• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Temuan

Dalam dokumen perlindungan hukum bagi konsumen makanan (Halaman 87-99)

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

C. Pembahasan Temuan

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat ditemukan temuan yang peneliti peroleh berdasarkan hasil penelitian tentang perlindungan hukum bagi konsumen kemasan kadaluwarsa (studi toko sembako di pasar Rambipuji

66 Yusyf Qardawi, Darul qiyau wal Ahkhlak fil Istidhalil Islam, Terj. Zainal Arifin, Norma dan Etika Ekonomi Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1997) 174

67 Inem, Wawancara 02 Oktober 2018

Kabupaten Jember) berdasarkan undang-undang no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen adalah sebagai berikut :

1. Analisis upaya toko sembako di pasar Rambipuji dalam melakukan kontrol terhadap produk makanan kemasan yang di perjualbelikan

Pasal 1 ayat (1) UU nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen merupakan bahwa perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan hukum bagi konsumen.

Secara umum perlindungan konsumen atas makanan kemasan yang telah kadaluwarsa melalui perundang-undangan dapat dikatakan telah diatur sedemikian rupa, hal ini dapat dilihat dengan adanya berbagai peraturan undang-undang yang mengatur tentang prosedur pemasukan makanan ke dalam wilayah Indonesia, antara lain :

a. Pasal 21 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Perlindungan Konsumen.

b. Pasal 36,37,38,39 dan 40 Undang-undang Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan

Pasal 21 ayat (2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa setiap makanan dan minuman yang di kemas wajib diberi tanda atau label yang berisi :

a. Bahan yang dipakai;

b. Komposisi setiap bahan

c. Tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa

d. Ketentuan lainnya.

Pemberian tanda atau label itu dimaksudkan agar konsumen mendapat informasi yang benar tentang produk. Karena putusan pilihan konsumen yang benar mengenai barang atau jasa yang dibutuhkan sangat tergantung pada kebenaran dan bertanggung jawabnya informasi yang disediakan oleh pihak-pihak kalangan pelaku usaha yang bersangkutan.

Sebagai pelaku usaha pemilik toko sembako bertanggung jawab terhadap penjualan produk-produknya. Pemilik toko sembako selalu berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik terhadap konsumenya, salah satunya adalah seperti upaya kontrol yang dilakukan oleh pemilik toko sembako, akan tetapi yang terjadi dilapangan ialah para pemilik toko sembako jarang sekali melakukan kontrol terhadap tanggal kadaluwarsa makanan kemasan yang dijual di tokonya. Upaya kontrol dilakukan oleh pemilik toko meski hal tersebut sangat jarang dilakukan dan juga dilakukan oleh sales produk makanan kemasan itu sendiri pada setiap kunjunganya. Tidak sedikit para pelaku usaha khususnya pemilik toko sembako kurang memperhatikan kondisi produk yang layak jual karena terlalu sibuk dengan kegiatan lain.

Pada penelitian pertama yang peneliti lakukan pada toko sembako milik ibu inem di dapat hasil bahwa upaya kontrol hanya dilakukan apabila ada kunjungan dari sales produk makanan kemasan tersebut pada jangka waktu 2 minggu atau sebulan sekali.

Tidak jauh berbeda dengan pemaparan yang dilakukan oleh ibu sunik yang dimana upaya kontrol terhadap tanggal makanan kemasan hanya dilakukan pada saat ada kunjungan dari sales produk makanan kemasan tersebut. Dari pemaparan bapak Uut selaku pemilik toko sembako juga menyampaikan jika kontrol terhadap makanan kemasan dilakukan jika ada kunjungan dari sales makanan tersebut juga ditambah dengan pemilik toko itu sendiri meskipun hal tersebut sangat jarang dilakukan dikarenakan terbatasnya waktu dan tenaga para pemilik toko.

Sehingga dapat diketahui upaya kontrol memang telah dilakukan dan telah sesuai dengan peraturan perundangan khususnya Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen pasal 7 huruf d mengenai kewajiban pelaku usaha untuk menjamin mutu produk yang dijual berdasarkan ketentuan standart mutu produk yang berlaku, hanya saja kurang maksimal dan perlu ditingkatkan kembali oleh para pemilik toko sembako.

Hal ini tentunya perlu adanya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pihak yang berwenang dalam hal perlindungan konsumen terhadap makanan kemasan kadaluwarsa yang dimana adanya sosialisasi diberikan kepada pemilik toko sembako/pelaku usaha dan konsumen sehingga mereka dapat mengetahui apa saja yang menjadi kewajiban dan hak masing-masing pihak sehingga perlindungan hukum bagi konsumen dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Untuk pengawasan mengenai peredaran makanan kemasan kadaluwarsa lembaga yang berhak mengawasi ialah Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, yang merupakan salah satu lembaga pemerintah yang banyak terlibat dalam pengawasan peredaran makanan kemasan kadaluwarsa yang didasarkan kepada kewenangan dalam ketentuan pasal 73 Undang-Undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan sebagai berikut

“Pemerintah melakukan pembinaan terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan penyelengaraan upaya kesehatan”.68

Salah satu tugas Dinas Kesehatan yang cukup penting adalah melindungi masyarakat dari berbagai kemungkinan yang dapat menimbulkan ganguan dan atau bahaya terhadap kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh produk makanan kemasan yang telah tercemar oleh bakteri dikarenakan makanan kemasan tersebut telah kadaluwarsa.

Selain dinas kesehatan lembaga pemerintah non-pemerintah lainnya yang mempunyai tugas untuk melaksanakan tugas pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung pada Presiden serta berkoordinasi dengan menteri kesehatan ialah BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan).

BPOM dibentuk ditingkat pusat sedangkan ditingkat daerah dibentuk unit pengelola tekni Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan. Peran BPOM dalam hal melakukan pengawasan adalah sebagai upaya antisipasi terhadap peredaran makanan yang rusak khususnya dikarenakan telah

68 Undang-Undang No 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

kadaluwarsa yang beredar di masyarakat agar tidak dikonsumsi masyarakat. BPOM juga harus senantiasa mengembangkan pemantauan dan pengawasan terhadap makanan dan obat obatan yang beredar luas di masyarakat. Untuk mencapai tujuan itu BPOM dalam setiap bulan secara teratur melaksanakan program pengawasan produk makanan kemasan di pasaran, antara lain di distributor makanan, pasar swalayan dan pasar tradisional, akan tetapi hal itu tidak berjalan sebagaimana mestinya pengawasan terhadap makanan kemasan kadaluwarsa yang beredar di pasaran dilakukan hanya ketika pada moment hari besar tertentu saja seperti ketika mendeti Bulan ramadhan, hari raya, tahun baru dan hari hari besar lainnya sehingga peredaran makanan kemasan kadaluwarsa masih ditemukan.

Pengawasann sendiri juga harus dilakukan oleh pelaku usaha dan konsumen dengan memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai dampak dan bahayanya ketika makanan kemasan kadaluwarsa kita konsumsi yang dimana yang berperan dalam memberikan sosialisasi yaitu pemerintah

Pihak produsen juga secara langsung ikut serta dalam melakukan pengawasan terhadap peredaran makanan kemasan kadaluwarsa yang dimana distributor makanan kemasan tiap 2-4 minggu sekali mendatangkan sales dari produk makanan kemasan untuk melakukan kontrol terhadap tanggal makanan kemasan kadaluwarsa.

2. Analisis tanggung jawab produsen atau pelaku usaha apabila terdapat konsumen yang menerima produk makanan kemasan kadaluwarsa

Dari pemaparan apa yang dijelaskan baik pemilik toko sembako maupun konsumen terhadap tanggung jawab produsen apabila terdapat konsumen yang menerima produk makanan kadaluwarsa maka dapat ditemukan bahwa :

Dalam rangka memberikan pelayanan sebaik-baiknya terhadap konsumen, pemilik toko sembako di pasar Rambipuji tentunya selalu ingin memberikan produk yang mereka jual dengan kwalitas terbaik akan tetapi masih saja dijumpai konsumen yang masih menerima makanan kemasan yang kadaluwarsa masih beredar di pasaran, adanya kasus seperti ini bukan berarti pihak produsen atau pemilik toko tidak melakukan upaya kontrol terhadap makanan kemasan yang mereka jual- belikan karena tidak menutup kemungkinan pelaku usaha/pemilik toko tidak mengontrol produk/makanan kemasan tersebut. Adanya kasus tersebut tentunya akan memunculkan suatu penyelesaian yang terbaik kepada konsumen yang merasa dirugikan karena telah menerima makanan kemasan yang telah kadaluwarsa.

Dari hasil wawancara dengan salah satu pemilik toko sembako dalam menanngapi dan melayani keluhan konsumen atas produk yang dibeli di toko sembako miliknya pertama kebanyakan pemilik sembako meminta agar konsumen dapat menunjukan produk makanan kemasan

yang dibelinya di toko tersebut dan memastikan apakah benar makanan kemasan tersebut di beli di toko sembako miliknya, apabila terbukti benar bahwa makanan kemasan tersebut di beli di toko tersebut pemilik toko memberikan ganti rugi berupa tukar produk dengan jenis dan merk yang sama atau dengan pengembalian uang dengan jumlah nominal sesuai dengan harga makanan kemasan sebelumnya.

Selanjutnya para pemilik toko sembako memberikan makanan kemasan kadaluwarsa tersebut kepada sales produk makanan kemasan tersebut agar disampaikan ke distributir dan mendapat pergantian rugi sesuai dengan yang diperjanjikan, Dan untuk makanan kemasan kadaluwarsa yang dibeli sendiri oleh pemilik toko sembako baik dari kios/agen ataupun supermarket itu sudah menjadi tanggung jawab dari pemilik toko sembako itu sendiri karena tidak sedikit pemilik toko yang membeli barang/produk makanan kemasan dengan jumlah banyak dan menyimpannya untuk beberapa waktu kedepan dijualnya padahal produk/makanan kemasan tersebut telah lewat batas tanggal atau kadaluwarsa dengan hal tersebut pelaku usaha wajib mempertanggung jawabkan perbuatan tersebut dengan memberikan pergantian rugi dengan barang yang sama atau pergantian dengan jumlah uang yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

Menurut beberapa pemilik toko sembako dalam menangapi keluhan konsumen para pemilik toko sembako tidak pernah melibatkan pihak luar seperti Dinas Pasar atau pihak-pihak lain diluar pemilik toko

sembako dan konsumen, hal itu terjadi karena sampai saat ini apabila ada keluhan konsumen atau masalah yang berkenaan dengan perlindungan konsumen para pihak baik pemilik toko sembako dan konsumen selalu menyelesaikan dengan jalur kekeluargaan. Langkah ini dapat diterima oleh konsumen sebagai bentuk pemenuhan hak untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan nilai tukar, hak atas keselamatan dan kenyamanan, serta hak untuk mendapatkan perlakuan seimbang dan tidak diskriminatif. Hal ini dinilai dapat memenuhi hak konsumen dalam memberikan rasa keadilan dan kemanfaatan serta kedudukan yang sama antara pelaku usaha dengan konsumen.

3. Analisis perlindungan hukum bagi konsumen makanan kemasan kadaluwarsa menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Pasal 1 ayat 1Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen merumuskan bahwa perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

Secara umum perlindungan konsumen atas makanan dalam kemasan yang telah kadaluwarsa melalui peraturan perundang-undangan yang ada dapat dikatakan telah diatur dengab sedemikian rupa. hal ini dapat kita lihat dari beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang prosedur pemasukan makanan ke wilayah Indonesia.

Perlunya suatu produk dilengkapi dengan informasi adalah salah satu upaya terhadap perlindungan konsumen, karena dari informasi tersebut konsumen dapat mengetahui mengenai produk itu sendiri baik berupa informasi kandungan serta bahan-bahan/komposisi yang terdapat dari makanan itu sendiri.

Dari pemaparan tentang perlindungan hukum bagi konsumen makanan kemasan kadaluwarsa menurut undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen maka dapat ditemukan bahwa :

Pihak konsumen dan pihak produsen selaku pemilik toko sembako masih minim pengetahuan akan adanya undang-undang perlindungan konsumen yang di dalamnya mengatur hak dan kewajiban keduanya serta apa yang dilarang bagi keduanya, bahwa diantara hak-hak konsumen yang ada konsumen berhak diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur.

Namun pada kenyataan yang terjadi dilapangan masih ditemui menurut keterangan konsumen makanan kemasan yang kadaluwarsa masih beredar ini merupakan salah satu kurangnya produsen dalam memberikan hak konsumen dan kewajiban produsen sebagai pelaku usaha sedangkan dalam undang-undang hal tersebut sudah jelas harus dipenuhi dan apabila tidak dipenuhi akan adanya sanksi yang telah diatur dalam undang- undang terhadap produsen yang lalai.

Mengenai perlindungan hukum bagi konsumen tidak ada dalam artian konsumen tidak mendapatkan suatu bentuk perlindungan hukum

apapun kepada konsumen yang haknya telah dirugikan oleh pelaku usaha selaku pemilik toko sembako.

Sedangkan lembaga pasar sendiri menjelaskan untuk pemahaman masyarakat mengenai hak dan kewajiban tersebut memang masyarakat sangat minim pengetahuan hanya beberapa saja yang mengetahui hal ini disebabkan SDM yang kurang mengerti akan hal tersebut. Masyarakat beranggapan bahwa satu-satunya yang berkewajiban memberikan perlindungan hukum bagi konsumen ialah organisasi konsumen, anggapan ini tentunya tidak benar. Perlindungan konsumen sebenarnya menjadi tanggung jawab semua pihak yaitu pemerintah, pelaku usaha, organisasi konsumen dan konsumen itu sendiri, tanpa adanya andil dari keempat unsur tersebut tentunya tidak akan mudah dalam mewujudkan kesejahteraan konsumen.

Sikap adil dan tidak berat sebelah yang dilakukan oleh produsen selaku pemilik toko sembako diharapkan mampu memberikan perlindungan kepada konsumen. Perlindungan terhadap konsumen tidak harus berpihak terhadap kepentingan konsumen yang merugikan kepentingan pelaku usaha, jadi harus ada keseimbangan antara kepentingan konsumen dan kepentingan produsen.

4. Analisis Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Makanan Kemasan Kadaluwarsa

Seperti yang terjadi bahwasanya praktek jual beli makanan kemasan di toko sembako pasar rambipuji pada setiap harinya sangatlah

ramai, para konsumen setiap harinya berbelanja kebutuhan sehari hari baik itu makanan kemasan maupun kebutuhan sehari adanya makanan kemasan kadaluwarsa yang masih beredar sangatlah merugikan baik dari segi konsumen dan pedangang.

Konsumen yang menerima makanan kemasan kadaluwasa tentunya merasakan dirugikan karena hal tersebut jika dikonsumsi/dicerna oleh tubuh tentunya berdampak pada kesehatan tubuh baik dalam jangka waktu pendek maupun dalam jangka waktu panjang sehingga konsumen dapat lebih berhatihati dan teliti dalam membeli makanan kemasan yang beredar di pasaran.

Menjualbelikan makanan kemasan kadaluwarsa sama saja artinya dengan menjual buah-buahan yang terkena hama yang membinasakan.

Asy-syafi’i dalam pendapat lamanya mengatakan, “ barang itu ialah tanggungan si penjual, maka si pembeli berhak mengambil kembali harga yang telah dibayarkan”. Sehingga menjual makanan kemasan yang telah kadaluwarsa sama saja dengan menjual buah-buah yang sudah busuk maka hukumnya haram atau ti=dak sah untuk diperjualbelikan kepada masyarakat/konsumen.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari yang terjadi di lapangan tentang perlindungan hukum bagi konsumen makanan kemasan kadaluwarsa ( studi toko sembako di pasar Rambipuji Kabupaten Jember) menurut undang- undang no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Proses kontrol makanan kemasan kadaluwarsa di toko sembako pasar Rambipuji dilakukan oleh sales produk makanan ketika mereka melakukan kunjungan tiap bulannya di toko sembako dan jarang dilakukan oleh pemilik toko sembako sendiri. Pengawasan yang dilakukan oleh pemilik toko sembako hanya ketika ada konsumen bertanya tentang tanggal kadaluwarsa pada saat proses jual beli berlangsung. Sehingga proses pengawasan makanan kemasan yang beredar di pasar Rambipuji masih kurang.

2. Bentuk pertanggung jawaban pemilik toko sembako, apabila konsumen menerima makanan kemasan kadaluwarsa mereka bersedia memberi ganti rugi kepada konsumen jika benar-benar produk makanan kemasan tersebut telah merugikan konsumen. Pemberian ganti rugi kepada konsumen terdiri dari dua bentuk yaitu pengantian dengan barang baru dengan jumlah dan jenis yang sama dan penggantian sejumlah uang.

Tanggung jawab tersebut dilakukan oleh pelaku usaha/pemilik toko karena pemilik toko sembako yang mempunyai hubungan langsung kepada konsumen.

3. Perlindungan hukum bagi konsumen terhadap makanan kemasan kadaluwarsa pada toko sembako di pasar Rambipuji, yaitu perlindungan hukum bagi konsumen di pasar belum ada, dalam artian lembaga pasar tidak memberikan perlindungan kepada konsumen yang hak-haknya belum terpenuhi dan untuk konsumen yang dirugikan oleh produsen, khususnya pemilik toko sembako yang juga tidak memberikan perlindungan hukum. Karena pihak pasar sendiri merasa tidak memiliki wewenang dalam hal perlindungan konsumen.

4. Tinjauan Hukum Islam terhadap jual beli makanan kemasan kadaluwarsa yaitu dalam hukum islam telah dijelaskan bahwa pelaku usaha dilarang menjual barang yang terdapat unsur samar dan penipuan. Makanan kemasan kadaluwarsa yang masih dijualbelikan termasuk kedalam makanan yang tidak memenuhi standart hukum islam, karena msih terdapat unsur-unsur penipuan tentang memperjualbelikan makanan kemasan kadaluwarsa.

B. Saran-Saran

Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “ Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Makanan Kemasan Kadaluwarsa (Studi Pada Toko sembako di Pasar Rambipuji Kabupaten Jember) Berdasarkan Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Peneliti memberikan saran kepada :

1. Pelaku Usaha/Pemilik Toko Sembako

Kepada pelaku usaha, khususnya pedagang supaya selalu setiap saat melindungi konsumen, dari berbagai dampak yang mungkin ditimbulkan oleh produk makanan kemasan yang telah kadaluwarsa yang diperjualbelikanya. Disamping itu juga supaya dapat menjual makanan kemasan yang telah memenuhi syarat-syarat administratif.

2. Konsumen Makanan Kemasan

Konsumen makanan kemasan terutama harus memahami posisinya sebagai konsumen yang dilindunggi oleh undang-undang yang dimana mereka harus lebih teliti terhadap makanan-makanan kemasan yang mereka beli untuk dikonsumsi, memilih makanan yang aman, sehat dan halal harus menjadi suatu prioritas karena apa yang dikonsumsi oleh kita nantinya akan masuk dan dicerna oleh tubuh yang akan berpengaruh dalam hal kesehatan dan kepribadian masing-masing.

DAFTAR PUSAKA

Adi Nugroho, Susanti, 2011, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya, Jakarta, Kencana.

Burhanudin, 2011, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen dan Sertifikasi Halal, Malang, UIN Maliki Press (Anggota IKAPI).

Harisudin, M. Noor, 2014, Fiqih Muamalah, Surabaya, Pena Salsabila.

Haroen, Nasroen,2007, Fiqh Muamalah, Jakarta, Gaya Medika Pratama

Kristiyanti, Celina Tri Siwi, 2009, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, Sinar Grafika,.

MIRU, Ahmadi, 2011, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers.

Muhamad dan Alimin, 2004, Etika Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam, Yogyakarta: BPFE UGM.

Nasution, A Z, 1995, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta, Daya Widya.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 180/ MEN.KES/ PER/

IV/ 185 Tentang Makanan Daluwarsa

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan

Qardawi, Yusuf, 1997, Darul qiyau wal Akhlak fil Istidhalil Islam, terj. Zainal Arifin, Norma dan etika ekonomi Islam, Jakarta, Gema Insani Press

Raharjo, Satjipto, 2000 Ilmu Hukum, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti

Sadar, Moh dan Makarao Taufik Moh dan Mawadi Habloel, 2012, Hukum Perlindungan Konsumendi Indonesia, Jakarta; Akademia.

Sidabalok, Janus, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakhti.

Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, Bandung; Alfabeta Sutedi, Andrian, 2008, Tanggung Jawab Produk Dalam Perlindungan

Konsumen, Bogor, Ghalia Indonesia.

Sutedi, Andrian, 2008, Tanggung Jawab Produk Dalam Perlindungan Konsumen, Bogor, Ghalia Indonesia.

Syafe’i, 2001, Fiqih Muamalah, Bandung, Pustaka Setia

Tim Penyusun IAIN Jember 2017, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Jember, IAIN Jember Perss.

Undang-Undang No. 7 tahun 1996 Tentang Pangan

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Widjaja, Gunawan dan Yani, Ahmad, 2001, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta, Pt, Gramedia Pustaka Utama.

Internet

https://kbbi.web.id/toko.html. Diakses, Kamis 10 Mei 2018 Jam 20.00 Skripsi

Apriolem ,Sevila, 2013, ”Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Makanan Dalam Kemasan Yang Telah Kadaluwarsa di Kota Pekanbaru”, Riaui. UIN Sultan Syarief Kasim.

Fadhilah,Nasyiatun, 2008, “Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan dan Minuman Kadaluwarsa di Assalam Hypermart Solo Berdasarkan Undang-Undang No 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”, Yogyakarta, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Minanda, Mey, 2016, “Perlindungan Konsumeen Terhadap Produk Pangan Industri Rumah Tangga Tanpa Tanggal Kadaluwarsa Berdasarkan Hukum Islam dan Hukum Positif”, Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga.

Hukum Bagi Konsumen

Makanan Kemasan

Kadaluwarsa (Di Toko Sembako Pasar Rambipuji Kabupaten

Jember) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Hukum Bagi Konsumen Makanan Kemasan Kadaluwarsa

hukum

2. Makanan Kadaluwarsa dalam Undang- Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen 3. Jual beli

makanan kemasan kadaluwarsa menurut Hukum Islam

Konsumen

- Bentuk Perlindungan Hukum bagi Konsumen - Hak dan Kewajiban

- Pelaku Usaha/Pemilik Toko

- Konsumen

Pertanggungjawaban Produsen

- Pembinaan dan

Pengawasan Perlindungan Konsumen

- Penyelesaian Sengketa Konsumen

- Jual beli menurut Hukum Islam

- Hasil Wawancara dengan para sumber

pertama dan dokumentasi - Undang -

Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Sekunder : - Buku - Website

Penelitian : Empiris

2. Jenis Penelitian:

Kualitatif 3. Metode

Pengumpulan Data :

- Observasi - Wawancara - Dokumentasi 4. Keabsahan Data

Triangulasi

sembako di pasar Rambipuji dalam melakukan kontrol terhadap produk makanan kemasan yang di perjualbelikan ? 2. Bagaimana tanggung

jawab produsen atau pelaku usaha apabila terdapat konsumen yang menerima produk makanan kemasan kadaluwarsa ?

3. Bagaimana

perlindungan hukum

bagi konsumen

makanan kadaluwarsa menurut Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen?

4. Makanan Kadaluwarsa menurut Hukum Islam ?

Kadaluwarsa (Studi Toko Sembako Di Pasar Rambipuji Kabupaten Jember) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”

A. Pertanyaan Kepada Pelaku Usaha/Pemilik Toko

1. Bagaimana anda dalam mekanisme pengecekan makanan kemasan yang telah melampui tanggal expired atau telah kadaluwarsa ?

2. Bagaimana bentukpertanggungjawaban anda sebagai pelaku usaha/pemilik toko jika ada konsumen yang menerima makanan kemasan yang telah kadaluwarsa dari toko anda ?

3. Apakah pernah ada konsumen yang meminta pertanggungjawaban anda karena merasa dirugikan akibat mengkonsumsi makanan kemasan yang telah kadaluwarsa yang dijual di toko anda ?

4. Apakah anda mengetahui hak-hak dan kewajiban anda sebagai pelaku usaha/pemilik toko ?

5. Apakah anda sebagai pelaku usaha/pemilik toko mengetahui jika konsumen dilindungi oleh undang-undang yang ada?

B. Pertanyaan Kepada Konsumen/Pembeli

1. Apakah anda sebagai konsumen teliti terhadap tanggal kadaluwarsa pada makanan kemasan yang anda beli ?

2. Menurut anda bagaimana pengawasan terhadap makanan kemasan yang beredar di pasaran ?

3. Menurut anda berbahayakah mengkonsumsi makanan kemasan yang telah kadaluwarsa apabila dikonsumsi secara berkelanjutan ?

4. Apakah anda mengetahui hak-hak dan kewajiban anda sebagai konsumen/pembeli ?

5. Apakah anda mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh konsumen jika mengalami kerugian akibat mengkonsumsi makanan kemasan yang telah kadaluwarsa ?

Dalam dokumen perlindungan hukum bagi konsumen makanan (Halaman 87-99)

Dokumen terkait