• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan

Dalam dokumen laporan - SIMAKIP (Halaman 44-63)

BAB IV HASIL PENELITIAN

C. Pembahasan

pendekatan Scaffolding Integrasi Metode Everyone is a Teacher Here terhadap pembelajaran di kelas V Sekolah Dasar.

bertahap. Jumlah siswa yang membuat kartu pertanyaan yang diamati adalah jumlah pada lima menit pertama.

Pengamatan kecepatan siswa dalam membuat kartu pertanyaan dalam lima menit pertama pembelajarn. Hasil analisis menunjukan adanya peningkatan jumalah siswa yang membuat kartu pertanyaan dalam lima menit pertama di setiap pertemuan. Pengamatan di lima menit pertama pertemuan satu, lima menit pertama pertemuan kedua dan lima menit pertama pertemuan ke tiga memperoleh hasil secara urut 1: 7 dan 10. Ini berarti adanya pendekatan scaffolding dapat meningkatkan

Pada penelitian ini seluruh siswa diwajibkan membuat kartu pertanyaan. Sebelum membuat kartu pertanyaan terlebih dahulu siswa diberi bimbingan untuk membaca terlebih dahulu, diarahkan untuk memcari kata kata penting untuk dibuat pertanyaan dan disampaikan bahwa seluruh siswa harus membuat pertanyaan. Guru berkeliling sambal menanyaakan apa ada kesulitan dan guru mempersilahkan siswa bertanya jika tidak mengerti. Gurupun menyampaikan secara lengkap apa fungsi kartu pertanyaan tersebut.

Kartu kartu pertanyaan yang dibuat akan diberikan kepada guru dan guru akan memberikan kepada temanya secara acak untuk di jawab. Kartu pertanyaan dibuat setelah siswa diberi kesempatan membaca materi saat pembelajaran berlangsung. Hasil secara urut ditiap pertemuan diperoleh sebagai berikut : satu untuk pertemuan kesatu, tujuh untuk pertemuan kedua dan sepuluh untuk pertemuan ketiga. Adanya peningkatan jumlah yang membuat kartu pertanyaan ini mengidikasikan bahwa terjadi peningkatan kreatifits siswa dalam belajar.

Selain adanya peningkatan kreatifitas dalam membuat kartu pertanyaan juga diadakan pengamatan jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran. Hasil analisis jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran adalah sebagai

berikut: tiga orang dipertemuan pertama, tujuh orang dipertemuan kedua dan sepuluh orang di pertemuan ketiga.

Terjadi peningkatan jumlah siswa mengajukan pertanyaan dilakukan dua kasi yaitu diawal

dan saat proses pembelajaran. Hasil analisis diperoleh diawal setiap kali pertemuan terjadi peningkatan jumlah siswa mengajukan pertanyaan ini menunjukan rasa ingin tahu siswa yang tinggi dalam proses pembelajaran hal ini dapat disimpulkan terjadi peningkatan kreatifitas

Pengamatan jumlah siswa yang bertanya dalam proses pembelajaran terjadi penurunan

yaitu pada pertemuan pertama diawal yang bertanya dua orang dan saat proses hanya satu orang, pada pertemuan kedua diawal lima orang yang bertanya dan saat proses jumlah yang bertanya hanya dua orang, sedangkan pada pertemuan ke tiga yang bertanyaa di awal pertemuan delapan orang sedangkan saat proses jumlah yang bertanya hanya dua. Hal tersebut diartikan terjadinya kemandirian belajar saat proses pembelajaran terbukti dengan terjadinya proses penurunan jumlah yang mengajukan pertanyaan kepada guru setelah mereka mengerti tentang proses apa yang mereka lakukan saat pembelajaran. Itu artinya pendekatan scaffolding dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa. Menurut Rahmayani kemandirian belajar siswa tidak diperoleh dengan menggunakan pembelajaran reciprocal hasil analisinya dari hasil uji perbedaan rata-rata untuk 1 sisi sebesar 0,187 yang menyebabkan sig > 0,05, kriteria pengujian menyimpulkan tidak terdapat perbedaan kemandirian belajar antara yang menggunakan pembelajaran reciprocal(Rachmayani, 2014).

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

V.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data menunjukan bahwa Pendekatan Scaffolding integrasi Metode Everyone is a Teacher Here dalam meningkatkan Kreatifitas dan Kemandirian Belajar dan hasil belajar IPA Siswa Sekolah Dasar disimpulkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dan dari sisi keatifan siswa mengajukan pertanyaan terjadi peningkatan jumlah siawa mengajukan pertayaan. Sedangkan jika dilihat dari kemandirian belajar terjadi kemandirian belajar dalam proses pembelajaran disetiap pertemuan seiring dengan peningkatan kreatifitas beajar diawal perteuan.

V.2. Saran

Dalam penelitian kreatifitas dan kemandirian belajar belum ditemukan indicator indicator yang baku yang akan digunakan oleh karena itu disarankan melakuakan penelitian dasar dalam menentukan indicator kemandirian belajar dan kreatifitas belajar

PUSTAKA

Arikunto, Suharmisi, 2009.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Proses, (Jakarta:

Bumi Aksara).

Gasong, D,2007. Model Pembelajaran Konstruktifistik Sebagai Alternatif Mengatasi Masalah Pembelajaran (Online), (http:/www. Gerejatoraja.com./downloads/Model konstruktivistik.doc,diakses 15 Mei 2007

Hadi, Miarso, Yusuf , Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta : Kencana, Cetakan ke-3, 2007.

Lai, Ming and Law, Nancy (2006). Peer scaffolding of knowledge building through collaborative groups with differential learning experiences. J. Educational Computing Research, 35, 123–

144.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nym Berata, Ni Nym Kusmariyatni, dan Wyn Widiana. Pengaruh Model Cooperative Learning Type Murder With Metacognitive Scaffolding (CLMMS) Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V SD Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Nicke Septriani1), Irwan2), Meira3. Pengaruh Penerapan Pendekatan Ssaffolding Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Pertiwi 2 Padang, Vol. 3 No. 3(2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal 17-21

Nur, M & Wikandari,P.R.2000. Pembelajaran Berpusat Pada Siswa dan Pendekatan Kontruktivitas dalam Pengajaran. Surabaya: Unesa.hal. 3, 13, 14 Nur,M,2000, Strategi- strategi Belajar. Surabaya:Unesa

Prawiradilaga, Dewi Salma, Mozaik Teknologi Pendidikan, Jakarta : Kencana, Cetakan ke-2, 2007.

Rachmayani, D. W. I. (2014). 2. Artikel Jurnal (Dwi Rahmayani_Matematika). JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA, 2(November), 13–23.

Kusdiwelirawan.2014. Statstika Pendidikan. Jakarta: Uhamka Press.

Kenedi, 2017 Pengembangan kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran.Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017

Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peniliti Pemula. Bandung:

Alfabeta.

R. Keith Sawyer. The Cambridge Handbook of Sciences Belajar .(New York: Cambridge University Press, 2006), h. 1-19

Sawyer, R. Keith. (2006). The Cambridge Handbook of the Learning Sciences. New York:

Cambridge University Press

Sagita, Iud Denny. 2007. Penerapan Pendekatan Scaffolding Untuk Pembelajaran Akuntansi Siswa Kelas X D di SMK Shalahuddin Malang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif& kulaitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suprijono, A. (2011). Cooperative learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tim Penyususn Pusat Kamus. 2007.Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi ke 3 Cetak ke 4. Balai Pustaka. Jakarta.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Yulia Vonna, Nur Mukminatien, 2015.Ekaning Dewanti Laksmi The Effect of Scaffolding

Techniques on Students’ Writing Achievement, education journal of sosial sciences universitas Negri Malang JE

Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian

No Uraian

1 Honor Honor/jam

(Rp)

Waktu(jam/

mingg)

Waktu(jam/

6 bulan)

Honor/6 bulan Pembuatan proposal 100.000/hari 8 hari Paket 300.000,-

Sub Total 300.000,-

2 Bahan Habis Pakai dan Peralatan penunnjang

Material Justifikasi

pemakaian

Kuantitas Harga satuan(Rp)

Harga/6 bulan ,- uang makan membuat

proposal dan perbaikan

Hari 8 25.000 200.000,-

Mengerjakan penelitian 3 minggu 3 kali ulangan

10 hari

makan dan transfor ketua peneliti

50.000 500.000,-

Sub total 700.000

3 Penunjang

Material Justifikasi pemakaian

kuantitas Harga satuan

Biaya (Rp)/6 bulan

ATK Paket paket paket 450.000,-

Pelaporan 6 6 75.000 450.000,-

Pembuatan artikel Paket 1 500.000 500.000,-

Publikasi artikel 1 1 Paket 1500.000,-

Sub total 2900.000,-

4 Perjalanan

Material Justifikasi Kuantitas Harga Biaya/6 bulan Perjalanan dalam kota PP

seminar

Tiket PP 2 150.000 300.000,-

Transpor seminar luar kota PP 2 1000.000 2000.000,-

Biaya perjalanan seminar 1 3 hari 300.000 900.000,-

Sub total 3.100.000,-

5 Lain-lain

Material Justifikasi Kuantitas Harga Biaya(Rp/6bulan)

Kebersihan Paket 100.000 500.000,-

HKI 500.000 500.000,-

Sub total 1000.000,-

Total Rp.8.000.000

Lampiran Prosiding

Artikel Hasil Penelitian

PENDEKATAN SCAFFOLDING DALAM MENINGKATKAN KREATIFITAS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR IPA SISWA SEKOLAH DASAR

Mayarni1, Anissa Aulia Rachmah2

1Universitas Muhammadiyah Prof. DR.Hamka Jakarta

2[email protected]

Abstrak

Pendidik sejati adalah individu yang selalu berupaya meningkatkan potensi peserta didinya.

Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam mendidik salah satunya masalah kreativitas dan kemandirian belajar. Tujuan penelitian ini diantaranya untuk mengetahui adakah pengaruh penggunaan pendekatan scaffolding dalam meningkatkan kreatifitas serta kemandirian peserta didik dalam belajar IPA. Pendekatan scaffolding disini diintegrasikan dengan Metode Everyone Is A Teacher Here.menurut beberapa referensi kreatifitas dalam membuat karya IPA ini masih rendah.

Hasil survey Progran Internasional Student Assesment (PISA) secara mengatakan bahwa hasil IPA Indonesia secara Internasional yang masih berada dibawah Negara Negara lain. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain quasi eksperimen desain. Pentingnya penelitian ini dikarenakan bahwa dari bebrapa referensi ditemukan bahwa kreatifitas peserta ddik cukup rendah ini beefek kepada pemeringktan penguasaan IPA peserta didik. Penelitian ini juga bertujuan untuk menemukan langkah yang tepat dalam meningkatkan kreatifitas dan kemandirian belajar peserta didik. Berdasarkan hasil analisis uji t diperoleh thitung = 3,871 dan ttabel = 2,0231. Dengan kriteria pengujian hipotesis taraf sinifikan α = 0,05 yaitu Jika thitung > ttabel = 3,871 > 2,0231 maka H0 ditolak Ha diterima, maka terdapat perbedaan signifikan rerata hasil belajar IPA kelas V Sekolah Dasar, artinya pendekatan Scaffolding Integrasi Metode Everyone is a Teacher Here berpengaruh terhadap hasil belajar. Hasil analisis peningkatan kreatifitas terjadi peningkatan kreatifitas dalam membuat kartu pertanyaan dilihat dari penigkatan jumlah kartu pertanyaan yang dibuat siswa di lima menit pertama pembelajaran. serta dalam setiap pertemuan juga terjadi peningkatan kemandirian belajar siswa disetiap pertemuan ditandai dengan penurunan jumlah siswa mengajukan pertanyaan saat proses pembelajaran diabanding saat awal pembelajaran.

Keywords: Pendekatan Scaffolding, Krestifitas , Pembelajaran mandiri, Hasil belajar

179 PENDAHULUAN

Latar Belakang, Tujuan, Metode

Pembelajan di Sekolah Dasar umumnya dipandu oleh ibu dan bapak guru secara penuh. Prosesnya berlangsung buka buku teks, baca dan kerjakan latihan. Ini berlangsung hari demi hari, sehingga menekan tidak munculnya kreatifitas siswa. Proses pemberian tugas kreatif hanya sedikit sekali guru yang memanfaatkanya.

Saat ini sudah harus memberikan proses pembelajaran kreatif hal ini sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 Kurikulum 2013 menuntut anak belajar dengan cara kreatif, namun belum sepenuhnya proses pembelajaran kreatif ini terlaksana. Dimensi kreatifitas itu penting untuk memahami fungsi kognitif pikiran dengan demikian membantu mengembangkan potensi manusia, hal tersebut berkaitan dengan kreatif thingking, dan belajar adalah perubahan dalam hasil praktek Hee Kim, Kyung,2006.

creaJ. P. Guilford (1950) bertanya dalam pidatonya kepada Asosiasi Psikologi Amerika. Mengapa sekolah tidak menghasilkan banyak orang kreatif, mengapa ada begitu sedikit korelasi nyata antara Pendidikan dan produktivitas kreatif(Fasko, 2004). Maksudnya adanya pembelajaran yang baik harusnya diperoleh korelasi nyata dengan kreatifitas kreatif.

Menurut E.R. Hilgard, belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan.

Susanto.(2013). Perubahan kegiatan yang dimaksud di atas mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman). Inti dari uraian di atas menegaskan bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembiasaaan, pengalaman, dan sebagiannya.

Menurut Harold Spears yang dikutip oleh Agus Suprijono menyatakan bahwa learning is to observe, to read, to imitate,to try something themselves, to listen, to follow direction. Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Suprijono(2009)

Bahwasannya belajar juga tidak harus selalu dengan materi, belajar bisa kita lakukan di lingkugan sekitar dari mendengar, meniru dan selanjutnya mencoba.

Menurut Witherington yang dikutip oleh Drs. Haryanto, M.S. mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Haryanto, (2012. Hal tersebut menjadi sebuah proses alami yang mendorong terjadinya perubahan perilaku, watak atau kepirbadian dan kemampuan atau keterampilan siswa ke arah yang lebih baik dan menjadi sebuah kebiasaan.

f. Scaffolding

Pendekatan Scaffolding atau perancah instruksional adalah proses belajar yang dirancang untuk mempromosikan tingkat yang lebih dalam dalam belajar. Scaffolding adalah dukungan yang

diberikan selama proses pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dengan maksud membantu siswa mencapai / nya tujuan pembelajaran nya. Ilmu Pengetahuan Learning

menunjukkan bagaimana pendidik dapat menggunakan ilmu-ilmu belajar untuk merancang

lingkungan belajar yang lebih efektif, termasuk ruang kelas sekolah dan pengaturan informal seperti pusat ilmu pengetahuan atau klub setelah sekolah. R. Keith Sawyer.(2006).

Scaffolding adalah pendekatan yang menyediakan dukungan yang cukup untuk meningkatkan pembelajaran ketika konsep-konsep dan keterampilan pertama kali diperkenalkan kepada siswa. Dukungan ini termasuk:

- Menyediakan sumber belajar - Memberikan tugas yang menarik

180 - Template dan panduan

- Bimbingan pada pengembangan keterampilan kognitif dan sosial Menggunakan scaffolding instruksional dalam berbagai konteks:

- pemodelan tugas - memberi nasihat - memberikan pembinaan

Dukungan ini secara bertahap dihapus agar siswa mengembangkan strategi belajar mandiri, sehingga mempromosikan kognitif sendiri, keterampilan dan pengetahuan afektif dan psikomotor pembelajaran mereka. Guru membantu siswa menguasai tugas atau konsep dengan memberikan dukungan. Dukungan dapat mengambil berbagai bentuk seperti garis, dokumen direkomendasikan, storyboard, atau pertanyaan kunci. Sccaffolding merupakan suatu istilah yang ditemukan oleh seorang ahli psikologi perkembangan-kognitif, yakni suatu proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui zona perkembangan proksimalnya.

Ada tiga fitur penting dari scaffolding yang memfasilitasi pembelajaran. Fitur pertama harus dilakukan dengan interaksi antara peserta didik dan ahli. Interaksi ini harus kolaboratif untuk itu menjadi efektif. Kedua, belajar harus berlangsung di zona pelajar pembangunan proksimal. Untuk melakukan itu ahli perlu menyadari dari tingkat saat pelajar pengetahuan dan kemudian belajar sampai batas tertentu melampaui tingkat itu. Fitur ketiga scaffolding adalah bahwa dukungan dan bimbingan yang diberikan oleh ahli, secara bertahap dihapus agar pelajar menjadi lebih mahir . Lai, Ming and Law, Nancy (2006)

Dukungan dan bimbingan yang diberikan kepada peserta didik memfasilitasi internalisasi pengetahuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Dukungan ini disapih secara bertahap sampai pelajar independen. Sawyer, R. Keith. (2006). Itu berarti akan tercapai pembelajaran mandiri.

Peningkatan Kreatifitas dan Kemandirian Belajar Siswa, ini merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Pembelajaran Kurikulum 2013, bahwa Kurikulum 2013 dilakukan secara bertahap mulai tahun 2013/2014. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalukan berbagai upaya untuk mendukung implementasi Kurikulum 2013. Dalam rangka mendukung keberhasilan implementasi Kurikulum 2013, Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar melaksanakan program pendampingan bagi sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2013 Permendikbud Nomor 20, 21, 22, dan 23 Tahun 2016 Pelaksanaan Kurikulum 2013

2. Teori yang melandari tekhnik scaffolding a. Teori Konstruktivis

Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang siswa aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, siswa menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh siswa itu sendiri. Konstruktivisme merupakan perkembangan kognitif yaitu suatu proses dimana anak secara aktif membangun pengetahuannya dengan cara terus-menerus mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru (Nur dan Wikandari, 2000:3). Nur, M & Wikandari,P.R.(2000)

Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Dan Akomodasi, dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skema yang telah dipunyai.

Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi (Gasong, 2007). Gasong, D(2007)

Memberi dukungan tahap demi tahap dalam pembelajaran dan pemecahan masalah, merupakan hal penting dalam konstruktifisme modern. Kepada siswa di beri tugas-tugas kompleks dan realistik, kemudian di berikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikannya. Sejalan dengan hal ini (Nur, 2000:5)

181 menyatakan pengajaran yang baik meliputi bagaimana siswa belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berpikir dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri. Nur,M (2000)

Berdasarkan uraian teori di atas dan dihubungkan dengan proses pembelajaran IPA, akan sangat mendukung tercapainya proses pembelajaran aktif dan mandiri .

b.Teori Vygotsky

Scaffolding didasarkan pada teori Vygotsky tentang konsep pembelajaran dengan bantuan (Assisted Learning). Menurut teori ini, fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi termasuk didalamnya kemampuan untuk mengarahkan memori dan antensi untuk tujuan tertentu serta kemampuan untuk berpikir dalam simbol-simbol yang merupakan perilaku yang memerlukan bantuan, dengan mendapatkan bantuan secara eksternal (dari luar diri siswa) oleh budaya, prilaku itu masuk dan melekat dalam benak siswa sebagai alat psikologis (Nur dan Wikandari, 2000:13).

Pembelajaran dengan bantuan, guru adalah agen budaya yang memandu pengajaran sehingga siswa akan menguasai secara tuntas keterampilan-keterampilan yang memungkinkan fungsi kognitif yang lebih tingggi (Nur dan Wikandari, 2000:14). Jadi dalam hal ini pembelajaran dengan bantuan merupakan salah satu teknik mengajar yang akan diterapkan pada pembelajaran IPA, dengan mana guru memandu pengajaran sedemikian rupa sehingga siswa akan menguasai dengan tuntas materi tersebut, dan mengajak siswa untuk berpikir lebih aktif.

Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konteks budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas ini berada dalam zona of proximal development mereka (Gasong, 2007).

Zona of proximal development (Zona perkembangan terdekat) adalah daerah antar tingkat perkembangan sesungguhnya dan tingkat perkembangan potensi. Daerah antar tingkat perkembangan sesungguhnya didefinisikan sebagai kemampuan memecahkan masalah secara mandiri, sedangkan tingkat perkembangan potensi didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.

Mata pelajaran IPA dilihat dari teori Vygotsky di atas terlihat lebih condong mengajarkan kepada siswa untuk lebih mandiri, dalam hal menyelesaikan atau menemukan hal-hal baru yang menyangkut materi pembelajaran IPA di SD.

g. Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang berpudat pada siswa, artinya siswa yang membangun pemahaman , proses indipidu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai akibat interaksi dengan lingkungan. Kreatif artinya mengandung daya cipta atau mencipta atau memiliki kemampuan menciptakan (KBBI, 1998). Tim Penyususn Pusat Kamus. (2007)

h. Pembelajaran Mandiri

(Diadaptasi dari Yusuf Hadi Miarso, 2007 : 529) Karakteristik siswa meliputi pola kehidupan sehari- hari, keadaan sosial ekonomi, kemampuan membaca, dan sebagainya. Karakteristik pelajaran meliputi tujuan apa yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut, dan apa hambatan untuk pencapaian itu.

Pengorganisasiaan bahan pelajaran, meliputi antara lain bagaimana merancang bahan untuk keperluan belajar mandiri. Miarso (2007)

Fenomena Sistem Belajar Mandiri (Diadaptasi dari Dewi Salma Prawiradilaga, 2007 : 191) Proses belajar mandiri adalah proses dimana peran guru atau instruktur diubah menjadi fasilisator, atau perancang proses belajar. Sebagai fasilisator, seorang guru atau instruktur membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, atau ia dapat menjadi mitra belajar untuk materi tertentu pada program tutorial. Tugas perancangan proses belajar mengharuskan guru untuk mengubah materi ke dalam format sesuai dengan pola belajar mandiri.

Sistem Belajar Mandiri Salah Satu Aplikasi Teknologi Pendidikan Penerapan teknologi pendidikan sangatlah luas dalam satu rangkaian sistem yaitu yang bersifat mikro dan bersifat makro. Teknologi pendidikan merupakan suatu konsep yang masih relatif baru. Secara ringkas dapat disebutkan bahwa teknologi pendidikan sebagai suatu konsep, mengandung sejumlah gagasan dan rujukan. Gagasan yang ingin diwujudkan adalah agar setiap pribadi dapat berkembang semaksimal mungkin dengan jalan memanfaatkan teknologi sedemikian rupa sehingga selaras dengan perkembangan masyarakat dan lingkungan. Rujukan konsep itu merupakan hasil sintesi dari gejala yang diamati dan kecenderungan yang ada. Prawiradilaga (2007)

182 i. Tujuan Belajar

Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Dengan adanya proses belajar maka ada yang namanya tujuan belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Agus Suprijono menjelaskan bahwa:

Tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut nurturant effect.Bentuknya berupa, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis dan menerima lain, dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi” (live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu. Prawiradilaga (2007)

Menurut (A.M., 1986: 28-31) yang dikuti oleh Isriani Handayani yaitu;

1) Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir, jenis interaksi atau cara yang digunakan untuk kepentingan itu pada umumnya dengan model presentasi, pemberian tugas- tugas bacaan. Dengan demikian, siswa akan diberikan pengetahuan sehingga menambah pengetahuannya dan sekaligusn akan mencarinya sendiri untuk mengembangkan cara berpikir dalam rangkamemperkaya pengetahuannya.

2) Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga memerlukan suatu keterampilan, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani adalah ketrampilan- keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitik beratka pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.

Keterampilan rohani lebih rumit karena tidak selalu berurusan dengan masalah- masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya. Tetapi lebih abstrak,menyangkut persoalan-persoalan penghayalan dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

3) Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku, dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu, dibutuhkan kecakapan Hardiani (2012).

Salah satu tujuan belajar diatas merupakan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat sejauh mana peningkatan kreatifitas siswa pada mata pelajaran IPA SD

TEMUAN DAN DISKUSI

TEMUAN

Berdasarkan hasil uji coba instrumen di didapat koefisien korelasi hitung untuk setiap butir soal.

Kemudian untuk mengetahui soal itu valid atau tidak, nilai koefisien korelasi Point Biserial dibandingkan dengan nilai rtabel pada n sebanyak 30, taraf signifikansi α = 0,05 yaitu 0,361 dan dengan ketentuan jika rhitung >

rtabel maka butir soal tersebut dinyatakan valid.

Reliabilitas perangkat instrumrn diuji dengan menggunakan Kader Rhicardson-20 (KR-20), dengan kriteria pengujian rhitung > rtabel maka didapatkan rhitung = 0,917 sedangkan rtabel = 0,361. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas instrumen termasuk sangat tinggi.

Dalam dokumen laporan - SIMAKIP (Halaman 44-63)

Dokumen terkait