4) Refleksi Siklus II
4.2 Pembahasan
Presentase ketidaktuntasan siswa 15,6%
Hasil ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus II di hitung dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan:
P=∑Skor yang tuntas belajar
∑Siswa x100 %
P=27
32x100 %=84,4 %
Dari hasil ketuntasan hasil belajar secara klasikal sebesar 84,4%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus II tergolong sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus II telah mencapai ketuntasan hasil belajar yang telah ditetapkan sebesar 80% atau dengan kata lain sudah berhasil dan sudah mencapai nilai KKM yang telah dibuat oleh sekolah, hasil belajar siswa sudah meningkat oleh sebab itu, penelitian dianggap cukup sampai siklus II.
Penelitian ini dilakukan di SMK Dwi Warna Medan. Peneliti melakukan pengamatan dan pembelajaran dengan beberapa tindakan, mulai dari pra siklus sampai dengan siklus II, peneliti mendapatkan temuan-temuan pada saat melaksanakan penelitian. Adapaun temuan-temuan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pra Siklus
Bersumber pada pengamatan yang dicoba pada dikala pembelajaran berlangsung, kegiatan belajar siswa pada sesi pra siklus nampak masih sangat kurang, perihal ini disebabkan guru kurang membagikan motivasi kepada siswa, tata cara yang digunakan cuma tata cara ceramah serta pemberian soal saja dan siswa tidak di tuntut buat aktif dalam kelas, proses pembelajaranpun didominasi oleh guru semata. Perihal ini menimbulkan tingkatan keaktifan siswa dalam kelas kurang perihal ini nampak dari hasil observasi awal pada aktivitas pra siklus.
Tidak hanya itu perihal tersebut pula menimbulkan nilai rata- rata pada hasil pre- test hasil belajar siswa rendah ialah cuma 70,00 jauh dari nilai KKM yang sudah ditentukan ialah 75.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat pembelajarn berlangsung, aktivitas belajar siswa pada tahap pra siklus terlihat masih sangat kurang, hal ini dikarenakan guru kurang memberikan motivasi kepada siswa, metode yang digunakan hanya metode ceramah dan pemberian soal saja serta siswa tidak di tuntut untuk aktif dalam kelas, proses pembelajaranpun didominasi oleh guru semata. Hal ini menyebabkan tingkat keaktifan siswa dalam kelas kurang hal ini terlihat dari hasil observasi pertama pada kegiatan pra siklus. Selain
itu hal tersebut juga menyebabkan nilai rata-rata pada hasil pre-test hasil belajar siswa rendah yakni hanya 70,00 jauh dari nilai KKM yang telah ditetapkan yakni 75.
2. Siklus I
Pada siklus I siswa sudah mulai terlihat lebih aktif dalam kelas meski belum maksimal namun hal ini dirasa lebih baik dari pembelajaran sebelum dilakukannya siklus 1. Nilai yang diperoleh siswa pada siklus 1 masih terbilang rendah yakni nilai rata-ratanya hanya 74,69 namun nilai ini lebih baik dari nilai pada pembelajaran pra siklus yakni 70,00. Adapun persentase kesiapan praktek siswa dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning dengan pendekatan demonstrasi, siswa belum sepenuhnya siap dalam praktek. Dimana hasil angket penilaian kesiapan praktek siswa cenderung sedang. Karna nilai pada siklus I masih jauh dari nilai KKM untuk itu perlu dilakukan perbaikan pada sklus II.
3. Siklus II
Pada siklus II siswa mengalami kemajuan yang cukup pesat ini terbukti dari perbandingan hasil pembelajaran yang sebelumnya pada siklus I. Hasil belajar siswa semakin meningkat sebelumnya pada siklus I nilai rata-rata dari 32 siswa hanya 74,69 sedangkan pada siklus II nilai rata-rata dari 32 siswa meningkat pesat menjadi 81,56. Dengan peningkatan yang tinggi ini peneliti mencukupkan penelitian karena merasa menggunakan media benda nyata yang diterapkan peneliti pada materi (KD) sudah cukup memperbaiki pembelajaran materi alat-alat
mesin bubut berdasarkan jenis dan fungsinya, dengan menggunakan model Project Based Learning menerapkan pendekatan demonstrasi.
Berdasarkan perbandingan data hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II, dapat disimpulkan penggunaan model PjBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi menggunakan alat ukur mekanik, dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Pra Siklus Siklus I Siklus II 0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
70.0%
80.0%
90.0%
100.0%
31.3%
56.3%
84.4%
68.8%
43.8%
15.6%
Tuntas Tidak Tuntas
Gambar 4. Peningkatan Ketuntasan Tindakan Penelitian
Grafik di atas menujukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran secara berturut-turut sesuai perbandingan data hasil belajar dari pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II. Pra Siklus sebesar 31,3%, meningkat pada Siklus I sebesar 56,3%, dan meningkat lagi pada Siklus II sebesar 84,4%. Terjadi peningkatan persentase hasil belajar siswa dalam pembelajaran rata-rata nilai siswa berturut-turut dari siswa dari siklus I dan siklus II yaitu persentse dalam hasil belajar siswa 50,0%. Peningkatan persentase hasil belajar siswa dengan rata- rata siswa tersebut sejalan dengan peningkatan proses pembelajaran, baik guru maupun siswa.
Perolehan hasil belajar ini berdampak pada meningkatknya hasil belajar siswa dan kesiapan praktik dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu oleh Irdam (2019) berdasarkan pengamatan dan data yang ada penulis melihat ada gejala atau hal yang membuat hasil belajar praktek membubut pada kelas XI belum mendapatkan hasil yang baik sehingga perlu ditingkatkan. Dilihat dari akhir siklus 2 maka dapat disimpulkan bahwa upaya peningkatan hasil belajar praktek siswa dengan metode pembelajaran langsung pada siswa kelas XI Program keahlian teknik pemesinan SMK Negeri 1 Bangkinang telah mencapai target yang diinginkan.
Siswa dapat menyelesaikan permasalahan dan menemukan sendiri jawaban atas permasalahan yang diberikan. Siswa mulai percaya diri dalam mengungkapkan pendapatnya dan kerjasama siswa selama proses pembelajaran dengan teman sejawatnya sangat baik. Selain itu, selama kegiatan diskusi berlangsung tidak ada lagi yang mendominasi dalam diskusi ataupun siswa yang hanya diam dan bermain saja. Keberhasilan penerapan pendekatan demonstrasi ini belum tentu berhasil jika diterapkan dalam materi lain, karena tergantung pada guru yang menguasai teori pembelajaran dengan menerapkan ini. Maka dari itu, guru dan peneliti yang akan melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran PJBL dengan menerapkan pendekatan demonstrasi, harus lebih menguasai teori menggunakan pendekatan pembelajaran ini agar proses pembelajaran yang telah direncanakan dapat tercapai dengan tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang didapat, maka akan disimpulkan bahwa penggunaan model Project Based Learning dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya standar kompetensi.
Memahami mesin mesin bubut untuk jenis pekerjaan tertentu yang disyaratkan.
Hal ini terbukti pada pra siklus dengan nilai rata-rata 70,00 kemudian meningkat pada siklus I dengan nilai rata-rata 74,69 kemudian meningkat lagi pada siklus II dengan nilai rata-rata 81,56. Sedangkan ketuntasan hasil belajar siswa pada pra siklus 31,3% sedangkan pada siklus I adalah 56,3% kemudian meningkat lagi pada siklus II yaitu 84,4%.
Selain model pembelajaran Project Based Learning dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan kesiapan praktik siswa. Siswa dapat memperhatikan penjelasan guru selama proses pembelajaran berlangsung, siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan guru.