institusional memberikan kerangka kerja yang memperluas pemahaman kita tentang bagaimana

institusi dan faktor sosial mempengaruhi aktivitas ekonomi dan membentuk dinamika ekonomi. Paradigma ini telah membantu dalam mengembangkan teori dan analisis yang lebih komprehensif tentang hubungan antara ekonomi dan faktor sosial dalam masyarakat.

Ekonomi Perilaku: Paradigma ekonomi perilaku menggabungkan konsep dari ilmu perilaku dan psikologi ke dalam analisis ekonomi. Pendekatan ini menyoroti keterbatasan informasi, bias kognitif, preferensi yang kompleks, dan faktor psikologis dalam pengambilan keputusan ekonomi. Ekonomi perilaku mengajukan bahwa manusia tidak selalu bertindak secara rasional seperti yang diasumsikan dalam pendekatan neoklasik. Paradigma ekonomi perilaku adalah pendekatan dalam ilmu ekonomi yang menggabungkan konsep dari ilmu perilaku dan psikologi ke dalam analisis ekonomi. Paradigma ini menekankan bahwa manusia tidak selalu bertindak secara rasional atau mengikuti model homo economicus seperti yang diasumsikan dalam paradigma neoklasik. Sebaliknya, manusia cenderung dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis, preferensi yang kompleks, keterbatasan informasi, dan bias dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Beberapa karakteristik utama dari paradigma ekonomi perilaku diantaranya adalah: 1) Keterbatasan Informasi:

Paradigma ekonomi perilaku mengakui bahwa manusia memiliki keterbatasan dalam mengumpulkan dan memproses informasi. Informasi yang tidak lengkap atau terbatas dapat mempengaruhi pengambilan keputusan ekonomi dan perilaku konsumen serta produsen. 2) Bias Kognitif: Paradigma ini memperhatikan adanya bias kognitif atau distorsi dalam pemikiran manusia yang dapat memengaruhi pengambilan keputusan ekonomi. Contohnya

termasuk pemikiran berlebihan (overconfidence), efek fram- ing, pemikiran keterkaitan (anchoring), dan pemikiran berkelompok (herding). 3) Preferensi yang Kompleks:

Paradigma ini mengakui bahwa preferensi manusia tidak selalu bersifat sederhana dan dapat dipengaruhi oleh faktor sosial, psikologis, dan konteks situasional. Manusia mungkin memiliki preferensi non-monotonik (non-monotonic prefer- ences), yaitu preferensi yang dapat berubah seiring waktu atau dalam situasi yang berbeda. 4) Pengaruh Sosial: Paradigma ekonomi perilaku mempertimbangkan pengaruh sosial dalam pengambilan keputusan ekonomi. Interaksi dengan orang lain, tekanan sosial, dan norma sosial dapat mempengaruhi perilaku konsumen dan produsen. 5) Penelitian Empiris:

Paradigma ini mendorong penelitian empiris dan pengujian hipotesis secara langsung. Melalui eksperimen atau pengumpulan data empiris, paradigma ini mencoba untuk memahami perilaku ekonomi yang lebih realistis dan menguji asumsi-asumsi dalam paradigma ekonomi tradisional.

Paradigma ekonomi perilaku memberikan pemahaman yang lebih holistik tentang perilaku ekonomi manusia, dengan mengakui keterbatasan informasi, faktor psikologis, dan preferensi yang kompleks. Paradigma ini telah menghasilkan wawasan baru dalam analisis ekonomi dan memperkaya pemahaman kita tentang pengambilan keputusan dan perilaku ekonomi manusia dalam konteks yang lebih realistis.

Ekonomi Sosial: Paradigma ekonomi sosial melibatkan analisis tentang dimensi sosial dalam ekonomi. Pendekatan ini mempertimbangkan isu-isu seperti keadilan sosial, tanggung jawab sosial perusahaan, pembangunan berkelanjutan, dan peran masyarakat dalam mengatur aktivitas ekonomi. Ekonomi sosial berupaya untuk menggabungkan aspek ekonomi dan sosial untuk mencapai

keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat. Paradigma ekonomi sosial adalah pendekatan dalam ilmu ekonomi yang menekankan pentingnya faktor sosial, hubungan sosial, dan konteks sosial dalam analisis ekonomi. Paradigma ini mengakui bahwa ekonomi tidak dapat dipisahkan dari struktur sosial dan dinamika sosial yang ada dalam masyarakat.

Beberapa karakteristik utama dari paradigma ekonomi social antara lain adalah: 1) Struktur dan Hubungan Sosial:

Paradigma ekonomi sosial menyoroti peran struktur sosial dan hubungan sosial dalam membentuk ekonomi. Faktor-faktor seperti kekuasaan, kelas sosial, jaringan sosial, dan lembaga sosial mempengaruhi perilaku ekonomi dan distribusi sumber daya. 2) Solidaritas Sosial: Paradigma ini menekankan pentingnya solidaritas sosial dalam analisis ekonomi. Solida- ritas sosial mengacu pada hubungan saling ketergantungan dan rasa kohesi antara individu-individu dalam masyarakat.

Konsep ini menyoroti kepentingan bersama, keadilan, dan keberlanjutan dalam pengaturan ekonomi. 3) Keadilan dan Distribusi Kekayaan: Paradigma ekonomi sosial mengakui pentingnya pertimbangan keadilan dalam distribusi kekayaan dan sumber daya ekonomi. Dalam pandangan ini, perhatian diberikan pada pertanyaan tentang ketimpangan ekonomi, kemiskinan, dan keadilan sosial. 4) Partisipasi dan Demokrasi Ekonomi: Paradigma ini menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan ekonomi dan demokrasi ekonomi. Pemikiran ini mendukung adanya akses yang lebih luas terhadap kesempatan ekonomi, partisipasi dalam pengambilan keputusan ekonomi, dan distribusi kekuasaan yang lebih merata. 5) Keterkaitan dengan Ilmu Sosial Lainnya: Paradigma ekonomi sosial cenderung berintegrasi dengan disiplin ilmu sosial lainnya, seperti sosiologi, antropologi, dan ilmu politik. Pendekatan inter-

disipliner ini memungkinkan pemahaman yang lebih lengkap tentang kompleksitas hubungan sosial dan faktor- faktor non-ekonomi yang mempengaruhi ekonomi.

Paradigma ekonomi sosial berupaya untuk memperluas wawasan tentang ekonomi dengan mengakui peran dan kontribusi faktor sosial dalam analisis ekonomi. Pendekatan ini memberikan kerangka kerja yang lebih luas untuk memahami ekonomi dalam konteks sosial yang lebih luas, dan mendorong pertimbangan etika, keadilan, dan keberlanjutan dalam pengaturan ekonomi. Dan, paradigma- paradigma ini tidak saling eksklusif, dan seringkali ada pendekatan gabungan dalam analisis ekonomi. Pendekatan yang digunakan tergantung pada konteks penelitian atau masalah yang dihadapi serta preferensi peneliti atau ahli ekonomi yang bersangkutan.

C.

C.C.

Dalam dokumen Etika Bisnis Dan Profesi (Halaman 106-115)

Dokumen terkait