• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Pembahasan

Usia, jenis kelamin, pekerjaan, lingkungan, etnis, dan budaya dapat mempengaruhi hasilpenilaian kuantitatif kualitas hidup. Hasil rerata skor komposit pada penelitian ini yaitu 67.49. Nilai ini lebih rendah dibandingkan penelitian kualitas hidup serupa pada penderita glaukoma primer sudut terbuka di Jepang (rerata skor komposit 78.3).16 Sebagian besar pasien dalam penelitian ini bukan usia produktif (rerata usia 63.28 tahun), memiliki riwayat tingkat pendidikan sedang, dan tingkat pendapatan yang rendah. Sawada (2011) dan Medeiros (2015) menyatakan bahwa pasien glaukoma dengan usia lebih muda memiliki skor komposit kualitas hidup yang lebih tinggi.54,55 Selanjutnya Medeiros melaporkan setiap 10 tahun penambahan usia dari baseline berhubungan dengan penurunan skor komposit NEI VFQ-25 Rasch-calibrated score sebesar 0.5 unit (p < 0.001).55 Kuo dkk membandingkan kualitas hidup pasien glaukoma primer sudut terbuka tingkat pendidikan rendah dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi, hasilnya pasien dengan tingkat edukasi perguruan tinggi memiliki skor komposit NEI-VFQ-25 yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendidikan rendah (p=0.041).56

Peters (2015) dan Chun (2018) menemukan tajam penglihatan dan lapang pandang merupakan dua variabel yang memiliki korelasi yang signifikan mempengaruhi kualitas hidup.14,57 Tajam penglihatan sentral cenderung tetap dipertahankan hingga glaukoma derajat advanced. Sebagian besar subjek pada penelitian ini tergolong memiliki tajam penglihatan yang baik, namun sudah terdapat penurunan skor kualitas hidup. Penilaian subskala penglihatan jauh dan dekat yang menggambarkan lapang pandang sentral, memiliki skor median 75 (sedikit lebih rendah dibandingkan penelitian oleh Sawada yaitu skor 76.9).16 Hasil

ini menunjukkan ketergantungan kualitas hidup pada lapang pandang sentral, yang secara baik direpresentasikan oleh VFI. Hal ini dibuktikan dengan adanya korelasi yang moderat antara VFI dengan subskala penglihatan jauh dan dekat. Sawada (2014) menyatakan penglihatan parasentral bagian bawah dan bagian bawah perifer pada mata yang lebih baik memiliki koefisien korelasi yang tinggi untuk beberapa subskala, seperti penglihatan umum, penglihatan jarak jauh dan dekat, serta berkendara.58

Subskala kesehatan umum pada kuesioner NEI-VFQ-25 menilai persepsi individual mengenai kesehatannya secara umum sebagai suatu bagian yang menunjang kualitas hidup terkait penglihatan. Pada penelitian ini subskala kesehatan umum mengalami penurunan skor (median skor 50). Sawada mendefinisikan subskala skor NEI-VFQ-25 termasuk rendah apabila didapatkan skor di bawah 59.54 Penderita glaukoma primer sudut terbuka memiliki skor kesehatan umum yang lebih rendah daripada yang tidak menderita glaukoma dengan menggunakan kuesioner generik kesehatan SF-36.8 Studi lebih lanjut oleh Sawada dan Madonna dengan kuesioner NEI-VFQ-25 menemukan korelasi yang signifikan namun tidak erat antara kesehatan umum dengan VFI (r=0.197 dan r=0.201). 16, 48 Hasil yang serupa juga ditemukan pada penelitian ini (r=0.251).

Sebagian besar pasien (45.8%) memiliki nilai MD>12 dB. McKean-Cowdin menyatakan penurunan kualitas hidup dari segi kesehatan dapat terjadi bahkan pada penderita glaukoma dengan kehilangan lapang pandang derajat ringan (nilai 6 dB < MD < 2 dB).59Hal ini berbeda dengan persepsi terdahulu yang beranggapan

bahwa penurunan kualitas hidup secara umum baru dapat terjadi setelah glaukoma derajat berat.

Terdapat perbedaan persepsi individual antara penderita glaukoma dengan non-glaukoma mengenai kualitas hidup terkait penglihatan. Persepsi individual ini secara umum dinilai lewat skor subskala kesehatan mata. Penelitian ini menunjukkan adanya korelasi yang moderat (r = 0.683) antara penurunan lapang pandang dengan subskala kesehatan mata. Median skor kesehatan mata semua subjek di penelitian ini ialah 60. Skor ini sedikit lebih rendah dibandingkan penelitian oleh Sawada (skor 66,6) dan Riva (skor 65.8).16, 36 Kehilangan lapang pandang, penurunan ketajaman visual, dan riwayat terapi yang kompleks pada penderita glaukoma berkorelasi dengan persepsi pasien mengenai kesehatan mata dalam aktivitas sehari-hari.8

Korelasi yang tidak erat (r=0.378) untuk subskala nyeri pada mata ditemukan pada penelitian ini. Hal ini dapat dijelaskan oleh karena pasien dengan nyeri mata seperti pada glaukoma akut telah dieksklusi. Pada studi kualitas hidup pasien glaukoma oleh Chun dkk didapatkan terdapat pengaruh jenis kelamin terhadap keluhan nyeri mata, dimana wanita umumnya memiliki skor nyeri pada mata lebih rendah daripada pasien pria.57 Pada penelitian ini rerata skor nyeri mata pada pasien pria ialah 78.6 sedangkan pada wanita sebesar 72.3.

Median skor subskala nyeri mata pada penelitian ini ialah 75. Meski terdapat penurunan skor, sebanyak 67% pasien pada penelitian ini merespon adanya nyeri yang tergolong ringan dan tidak sampai mengganggu aktivitas sehari- hari. Pada glaukoma dengan derajat lapang pandang yang berat, skor nyeri mata

yang lebih rendah juga berhubungan dengan tajam penglihatan yang buruk pada mata yang lebih baik.57 Adanya hasil rerata tekanan intraokular yang terkontrol pada pasien penelitian ini menunjukkan bahwa keluhan nyeri mata dari sebagian besar pasien bukan berasal dari kenaikan tekanan intraokular, melainkan dapat berasal dari kelainan permukaan okular. Kelainan permukaan okular memiliki prevalensi sekitar 15% pada individu dengan usia lebih dari 65 tahun dan meningkat menjadi 59% pada pasien dengan glaukoma.60 Rossi dkk menyatakan adanya hubungan yang signifikan (p = 0.04) antara kelainan permukaan okular dengan penurunan rerata skor komposit NEI-VFQ-25.61

Kondisi psikososial yang dinilai dengan kuesioner NEI-VFQ-25 mencakup subskala kesehatan mental, fungsi sosial, keterbatasan peran, dan ketergantungan terhadap orang lain. Fungsi sosial merupakan subskala dengan penurunan skor paling minimal pada penelitian ini (median skor 87.5). Belum dapat dijelaskan secara pasti alasan mengapa fungsi sosial kurang terpengaruh dibandingkan subskala psikososial lainnya, kemungkinan terdapat pengaruh etnis dan budaya terkait hasil yang demikian. Studi Early Manifest Glaucoma Trial yang mengevaluasi skor psikososial dari baseline hingga 20 tahun menyatakan adanya kemungkinan bahwa kondisi distres personal pasien saat awal didiagnosis glaukoma dapat mengalami perbaikan seiring waktu, terutama ketika tidak ada gejala baru yang muncul. Pada studi CIGTS, 34% pasien dilaporkan memiliki kekhawatiran tentang kebutaan yang signifikan. Kondisi ini menurun hingga 17%

dalam 6 bulan dan 11% dalam periode 5 tahun. Studi ini menyatakan berkurangnya kekhawatiran akan kebutaan dari waktu ke waktu dapat disebabkan oleh adanya

rasa kepercayaan pasien akan perawatan yang diberikan, tindak lanjut klinis yang rutin, serta proses adaptasi terhadap diagnosis.31,33

Korelasi antara VFI dengan subskala kesehatan mental, fungsi sosial, keterbatasan peran, dan ketergantungan terhadap orang lain pada penelitian ini semuanya tergolong moderat. Hasil korelasi yang moderat untuk keempat subskala psikososial tersebut juga ditemukan pada penelitian lainnya.16,48 Sebaliknya, penelitian oleh Jampel (2007) dan Skalicky (2014) tidak menemukan korelasi antara lapang pandang dengan kejadian depresi pada penderita glaukoma.46,62 Meski demikian kedua penelitian tersebut menggunakan desain penelitian dan metode yang berbeda dengan penelitian ini. Jampel menemukan bahwa pada pasien yang baru saja didiagnosis glaukoma dalam studi CIGTS, baik tajam penglihatan maupun lapang pandang tidak terkait dengan satu pun butir pertanyaan dalam instrumen Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D).62 Sedangkan Skalicky dkk yang menggunakan kuesioner GQL-15 menyatakan bahwa hanya faktor usia yang terbukti mempengaruhi terjadinya depresi pada pasien glaukoma.46

Pengaruh penurunan lapang pandang secara langsung terhadap keterbatasan dalam mengemudi, perasaan takut jatuh, dan keseimbangan yang buruk disebutkan berkontribusi terhadap hubungan antara glaukoma dan depresi.8 Prevalensi ansietas dan depresi pada pasien dengan glaukoma primer sudut terbuka dievaluasi pada suatu studi kasus-kontrol menggunakan Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS). Prevalensi pasien dengan ansietas (13,0%) dan depresi (10,9%) secara signifikan lebih tinggi daripada kelompok kontrol (7% versus 5.2%).63 Studi ini

juga menyatakan pasien glaukoma dengan usia yang lebih muda cenderung lebih mengalami ansietas dibandingkan dengan yang lebih tua. Pasien usia tua dengan nilai MD yang lebih buruk pada mata yang lebih baik berhubungan dengan kondisi depresi.8 Meski demikian, banyak faktor yang perlu ditelaah lebih lanjut dalam menilai korelasi antara pengukuran lapang pandang secara obyektif dengan kondisi kesehatan mental. Subskala kesehatan mental dapat lebih dipengaruhi oleh persepsi individual pasien akan penglihatannya dibandingkan dengan pengukuran klinis secara obyektif. Selain itu, kondisi depresi sendiri dapat menyebabkan respon yang lebih buruk terhadap pertanyaan kuesioner, sehingga dapat menjadi faktor perancu dalam analisis.

Penelitian ini menunjukkan korelasi yang moderat (r=0.633) antara nilai VFI dengan berkendara. Koefisien korelasi antara VFI dengan subskala berkendara pada penelitian ini sedikit lebih tinggi dibandingkan penelitian oleh Sawada (r=0.556).16 Studi Salisbury Eye Evaluation menemukan korelasi yang kuat antara lapang pandang dengan berkendara malam hari, bahkan setelah dilakukan penyesuaian untuk faktor sensitivitas kontras.64 Los Angeles Latino Eye Study melaporkan hilangnya lapang pandang bilateral derajat sedang hingga berat memiliki pengaruh yang signifikan dalam berkendara, sedangkan kelainan lapang pandang unilateral derajat berat sekalipun memiliki pengaruh yang kecil pada kemampuan berkendara. 17

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pasien glaukoma cenderung mengubah kebiasaan mengemudi mereka sebagai akibat dari persepsi visual yang mereka alami. Perubahan kebiasaan ini mencakup berhenti berkendara pada malam

hari, menurunkan frekuensi dan durasi mengemudi, serta berhenti mengemudi di tempat yang asing. Dibandingkan dengan individu tanpa glaukoma, keputusan untuk berhenti mengemudi secara signifikan lebih sering terjadi pada pasien yang didiagnosis dengan glaukoma bilateral dibandingkan unilateral. Penderita glaukoma bilateral tiga kali lebih sering untuk berhenti mengemudi daripada mereka yang tidak memiliki glaukoma. 64,65 Pada penelitian ini dimana semua subjek mengalami glaukoma bilateral, didapatkan sebanyak 42% subjek menyatakan berhenti mengemudi setelah didiagnosis glaukoma.

Haymes (2008) dan Wood (2016) dalam studinya menyatakan pasien dengan glaukoma bilateral diatas 60 tahun dengan gangguan lapang pandang derajat ringan-sedang menunjukkan penurunan kemampuan mengemudi, terutama dalam situasi mengemudi yang kompleks.66,67 Kedua studi ini mengevaluasi manuver berkendara pasien dengan glaukoma pada kondisi nyata / on-road driving performance. Hasilnya dibandingkan dengan subjek normal, penderita glaukoma derajat ringan-sedang memiliki kecenderungan enam kali lebih besar untuk diintervensi oleh instruktur berkendara karena menunjukkan kesulitan dalam mendeteksi gangguan di perifer dan reaksi yang lambat terhadap peristiwa yang tidak terduga. Penderita glaukoma juga memiliki lebih banyak kesulitan menyesuaikan kecepatan saat berpindah jalur dan menjaga posisi kendaraan mereka tetap di jalur terutama saat menavigasi jalan yang berbelok. Penglihatan kontras yang menurun, gangguan adaptasi gelap, dan peningkatan sensitivitas silau pada penderita glaukoma berkontribusi pada kesulitan mengemudi di malam hari. Chun dkk menyatakan terdapat faktor lain yang signifikan mempengaruhi kondisi

berkendara selain fungsi visual antara lain jenis kelamin wanita (terlepas dari derajat keparahan glaukomanya), kondisi lingkungan, budaya, dan status sosial individu. 57, 64-67

Respon subjek penelitian terhadap subskala penglihatan warna berbeda dari hasil subskala lainnya. Hanya 33% pasien yang memberi tanggapan masih tertarik dalam memadu padankan pakaian. Median skor subskala penglihatan warna (skor 75) cenderung lebih rendah daripada skor penglihatan warna oleh Sawada dkk (rerata skor 89.3).16 Kuesioner NEI-VFQ-25 memuat pertanyaan berupa kemampuan pasien memilih dan memadukan pakaian. Sebagian besar pasien pada penelitian ini tidak lagi tertarik dalam aktivitas memadu padankan pakaiannya sehari-hari, sehingga hasil skor ini tidak dapat menggambarkan penilaian semua subjek akan penglihatan warna.

Mobilisasi merupakan salah satu aktivitas sehari-hari yang terganggu karena kelainan lapang pandang pada glaukoma. Analisis pasien yang mengikuti studi CIGTS menunjukkan 22% pasien melaporkan kesulitan dengan aktivitas sehari-hari yang membutuhkan penglihatan perifer.8 Penelitian ini menunjukkan korelasi yang kuat (r=0.70) antara VFI dengan lapang pandang perifer.

Arah korelasi yang positif dan kuat ditunjukkan antara VFI pada mata yang lebih baik dengan skor komposit kualitas hidup menggunakan kuesioner NEI-VFQ- 25 (r=0.746). Semakin buruk penurunan lapang pandang penderita glaukoma, yang dilihat dari semakin rendah nilai VFI, semakin rendah pula skor kualitas hidup pada kuesioner NEI-VFQ-25. Hasil ini menunjukkan bahwa VFI dapat berpotensi untuk digunakan sebagai ukuran tidak langsung dalam pemantauan disabilitas fungsi

visual dalam tatalaksana glaukoma kronis. Temuan ini juga menunjukkan bahwa dokter sebaiknya tidak hanya memberi perhatian pada tatalaksana mata yang lebih buruk, melainkan juga pada mata yang lebih baik untuk mencegah perburukan derajat glaukoma pada mata yang lebih baik dan mengakibatkan penurunan kualitas hidup.

Terdapat beberapa limitasi pada penelitian ini, antara lain adanya potensi bias pelaporan karena perbedaan pewawancara. Meski demikian kedua pewawancara telah meminimalisir dengan sebisa mungkin menggunakan metode wawancara sesuai dengan kalimat yang tertera dalam kuesioner NEI-VFQ-25 format pewawancara. Pasien yang tidak kooperatif selama wawancara via telepon karena gangguan pendengaran atau sulit memahami pertanyaan yang diajukan juga telah dieksklusi. Keterbatasan lain penelitian ini adalah tidak dilakukan analisis pengaruh besarnya faktor sosial ekonomi dan kondisi psikologis yang berpotensi sebagai faktor perancu. Pemeriksaan sensitivitas kontras, glare dan stereoaakuitas secara obyektif untuk melihat pengaruhnya pada penelitian ini juga tidak dilakukan.

Adanya bias respons atau faktor subjektifitas individu dapat membuat hasil kuesioner tidak benar-benar mencerminkan kondisi gangguan yang sebenarnya dialami pasien dalam aktivitas sehari-hari. Penggunaan performance-based test dapat memberikan representasi yang lebih obyektif mengenai penurunan lapang pandang yang dialami oleh penderita glaukoma pada kegiatan sehari-hari.

66 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Terdapat korelasi yang positif dan kuat antara penurunan lapang pandang berdasarkan Visual Field Index dengan kualitas hidup penderita glaukoma berdasarkan kuesioner NEI-VFQ 25.

5.2 Saran

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menilai pengaruh faktor sosial ekonomi dan kondisi psikologis.

2. Dilakukan pemeriksaan obyektif dari sensitivitas kontras, glare dan stereoaakuitas untuk melihat pengaruhnya terhadap kualitas hidup penderita glaukoma selain penurunan lapang pandang.

3. Penggunaan performance-based test dapat dipertimbangkan dalam memberikan representasi yang lebih obyektif terkait dampak dari penurunan lapang pandang pada kegiatan sehari-hari penderita glaukoma

4. Lokasi kelainan lapang pandang pada area tertentu mungkin dapat lebih mempengaruhi penurunan kualitas hidup dibandingkan area lainnya. Hal ini dapat menjadi subyek untuk diteliti pada penelitian selanjutnya.

67

DAFTAR PUSTAKA

1. Saunders, L. J., Medeiros, F. A dkk. What rates of glaucoma progression are clinically significant? Expert Review of Ophthalmology. 2016;11(3):

227–234

2. Ichhpujani P. Kumar S. What’s New in Pathogenesis of Glaucoma. In:

Glaucoma. First Edition. Singapore: Springer;2019: p.1-2

3. Tham, Y.C., Li, X dkk. Global Prevalence of Glaucoma and Projections of Glaucoma Burden through 2040. Ophthalmology. 2014; 121(11): 2081–

2090.

4. Balantrapu T. Latest Global Blindness & Visual Impairment prevalence figures published in Lancet [document on the Internet]. IAPB; 2017 [cited 2020 January]. Diunduh dari: http:/ https://www.iapb.org/news/latest- global-blindness-vi-prevalence-figures-published-lancet/

5. Pascolini, D., & Mariotti, S. P. Global estimates of visual impairment: 2010.

British Journal of Ophthalmology.2011; 96(5): 614–618.

6. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi dan analisis Glaukoma. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI;

2015.

7. European Glaucoma Society. Terminology and guidelines for glaucoma.

4thed. Savona, Italy: DOGMA; 2014.

8. Quaranta, L., Riva, I. dkk. Quality of Life in Glaucoma: A Review of the Literature. Advances in Therapy. 2016; 33(6);959–81.

9. Mangione CM, Lee PP, Gutierrez PR, et al; National Eye Institute Visual Function Questionnaire Field Test Investigators. Development of the 25- item National Eye Institute visual function questionnaire. Arch Ophthalmol 2001;119(7):1050–8

10. Kumar, S., Thakur S, Ichhpujani P. The impact of primary open-angle glaucoma: Comparison of vision-specific (National Eye Institute Visual Function Questionnaire-25) and disease-specific (Glaucoma Quality of Life-15 and Viswanathan 10) patient-reported outcome (PRO) instruments.

Indian J Ophthalmol. 2019; 67(1): 83–88.

11. Heijl A; Vincent M P; Bengtsson B. Effective Perimetry. Fourth Edition.

Dublin, CA : Carl Zeiss Meditec Inc.; 2012:pp.1-22, 45-72

12. Shaarawy TM, Sherwood MB, dkk. Glaucoma Medical Diagnosis and Therapy. Second Edition. Philadelphia: Elsevier; 2015: pp.128-9, 272-3, 510-9

13. Bengtsson, B., & Heijl, A. A Visual Field Index for Calculation of Glaucoma Rate of Progression. American Journal of Ophthalmology.2008;

145(2): 343–353.

14. Peters, D., Heijl, A., Brenner, L., & Bengtsson, B. Visual impairment and vision-related quality of life in the Early Manifest Glaucoma Trial after 20 years of follow-up. Acta Ophthalmologica.2015;93(8); 745–752

15. Rosalina D, Harijo W. Visual Field Abnormality and Quality of Life of Patient with Primary Open Angle Glaucoma. Jurnal Oftalmologi Indonesia.

2011; 7(5): 175−180

16. Sawada, H., Fukuchi, T., & Abe, H. Evaluation of the relationship between quality of vision and the visual function index in Japanese glaucoma patients. Graefe’s Archive for Clinical and Experimental Ophthalmology.2011; 249(11): 1721–1727

17. McKean-Cowdin R, Wang Y dkk. Impact of Visual Field Loss on Health- Related Quality of Life in Glaucoma. The Los Angeles Latino Eye Study.

Ophthalmology.2008; 115:941–48

18. Nelson, P., Aspinall, P. dkk. Quality of Life in Glaucoma and Its Relationship with Visual Function. Journal of Glaucoma. 2003;12(2): 139–

50.

19. Seymour JR. Yee T dkk. Visual Fields in Glaucoma [document on the Internet]. Ento Key; 2016 Jul 11 [diunduh 10 Januari 2020]. Tersedia dari:

https://entokey.com/visual-fields-in-glaucoma/

20. Reynolds AC. Computerized Assessment of Visual Field Progression.

[Internet] [cited 2020 January 17]. Diunduh dari: https:

http://glaucomatoday.com/2011/08/computerized-assessment-of-visual- field-progression/

21. Development of the World Health Organization WHOQOL-BREF Quality of Life Assessment. Psychological Medicine,1998: 28(3): 551–58

22. Burckhardt CS1, Anderson KL. The Quality of Life Scale (QOLS):

reliability, validity, and utilization. Health Qual Life Outcomes. 2003 Oct;

23(1):60.

23. Pourjavan S. A Spratt. A Kotecha. Patient reported outcomes in glaucoma:

associations between the NEI VFQ‐25 and the GQL‐15 and clinical measures of visual function. Acta Ophtalmologica [abstract]. 2010 [diunduh

17 Januari 2020]. Tersedia dari:

https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1755-3768.2010.4356.x 24. Vandenbroeck, S., De Geest, S., Zeyen, T dkk. Patient-reported outcomes

(PRO’s) in glaucoma: a systematic review. Eye. 2011; 25(5): 555–577 25. Realini T. The Visual Field Index. [Internet] [cited 2020 January 17].

Diunduh dari https://www.eyeworld.org/article-the-visual-field

26. Severn, P., Fraser, S., Finch, T., & May, C. Which quality of life score is best for glaucoma patients and why? BMC Ophthalmology.2008; 8(1) 27. Lee BL, Gutierrez P, Gordon M, et al. The Glaucoma Symptom Scale. A

brief index of glaucoma-specific symptoms. Arch Ophthalmol 1998;116(7):861–6.

28. Noe G, Ferraro J, Lamoureux E, et al. Associations between glaucomatous visual field loss and participation in activities of daily living. Clin Exp Ophthalmol 2003;31(6):482–6.

29. Nelson, P., Aspinall, P., & O’Brien, C. Patients’ perception of visual impairment in glaucoma: a pilot study. British Journal of Ophthalmology.1999;83(5): 546–52.

30. Lamoureux, E., & Pesudovs, K. Vision-Specific Quality-of-Life Research:

A Need to Improve the Quality. American Journal of Ophthalmology.

2011;151(2): 195–7

31. Leske MC, Heijl A, Hyman L, Bengtsson B. Early manifest glaucoma trial:

design and baseline data. Ophthalmology. 1999;106:2144–53.

32. Gedde SJ, Schiffman JC, Feuer WJ, et al. The tube versus trabeculectomy study: design and baseline characteristics of study patients. Am J Ophthalmol. 2005;140:275–87.

33. Mills, R. P., Janz, N. K., Wren, P. A., & Guire, K. E. (2001). Correlation of Visual Field With Quality-of-Life Measures at Diagnosis in the Collaborative Initial Glaucoma Treatment Study (CIGTS). Journal of Glaucoma, 10(3), 192–198.

34. Janz, N. The Collaborative Initial Glaucoma Treatment Study Interim quality of life findings after initial medical or surgical treatment of glaucoma. Ophthalmology.2001; 108(11): 1954–1965.

35. National Eye Institute. Visual Function Questionnaire-25. [Internet]. 2000 [cited 2020 January 10]. Diunduh dari: https://www.nei.nih.gov/learn- about-eye-health/resources-for-health-educators/outreach-materials/visual- function-questionnaire-25

36. Riva, I., Legramandi, L., dkk. Vision-related quality of life and symptom perception change over time in newly-diagnosed primary open angle glaucoma patients. Scientific Reports. 2019;9(1)

37. Sukumar, S., Spencer, F., Fenerty, C., Harper, R., & Henson, D. (2008). The influence of socioeconomic and clinical factors upon the presenting visual field status of patients with glaucoma. Eye, 23(5), 1038–1044.

38. Buys, Y. M., & Jin, Y.-P. (2013). Socioeconomic status as a risk factor for late presentation of glaucoma in Canada. Canadian Journal of Ophthalmology / Journal Canadien d’Ophtalmologie, 48(2), 83–87

39. Lisboa, R., Chun, Y. S. dkk. Association Between Rates of Binocular Visual Field Loss and Vision-Related Quality of Life in Patients With Glaucoma.

JAMA Ophthalmology. 2013;131(4): 486.

40. Ko YC., Hwang, DK dkk. Impact of Socioeconomic Status on the Diagnosis of Primary Open-Angle Glaucoma and Primary Angle Closure Glaucoma:

A Nationwide Population-Based Study in Taiwan. PLOS ONE. 2016;11(2) 41. Hyman, L. G., Komaroff, E. dkk. Treatment and Vision-Related Quality of Life in the Early Manifest Glaucoma Trial. Ophthalmology.2005; 112(9):

1505–13.

42. Yousefi, S., Sakai, H dkk. Asymmetric Patterns of Visual Field Defect in Primary Open-Angle and Primary Angle-Closure Glaucoma. Investigative Opthalmology & Visual Science.2018; 59(3): 1279.

43. Cheng, HC., Guo, CY dkk. Patient-Reported Vision-Related Quality of Life Differences Between Superior and Inferior Hemifield Visual Field Defects in Primary Open-Angle Glaucoma. JAMA Ophthalmology.

2015;133(3): 269.

44. Rao A. Comparison of relation between visual function index and retinal nerve fiber layer structure by optical coherence tomography among primary open angle glaucoma and primary angle closure glaucoma eyes. Oman

Journal of Ophthalmology.2014;7(1)

45. Boland, M. V., Zhang, L dkk. Comparison of Optic Nerve Head Topography and Visual Field in Eyes with Open-angle and Angle-closure Glaucoma. American Academy of Ophthalmology. 2008;115:239–245 46. Skalicky, S. E., Martin, K. R, dkk. Cataract and quality of life in patients

with glaucoma. Clinical & Experimental Ophthalmology. 2014;43(4), 335–

41.

47. Gutierrez P., Wilson M.R., Johnson C., et al. Influence of glaucomatous visual field loss on health-related quality of life. Arch Ophthalmol 1997;115(6):777–84.

48. Madonna R.J., D. Rutner, L. Nehmad. Investigating the Association between Visual Field Index Scores and NEI VFQ-25 Scores in Glaucoma Patients. Investigative Ophthalmology & Visual Science [abstract].

2019;50:3771 [diunduh 17 Januari 2020]. Tersedia dari:

https://iovs.arvojournals.org/article.aspx?articleid=2366157

49. Evans K.,Simon K.L., dkk. The quality of life impact of peripheral versus central vision loss with a focus on glaucoma versus age-related macular degeneration. Clinical Ophthalmology. 2009;3: 433–45

50. Field, A. Discovering Statistics Using SPSS. London : SAGE Publication Ltd; 2011

51. Sopiyudin D. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi ke-5. Salemba Medika;2010.

52. Sudigdo S. Dasar-dasar metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-4, Sagung Seto; 2011

53. American Academy of Ophthalmology. Section 10: Glaucoma:

Introduction to Glaucoma: Terminology, Epidemiology, and Heredity. In : Basic and Clinical Science Course. San Fransisco: American Academy of Ophtalmology; 2019.

54. Medeiros, F. A., Gracitelli, C. P. B., et al. Longitudinal Changes in Quality of Life and Rates of Progressive Visual Field Loss in Glaucoma Patients.

Ophthalmology,2015;122(2):293–301.

55. Sawada H, Fukuchi, T., & Haruki, A. Evaluation of the relationship between quality of vision and visual function in Japanese glaucoma patients. Clinical Ophthalmology, Clinical Ophthalmology 2011:5:259–67

56. Kuo, Y.S., Liu, C. J, et al. Impact of socioeconomic status on vision-related quality of life in primary open-angle glaucoma. Eye.2017;31(10):1480–7.

57. Chun, Y. S., Sung, K. R., Park, C. K., et al. Factors influencing vision- related quality of life according to glaucoma severity. Acta Ophthalmologica. 2019;97(2):216-24

58. Sawada, H., Yoshino, T., Fukuchi, T., & Abe, H. Assessment of the Vision- specific Quality of Life Using Clustered Visual Field in Glaucoma Patients.

Journal of Glaucoma, 2014;23(2): 81–7.

59. McKean-Cowdin, R., Varma, R., et al. Severity of Visual Field Loss and Health-related Quality of Life. American Journal of Ophthalmology, 2007;143(6): 1013–23.

60. Leung EW, Medeiros FA, Weinreb RN. Prevalence of ocular surface

Dokumen terkait