BAB III BAB III
Pasal 57 Pasal 57 ayat (1), jangka waktu 5 (lima) tahun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak saat penetapan SKPD atau SPPT.
(3)
Kedaluwarsa Penagihan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila sebelum jangkawaktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (2):
a. diterbitkan Surat Teguran dan/atau Surat
Paksa;atau
b.
ada pengakuan Utang Pajakdari
Wajib Pajak, baik langsung maupun tidak langsung.(4) Dalam . . .
SK
No 145799 APRESIDEN
REPIJBLIK INDONESIA
-71
-(41
Dalamhal diterbitkan Surat
Tegurandan/atau
Surat Paksa sebagaimanadimaksud pada ayat
(3)huruf
a,kedaluwarsa Penagihan dihitung sejak
tanggal penyampaian Surat Tegurandan/atau
Surat Paksa.(5)
Pengakuan Utang Pajak secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (3)huruf
b merupakan Wajib Pajak dengan kesadarannya menyatakanmasih
mempunyai Utang Pajak dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.(6) Pengakuan Utang Pajak secara tidak
langsungsebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf b
dapatdiketahui dari
pengajuan permohonanangsuran
ataupenundaan
pembayarandan
permohonan keberatan oleh Wajib Pajak.(71
Dalamhal
terdapat pengakuan Utang Pajakdari
Wajib Pajak sebagaimanadimaksud pada ayat (3) huruf
b,kedaluwarsa Penagihan dihitung sejak
tanggalpengakuan.
Pasal 86
(1) Hak untuk melakukan
PenagihanRetribusi
menjadi kedaluwarsa setelah melampauiwaktu 3
(tiga)tahun
terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali
jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di
bidang Retribusi.(21 Kedaluwarsa Penagihan Retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat(l)
tertangguhjika:
a.
diterbitkan Surat Teguran; ataub. terdapat pengakuan utang Retribusi dari
WajibRetribusi, baik langsung maupun
tidak
langsung.(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran
sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf a,
kedaluwarsa Penagihandihitung sejak tanggal diterimanya
Surat Teguran.(4) Pengakuan . . .
PRESIDEN
NEPUBLIK INDONESIA
-72-
(4) Pengakuan utang Retribusi secara
langsungsebagaimana dimaksud pada ayat (21 huruf
bmerupakan Wajib Retribusi dengan
kesadaran menyatakanmasih
mempunyaiutang Retribusi
dan belum melunasi kepada Pemerintah Daerah.(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak
langsung sebagaimanadimaksud pada ayat
(2)huruf b
dapatdiketahui dari
pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayarandan
permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.Bagian Kelima Belas
Penghapusan Piutang Pajak dan Retribusi Pasal 87
(1)
Kepala Daerah melakukan pengelolaanpiutang
Pajakuntuk
menentukan prioritas Penagihan Pajak.(21 Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk memerintahkan Jurusita Pajak untuk
melakukan Penagihan sebagaimanadimaksud dalam Pasal
80 ayat (3).(3)
Piutang Pajak yangtidak mungkin ditagih
lagi karenahak untuk
melakukan Penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.(41
Piutang Pajak yang dihapuskan sebagaimana dimaksudpada ayat (3) ditetapkan dalam
keputusanKepala Daerah.
(5) Keputusan Kepala Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan mempertimbangkan:a. pelaksanaan Penagihan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 80 ayat (3) sampai dengan bataswaktu kedaluwarsa Penagihan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 85 ayat (1); danb. hasil
koordinasi denganaparat
pengawasinternal
daerah.
SK
No 181473 A(6) Penagihan . . .
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
-73-
(6) Penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat
(5)huruf a dibuktikan dengan dokumen
pelaksanaan Penagihan.(71 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
carapenghapusan piutang Paj ak
diatur
dalam Perkada.Pasal 88
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih
lagikarena hak untuk melakukan Penagihan
sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.(2) Penghapusan piutang Retribusi yang
sudahkedaluwarsa
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)ditetapkan dalam keputusan Kepala Daerah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
carapenghapusan piutang Retribusi yang
sudah kedaluwarsadiatur
dengan Perkada.Bagian Keenam Belas Keberatan dan Banding
Paragraf
I
Keberatan Pajak Pasal 89
(l) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan
kepada Kepala Daerahatau
Pejabatyang ditunjuk
terhadap SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB, SKPDN, atau pemotongan atau Pemungutan oleh pihak ketiga.(21 Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dengan mengemukakanjumlah Pajak terutang
ataujumlah Pajak yang dipotong atau
dipungut,berdasarkan penghitungan Wajib Pajak,
dengandisertai alasan yang jelas.
(3) Pengajuan. . .
PRESIDEN EEPUBLIK TNDONESIA
-74-
(3) Pengajuan keberatan
sebagaimanadimaksud
padaayat (l) harus diajukan
dalamjangka waktu
palinglama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SPPI, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB,
atau
SKPDNdikirim atau
tanggal pemotongan atau Pemungutan, kecualijika
Wajib Pajakdapat menunjukkan
bahwajangka waktu itu tidak
dapat dipenuhi karena keadaan kahar.(41
Keadaankahar
sebagaimanadimaksud
padaayat
(3)meliputi:
a.
bencana alam;b.
kebakaran;c.
kerusuhan massal atau huru-hara;d.
wabah penyakit; dan/ ataue. keadaan lain berdasarkan pertimbangan
Kepala Daerah.(5)
Keberatandapat diajukan
apabilaWajib Pajak
telah membayar Pajak terutang dalam SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB, SKPDN,atau
pemotongan atau Pemungutan olehpihak
ketiga paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak.(6) Keberatan yang tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (5)tidak
dianggap sebagai surat keberatan.(71
Tanda pengiriman surat keberatan melalui pengirimantercatat atau melalui media lainnya, atau
tandapenerimaan surat keberatan yang
diberikanKepala Daerah atau
Pejabatyang ditunjuk
kepadaWajib Pajak, menjadi tanda bukti
penerimaan surat keberatan.(8)
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan atasjumlah
Pajak yang belum dibayarpada saat pengajuan keberatan tertangguh
sampai dengan 1 (satu)bulan
sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan.(9)
Jumlah Pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan keberatan sebagaimanadimaksud
padaayat (8) tidak termasuk sebagai Utang
Pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat
(ll.
SK
No 181475 APasal
90...
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
-75-
Pasal 90
(1) Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk
harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan olehWajib Pajak
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal 89 ayat (1).(21
Dalam memberikan keputusan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), Kepala Daerah atau Pejabat
yangditunjuk
dapat melakukan Pemeriksaan.(3)
Keputusan Kepala Daerahatau
Pejabat yangditunjuk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam
jangka waktu
palinglarna
12 (dua belas)bulan
sejaktanggal surat keberatan diterima
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (7).(41
Keputusan Kepala Daerahatau
Pejabat yangditunjuk
atas keberatan dapat berupa:
a. menerima seluruhnya dalam hal Pajak
terutang berdasarkanhasil penelitian sama dengan
Pajak yang terutang menurut Wajib Pajak;b. menerima sebagian dalam hal Pajak
terutang berdasarkan hasil penelitian sebagian sama dengan Pajak yang terutang menurut Wajib Pajak;c.
menolak dalam hal Pajak terutang berdasarkan hasil penelitian sama dengan Pajak yang terutang dalamsurat
keputusan /ketetapan yang diajukan
keberatan oleh Wajib Pajak; ataud.
menambah besarnyajumlah
Pajakyang
terutangdalam hal Pajak terutang berdasarkan
hasilpenelitian lebih besar dari Pajak yang
terutangdalam surat keputusan/ketetapan yang
diajukan keberatan oleh Wajib Pajak.(5) Apabila
dalamjangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Kepala Daerah atau Pejabat yangditunjuk
tidak memberi suatu keputusan, keberatan
yang diajukan tersebut dianggap diterima.(6)
Ketentuan lebihlanjut
mengenai tata cara penyelesaian keberatandiatur
dengan Perkada.Pasal 91
...
PRESIDEN
NEPUSLIK INDONESIA
-76-
Pasal 91
(1) Dalam hal pengajuan keberatan Pajak dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan
pembayaran Pajak dikembalikan denganditambah imbalan
bunga sebesar0,6% (nol koma enam persen) per
bulandihitung dari
Pajak yanglebih dibayar untuk
jangkawaktu
paling lama24
(duapuluh
empat)bulan
serta bagian dari bulandihitung
penuhI
(satu) bulan.(21
Imbalanbunga
sebagaimanadimaksud
padaayat (l) dihitung sejak bulan pelunasan sampai
dengan diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan.(3) Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak
ataudikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai
sanksiadministratif berupa denda
sebesar30% (tiga puluh persen) dari jumlah Pajak berdasarkan
keputusan keberatandikurangi
dengan Pajak yangtelah
dibayar sebelum mengajukan keberatan.Paragral 2 Keberatan Retribusi
Pasal 92
(1)
Wajib Retribusitertentu
dapat mengajukan keberatan kepada Kepala Daerah atau Pejabat yangditunjuk
atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.(21 Keberatan diajukan secara tertulis dalam
bahasaIndonesia dengan disertai alasan yang jelas.
(3)
Keberatanharus diajukan
dalamjangka waktu
paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRDdikirim,
kecualijika
Wajib Retribusi dapat menunjukkan bahwa jangkawaktu
tersebuttidak
dapatdipenuhi
karena keadaan kahar.(4)
Keadaankahar
sebagaimanadimaksud
padaayat
(3)meliputi:
a.
bencana alam;b.
kebakaran;c. kerusuhan . . .
SK
No l81477APRESIDEN
R,EPUBLIK INDONESIA
-77
-c.
kerusuhan massal atau huru-hara;d.
wabah penyakit; dan/ ataue. keadaan lain berdasarkan pertimbangan
Kepala Daerah.(5) Pengajuan keberatan tidak menunda
kewajibanmembayar Retribusi dan pelaksanaan
Penagihan Retribusi.Pasal 93
(1) Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk
dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggalsurat
keberatanditerima harus memberi
keputusanatas keberatan yang diajukan oleh Wajib
Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1) dengan menerbitkan surat keputusan keberatan.(21
Dalam memberikan keputusan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), Kepala Daerah atau Pejabat
yangditunjuk
dapat melakukan Pemeriksaan.(3)
Keputusan Kepala Daerahatau
Pejabat yangditunjuk atas keberatan dapat berupa menerima
seluruhnyaatau
sebagian,menolak, atau menambah
besarnya Retribusi yang terutang.(4) Apabila jangka waktu
sebagaimanadimaksud
padaayat (l) telah lewat dan
Kepala Daerahatau
Pejabatyang ditunjuk tidak memberi suatu
keputusan, keberatanyang diajukan tersebut
dianggap diterima seluruhnya.Pasal 94
(1) Jika pengajuan keberatan diterima sebagian
atauseluruhnya, kelebihan pembayaran
Retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar O,6Vo (nol koma enam persen) perbulan dihitung
dariRetribusi yang lebih dibayar untuk paling
lama 12 (dua belas)bulan
serta bagiandari bulan dihitung penuh
1 (satu) bulan.(2) Imbalan . . .
PRESIDEN
REPUBL|K INDONESIA
-78-
(21
Imbalanbunga
sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)dihitung sejak bulan pelunasan sampai
denganditerbitkannya SKRDLB.
(3)
Ketentuanlebih lanjut
mengenaitata
cara pengajuan keberatan Retribusidiatur
dalam Perkada.Paragraf 3 Banding Pasal 95
(1) Wajib
Pajak dapat .mengajukan permohonan bandinghanya kepada badan peradilan pajak atas
SuratKeputusan
Keberatanyang ditetapkan oleh
KepalaDaerah atau Pejabat yang ditunjuk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (3) paling lama3
(tiga)bulan sejak keputusan diterima dengan dilampiri
salinan Surat Keputusan Keberatan.(21
Permohonanbanding
sebagaimanadimaksud
padaayat (1) diajukan secara tertulis dalam
bahasa Indonesia dan dengan disertai alasan yang jelas.(3)
Permohonanbanding
sebagaimanadimaksud
padaayat (1)
menangguhkankewajiban
membayar Pajak sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.l4l Pengajuan banding dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Pasal 96
(1)
Dalamhal
permohonan bandingdikabulkan
sebagianatau seluruhnya, kelebihan pembayaran
Pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar0,6%o (nol koma enam persen) per
bulan dihitung
dari Pajakyang lebih
dibayaruntuk jangka waktu
palinglama 24 (dua puluh
empat)bulan serta bagian
dari bulandihitung
penuhI
(satu) bulan.(2) Imbalan . . .
SK
Nol8l479A
FRESIDEN
NEPUBLIK INDONESIA
-79
-(21
Imbalanbunga
sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)dihitung sejak bulan pelunasan sampai
dengan diterbitkannya Putusan Banding.(3) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan
permohonanbanding, sanksi administratif berupa denda
sebesar 30% (tigapuluh
persen) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat (3) tidak dikenakan.(41 Dalam hal permohonan banding ditolak
ataudikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai
sanksiadministratif
berupa denda sebesar 607o (enampuluh persen) dari jumlah Pajak berdasarkan
PutusanBanding dikurangi
dengan Pajakyang telah
dibayar sebelum mengajukan keberatan.Bagian Ketujuh Belas Gugatan Pajak
Pasal 97
Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap:
a.
pelaksanaan Surat Paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan, atau pengumuman lelang;b.
keputusan pencegahan dalam rangka Penagihan Pajak;c. keputusan yang berkaitan dengan
pelaksanaankeputusan perpajakan, selain yang ditetapkan
dalam Pasal 89 ayat (1) dan Pasal 90; dand.
penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat KeputusanKeberatan yang dalam penerbitannya tidak
sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telahdiatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan,hanya dapat diajukan ke badan peradilan pajak.
Pasal 98
Pengajuan gugatan
dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Bagian . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-80-
Bagian Kedelapan Belas
Pengurangan, Keringanan, Pembebasan, Penghapusan atau Penundaan Pembayaran atas Pokok Pajak, Pokok Retribusi,
dan/atau
SanksinyaParagraf 1
Insentif Fiskal Pajak dan Retribusi bagi Pelaku Usaha Pasal 99
(1)
Dalam mendukung kebijakan kemudahan berinvestasi, Kepala Daerah dapat memberikan insentif fiskal kepada pelaku usaha di daerahnya.(21 Insentif fiskal
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)berupa
pengurangan,keringanan, dan
pembebasan,atau
penghapusan atas pokok Pajak, pokok Retribusi,dan/atau
sanksinya.(3) Insentif fiskal
sebagaimanadimaksud pada ayat
(l )dapat diberikan atas permohonan Wajib
Pajakdan/atau Wajib Retribusi atau diberikan secara jabatan oleh Kepala Daerah berdasarkan pertimbangan:
a.
kemampuan membayar Wajib Pajakdan/atau
Wajib Retribusi;b. kondisi tertentu objek Pajak, seperti objek
Pajakterkena bencana alam, kebakaran, dan/atau
penyebab lainnya yang terjadi bukan karena adanya
unsur
kesengajaan yang dilakukan oleh Wajib Pajakdan/atau pihak lain yang bertqjuan untuk
menghindari pembayaran Pajak;c. untuk mendukung dan melindungi pelaku
usaha mikro danultra
mikro;d. untuk mendukung kebijakan
Pemerintah Daerahdalam mencapai program prioritas
Daerah;dan/ atau
e. untuk mendukung kebijakan Pemerintah
dalam mencapai program prioritas nasional.(4) Pemberian. . .
SK
Nol8l48l
APRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA - 81 -
(4)
Pemberian insentiffiskal
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan kewenangan Kepala Daerah sesuai dengan kebijakan Daerah dalam pengelolaan keuangan daerah.(5)
Pemberian insentif fiskal kepada Wajib Pajak dan/ atau Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud padaayat
(3)huruf
a danhuruf
b, dilakukan dengan memperhatikan faktor:a. kepatuhan
pembayarandan
pelaporan Pajak oleh Wajib Pajak selama 2 (dua)tahun
terakhir;b.
kesinambungan usaha Wajib Pajakdan/atau
Wajib Retribusi;c. kontribusi usaha dan penanaman modal
WajibPajak dan/atau Wajib Retribusi
terhadap perekonomian daerah dan lapangan kerjadi
daerah yang bersangkutan;dan/atau
d.
faktor lain yang ditentukan oleh Kepala Daerah.(6)
Pemberian insentif fiskal kepada Wajib Pajakdan/atau Wajib Retribusi pelaku usaha mikro dan ultra
mikrosebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
c,dilakukan sesuai dengan kriteria usaha mikro dan
ultra
mikro dalam peraturan perundang-undangan di bidang usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi.(7)
Pemberian insentif fiskal kepada Wajib Pajakdan/atau
WajibRetribusi
sebagaimanadimaksud
padaayat
(3)huruf d, disesuaikan
denganprioritas
Daerah yangtercantum dalam rencana pembangunan
jangka menengah daerah.(8)
Pemberian insentif fiskal kepada Wajib Pajakdan/atau
WajibRetribusi
sebagaimanadimaksud
padaayat
(3)huruf e dilakukan dalam rangka
percepatanpenyelesaian proyek strategis nasional.
Pasal 100 . . .
PRESIDEN
REPIJBLIK INDONESIA
-82-
Pasal 100
(1)
Pemberian insentif fiskal sebagaimana dimaksud dalamPasal 99 ayat (1) ditetapkan dengan Perkada
dan diberitahukan kepada DPRD.(21
Pemberitahuan kepada DPRD sebagaimana dimaksudpada ayat (1) disertai
denganpertimbangan
Kepala Daerah dalam memberikan insentif fiskal.(3)
Ketentuan lebihlanjut
mengenai administrasi dantata
cara pemberian insentif Iiskal
diatur
dengan Perkada.Pasal 1O1
(1) Dalam hal pemberian insentif fiskal
sebagaimanadimaksud dalam Pasal 99 ayat (1)
merupakanpermohonan
Wajib Pajak dan/atau Wajib
Retribusi, apabiladiperlukan
Kepala Daerahatau
Pejabat yangditunjuk dapat melakukan Pemeriksaan
Pajakdan/atau Retribusi untuk tujuan lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1).l2l
PemeriksaanPajak dan/atau Retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)bertujuan untuk
memastikanbahwa Wajib Pajak
dan/atau Wajib Retribusi
yang mengajukan permohonaninsentif liskal
berhakuntuk
menerimainsentif fiskal
sesuai dengan pertimbangandan faktor
sebagaimanadimaksud dalam Pasal
99 ayat (3) dan ayat (5).Paragraf 2
Pemberian Keringanan, Pengurangan, dan Pembebasan Pasal 102
(1) Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk
dapat memberikankeringanan,
pengurangan, pembebasan,dan penundaan pembayaran atas pokok dan/atau
sanksi Pajak dan/atau Retribusi
denganmemperhatikan kondisi Wajib Pajak atau
WajibRetribusi
dan/atau
objek Pajak atau objek Retribusi.SK
No 181483 A(2) Kondisi . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-83-
(21
Kondisi Wajib Pajak atau Wajib Retribusi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) paling sedikit
berupakemampuan membayar Wajib Pajak atau
Wajib Retribusi atau tingkatlikuiditas
Wajib Pajak atau Wajib Retribusi.(3) Kondisi objek Pajak
sebagaimanadimaksud
padaayat (1) paling sedikit berupa lahan pertanian
yang sangat terbatas,tanah dan
Bangunan yang ditempatiWajib Pajak atau Wajib Retribusi dari
golongantertentu, nilai objek Pajak sampai dengan
batastertentu, dan objek
Pajakyang terdampak
bencana alam, kebakaran,huru-hara, dan/atau
kerusuhan.(41
Ketentuan lebihlanjut
mengenai administrasi dan tatacara keringanan, pengurangan, pembebasan,
danpenundaan pembayaran atas pokok Pajak,
pokok Retribusi,dan/atau
sanksinyadiatur
dengan Perkada.Paragraf 3
Kemudahan Perpajakan Daerah Pasal 103
(1) Kepala Daerah dapat memberikan
kemudahan perpajakan Daerah kepada Wajib Pajak, berupa:a. perpanjangan batas waktu pembayaran
atau pelaporan Pajak;dan/atau
b. pemberian fasilitas angsuran atau
penundaanpembayaran Pajak terutang atau Utang Pajak.
(21
Perpanjangan batas waktu pembayaran atau pelaporanPajak
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)huruf
adiberikan kepada Wajib Pajak yang mengalami keadaan
kahar
sehingga Wajib Pajaktidak mampu
memenuhi kewajiban Pajak pada waktunya.(3) Perpanjangan . . .
PRESIDEN
REPUELTK INDONESIA
-44-
(3)
Perpanjangan batas waktu pembayaran atau pelaporan Pajak sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)huruf
adapat diberikan
KepalaDaerah
secarajabatan
atau berdasarkan permohonan Wajib Pajak yang ditetapkan dalam keputusan Kepala Daerah.(41 Pemberian fasilitas angsuran atau
penundaanpembayaran Pajak terutang atau Utang
Pajaksebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf
bdilakukan
dalamhal
Wajib Pajak mengalamikesulitan likuiditas
atau keadaan kahar Wajib Pajak sehingga Wajib Pajaktidak mampu
memenuhi kewajiban pelunasan Pajak pada waktunya.(5) Pemberian fasilitas angsuran atau
penundaanpembayaran Pajak terutang atau Utang
Pajaksebagaimana dimaksud pada
ayat
(4) dapat diberikan Kepala Daerah berdasarkan permohonanWajib
Pajak yang ditetapkan dalam keputusan Kepala Daerah.(6)
Dalam pemberianfasilitas
angsuranatau
penundaan pembayaranPajak terutang
sebagaimana dimaksudpada ayat (4), Kepala Daerah
memperhatikankepatuhan Wajib Pajak dalam pembayaran
Pajak selama 2 (dua)tahun
terakhir.(71 Keputusan Kepala Daerah atas permohonan
WajibPajak
sebagaimanadimaksud pada ayat (5),
dapat berupa:a.
menyetujuijumlah
angsuran Pajakdan/atau
masa angsuranatau
lamanya penundaan sesuai dengan permohonan Wajib Pajak;b. menyetujui sebagian jumlah angsuran
Pajakdan/atau
masa angsuran atau lamanya penundaan yang dimohonkan Wajib Pajak; atauc.
menolak permohonan Wajib Pajak.(8)
Persetujuan atau persetujuan sebagian angsuran ataupenundaan
sebagaimanadimaksud pada ayat
(7)huruf a dan huruf b paling lama diberikan untuk
jangka waktu 24 (duapuluh
empat) bulan.SK
No 181485A(9) Pembayaran . . .
REPIJBLIK INDONESIA
-85-
(9)
Pembayaranangsuran setiap masa angsuran
dan pembayaran Pajak yang ditunda disertai bunga sebesar 0,6% (nolkoma
enam persen)per bulan dari jumlah
Pajak yang masih harus dibayar,untuk jangka waktu
paling lama24
(duapuluh
empat)bulan
serta bagian dari bulandihitung
penuh 1 (satu) bulan.(10)
Keadaankahar
sebagaimanadimaksud pada ayal
(21 dan ayat (4) meliputi:a.
bencana alam;b.
kebakaran;c.
kerusuhan massal atau huru-hara;d.
wabah penyakit; dan/ ataue. keadaan lain berdasarkan pertimbangan
Kepala Daerah.(11)
Ketentuan lebihlanjut
mengenai administrasi dantata
cara pemberian kemudahan perpajakan Daerahdiatur
dengan Perkada.
Bagian Kesembilan Belas
Pembetulan dan Pembatalan Ketetapan Pasal 104
(1)
Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya,Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk
dapat melakukan pembetulan STPD, SPPI, SKPD, SKPDKB,SKPDKBT, SKPDN, atau SKPDLB yang
dalampenerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan
penerapanketentuan tertentu dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan Daerah.
(21 Pembetulan
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)ditetapkan dalam Surat Keputusan Pembetulan.
(3) Dalam . . .
PRESIDEN
REPTJBLIK INDONESIA
-86-
(3) Dalam hal
pembetulandidasarkan atas
permohonanWajib Pajak
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1),Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk
menindaklanjuti permohonan tersebut
denganmelakukan penelitian terhadap permohonan
Wajib Pajak.(4)
Dalam rangka penelitian sebagaimana dimaksud padaayat (3),
Kepala Daerahatau
Pejabatyang ditunjuk
dapat meminta data,informasi, dan/atau
keterangan yang diperlukan.(5) Dalam hal
pembetulandidasarkan atas
permohonanWajib Pajak
sebagaimanadimaksud pada ayat
(3),Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk
wajibmenerbitkan Surat Keputusan
Pembetulansebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dalam
jangkawaktu
paling lama6
(enam)bulan
sejak tanggal surat permohonan pembetulan diterima.(6) Surat
Keputusan Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berisi keputusan berupa:a. mengabulkan permohonan Wajib Pajak
denganmembetulkan kesalahan atau kekeliruan yang dapat
berupa menambahkan, mengurangkan,
ataumenghapuskan jumlah Pajak yang
terutang, maupun sanksiadministratif
berupa bunga, denda, dan kenaikan Pajak; ataub. membatalkan STPD atau membatalkan
hasilPemeriksaan maupun ketetapan Pajak
yangdilaksanakan
atau diterbitkan tidak
sesuai dengan tata cara yang ditentukan; danc.
menolak permohonan Wajib Pajak.(71
Ketentuan lebihlanjut
mengenai tata cara pembetulanatau pembatalan ketetapan Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (6)diatur
dengan Perkada.SK
No 181487ABagian
PRES'DEN
REPUELIK TNDONESIA
-47
-Bagian Kedua Puluh
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak atau Retribusi Pasal 105
(1)
Atas kelebihan pembayaran Pajak atau Retribusi, WajibPajak atau Wajib Retribusi dapat
mengajukanpermohonan pengembalian kepada Kepala Daerah atau Pejabat yang
ditunjuk.
(21 Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk
dalamjangka waktu paling lama
12 (dua belas)bulan
sejakditerimanya permohonan pengembalian
kelebihanpembayaran Pajak sebagaimana dimaksud
padaayat (1), harus memberikan keputusan.
(3) Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk
dalamjangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejakditerimanya permohonan pengembalian
kelebihan pembayaranRetribusi
sebagaimanadimaksud
pada ayat (1), harus memberikan keputusan.(4) Apabila jangka waktu
sebagaimanadimaksud
padaayat (21dan ayat (3) telah dilampaui dan Kepala Daerah
atau
Pejabat yangditunjuk tidak
memberikan suatukeputusan, permohonan
pengembalian pembayaran Pajak atau Retribusi dianggap dikabulkan dan SKPDLBatau
SKRDLBharus diterbitkan
dalamjangka waktu
paling lama 1 (satu) bulan.(5)
Apabila Wajib Pajakatau
Wajib Retribusi mempunyaiUtang
Pajakatau utang Retribusi lainnya,
kelebihanpembayaran Pajak atau Retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkanuntuk melunasi terlebih dahulu Utang Pajak atau
utang Retribusi lainnya.(6) Pengembalian . . .