• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan

Dalam dokumen KARYA TULIS ILMIAH (Halaman 32-35)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan sedang giat-giatnya melakukan pembangunan dibidang kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk keadaan gizi masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas dan taraf hidup serta kecerdasan dan

kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Untuk peningkatan kualitas manusia dapat dilakukan melalui pemberantasan penyakit seperti halnya yang disebabkan oleh cacing salah satu dalam pemberian obat cacing. Penyakit cacing ini salah satu dapat di sebabkan oleh cacing golongan nematoda usus jenisnya yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Ancylostoma duodenale, Necator amirecanus, Stongyloides stercoralis dan jenis cacing lainnya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium STIKes Perintis Padang, tentang gambaran hasil pemeriksaan telur cacing Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura pada murid SDN 10 Ganting Padang Tahun 2020, didapatkan hasil positif Ascaris lumbricoides sebanyak 5 orang (16,7 %), dan Negatif sebanyak 25 orang (83,3%). Sedangkan hasil positif Trichuris trichiura adalah sebanyak 3 orang (10 %) dan Negatif sebanyak 27 orang (90%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan data dari Propinsi Sumatera Barat salah satu propinsi dengan angka Prevelensi yang tinggi (AntaraNews, 2011) menemukan bahwa 80% murid sekolah dasar, dan anak yang belum sekolah berumur 4 tahun positif terhadap cacing usus yang ditularkan melaui tanah (AntaraNews, 2011).

Infeksi cacing yang Prevelensinya tinggi pada anak-anak menyebabkan kurang gizi (malnutrisi) dan anemia sehingga akan menghambat pertumbuhan, menurunkan daya tahan tubuh, anak jadi lesu dan tidak bersemangat, dan kemampuan berfikirnya akan berkurang akibatnya akan menurunkan kualitas generasi yang akan datang.

Cacing merupakan salah satu parasit yang paling banyak menginfeksi manusia. WHO mencatat tahun 2012 lebih dari 1,5 miliar atau sekitar 24%

populasi manusia didunia terinfeksi cacing usus dengan angka tertinggi terjadi pada usia anak sekolah (Luis,2016), WHO (2016) mengatakan helminthiasis adalah infeksi cacing parasit usus dari golongan Nematoda usus yang ditularkan melalui tanah atau disebut Soil Transmitted Helminth (STH).

WHO 2016 melaporkan lebih dari 2 miliar orang terinfeksi cacingan (Hanif, 2017).

Tinggi Frekuensi penyakit infeksi oleh cacing yang ditularkan melalui tanah, ada hubungannya dengan tingkat sosial ekonomi. Suatu masyarakat yang pada umumnya mempengaruhi pendidikan dan kebiasaan hidup suatu masyarakat. Selain itu iklim tropis dan kelembapan yang tinggi, hygiene dan sanitasi yang buruk, serta kepadatan penduduk yang berlebihan menjadi faktor pendukung tingginya frekuensi penyakit infeksi cacing tersebut.

Pemeriksaan feses dilakukan untuk pemeriksaan penunjang diagnosis suatu penyakit, karena feses mewakili bagaimana gambaran yang terjadi di dalam tubuh contohnya infeksi parasit dan telur cacing (Budiman, 2012).

Feses untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan, jika sangat diperlukan, boleh juga sampel tinja diambil dengan jari bersarung dari rectum. Untuk pemeriksaan biasa dipakai feses sewaktu, jarang diperlukan feses 24 jam untuk pemeriksaan tertentu. Feses hendaknya diperiksa dalam keadaan segar, kalau dibiarkan mungkin sekali unsur – unsur dalam tinja itu menjadi rusak.

Infeksi cacing ini dapat dicegah dengan melakukan yaitu : Hendaknya pembuangan tinja pada WC yang baik. Pemeliharaan kebersihan perorangan dan lingkungan, Penerangan melalui sekolah, organisasi kemasyarakatan oleh guru-guru dan pekerja-pekerja kesehatan,hendaknya jangan menggunakan tinja sebagai pupuk kecuali sudah di campur dengan zat kimia.

Apabila anak terinfeksi kecacingan disertai dengan keadaan gizi buruk, lemah atau yang menderita anemia diberikan diet kadar protein tinggi, vitamin dan zat besi. Obat cacing lama yang pernah digunakan adalah ditiasamin iodide, stilbasium iodida, heksil resocinol dan tiabendazol.

Sekarang dengan adanya obat medendazol, combantrin, levamisol dan obat lainya,infeksi telur cacing dapat diobati dengan hasil yang cukup baik dengan memberikan obat cacing pada anak minimal 1 kali 6 bulan.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian Gambaran hasil pemeriksaan telur cacing Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura pada murid kelas 1 sampai 3 di SDN 10 Ganting Padang, dilakukan terhadap 30 sampel di Laboratorium STIKes Perintis Padang pada bulan Januari 2020. Persentase hasil pemeriksaan telur cacing Ascaris lumbricoides lebih banyak ditemukan daripada Trichuris trichiura yang dapat dilihat pada kesimpulan sebagai berikut :

1. Ditemukan telur cacing Ascaris lumbricoides, didapatkan Positif sebanyak 5 orang (16,7 %), dan Negatif sebanyak 25 orang (83,3%).

2. Ditemukan telur cacing Trichuris trichiura, didapatkan Positif sebanyak 3 orang (10 %) dan Negatif sebanyak 27 orang (90%).

5.2 Saran

1. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan agar melakukan pemeriksaa nematoda usus spesies yang lannya, selain dari Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura .

2. Peningkatan promosi kesehatan tentang pentingnya personal hygiene dan sanitasi lingkungan yang baik serta akibat buruk yang ditimbulkan oleh Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura sangat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat guna mencegahan kecacingan.

3. Selalu memperhatikan kecukupan gizi anak untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

4. Pastikan ibu selalu masak makanan hingga matang.

5. Terapkan hidup bersih dan sehat seperti GERMAS (gerakan hidup bersih dan sehat) yang telah di canangkan mentri kesehatan.

6. Minum obat cacing sesuai anjuran Kementrian Kesehatan, yaitu 6 bulan sekali.

7. DAFTAR PUSTAKA

8. H Akhsin Zulkoni . 2010 . Parasitologi. Nuha Medika, Yogyakarta

9. Inge Susanti, dkk. 2010. Parasitologi Kedokteran, Edisi Keempat, Jakarta : Fakultas Kedokteran UI, Jakarta

10. Prianto Juni,dkk. 2011. Atlas Parasitologi Kedokteran. PT . Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

11. Safar Rosdiana. 2010. Parasitlogi Kedokteran, Edisi Khusus. CV Yrama Widya, Bandung

12. Widiyono. 2011. Penyakit Tropis : Epidoemologi, penularan ,Pencegahan & pemberantasannya. Penerbit Erlangga, Jakarta

13. Irawati, Hubungan Personal Hygiene Dengan Cacingan Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Tamangapa Antang Makasar, Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar Jurusan Keperawatan, 2013 14. Fitriani Ni Nyoman, Identifikasi Telur Cacing Soil Transmitted Helminth

(STH) Pada Anak Sekolah Dasar SDN Baruga Kota Kendari Sulawesi Tenggara, Kementerian Kesehatan RI Poliklinik Kesehatan Kendari Jurusan Analis Kesehatan, Karya Tulis Ilmiah

15. Hairani Budi dkk, Prevalensi Soil Transmitted Helminth (STH) Pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Malinau Kota Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Timur, Jurnal Buski Vol. 5, No. 1, Juni 2014, Halaman 43-48

16. Jodjana Evita Jodjana dan Ester Sri Majawati, Gambaran Infeksi Cacing Trichuris trichiura Pada Anak di SDN 01 PG Jakarta Barat, J. Kedokt Meditek Volume 23, No. 61 Jan-Maret 2017

17. Luia Renjer dkk, Kecacingan Usus Pada Anak Sekolah Dasar di Tanawangko Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa, Jurnal e- Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016

18. Anuar, T. S, Salleh, F, M & Moktar, N. 2014. Soil Transmitted Helminth infections and associated Risk Faktors in Three Orang Asli Tribes In Peninsular Malaysia. In t J Sci Rep. 4

19. Debalke, S., Worku,A., Jahur, N., & Mekonnen. Z. 2013. Soil Transmitted Helminth and associated Factor Ammong School children in Government and Private Primary School in jimma town, Southwest Ethiopia : Ethiop J Health Sci, 23 (3): 237 - 244

Lampiran 1.Surat Izin Penelitian

Lampiran 2.Surat Keterangan telah melakukan Penelitian

Lampiran 3 : Tabel Data Gambaran Hasil Pemeriksaan telur cacing Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura.

No Kode

Sampel

L/P Ascaris

lumbricoides

Trichuris trichiura

1 JC L - -

2 MS P - -

3 MH P - -

4 MG L + +

5 MA P - -

6 SBS P - -

7 TH L + -

8 UN P - -

9 AH L - -

10 SL L - -

11 RN P - -

12 HH L - -

13 AT P + -

14 MBS L - -

15 AP P - -

16 RA L - -

17 IQ L - +

18 GS P - -

19 HS P - -

20 HR L + -

21 MR P - -

22 AS P - -

23 US L - +

24 RN P - -

25 RA L - -

26 AE L - -

27 TA P + -

28 AE L - -

29 RZ L - -

30 RC P - -

Note :

(+) = Positif ( -) = Negatif

Lampiran 4 : Dokumentasi Gambar 1 : Pengambilan Sampel

Gambar 2 : Pengumpulan Sampel

Gambar 3 : Pembuatan Slide

Gambar 4 : Pembacaan Hasil

Gambar 5 : Hasil Ascaris lumbricoides

Trichuris trichiura

Dalam dokumen KARYA TULIS ILMIAH (Halaman 32-35)

Dokumen terkait