• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

24,27% dipengaruhi oleh faktor lain. Dapat disimpulkan dari perhitungan diatas penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) untuk mencapai berat jenis minimum sebesar 687 kg/m3 terdapat pada variasi 18 (1 Pc : 3Ps : 4 Ks : 0,5 W).

e. Batako sampel V dengan variasi penggantian sebagian 1Pc : 3 Ps : 4 Ks : 0,5 W mempunyai kuat tekan rata-rata 2,78 MPa

Berdasarkan hasil penelitian di atas terlihat pada sampel II mengalami peninggkatan, sedangkan pada sampel III mengalami penurunan. Pada sampel IV terjadi penurunan, kemudian pada sampel V terjadi peningkatan terhadap sampel IV.

Hal ini disebabkan dalam pencetakan batako mengalami kesulitan, karena semakin banyak penggunaan serbuk karst maka semakin sulit pula dalam mencetak batako.

Daya rekat campuran batako menjadi berkurang, karena serbuk karst mempunyai sifat lembek. Sehingga dalam pelepasan cetakan seringnya rubuh pada bagian tepi batako dan gagal untuk mencapai bentuk batako sesuai dengan cetakan, sehingga pencetakan ulang harus dilakukan. Dengan permasalahan tersebut, hasil dari uji kuat tekan didapatkan hasil yang variatif.

Berdasar pada percobaan pendahuluan yang dilakukan dengan cara membuat mortar dengan penambahan limbah karst dengan variasi tertentu. Kemudian mortar tersebut dicetak dengan cetakan jely berdiameter 5 cm dan di keluarkan dari cetakanya setelah mortar berumur 24 jam. Dan hasilnya yaitu :

a. Sampel A = 7 limbah karst : 1 semen, hasilnya lembek dan setelah direndam dengan air sampel A menjadi sangat mudah dihancurkan.

b. Sampel B = 7 pasir : 1 limbah karst, hasilnya mortar tidak memadat, hancur.

c. Sampel C = 3,5 pasir : 3,5 limbah karst : 1 semen, hasilnya mortar memadat, kuat, dan setelah direndam dengan air, mortar tetap kuat.

d. Sampel D = 6 pasir : 1 limbah karst : 1 semen, hasilnya mortar memadat, setelah direndam dengan air mortar tetap kuat.

e. Sampel E = 7 pasir : 1 semen, hasilnya sedikit rapuh. Lebih kuat sampel C dan sampel D.

Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian akhir yang dilakukan memiliki nilai hasil yang tidak jauh berbeda dengan percobaan pendahuluan.

2. Pengaruh Penggantian Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk batu gamping keras (karst) Terhadap Berat Jenis Batako

Hasil pengujian hipotesis pertama dengan analisis regresi Curve Estimation dengan model Qubic dapat diketahui penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) berpengaruh terhadap berat jenis batako berlubang R2 sebesar 0,7573 yang artinya penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) berpengaruh sebesar 75,73%, sedang 24,27% dipengaruhi oleh faktor lain. Setelah mendapatkan data yang diperoleh melalui pengujian berat jenis beton terhadap benda uji batako berlubang dengan penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) dapat diketahui antara penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) terhadap berat jenis batako berlubang menunjukkan nilai berat jenis yang variatif. Adapun nilai berat jeniss batako berlubang untuk setiap variasi adalah sebagai berikut:

a. Batako sampel I tanpa penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) mempunyai berat jenis rata – rata 705 gr/cm3.

b. Batako sampel II dengan variasi penggantian sebagian 1Pc : 6 Ps : 1 Ks : 0,5 W mempunyai berat jenis rata-rata 723 gr/cm3

c. Batako sampel III dengan variasi penggantian sebagian 1Pc : 5 Ps :2 Ks : 0,5 W mempunyai berat jenis rata-rata 673 gr/cm3

d. Batako sampel IV dengan variasi penggantian sebagian 1Pc : 4 Ps : 3 Ks : 0,5 W mempunyai berat jenis rata-rata 660 gr/cm3

e. Batako sampel V dengan variasi penggantian sebagian 1Pc : 3 Ps : 4 Ks : 0,5 W mempunyai berat jenis rata-rata 660 gr/cm3

Berdasarkan hasil penelitian di atas terlihat pada sampel II mengalami penurunan, sedangkan pada sampel III mengalami penurunan. Pada sampel IV terjadi penurunan, kemudian pada sampel V terjadi penurunan. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya sebuk batu gamping keras (karst) mempunyai berat jenis yang relatif lebih kecil daripada agregat halus (pasir).

3. Kuat Tekan Maksimal

Hasil pengujian hipotesis ketiga memperoleh hasil bahwa kuat tekan batako yang maksimum sebesar 5,79 Mpa terdapat pada variasi 2 (1 Pc : 6 Ps : 1 Ks : 0,5 W).

Dari perhitungan hipotesis ketiga dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa variasi optimum penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) dari 20 buah sampel adalah variasi 2 (1 Pc : 6 Ps : 1 Ks : 0,5 W), pada variasi tersebut akan dicapai kuat tekan beton maksimum sebesar 5,79 Mpa dan mengalami penurunan pada variasi penggunaan serbuk batu gamping keras (karst) yang lain.

Pada dasarnya karst adalah batuan yang ber berat jenis rendah, lebih rendah daripada pasir. Karst tersusun dari H2CO3 yang bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium karbonat (CaCO3). Sifatnya ringan ,mudah hancur, dan mudah larut oleh air.

Hasil pengujian menunjukan bahwa kuat tekan batako yang maksimum sebesar 5,79 Mpa terdapat pada variasi 2 (1 Pc : 6 Ps : 1 Ks : 0,5 W), yakni di varian yang tidak menggunakan karst sebanyak 0,7 kg. Hal ini disebabkan oleh sifat fisik karst yang sangat halus yang mampu mengisi rongga – rongga antara agregat halus sehingga menghasilkan batako yang padat dan berkekuatan maksimal. Tetapi kuat tekan kemudian mengalami penurunan pada variasi penggantian agregat halus dengan serbuk karst selanjutnya, hal ini dipengaruhi oleh rendahnya berat jenis karst.

Lagipula karst adalah material yng bersifat lunak dan mudah luruh oleh air.

4. Berat Jenis Minimal

Hasil pengujian hipotesis keempat memperoleh hasil bahwa berat jenis batako yang minimum sebesar 687 kg/m3 terdapat pada variasi V (1 Pc : 3 Ps : 4 Ks : 0,5 W). Dari perhitungan hipotesis keempat dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa variasi optimum penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) dari 20 buah sampel adalah variasi V (1 Pc : 3 Ps : 4 Ks : 0,5 W), pada variasi tersebut akan dicapai berat jenis beton minimum sebesar 687 kg/m3 dan mengalami peningkatan pada variasi penggunaan serbuk batu gamping keras (karst) yang lain.

Pada dasarnya karst adalah batuan yang ber berat jenis rendah, lebih rendah daripada agregat halus pasir. Karst tersusun dari H2CO3 yang bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium karbonat (CaCO3). Sifatnya ringan ,mudah hancur, dan mudah larut oleh air.

Hasil pengujian menunjukan bahwa berat jenis batako yang minimum adalah 687 kg/m3 terdapat pada variasi V (1 Pc : 3 Ps : 4 Ks : 0,5 W) yakni di varian yang menggunakan karst sebanyak 2,8 kg. Hal itu desebabkan karena karst mempunyai sifat yang ringan, semakin banyak penggunaan karst sebagai bahan pengganti agregat halus dalam pembuatan batako akan mengakibatkan semakin ringan berat batako itu sendiri.

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Dokumen terkait