Bab 3 Hasil dan Pembahasan
3.3 Pembahasan
Gambar 3.16 Total kerugian SMA
Kabupaten/kota dengan potensi total kerugian Sekolah Menengah Atas akibat banjir terbesar adalah Kabupaten Bekasi dengan total kerugian sebesar Rp.
163.618.720.304 atau sekitar 164 miliar rupiah dan kabupaten/kota dengan total kerugian Sekolah Menengah Atas terendah adalah Kota Cimahi dengan total kerugian sebesar Rp. 2.117.534.762 atau sekitar 2 miliar. Potensi kerugian pada jenjang Sekolah Menengah Atas di Jawa Barat adalah Rp. 1.406.183.091.857 atau sekitar 1,4 triliun rupiah.
Tahapan awal untuk mendapatkan kerusakan adalah dengan melakukan overlay data sekolah Jawa Barat dengan inundasi banjir yang dikembangkan dari Inarisk Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Lalu didapatkan inundasi di tiap sekolah di Jawa Barat, dimana terdapat 1592 Sekolah Dasar, 1951 Sekolah Menengah Pertama, dan 1497 Sekolah Menengah Atas yang terdampak oleh banjir. Dari inundasi di tiap sekolah yang terdampak, kemudian dicocokkan dengan kurva kerentanan yang telah dikembangkan oleh Mechler untuk banjir di Semarang untuk mendapatkan persentase kerusakan di masing-masing sekolah. Kerusakan tertinggi berdasarkan kurva Mechler adalah 15,2% apabila suatu bangunan terdampak oleh banjir dengan tinggi 2 sampai 2,5 meter. Terdapat 18, 23, dan 22 kabupaten/kota untuk Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas yang memiliki sekolah dengan kerusakan maksimum, dimana total Sekolah Dasar dengan kerusakan maksimum adalah 181 sekolah, 212 sekolah untuk Sekolah Menengah Pertama, dan 142 Sekolah Menengah Atas dengan kerusakan maksimum.
Penyortiran kabupaten/kota berdasarkan rata-rata inundasi dan rata-rata kerusakan memiliki perbedaan, hal tersebut dikarenakan kurva yang dikembangkan oleh Mechler tidak linear.
Kemudian, untuk mendapatkan kerugian di sekolah yang terdampak diperlukan nilai luas dan Harga Satuan Bangunan Negara (HSBGN). Untuk mendapatkan kedua hal tersebut, dilakukan pengambilan sampel menggunakan Teknik Proporsional Random Sampling dengan metode slovin dengan error 5%. Karena terdapat 4970 sekolah yang terdampak banjir, diambil 370 sampel untuk menentukan rata-rata luas di tiap kabupaten/kota dan klasifikasi HSBGNyang dipakai untuk masing-masing kabupaten/kota. Valuasi sekolah dapat ditentukan dengan mengalikan HSBGN dengan luas sekolah. Kemudian untuk dapat menghitung kerugian sekolah adalah dengan mengalikan persentase kerusakan sekolah dengan valuasi sekolah. Sekolah Dasar di Jawa Barat memiliki potensi kerugian sebesar Rp. 792.920.528.806 atau sekitar 793 miliyar rupiah dimana Kabupaten Bandung merupakan kabupaten/kota dengan potensi kerugian Sekolah Dasar tertinggi dengan besar Rp. 251.388.953.672 atau 251 miliar, Sekolah Menengah Pertama memiliki potensi kerugian sebesar Rp.
2.009.625.128.343 atau sekitar 2 triliun rupiah dengan Kabupaten Bekasi sebagai kabupaten/kota dengan potensi kerugian Sekolah Menengah Pertama sebesar Rp.
249.357.318.542 atau 249 miliar rupiah, dan Sekolah Menengah Atas memiliki potensi kerugian sebesar Rp. 1.406.183.091.857 atau sekitar 1,4 triliun rupiah dengan Kabupaten Bekasi sebagai kabupaten/kota yang memiliki potensi kerugian tertinggi dengan Rp. 163.618.720.304 atau sekitar 164 miliar rupiah.
Untuk melakukan validasi kerugian, digunakan data faktual dari banjir yang terjadi di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah tahun 2022 yang melanda SMAN 1 Weru.
Berdasarkan radarsolo.id, SMAN 1 Weru mengalami kerugian sebesar 1,4 miliar rupiah ketika dilanda banjir setinggi 1,5 meter. Lalu dilakukan pemrosesan untuk mencari kerugian sesuai dengan penelitian ini, dengan mencari minimum luas sekolah berdasarkan rasio rombongan belajar dan Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di Kabupaten Sukoharjo. Kerugian yang didapat dari pengolahan untuk SMAN 1 Weru adalah Rp. 1.101.161.600 dan dapat disimpulkan bahwa penelitian ini merupakan underestimate dengan error sebesar 27,14%
Bab 4
Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
1. Terdapat 4970 (22,5%) sekolah yang terdampak oleh banjir di Jawa Barat, dimana jenjang Sekolah Dasar memiliki 1592 (17,3%) sekolah yang terdampak, 1951 (25,4%) sekolah terdampak untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama, dan 1497 (28,6%) Sekolah Menengah Atas yang terdampak. Kabupaten Bandung merupakan kabupaten/kota dengan jumlah terbanyak Sekolah Dasar terdampak dan Kabupaten Bogor menjadi wilayah dengan jumlah terbanyak Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas yang terdampak oleh banjir.
2. Potensi total kerugian Sekolah Dasar di Jawa Barat sekitar 793 miliar rupiah yang didominasi Kabupaten Bandung dengan kerugian sekitar 251 miliar rupiah, potensi kerugian Sekolah Menengah Pertama sekitar 2 triliun rupiah dengan Kabupaten Bekasi sebagai wilayah dengan kerugian terbesar yaitu 249 miliar rupiah, dan potensi kerugian Sekolah Menengah Atas sekitar 1,4 tirilun rupiah dengan Kabupaten Bekasi sebagai wilayah dengan kerugian tertinggi sebesar 164 miliar rupiah. Total potensi kerugian sekolah akibat banjir di Jawa Barat adalah Rp. 4.208.728.749.006 atau sekitar 4,2 triliun rupiah.
3. Telah dihasilkan peta kerusakan dan kerugian bangunan sekolah di Jawa Barat yang dapat digunakan untuk pemerintah untuk menentukan prioritas daerah yang perlu dilakukan revitalisasi bangunan sekolah dan bantuan dana apabila terdampak oleh banjir.
4.2 Saran
1. Perlu dikembangkan kurva kerentanan yang spesifik untuk bangunan sekolah di Jawa Barat untuk mendapatkan nilai kerusakan yang lebih akurat.
2. Penentuan luas sekolah perlu dilakukan dengan menghitung secara aktual agar nilai kerugian lebih akurat.
3. Harga Satuan Gedung Bangunan Negara yang digunakan diharapkan lebih spesifik terhadap tiap kabupaten/kota.
4. Data bahaya yang digunakan sebaiknya dikembangkan dengan mempertimbangkan curah hujan.
Daftar Referensi
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (t.t.). PANDUAN EDUKASI BENCANA BANJIR.
BNPB. (2016). RISIKO BENCANA INDONESIA (R. Jati & M. R. Amri, Ed.).
BNPB. (2023). INDEKS RISIKO BENCANA INDONESIA Tahun 2022 (R. Yunus, Ed.;
01 ed., Vol. 01). Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Budiyono, Y., Aerts, J., Brinkman, J. J., Marfai, M. A., & Ward, P. (2015). Flood risk assessment for delta mega-cities: a case study of Jakarta. Natural Hazards, 75(1), 389–413. https://doi.org/10.1007/s11069-014-1327-9
Budiyono, Y., Aerts, J. C. J. H., Tollenaar, D., & Ward, P. J. (2016). River flood risk in Jakarta under scenarios of future change. Natural Hazards and Earth System Sciences, 16(3), 757–774. https://doi.org/10.5194/nhess-16-757-2016
Dahlia, S., & Fadiarman. (2020). ANALISIS RISIKO BANJIR TERHADAP FASILITAS PENDIDIKAN DI DKI JAKARTA. Dalam Jurnal Geografi Gea (Vol. 20, Nomor 2).
Erdianto, K. (2016, September 22). BNPB: 11 Sekolah di Garut Terdampak Banjir, 2 Rusak Berat. Kompas.
Gouldby, B., & Samuels, P. (2005). Lanuage of Risk PROJECT DEFINITIONS.
Hafidzah, D. S. (2013). PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB DARI FENOMENA PENURUNAN TANAH DI KAWASAN JAKARTA. Institut Teknologi Bandung.
Meyer, V. (2006). FLOOD DAMAGE, VULNERABILITY AND RISK PERCEPTION- CHALLENGES FOR FLOOD DAMAGE RESEARCH.
Rosyidie, A. (2013). Banjir: Fakta dan Dampaknya, Serta Pengaruh dari Perubahan Guna Lahan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 24(3), 241–248.
Salazar, D. (2007). MODEL PENENTUAN JALUR PENGANGKUTAN SAMPAH PERKOTAAN DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Institut Teknologi Bandung.
Schanze, J. (2006). Chapter 1 FLOOD RISK MANAGEMENT-A BASIC FRAMEWORK.
Tejada, J. J., Raymond, J., & Punzalan, B. (2012). On the Misuse of Slovin’s Formula.
Tejakusuma, I. G. (2019). BENCANA BANJIR BANDANG DI GARUT 20 SEPTEMBER 2016. 11(2).
Tingsanchali, T. (2012). Urban flood disaster management. Procedia Engineering, 32, 25–37. https://doi.org/10.1016/j.proeng.2012.01.1233
Ward, P. J., de Moel, H., & Aerts, J. C. J. H. (2011). How are flood risk estimates affected by the choice of return-periods? Natural Hazards and Earth System Sciences, 11(12), 3181–3195. https://doi.org/10.5194/nhess-11-3181-2011