• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KESIAPAN PRAKTIK MATA PELAJARAN TEKNIK PEMESINAN BUBUT MENGGUNAKAN MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBASIS DEMONSTRASI PADA KELAS XI DI SMK DWI WARNA MEDAN

N/A
N/A
Geraldo Alvito

Academic year: 2023

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KESIAPAN PRAKTIK MATA PELAJARAN TEKNIK PEMESINAN BUBUT MENGGUNAKAN MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBASIS DEMONSTRASI PADA KELAS XI DI SMK DWI WARNA MEDAN"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

Rangkaian hasil belajar siswa pada teknik mesin bubut yang pertama adalah pemahaman tentang pengetahuan dan spesifikasi mesin bubut standar. Kelompok hasil pembelajaran teknik bubut yang ketiga bagi siswa adalah pemahaman dan kemampuan penggunaan parameter pemotongan pada mesin bubut.

Hakikat Kesiapan Praktik

Evaluasi hasil latihan giliran siswa meliputi evaluasi proses, penilaian obyektif, dan ketepatan waktu siswa dalam melakukan tugas giliran. Penilaian hasil belajar siswa pada pembelajaran Teknik Bubut adalah dengan menggunakan lembar evaluasi karya yang telah dilengkapi instrumen penilaian hasil belajar Teknik Bubut secara lengkap.

Hakikat Model Pembelajaran Project Based Learning

Waktu penyelesaian proyek harus jelas, dan siswa harus diberikan instruksi tentang cara mengelola waktu yang tersedia. Di akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan dan hasil proyek yang telah dilaksanakan.

Hakikat Metode Demonstrasi

Menurut Nana Sudjana, metode demonstrasi adalah suatu metode pengajaran yang dengan cara kita memperhatikan bagaimana proses yang berlangsung ketika sesuatu terjadi.” Sedangkan menurut Wianat Putra, dkk, metode demonstrasi adalah suatu cara menyajikan suatu pokok bahasan dengan cara langsung. mendemonstrasikan subjek atau metode, bagaimana melakukan sesuatu untuk mendemonstrasikan suatu proses tertentu.” Hal senada juga diungkapkan oleh Djamarah yang menyatakan bahwa “metode demonstrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk menunjukkan proses atau pengoperasian suatu mata pelajaran dalam hubungannya dengan bahan ajar”.

Berdasarkan pengertian yang telah disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah suatu metode pembelajaran dimana seorang guru atau siswa secara langsung memperagakan sesuatu yang kemudian diikuti oleh siswa lainnya agar pengetahuan atau keterampilan yang diperlihatkan lebih bermakna. murid. Penyimpanan. Setiap metode yang digunakan dalam mengajar mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu pula dengan metode demonstrasi. Tujuan utama penggunaan metode demonstrasi menurut Winata Putra, dkk adalah untuk memperjelas makna konsep dan menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu, proses terjadinya sesuatu.”

Menurut Syaiful Sagala, tujuan pengajaran dengan metode demonstrasi adalah untuk “menunjukkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai dengan bahan ajar sehingga siswa dapat memahaminya dengan mudah”. Untuk melakukan metode demonstrasi yang baik dan efektif, ada beberapa langkah yang harus dipahami dan digunakan oleh guru, kemudian diikuti oleh siswa dan diakhiri dengan evaluasi.

Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan melakukan siklus pembelajaran yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi. Setelah selesai pembelajaran siklus I, terlihat hasil belajar praktik siswa pada siklus I baru mencapai 54%, dan kekurangan pada siklus I dapat diimplementasikan pada siklus II. Dilihat dari akhir siklus 2 dapat disimpulkan bahwa upaya peningkatan hasil belajar praktik siswa dengan pembuatan punjung dengan metode pembelajaran langsung pada siswa kelas XI program teknik mesin SMK Negeri 1 Bangkinang telah mencapai tujuan yang diinginkan.

Evaluasi pelaksanaan pembelajaran praktik di Balai Diklat Pendidikan Teknik (BLPT) Yogyakarta menghasilkan: 1) gambaran pelaksanaan pembelajaran praktik selama workshop di BLPT sudah baik dari segi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran praktik, 2 ) tingkat keberhasilan pendidikan praktik dengan sistem reguler sama besarnya dengan hasil pendidikan praktik dengan sistem reguler menunjukkan hasil yang baik, 4) kelemahan pendidikan praktik reguler yaitu sulitnya perencanaan perbaikan, penggunaan peralatan praktik yang bergantian dan hari libur, 5) aspek kekuatan pendidikan praktek reguler.

Kerangka Konseptual

Hipotesis Tindakan

  • Tempat Penelitian
  • Waktu Penelitian

Menurut Sugiyono, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Jawaban dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan hanya berdasarkan teori yang relevan, belum berdasarkan fakta empiris. Lokasi penelitian ini dilakukan di SMK DWIWARNA Medan, tepatnya di Jalan Gedung Arca No 52, Teladan Barat, Kota Medan, Sumatera Utara Tahun 20217. Penelitian ini dilakukan pada tahun ajaran 2022/2023 pada bulan Februari 2023.

Waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah pada bulan Agustus dan Februari, tahun ajaran ganjil.

Subjek Penelitian

Desain Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai pada faktor-faktor yang diteliti.

Gambar 3. Peta Pembelajaran Siklus II
Gambar 3. Peta Pembelajaran Siklus II

Perencanaan (planning)

Pelaksanaan Tindakan (action)

Observasi dan evaluasi (Observation and Evaluation)

Refleksi (Reflection)

  • Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .1 Teknik Pengumpulan Data
    • Instrumen Penelitian
  • Indikator Keberhasilan
  • Teknik Analisis Data
  • Hasil Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa nilai tes setelah menyelesaikan penguasaan materi, dan dokumentasi foto siswa membuat relief. Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan karena pengamat tidak terlibat dalam kegiatan melainkan hanya sebagai pengamat. Angket dalam penelitian ini berbentuk lembar deklarasi yang memuat tingkat perhatian, motivasi dan perhatian siswa terhadap aspek-aspek penting dalam pelaksanaan metode pembelajaran demonstrasi dan dijawab dengan tanda checklist pada kolom yang tersedia sesuai dengan deskripsi ke tempat yang telah dilaksanakan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian autentik, yaitu suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan yang berkesinambungan, bukti-bukti yang autentik, akurat dan konsisten sebagai pertanggungjawaban publik (Kurikulum Pusat: 2009). . Bentuk Authentic Assessment yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk pengukuran sikap dan penilaian proyek. Teknik Pengumpulan Data Analisis data dilakukan dari awal hingga akhir kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif karena datanya diperoleh dari hasil evaluasi setiap siklusnya. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Dwiwarna Medan, subjek penelitiannya adalah siswa kelas XI Program Keterampilan Pengolahan Teknik yang berjumlah 32 siswa.

Tabel 3.2. Instrumen Penilaian Sikap No Indikator Sikap Skor Penilaian
Tabel 3.2. Instrumen Penilaian Sikap No Indikator Sikap Skor Penilaian

Pra Siklus (Pre-Test)

Analisis ini digunakan untuk memperoleh hasil penelitian tindakan kelas yang berupaya mengidentifikasi peningkatan hasil belajar siswa. Untuk melihat perolehan nilai siswa pada saat Pretest dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Berdasarkan tabel 4.1 di atas, nilai rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran permesinan bubut pada materi pembelajaran bagian-bagian bubut berdasarkan jenis dan fungsinya adalah sebesar 70,00 dengan tingkat ketuntasan klasikal sebesar 31,3%.

Berdasarkan tabel 4.2 di atas terlihat bahwa terdapat siswa yang mempunyai kriteria penilaian sangat tinggi atau sangat rendah. Dari hasil kesempurnaan belajar klasikal sebesar 31,3%, kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa pada tes awal (Pre Test) termasuk dalam kategori rendah. Hal ini sesuai dengan kriteria tingkat prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Dari hasil penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar klasikal pada tes awal (Pre Test) yaitu 30,3% masih rendah dan belum mencapai tahap ketuntasan klasikal yang telah ditentukan yaitu 80%. Berdasarkan hal tersebut peneliti kemudian melakukan tahap tindakan dengan menggunakan Siklus I untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Tabel 4.1 Hasil Perolehan Nilai Siswa Pada Test Awal (PreTest)
Tabel 4.1 Hasil Perolehan Nilai Siswa Pada Test Awal (PreTest)

Hasil Belajar Siswa Penerapan Model Project Based Learning (PjBL) a. Pembelajaran Siklus I

Perencanaan Tindakan

Penerapan Tindakan

Diawali demonstrasi bersama siswa dengan kegiatan yang mendorong siswa berpikir dan menganalisis, yaitu dengan memperlihatkan gambar benda kerja, kemudian instruktur mendiskusikan langkah-langkah pekerjaan. Saat melakukan demonstrasi pada setiap bagian, pengajar hanya berperan sebagai teman sejawat, sehingga siswa tidak malu berdiskusi dan bertanya. Pada saat demonstrasi, pastikan setiap siswa mengikuti alur demonstrasi dengan meminta instruktur memperhatikan reaksi setiap siswa.

Jika ada yang tidak memperhatikan, siswa akan ditegur dan ditanyai tentang apa yang dilakukan. Setiap selesai demonstrasi, instruktur mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk memastikan pemahaman siswa dan kemudian menugaskan salah satu siswa untuk mempraktikkan apa yang telah didemonstrasikan oleh instruktur. Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan proyek sesuai desain yang dibuat, menyajikan hasil dan mengevaluasi laporan, mengevaluasi produk, dan menilai kinerja siswa selama kegiatan proyek berlangsung.

Hasil Observasi dan Evaluasi

Dari hasil ketuntasan hasil belajar klasikal, 56,3% kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa tingkat I berkategori belum tuntas. Dari hasil penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesempurnaan pembelajaran klasikal pada siklus I belum mencapai tingkat kesempurnaan klasikal yang telah ditentukan yaitu 80%. Berdasarkan hal tersebut peneliti kemudian melakukan tahap tindakan dengan menggunakan Siklus II untuk meningkatkan hasil belajar siswa ketika menerapkan model pembelajaran PjBL.

Tabel 4.5 Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Tabel 4.5 Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

Refleksi Siklus I

Pelaksanaan Tindakan a) Kegiatan Pendahuluan

Materi pertama kali disampaikan kepada siswa mengenai proses pembubutan spindel bertingkat, terutama penjelasan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembubutan, seperti parameter pembubutan, pengertian skala sudut pada mesin serta cara yang benar dan benar. mengatur alat dengan benar. Demonstrasi bersama siswa diawali dengan kegiatan yang merangsang siswa berpikir dan menganalisis, yaitu dengan menawarkan gambar benda kerja, kemudian instruktur mendiskusikan langkah-langkah kerja bersama siswa. Pada fase ini siswa melaksanakan kegiatan proyek sesuai desain yang telah dibuat, untuk menilai kinerja siswa selama kegiatan proyek berlangsung.

Untuk mengetahui hasil belajar dan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, peneliti mempelajari dan menganalisis hasil observasi pada siklus II ini. Dari tabel diatas terlihat persentase observasi kesiapan praktik siswa dengan model pembelajaran PjBL adalah memuaskan. Hasil tes formatif digunakan untuk mengetahui keberhasilan penelitian tingkat 2. Kinerja siswa tingkat 2 dapat dilihat pada tabel berikut.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar klasikal pada siklus II tergolong sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar klasikal pada siklus II mencapai ketuntasan hasil belajar yang ditetapkan sebesar 80% atau dengan kata lain berhasil dan mencapai nilai KKM yang diciptakan sekolah, hasil belajar siswa meningkat oleh karena itu penelitian dianggap cukup sampai siklus II.

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Kesiapan Praktek Siswa Pada Pembelajaran Siklus II
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Kesiapan Praktek Siswa Pada Pembelajaran Siklus II

Refleksi Siklus II

  • Pembahasan
  • Implikasi
  • Saran

Tidak hanya itu juga menyebabkan nilai rata-rata hasil pretest hasil belajar siswa rendah yaitu hanya 70,00 jauh dari nilai KKM yang telah ditetapkan yaitu 75. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada awal siklus I yaitu nilai rata-rata siswa sebesar 32 siswa hanya sebesar 74,69, sedangkan nilai rata-rata siswa sebesar 32 siswa pada siklus II meningkat pesat menjadi 81,56. Berdasarkan perbandingan data hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa penggunaan model PjBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi menggunakan alat ukur mekanik, yang terlihat pada grafik berikut.

Proporsi hasil belajar siswa terhadap rata-rata hasil belajar siswa I dan II mengalami peningkatan. Peningkatan persentase hasil belajar siswa dibandingkan rata-rata siswa sejalan dengan peningkatan proses pembelajaran, baik guru maupun siswa. Tercapainya hasil belajar tersebut berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa dan kesiapan praktis dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya standar kompetensi. Sedangkan ketuntasan hasil belajar siswa pada prasiklus sebesar 31,3%, sedangkan pada siklus I sebesar 56,3%, kemudian meningkat lagi pada siklus II yaitu 84,4%.

Gambar 4. Peningkatan Ketuntasan Tindakan Penelitian
Gambar 4. Peningkatan Ketuntasan Tindakan Penelitian

Gambar

Gambar 1. Kerangka KonseptualKondisi
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan
Gambar 2. Peta Pembelajaran Siklus IAlternatif Pemecahan
Gambar 3. Peta Pembelajaran Siklus II
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dari uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah serta keterbatasan penulis dalam kemampuan, waktu dan dana, maka yang terjadi batasan masalah adalah

Penerapan model pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran teknik pemesinan frais program keahlian teknik pemesinan

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah hasil belajar akuntansi yang diajar dengan Model

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah penelitian, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah apakah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah ditentukan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini Bagaimana

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dibuat batasan masalah dalam penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh model

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah diatas maka tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran adalah untuk

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah yaitu Apakah ada Pengaruh penerapan model pembelajaran snowball throwing terhadap hasil belajar siswa