• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelembagaan Hasil Intervensi Pada Organisasi

Dalam dokumen MANAJEMEN PERUBAHAN DAN INOVASI (Halaman 67-71)

BAB I Pengertian dan Fungsi Manajemen

BAB 7 Evaluasi dan pelembagaan Hasil Intervensi Pada

B. Pelembagaan Hasil Intervensi Pada Organisasi

ORGANISASI

1. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pelembagaan

Proses melembagakan suatu program perubahan dipengaruhi oleh karakteristik organisasi dan komponen utama proses melembagakan yang dilakukan.

a. Karakteristik Organisasi

Karakteristik organisasi akan mempengaruhi karakteristik intervensi dalam proses melembagakan program perubahan.

Karakteristik organisasi dipengaruhi 3 komponen utama, yaitu:

1) Kesesuaian (Congruence)

Seberapa jauh intervensi yang dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip (philosophy) yang berlaku pada organisasi, struktur organisasi, lingkungan organisasi dan perubahan-perubahan yang terjadi pada organisasi. Jika intervensi yang dilakukan tingkat kesesuaiannya mendekati dengan keadaan organisasi, maka proses melembagakan program perubahan akan menjadi lebih mudah.

2) Tingkat stabilitas lingkungan dan teknologi (stability of environment and technology) Perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan organisasi maupun teknologi.

Perubahan yang terjadi sangat mempengaruhi aktivitas organisasi, seperti proses produksi sistem administrasi.

3) Tingkat kekuatan serikat kerja (uniozation) Kuat tidaknya serikat kerja dalam organisasi akan berpengaruh pada proses melem- bagakan perubahan, terutama jika intervensi yang dilakukan menyangkut struktur ke- pegawaian. Terdapat 5 komponen yang mempengaruhi proses melembagakan hasil intervensi pada organisasi, yaitu:

a) Spesifikasi tujuan (Goal Specificity) b) Dapat tidaknya program diterapkan

(Programmability)

c) Tingkat target perubahan (Level of Change Target)

d) Dukungan internal (Internal Support) e) Sponsor

b. Komponen Utama Dalam Pelembagaan Perubahan

Terdapat 5 komponen utama yang mempengaruhi dalam melembagakan perubahan (menurut Cummings), yaitu:

1) Melembagakan;

Sesuatu yang berhubungan dengan nilai, norma, dan budaya yang berlaku pada organisasi. Intervensi yang dilakukan jangan sampai bertentangan dengan nilai, norma dan budaya yang berlaku, karena jika bertentangan intervensi yang dilakukan akan menjadi sulit.

2) Komitmen;

3) Sesuatu yang mempersatukan anggota organisasi yang mempunyai pandangan

BAB 7 EVALUASI DANPELEMBAGAAN HASIL… 57 yang sama. Proses intervensi hendaknya memberi kemungkinan pada para anggota organisasi untuk menunjukkan komitmen secara bebas;

4) Alokasi penghargaan (reward allocation);

Suatu reward yang diberikan akan mempengaruhi perilaku anggota organisasi.

Reward yang dimaksud ada 2 macam:

reward intrinsik dan reward ekstrinsik.

5) Penyebaran (Diffusion);

Suatu proses pengalihan hasil intervensi dari satu sistem ke sistem yang lain. Proses ini merupakan proses perubahan perilaku sebagai akibat proses melembagakan yang dilakukan.

6) Sensing and calibration;

Suatu hal yang menyangkut kepekaan organisasi dalam menyikapi perubahan perilaku akibat proses intevebsi. Kepekaan diperlukan dalam menghadapi perubahan perilaku yang terjadi.

2. Beberapa Indikator Yang Mempengaruhi Pelembagaan

Pada proses melembagakan proses intervensi ada beberapa indikator yang mempengaruhi pelaksana- annya (menurut Cummings), antara lain:

a. Tingkat pengetahuan (knowledge)

Tingkat pengetahuan para anggota organisasi akan berpengaruh pada proses melembagakan intervensi.

b. Kinerja (performance)

Berhubungan dengan seberapa jauh perubahan perilaku terjadi dengan dilembagakannya proses intervensi.

c. Preferences

Tingkat yang berhubungan dengan seberapa jauh anggota organisasi (secara individual) menerima intervensi yang dilakukan

d. Normative consensus

Menunjukkan sampai seberapa jauh intervensi yang dilembagakan, menjadi bagian dari struktur organisasi dan menggambarkan sampai seberapa jauh proses perubahan diterima oleh anggota organisasi.

e. Value consensus

Menyangkut nilai-nilai yang diyakini para anggota organisasi.

59

BAB 8

STRATEGI PERTUMBUHAN DAN PENYEHATAN PERUSAHAAN

A. STRATEGI PERTUMBUHAN PERUSAHAAN 1. Pengertian dan Jenis Strategi Pertumbuhan

a. Pengertian dan Popularitas Strategi Pertumbuhan 1) Pengertian Strategi Pertumbuhan

Arti strategi pertumbuhan adalah strategi bersaing yang berusaha mengembangkan (membesarkan) perusahaan sesuai dengan ukuran besaran yang disepakati untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan.

Puersahaan disebut jika perusahaanm tersebut, misalnya, berhasil meningkatkan volume penjualan, besarnya pangsa pasar yang dikuasai, besarnya laba yang diperoleh, wilayah pemasaran yang dijangkau, ragam produk yang dihasilkan, harta kekayaan yang dioperasikan, penguasaan teknologi, jumlah karyawan, dan ukuran lain yang ditetapkan.

Dengan pertumbuhan, perusahaan dapat berkembang yang pada gilirannya mampu mencapai tujuan perusahaan, keuangan dan strategi. Tujuan tersebut sepertinya tidak hendak tercapai jika perusahaan hanya sampai pada tahap bertahan hidup. Apalagi ketika kini halangan memasuki pasar semakin kecil dan

persaingan antar perusahaan semakin tajam.

Tidak heran jika kemudian strategi pertumbuhan tampak demikian dikenal, Manajemen sepertinya menjadikannya sebagai mantra keberhasilan.

2) Popularitas Strategi Pertumbuhan

Secara detail, beberapa kemungkinan sebab populernya strategi pertumbuhan adalah:

a) pertumbuhan telah diakui sebagai jalan menuju sukses bagi usahawan, jalan cepat mengembangkan usaha untuk meraih keberhasilan materiil,

b) pertumbuhan adalah sebab pokok yang dapat dijadikan alasan bagi eksekutif perusahaan untuk meningkatkan penda- patan dan bonus serta sebab yang penting untuk terus-menerus dipekerja-kan pada perusahaan yang bersangkutan;

c) keberhasilan menumbuhkan perusahaan adalah ukuran terpenting keberhasilan manajer dan hampir pasti mereka ingin dikenal sebagai manajer yang berhasil membesarkan perusahaan;

d) tekanan dari pemilik dan berbagai pihak lain yang secara langsung berkepentingan terhadap perusahaan; dan

e) kepercayaan bahwa hanya dengan pertumbuhan perusahaan dapat terus- menerus menjaga keberlangsungan hidupnya, apalagi pada industri tertentu yang tidak memiliki pilihan lain kecuali berkembang.

BAB 8 STRATEGI PERTUMBUHAN DAN PENYEHATAN… 61 b. Horison dan Strategi Pertumbuhan Perusahaan

1) Konsep tiga horizon pertumbuhan perusahaan

Baghai dkk. (2000) memperkenalkan konsep tiga horizon pertumbuhan, yaitu sebagai berikut:

a) mempertahankan dan memperbesar bisnis inti yang kini telah kini dimiliki (extend dan defend core business),

b) membangun bisnis baru yang siap dikembangkan (building emerging business),

c) menciptakan alternatif pilihan bisnis baru yang dapat dipertanggung jawabkan (creating viable options).

Fokus manajemen harus secara serentak atau simultan, diarahkan pada tiga horizon tersebut. Jika manajemen hanya memfokuskan pada horizon pertama saja maka perusahaan yang dikelola terancam mengalami penurunan pertumbuhan di masa depan. Pada saat yang sama keberhasilan mengelola horizon pertama merupakan jaminan untuk memasuki horizon kedua dan ketiga. Kegagalan pengelola horizon pertama menjadikan manajemen tidak memiliki sumber daya dan dana yang cukup untuk memasuki horizon berikutnya.

1) Macam-macam strategi pertumbuhan perusahaan Secara ringkas, macam strategi pertumbuhan dapat dibedakan sebagai berikut:

a) Konsentrasi b) Perluasan pasar

c) Pengembangan produk

d) Integrasi horizontal e) Integrasi vertikal

f) Diversifikasi konsentrik g) Diversifikasi konglomerasi B. STRATEGI PENYEHATAN PERUSAHAAN

1. Penyehatan Strategik dan Operasiona a. Penyehatan Strategik

Paling tidak terdapat dua macam penyehatan perusahaan, yakni penyehatan strategik (strategic turnaround) dan penyehatan operasional (operating turnaround) (Arogyaswamy, 1992).

Penyehatan strategik diperlukan ketika terjadi kesalahan strategis.

1) Pertama, biasanya berkaitan dengan usaha penyehatan terhadap sakit yang disebabkan oleh ketidakmampuan perusahaan memenuhi kebutuhan konsumen dengan produk yang sekarang dihasilkan sesuai dengan (ketiga) komponen pokok misi perusahaan yang telah ditetapkan.

2) Kedua, penyehatan strategis diperlukan karena, paling tidak, manajemen telah membuat kesalahan strategis yang mengakibatkan perusahaan berada di luar misi yang semula digariskan. Dalam pengertian yang kedua ini, perusahaan dapat mempertahankan hidup karena mampu mencapai tujuan ekonomis – khusunya laba – akan tetapi tidak sesuai dengan rancangan misi perusahaan – khususnya komponen pokok – ketika pertama kali didirikan.

BAB 8 STRATEGI PERTUMBUHAN DAN PENYEHATAN… 63 Oleh sebab itu, manajemen memiliki dua kemungkinan pilihan. manajemen terus mempertahankan apa yang telah dicapai dengan mengubah misi perusahaan disesuaikan dengan strategi bisnis yang dipraktikan atau memper-tahankan misi perusahaan yang telah berjalan mengikuti arahan misi yang masih tetap dipertahankan tersebut. Jika pilihan dijatuhkan pada alternatif pertama, maka tidak ada persoalan manajerial yag berarti. Dengan pilihan ini berarti dengan sendirinya mamajemen dinilai oleh pemilik (maupun bersama manajemen) tidak melakukan strategis. Pilihan ini lebih sering terjadi, karena penyimpangan dari misi perusahaan yang telah ditetapkan dalam operasi perusahaan tidak mungkin terjadi dalam sekali proses dan sekali pengambilan keputusan. Artinya, secara perlahan-lahan sesungguhnya mereka telah mengubah dan menerima perubahan misi, sekalipun barangkali belum ada keputusan manajerial untuk itu.

Manajemen biasanya melakukan rekayasa perubahan secara radikal, yang kini lebih dikeal dengan sebutan corporate reengineering (hammer dan Champy, 1993;

hammer, 1996). Tidak berbeda jauh dengan jawaban yang diberikan pada pengertian yang pertama.

3) Ketiga, penyehatan strategis diperlukan ketika perusahaan dinilai memiliki kecenderungan kehilangan posisi strategis di pasar, sekalipun perusahaan berhasil secara rata-rata atau bahkan lebih secara operasional.

b. Penyehatan Operasional

Penyehatan operasional berusaha melakukan perubah operasi perusahaan, akan tetapi hampir sama sekali tidak bersentuhan dengan usaha mengubah strategi bisnis. Manajemen berusaha memperbaiki kinerja perusahaan yang berkaitan dengan pencapaian tujuan ekonomis keuangan yang diakibatkan oleh kelemahan implementasi strategi. Bukan disebabkan oleh isi (substansi) strategi bisnis yang selama ini telah direncanakan.

Manajemen tidak memiliki persoalan yang berkaitan dengan kinerja tujuan ekonomis yang bernilai strategis. Untuk keperluan terjadinya perputaran arah perusahaan, biasanya dikerjakan berbagai cara.

1) Pertama, manajemen berusaha meningkatkan penghasilan yang diperoleh dengan berbagai teknik misalnya dengan pemotongan harga, peningkatan promosi, penambahan dan perbaikan pelayanan konsumen, memperbaiki saluran distribusi, perbaikan kualitas barang.

2) Kedua, manajemen melakukan pemotongan (penghematan) biaya. Biaya yang tidak memiliki keterkaitan langsung dengan operasi pokok perusahaan yang segera

BAB 8 STRATEGI PERTUMBUHAN DAN PENYEHATAN… 65 membentuk penghasilan biasanya menjadi pilihan pertama, misalnya biaya administrasi, pemasaran, penelitian dan pengembangan.

3) Ketiga, manajemen juga dapat memilih untuk mengurangi (menjual) harta

kekayaan perusahaan, khususnya harta yang tidak memiliki peran yang signifikan dalam operasi perusahaan, akan tetapi menjadi salah satu sumber utama lahirnya biaya. Biasanya berupa harta yang tidak berada dalam arus operasi yang mendatangkan penghasilan, akan tetap memiliki biaya pemeliharaan yang tinggi.

2. Proses Penyehatan Perusahaan

Strategi penyehatan berusaha melakukan putaran arah perusahaan untuk kembali ke arah menuju pertumbuhan. Langkah ini biasanya dimulai dengan usaha mengembalikan situasi yang serba tidak teratur ke dalam keberaturan, yang dalam pelaksanaannya biasanya dilakukan dengan meningkatkan segala bentuk pengendalian dan pengawasan.

Secara umum, tahapan proses penyehatan adalah sebagai berikut (Arpi dan Wejke, 1999; Bebault, 1999;

Muhammad, 2006);

1. Tahap Pertama, manajemen melakukan evaluasi menyeluruh, yang biasanya memerlukan waktu dari satu minggu sampai dengan tiga bulan.

2. Tahap Kedua, yang perlu dikerjakan oleh manajemen adalah membuat rencana penyehatan, yang biasanya memerlukan waktu dari satu bulan sampai dengan enam bulan.

3. Tahap Ketiga, manajemen mengimplemen- tasikan rencana penyehatan yang telah dibuat, yang biasanya memerlukan kurang lebih enam sampai dengan dua belas bulan.

4. Tahap Keempat, manajemen membuat langkah stabilisasi perusahaan, yang biasanya memerlukan waktu enam sampai dengan dua belas bulan. Langkah terakhir adalah penyiapan ke arah pertumbuhan bisnis, jika semua rencana yang disiapkan berhasil baik, perlu dikerjakan.

Langkah ini memerlukan waktu kurang lebih selama satu sampai dengan dua tahun.

Dengan demikian, dilihat dari jumlah waktu yang diperlukan, sejak dimulainya evaluasi langkah penyehatan sampai dengan pencapaian keadaan siap untuk tumbuh, manajemen kurang lebih memerlukan waktu antara dua sampai dengan lima tahun. Pada umumnya manajemen berusaha menggunakan pedoman waktu yang lebih pendek. Amat jarang lebih dari tiga tahun. Sampai dengan tahapan stabilisasi, biasanya manajemen menetapkan batas waktu delapan sampai dengan empat belas bulan. Lebih dari dari itu, harapan untuk berhasil tidak terlihat secara jelas.

67

BAB 9

KONSEP DIFUSI INOVASI

A. INOVASI, KEINIVASIAN DAN ADOPTER 1. Inovasi

Suatu inovasi adalah suatu ide, praktik, objek yang dipersepsi sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu ataupun unit adopsi yang lain (misalnya organisasi). Kalau ide tersebut tampak baru bagi seseorang, maka hal itu merupakan inovasi. Aspek kebaruan suatu inovasi dapat tercermin dalam arti pengetahuan, persuasi, atau suatu keputusan untuk mengadopsi.

2. Keinovasian dan Kategori Adopter

Keinovasian adalah tingkat di mana seorang individu atau unit adopsi lain lebih awal dalam mengadopsi ide-ide baru dibanding dengan anggota lain suatu sistem sosial. Kategori adopter adalah klasifikasi anggota masyarakat berdasarkan keinovatifan mereka. Lima kategori adopter adalah:

a. inovator, b. penerima dini, c. mayoritas dini,

d. mayoritas belakangan, e. laggards.

Inovator mampu menghadapi tingkat ketidakpastian yang lebih tinggi tentang suatu inovasi Tingkat adopsi atau rate of adoption adalah kecepatan relatif dimana sesuatu inovasi diadopsi oleh anggota sustu sistem sosial. Tingkat adopsi

biasa diukur menurut panjang waktu yang diperlukan bagi persentase tertentu anggota anggota masyarakat untuk mengadopsi suatu inovasi.

B. PROSES DAN TAHAPAN PEMBUATAN KEPUTUSAN INOVASI

1. Proses Keputusan-Inovasi

Pengetahuan terjadi ketika seseorang individu (atau unit pembuatan keputusan lain) dikenai atau diterpa oleh keberadaan inovasi dan memperoleh sejumlah pengertian tentang bagaimana inovasi itu berfungsi. Tetapi meningkat di tahap persuasi dan khususnya pada tahap keputusan seorang individu mencari informasi evaluasi-inovasi dalam rangka mengurangi ketidakpastian mengenai konsekuensi yang diharapkan dari suatu inovasi.

Proses keputusan inovasi dapat berakhir pada adopsi, suatu keputusan untuk menggunakan sepenuhnya suatu inovasi sebagai cara yang paling baik yang ada atau rejection atau penolakan yakni keputusan untuk tidak mengadopsi suatu inovasi.

Proses keputususan inovasi menyangkut waktu dalam arti bahwa kelima langkah tersebut di atas biasanya berlangsung dalam suatu urutan waktu mulai pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi. Ada lima langkah dalam proses pembuatan keputusan-inovasi, yaitu:

a. Pengetahuan b. Persuasi c. Keputusan

d. Implementasi, dan e. Konfirmasi

BAB 9 KONSEP DIFUSI INOVASI 69 2. Tahap-tahap Pembuatan Keputusan Inovasi

Proses keputusan-inovasi (innovation-decision process) adalah proses mental yang dilalui seseorang individu sejak pertama kali mengetahui suatu inovasi hingga memutuskan untuk menerima ataupun menolak dan memastikan keputusan tersebut. Suatu keputusan yang diambil seseorang berkenaan dengan sesuatu inovasi merupakan jenis khusus dalam pembuatan keputusan (decision making), karena mengandung sejumlah karakteristik yang tidak ditemukan pada situasi pembuatan keputusan jenis yang bukan menyangkut inovasi.

a. Anteseden

Merupakan sejumlah variabel yang ada pada situasi sebelum diperkenalkan inovasi.

Antesenden ini terdiri atas:

(1) Karakteristik kepribadian inividual seseorang, seperti sikap umumnya terhadap perubahan. Ada orang yang berkepribadian tertutup terhadap sesuatu perubahan. Sikap umum orang seperti ini tentunya tidak positif terhadap sesuatu perubahan.

(2) Karakteristik sosial seseorang seperti;

kekosmopolitannya. Terdapat sejumlah orang yang meskipun secara fisik ia bermukim di suatu tempat, namun secara mental ia mempuyai orientasi yang menembus batas-batas lingkungan setempat.

(3) Kekuatan dari kebutuhan inovasi yang dirasakannya. Apabila kebutuhan akan suatu cara atau ide baru mengenai sesuatu hal yang sudah begitu mendesak, tentunya proses penerimaan terhadap inovasi tersebut juga lebih mudah.

Variabel-variabel tadi mempengaruhi jalannya proses keputusan inovasi berlangsung bagi seseorang. Norma-norma suatu sistem sosial, apakah modern atau tradisional dapat menjadi pendorong atau penghambat keputusan seseorang. Inovasi dapat diadopsi pada tahap ketika keputusan masih dalam proses, dan digunakan seterusnya atau ditolak pada suatu waktu kemudian (suatu diskontinyu atau discontinuance).

b. Lima tahapan proses pembuatan keputusan Proses pembuatan keputusan inovasi terdiri dari lima tahap, yaitu:

1) Pengetahuan. Terjadi bila seseorang inividu (atau unit pengambilan keputusan) mengetahui adanya suatu inovasi dan mengerti bagaimana inovasi itu berfungsi.

2) Persuasi. Terjadi ketika individu (atau unit pembuatan keputusan lain) sedang membentuk sikap menyukai atau tidak menyukai sesuatu inovasi.

3) Keputusan. Terjadi waktu seseorang (atau unit pengambil keputusan) melakukan kegiatan yang mengarah pada suatu pilihan

BAB 9 KONSEP DIFUSI INOVASI 71 untuk mengadopsi atau menolak suatu inovasi.

4) Implementasi. Terjadi jika individu (ataupun unit pengambil keputusan lainnya) menggunakan sesuatu inovasi.

5) Konfirmasi. Terjadi manakala inividu (atau unit pegambil keputusan yang lain) mencari pemantapan (reinforcement) atas suatu keputusan-inovasi yang telah diperbuat.

1) Tahap Pengetahuan

Proses keputusan-inovasi pada pokoknya adalah suatu proses aktivitas pencarian informasi dan pengolahan informasi di mana seseorang individual termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian (uncertainty) mengenai keuntungan dan kerugian.

Pengetahahuan kesadaran menjadi motivasi bagi seseorang untuk mencari pengetahuan

bow-to” dan pengetahuan “prinsip-prinsip”

Bentuk pencarian informasi semacam ini terkonsentrasi pada tahap pengetahuan dari proses keputusan-inovasi, tapi dapat pula terjadi pada tahap persuasi dan keputusan. Pengetahuan “how-to”

terdiri dari informasi yang perlu untuk menggunakan suatu inovasi secara tepat.

Seorang adopter harus mengerti berapa banyak inovasi yang disimpan, bagaimana menggunakannya secara tepat, dan sebagainya.

Jika pengetahuan “how-to” tidak didapatkan menjelang percobaan dan adopsi

suatu inovasi, maka kemungkinannya akan menghasilkan penolakan atau diskontinyu.

Pengetahuan prinsip terdiri dari informasi yang berkenaan dengan prinsing kefungsian yang mendasari bagaimana suatu inovasi bekerja.

2) Tahap Persuasi

Tahap persuasi dari proses keputusan- inovasi, seseorang membentuk sikap menyukai atau tidak menyukai sesuatu inovasi. Bila aktivitas mental pada tahap pengetahuan terutama bersifat kognitif (mengetahui), jenis berpikir yang pokok pada tahap persuasi adalah afektif (perasaan).

Pada tahap persuasi ini, seseorang individu menjadi lebih terlibat secara psikologis dengan inovasi dimana ia sedang aktif mencari informasi mengenai ide baru pada inovasi tersebut. Pada tahap persuasi, dan khususnya pada tahap keputusan, seseorang biasanya termotivasi mencari informasi evaluasi-inovasi (innovation- evaluation information) untuk mengurangi ketidakpastian mengenai konsekuensi yang diharapkan dari sesuatu inovasi.

3) Tahap Keputusan

Sewaktu seseorang melakukan aktivitas yang mengarah pada suatu pilihan untuk mengadopsi ataupun menolak suatu inovasi, pada saat itulah terjadi tahap keputusan.

BAB 9 KONSEP DIFUSI INOVASI 73 Adopsi adalah keputusan untuk menggunakan sepenuhnya suatu inovasi sebagai rentetan kegiatan yang terbaik (best course of action) yang tersedia sedangkan penolakan adalah keputusan untuk tidak mengadopsi suatu inovasi.

Proses keputusan-inovasi juga logis bila menghasilkan keputusan penolakan seperti halnya mengadopsi;

a. Penolakan aktif (active rejection) yang terdiri dari pertimbangan mengadopsi inovasi (termasuk mencobanya) tapi kemudian memutuskan untuk tidak mengadopsi.

b. Penolakan pasif (nonadoption) yang berarti tidak pernah sama sekali mempertimbangkan penggunaan suatu inovasi.

4) Tahap Implemen

Pada implementasi terjadi ketika seseorang inividu (atau unit pembuat keputusan) menggunakan inovasi. Hingga tahap implementasi, proses keputusan inovasi masih semata-mata bersifat mental.

Sedangkan implementasi telah menjadi perubahan perilaku yang tampak (overt behavior change). Pada tahap ini ide-ide baru yang dimaksud benar-benar diterapkan.

5) Diskontinyu

Diskontinyu merupakan suatu keputusan untuk menolak suatu inovasi setelah sebelumnya ia mengadopsi inovasi tersebut.

Ada dua macam diskontinyu, penggantian dan kekecewaaan (desencbantment).

Diskontinyu penggantian adalah suatu ide yang lebih baik yang menyusul kemudian.

Diskontinyu suatu inovasi merupakan satu indikasi bahwa ide yang dimaksud belum sepenuhnya melembaga dan dirutinkan dalma praktek-praktek yang berlambang dan cara adopter pada tahap implementasi dari proses keputusan inovasi.

Keputusan inovasi dapat kelompokkan menjadi:

1) Keputusan otoritas (autobority dicision) yang dipaksakan atas seseorang individu oleh seseorang yang berada pada posisi kekuasaan atasan (superordinate power position)

2) Keputusan individual, dimana individu mempunyai pengaruh, terdiri dari:

a. Keputusan opsional, dibuat, oleh seseorang individu, terlepas dari keputusan yang dibuat oleh anggota lain dari sistem sosial yang tempatnya berada.

b. Keputusan kolektif, dibuat oleh individu disuatu sistem sosial secara konsesus.

BAB 9 KONSEP DIFUSI INOVASI 75 C. TAHAPAN DAN PERAN DALAM PEMBUATAN

KEPUTUSAN KOLEKTIF

1. Tahapan Dalam Pembuatan Keputusan Kolektif a. Stimulasi minat terhadap kebutuhan akan ide-

ide baru (oleh stimulator)

b. Inisiasi ide-ide baru dalam sistem sosial (oleh inisiator)

c. Legimitasi ide-ide tersebut (oleh pemegang kekuasaan atau legitimasi)

d. Keputusan dan partisipasi untuk bertindak (oleh anggota sistem sosial)

a. Stimulasi minat terhadap kebutuhan akan ide-ide baru (oleh stimulator)

Stimulasi merupakan suatu sub-proses dalam pembuatan keputusan-inovasi kolektif, sehingga seseorang sadar bahwa ada kebutuhan akan inovasi tertentu dalam suatu sistem sosial.

Sering sekali simulator merupakan orang luar bagi suatu sistem sosial atau kalaupun ia anggota, tapi merupakan orang yang berorientasi keluar, melalui hubungan sosial yang dipunyai dengan anggota dari sistem sosial yang lain.

Stimulator dari keputusan-inovasi kolektif bersifat lebih kosmopolit daripada anggota lain dari suatu sistem sosial.

Kekosmopolitan stimulator ini dapat tercermin dalam perjalanan yang luas, membaca publikasi luar, afiliasi dengan organisasi nasional atau internasional.

b. Inisiasi ide-ide baru dalam sistem sosial (oleh inisiator)

Inisiasi merupakan sub-proses dalam pembuatan keputusan inovasi kolektif dimana ide-ide baru mendapatkan peningkatan perhatian oleh anggota sistem sosial yang bersangkutan untuk selanjutnya disesuaikan dengan kebutuhan sistem sosial yang ada.

Stimulator adalah seorang “orang luar” dengan kontak-kontak yang jauh jangkauannya, sedangkan inisiator adalah “orang dalam”, seorang lokalit, yang kelebihannya adalah ia mengenali sistem sosial tempatnya berada.

Keahlian stimulator terletak pada pengetahuannya mengenak inovasi, jadi ia berorientasi pada pesat (message oriented).

Kontras dengan ini, inisiator adalah berorientasi pada penerima (receiver oriented)

c. Legimitasi ide-ide tersebut (oleh pemegang kekuasaan atau legitimasi)

Legitimasi adalah sub-proses dalam pembuatan keputusan inovasi kolektif, dimana suatu inovasi kolektif diterima (disanctioned) oleh mereka yang secara informal mewakili nilai-nilai dan norma-norma sistem sosial tertentu dalam kekuatan sosial (social power) yang mereka pegang.

d. Keputusan dan partisipasi untuk bertindak (oleh anggota sistem sosial)

Pada tahap keempat dari proses pembuatan keputusan kolektif, fokusnya adalah keputusan untuk bertindak yang dilakukan oleh anggota dari sistem sosial. Sistem sosial lebih puas

BAB 9 KONSEP DIFUSI INOVASI 77 dengan suatu keputusan kolektif, jika mereka merasa terlibat dalam pembuatan keputusan tersebut, karena:

1) Melalui partisipasi dalam proses pembuatan- pembuatan, anggota individu belajar bahwa sebagian besar orang lain dalam sistem sosial tersebut juga bersedia mematuhi keputusan/

2) Keputusan untuk menerima atau menolak akan lebih sesuai dengan kebutuhan anggota sistem, jika mereka ambil bagian dalam mencapai keputusan dimaksud.

3) Partisipasi luas dari masyarakat, memung- kinkan pemimpin opini dalam sistem mengambil bagian penting dalam pembuatan keputusan

2. Peran Agen Perubahan Dalam Pembuatan Keputusan Kolektif

Agen perubahana dapat berperan sebagai stimulator dan bahkan inisiator dalam proses pembuatan keputusan kolektif, tapi jarang sebagai legitimezer. Agen perubahan memang memiliki kualifikasi yang dipuji untuk berfungsi sebagai stimulator dan initiator inovasi kolektif. Hubungan sosial yang luas dan kopetensi teknis dalam spesialisasinya, memberikan suatu basis yang kuat untuk menyajikan ide-ide baru ke pusat perhatian dan pemimpin sistem. Agen perubahan dapat menawarkan advis mengenai sifat proses pembuatan keputusan itu sendiri (Zulkarimein Nasution, 2003)

Dalam dokumen MANAJEMEN PERUBAHAN DAN INOVASI (Halaman 67-71)