BAB V PEMBAHASAN
A. Pembahasan Proses Asuhan Kebidanan
Pada pembahasan studi kasus ini penulis akan memaparkan kesenjangan ataupun keselarasan antara teori dengan praktik Asuhan kebidanan komprehensif yang diterapkan pada Ny. N G2P1001 usia kehamilan 37 minggu 5 hari pada tanggal 25 April 2021 yaitu dimulai pada masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, masa nifas, neonatus dan pelayanan kontrasepsi dengan pembahasan sebagai berikut:
1. Asuhan Kehamilan
a. Asuhan Kebidanan Antenatal Care Kunjungan ke I
Hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. N pada tanggal 25 April 2021, didapatkan bahwa Ny. N berusia 25 tahun G2P1001 HPHT 03Agustus 2021 dan taksiran persalinan tanggal 10Mei 2021.
Pada data objektif didapatkan hasil keadaan umum dan tanda – tanda vital ibu dalam keadaan normal. Berat badan ibu sebelum hamil 48 kg dan pada saat kunjungan pertama hanya 61 kg mengalami kenaikan berat badan 13 kg, berdasarkan IMT berat badan ibu yaitu 19 (Kategori : Normal) kenaikan berat badan yaitu 0,4 kg/minggu, usia kehamilan ibu saat pertama kunjungan 37 minggu 5 hari jadi kenaikan berat badan ibu normal yaitu 11,3-15,9 Kg.Pada pemeriksaan LILA didapatkan hasil 25 cm.
Pada pemeriksaan Leopold didapatkan tinggi fundus uteri 31 cm pada kunjungan pertama, didapatkan denyut jantung janin 144 x/menit, TFU 31 cm di usia kehamilan 37 mingu 5 hari termasuknormal.
Asuhan yang diberikan pada ibu pada kunjungan pertama antara lain Menjelaskan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu bahwa hasil pemeriksaan secara umum ibu dalam keadaan normal.
Berdasarkan hasil pengkajian ibu mampu memahami mengenai kondisinya, selain itu ibu juga memahami mengenai KIE yang diberikan.
Kunjungan kedua dilaksanakan pada tanggal 6Mei 2021 dengan usia kehamilan ibu 39 minggu 3 hari, keluhan Ibu mengatakan perut kenceng- kenceng bagian bawah. Pada data objektif didapatkan hasil keadaan umum dan tanda – tanda vital ibu dalam batas normal. Berat badan ibu mengalami kenaikan sebesar 14 kg selama kehamilan
Pada pemeriksaan kehamilan Ny. N, didapatkan kolostrum ibu sudah keluar. Menurut penulis tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan hasil pemeriksaan Ny. N yaitu kolostrum sudah keluar pada trimester III hingga menjelang persalinan. Bahwa menjelang akhir kehamilan terutama hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktifitas prolaktin dihambat oleh hormon estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi (Prawiroharjo, 2010).
Dalam pemeriksaan kehamilan yang dilakukan dari kunjungan pertama sampai kedua berjalan dengan baik dan normal serta pada saat melakukan pemeriksaan tetap melaksanakan protokol kesehatan dimasa
pandemi Covid-19. Penulis melakukan pengawasan selama kehamilan sehingga proses kehamilan dapat berjalan dengan baik walaupun klien mengalami beberapa keluhan pada kunjungan pertama dan kedua namun hal itu dapat diatasi sedini mungkin.
2. Asuhan Persalinan a. Kala I
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan, ditandai perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 36 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Varney, 2008). Menurut penulis tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan asuhan Ny. N, pertolongan persalinan yang sudah sesuai dengan langkah-langkah APN (Asuhan Persalinan Normal) serta alat-alat steril yang lengkap memadai.
Lama fase aktif Ny. N adalah 4 jam 30 menit terhitung sejak pukul 10.30 WITA hingga 15.00 WITA pembukaan 10 cm. Penulis berpendapat hal ini sesuai dengan teori lama fase aktif berupa pembukaan serviks sampai ukuran 10 cm berlangsung dalam 8-12 jam (Prawirohardjo, 2011).
Menurut Prwairohardjo (2011) fase aktif berupa pembukaan serviks sampai ukuran 10 cm berlangsung dalam 2-3 jam. Menurut Doenges (2012) partus preipitatus adalah persalinan berlangsung sangat cepat, berakhir kurang dari 3 jam dari awitatan kelahiran.
Penyebab partus presipitatus yaitu abnormalis tahanan yang rendah pada bagian jalan lahir, abnormalis kontraksi uterus dan rahim yang terlalu kuat, pada keadaan yang sangat jarang dijumpai oleh tidak adanya rasa nyeri saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses- proses persalinan sangat kuat.
Menurut penulis tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan hasil pemeriksaan Ny. N dan pada saat melakukan pertolongan persalinan tetap melaksanakan protokol kesehatan dimasa pandemi Covid-19.
Asuhan yang diberikan pada kala I fase aktif mengajarkan ibu mengenai cara meneran yang benar dengan posisi kaki litotomi, tangan memegang mata kaki, ibu dapat mengangkat kepala hingga dagu menempel didada, tidak menahan nafas serta meneran, tidak menutup mata, serta tidak mengangkat bokong.
b. Kala II
Menurut Widyastuti (2017) Tanda-tanda persalinan berupa His persalinan yang mempunyai ciri khas pinggang rasa nyeri yang menjalar kedepan, sifatnya tratur, interval makin pendek dan kekuatannya semakin besar, mempengaruhi terhadap perubahan serviks, makin beraktivitas kekuatan semakin bertambah, dan pengeluaran lendir darah. Menurut JNPK-KR (2017) Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap atau 10 cm dan berakhir dengan lahirnya bayi. Adapun yang menjadi tanda dan gejala
kala II yaitu : ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau vaginanya, perineum menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani membuka, dan meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah, lama waktu pada kala II pada primipara : ½ - 2 jam , pada multipara ½ - 1 jam.
Penulis berpendapat tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan yaitu Ny. N mengatakan perut mules-mules semakin kencang dan seperti ingin mengejan serta terasa ingin BAB, menurut Widyastuti (2017) Tanda-tanda persalinan berupa His persalinan yang mempunyai ciri khas pinggang rasa nyeri yang menjalar kedepan, sifatnya tratur, interval makin pendek dan kekuatannya semakin besar, mempengaruhi terhadap perubahan serviks, makin beraktivitas kekuatan semakin bertambah, dan pengeluaran lendir darah, menurut JNPK-KR (2017) Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap atau 10 cm dan berakhir dengan lahirnya bayi. Adapun yang menjadi tanda dan gejala kala II yaitu : ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau vaginanya, perineum menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani membuka, dan meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah, lama waktu pada kala II pada primipara : ½ - 2 jam , pada multipara ½ -- 1 jam.
c. Kala III
Pukul 15.40 WITA plasenta lahir spontan, kotiledon dan selaput ketuban lengkap, posisi tali pusat marginalis, panjang tali pusat 55 cm, tebal plasenta ± 2 cm, lebar plasenta ± 20 cm. Lama kala III Ny.N berlangsung ± 10 menit. Hal ini sesuai dengan teori bahwa persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban(Prawiroharjo, 2010). Kala III berlangsung rata-rata antara 5 sampai 10 menit. Akan tetapi kisaran normal kala III adalah 30 menit.Penulis berpendapat tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek.
Perdarahan kala III pada Ny. N berkisar sekitar normal yaitu ± 150 cc. Hal tersebut didukung oleh teori, bahwa perdarahan post partum normal yaitu perdarahan pervaginam <500 cc setelah kala III selesai atau setelah plasenta lahir (JNPK-KR Depkes RI, 2011). Penulis berpendapat, hasil observasi perdarahan kala III pada Ny. N dalam kondisi normal yaitu tidak melebihi 500 cc, yakni hanya berkisar ± 150 cc.
d. Kala IV
Pukul 15.40 WITA plasenta telah lahir, pada perineum tidak terdapat robekan. Penulis melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam. Bayi lahir dengan berat 3630 gram.
Dilakukan pemantauan Kala IV persalinan sebanyak 4 kali setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 2 kali setiap 30 menit pada jam
ke 2 dengan hasil keadaan Ny. N dalam keadaan baik. Hal ini sejalan dengan teori pemantauan kala IV dilakukan 2-3 kali dalam 15 menit pertama, setiap 15 menit pada satu jam pertama, setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan meliputi kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, TFU, kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan, selain itu pemeriksaan suhu dilakukan sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan (Saifuddin, 2011). Penulis berpendapat dengan dilakukannya pemantauan kala IV secara komprehensif dapat mengantisipasi terjadinya masalah atau komplikasi.
3. Asuhan Bayi Baru Lahir
Tanggal 14Mei 2021 Pukul 15.30 WITA bayi lahir spontan pervaginam, segera menangis, usaha napas baik, tonus otot baik, tubuh bayi tampak kemerahan, jenis kelamin laki-laki, bayi dilakukan IMD selama 1 jam PP. Setelah bayi lahir dilakukan penilaian APGAR skor, didapatkan hasil APGAR skor bayi Ny. N dalam keadaan normal yaitu 8/9. Melakukan asuhan bayi baru lahir dan bayi dalam kondisi normal, serta Bayi Ny. N diberikan injeksi vitamin K 0,05 cc/IM dan imunisasi Hb0 satu jam setelah pemberian vitamin K serta berikan antibiotik berupa salep mata. Hal ini sesuai dengan teori, bayi baru lahir diberikan vitamin K injeksi 1mg intramuskuler untuk mencegah perdarahan BBL akibat tekanan pada dinding vagina, pemberian imunisasi hepatitis B 0 hari untuk memberikan
kekebalah terhadap penyakit hepatitis dan pemberian antibiotik untuk pencegahan infeksi (JNPK- KR Depkes RI, 2008).
Penulis berpendapat tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan hasil pemeriksaan By.Ny. N, karena kondisi bayi yang telah stabil penulis dan bidan segera memberikan asuhan BBL sebagai upaya untuk mencegah defisiensi vitamin K, memberikan kekebalan tubuh pada bayi terhadap penyakit hepatitis, dan mencegah terjadinya infeksi pada mata bayi.
Saat bersalin, kehamilan Ny. N berusia 40 minggu 4 hari, dan resiko BBLR tidak terjadi karena pada saat hamil penulis menganjurkan ibu mengubah pola makan, mengonsumsi makanan dengan kandungan karbohidrat dan protein tinggi. Berat badan bayi saat lahir 3630 gram, panjang badan 51 cm, lingkar kepala : 32 cm, lingkar dada 33 cm,lingkar perut 32 cm, tidak ada cacat bawaan, c/c -/- d/m +/+. Saat dilakukan pemeriksaan fisik secara garis besar bayi dalam keadaan normal. Hal ini didukung oleh teori, bahwa bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu. Berat badan normal pada bayi baru lahir adalah 2500 gram sampai 4000 gram (Muslihatun, 2011). Pada saat melakukan pemeriksaan BBL tetap melaksanakan protokol kesehatan dimasa pandemi Covid-19.
4. Asuhan Masa Nifas
Kunjungan pertama nifas dilakukan pada hari ke empat pasca persalinan yaitu pada tanggal 18 Mei 2021, telah dilakukan pemeriksaan pada Ny. N dan mengeluh masih mules dan pengeluaran ASI sudah banyak.
Pada pemeriksaan fisik payudara Ny. N telah mengeluarkan kolostrum dan ibu menyusui bayinya. Menurut Prawirohardjo (2010) setelah lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum maka sekresi hormon estrogen dan progesteron berkurang, sehingga kerja prolaktin tidak terganggu dalam proses pengeluaran kolostrum dan air susu.
Menurut penulis tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan hasil pemeriksaan pada Ny. N Pengeluaran air susu juga dipengaruhi oleh psikis, rangsangan puting susu dan gizi yang dikonsumsi ibu. Pada pemeriksan abdomen TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik, pada pemeriksaan genetalia terdapat pengeluaran lochea yaitu rubra, jahitan tidak ada masalah, tidak ada luka pada daerah genetalia, tidak mengeluarkan bau, tidak oedema, tidak varises tidak ada luka parut.
Dalam hal ini penulis memberikan pendidikan kesehatan mengenai teknik menyusui yang baik dan benar, penulis juga memberikan penyuluhan kesehatan tentang personal hygiene, memberikan KIE tentang nutrisi ibu nifas, perawatan luka jahitan, perawatan bayi baru lahir.
Kunjungan kedua nifas dilakukan pada hari ke sebelas pasca persalinan yaitu pada tanggal 25Mei 2021 dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi masa nifas pada Ny. N Tekanan darah, nadi, pernafasan serta suhu tubuh dalam batas normal. Nutrisi Ny.
N juga terpenuhi dengan baik, mobilisasi ibu baik.
Kunjungan ketiga dilakukan hari ke 21 setelah persalinan ini memiliki tujuan yang sama pada pemeriksaan fisik ibu tekanan darah, suhu, pernafasan, nadi dalam batas normal.
Kunjungan keempat dilakukan hari ke 41 post partum melalui teleconference memiliki tujuan untuk mengetahui kondisi pasien dan memberikan KIE macam-macam KB, manfaat, kerugian dan cara kerja.
5. Asuhan Neonatus
Kunjungan neonatus pertama dilakukan pada hari keempat pasca persalinan, yaitu pada tanggal 18 Mei 2021 dilakukan pemeriksaan dengan hasil keadaan umum neonatus baik, nadi, pernafasan serta suhu tubuh neonatus dalam batas normal. Neonatus mengonsumsi ASI dan pola eliminasi neonatus sudah 3 kali BAK berwarna kuning jernih dan BAB 1 kali berwarna hitam lembek. Neonatus telah mendapatkan imunisasi Hb 0.
Pemberian vaksin ini sesuai dengan jadwal waktu yang ditentukan bahwa pemberian vaksin Hb 0 dapat diberikan pada usia < 7 hari (Kementerian Kesehatan RI, 2012)
Kunjungan kedua dilakukan pada hari ke 11 pasca persalinan, yaitu pada tanggal 25 Mei 2021, penulis melakukan pemeriksaan pada neonatus, keadaan baik, nadi, pernafasan serta suhu tubuh neonatus dalam batas normal, tidak terjadi perdarahan pada tali pusat neonatus , eliminasi baik, dan nutrisi terpenuhi pada kunjungan kedua.
Pada kunjungan ketiga neonatus yaitu pada hari ke-21 pasca persalinan, yaitu pada tanggal 04 Juni 2021. Hasil pemeriksaan keadaan umum baik, nadi, pernafasan serta suhu tubuh neonatus dalam batas normal, eliminasi baik.
Penulis melakukan pengawasan selama periode neonatus sehingga periode neonatus dapat berjalan dengan baik walaupun orangtua bayi sempat mengalami beberapa keluhan dan cemas namun hal itu dapat diatasi sedini mungkin. Menurut penulis tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan hasil pemeriksaan Ny. N dan pada saat melakukan pemeriksaan NEO KN I-III tetap melaksanakan protokol kesehatan dimasa pandemi Covid-19.
6. Asuhan Kebidanan Keluarga Bencana
Pada asuhan keluarga berencana (KB), Penulis memberikan konseling KB (AKDR, AKBK, Mini pil, suntik 3 bulan) ibu untuk memilih KB AKDR karena ibu ingin menggunakan kontrasepsi yang tidak mengandung hormone. Penulis menjelaskan tentang KB AKDR, AKDR adalah suatu alat kontrasepsi modern yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversible dan berjangka panjang.
Pada tanggal 14 Mei 2021 Ny. N telah memakai kontrasepsi AKDR di RSUD Beriman. Menurut penulis tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan hasil pemeriksaan Ny. N.