BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
B. Penyajian Data dan Analisis
Dalam penyajian data dan analisis data ini peneliti akan mengemukakan secara rinci bukti-bukti dan hasil yang diperolah selama proses penelitian berlangsung.
Sebagaimana dijelaskan dalam penelitian ini, bahwa penelitimenggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi sebagai alat untuk memperoleh data yang mendukung dalam penelitian ini. setelah mengalamai proses peralihan data sesuai dengan metode yang digunakan, maka secara berurutan akan disajikan data-data yang mengacu pada focus penelitian.
1. Upaya toko sembako di pasar Rambipuji dalam melakukan kontrol terhadap produk makanan kemasan yang di perjualbelikan
Untuk mengetahui proses kontrol terhadap produk makanan kemasan yang diperjualbelikan oleh pemilik toko sembako di pasar Rambipuji – Jember. Peneliti memerlukan beberapa informan untuk menggali beberapa informasi terkait dengan hal tersebut. Upaya kontrol yang dimaksud adalah upaya kontrol untuk menjaga hak-hak yang dimiliki oleh konsumen sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.
Pada awal penelitian peneliti melakukan wawancara tentang upaya kontrol yang dilakukan dengan pemilik toko sembako di pasar Rambipuji – Jember. Dilokasi tempat toko sembako itu yakni berada di tengah sebelah barat pasar Rambipuji, peneliti langsung menanyakan tentang upaya yang dilakukan pemilik toko terrhadap proses kontrol makanan kemasan. Berikut adalah tanggapan dari informan yang peneliti dapatkan saat wawancara mengenai upaya kontrol terhadapa makanan kemasan.
“yo biasae lak gae ngecek ngunu iku kadang enek wong tuku seng takon, ( mbak tolong ndelokno tanggal kadaluwarsae ) lak wes ngono baru tak cekno, kan biasae sak barang ngak mek siji stok,e dadi yo lak enek seng takon sekalian ngecek seng laiene, lak gak
enek seng takon biasae yo dicekno sales-sales,e produk,e iku seng keliling ndelokno tanggal kadaluwarsae”46
(“ ya biasanya kalau dibuat ngecek barang kalau ada yang tanya pas beli itu, (mbak minta tolong liatkan tanggal kadaluwarsanya) kalau seperti itu baru dicek sekalian sama barang yang sama kan biasanya kalau kita order ngak cuma satu barang jadi sekalian di cek. Kalau seumpama ngak ada yang tanya yah biasanya sales- sales dari produk itu sendiri yang keliling melakukan pengecekan tanggal kadaluwarsanya”)
Dari apa yang telah dipaparkan oleh pemilik toko sembako yaitu ibu Inem tersebut maka dapat kita ketahui bahwasanya kesadaran pemilik toko sembako terhadap upaya kontrol sudah dilakukan tapi belum maksimal.
Agar mendapatkan data yang akurat, peneliti melakukan wawancara kembali dengan ibu Sunik pemilik toko sembako yang berada di Selatan pasar Rambipuji yang bernama toko “Sumber Baru” beliau menyampaikan upaya kontrol yang dilakukan terhadap makanan kemasan yang di perjualbelikan di tokonya.
“kalau untuk proses kontrol ngecek yah dilakukan saya sama pegawe itu pak min, tapi yah ngak bisa semuanya kadang yah sales-sales itu juga ngecek tiap 2 minggu atau sebulan sekali mesti datang ngecek-ngecek barang nantik diliatin kalau ada yang kadaluwarsa dibilangin sama salesnya cik ini kadaluawarsa barangnya disimpen aja jangan dijual yah, saya simpen saya plastiki ”47
(“kalau untuk proses kontrol pengecekan dilakukan saya dan pegawai saya yang bernama bapak Min itu, tapi yah ngak bisa semuanya kadang ada sales-sales barang itu yang ngecek kadang 2 minggu atau sebulan sekali datang untuk ngontrol diliatin tanggal kadaluwarsanya kalau ada yang kadaluwarsa dibilangi nantik sama
46 Inem, Wawancara, Rambipuji 02 Oktober 2018
47 Sunik, Wawancara, Rambipuji, 02 Oktober 2018
salesnya “cik ini kadaluwarsa barangnya disimpen aja“ klaau sudah dibilangi begitu saya simpan saya plastik,i”)
Setelah wawancara di ibu Sunik, peneliti berpindah di pemilik toko sembako yang lain yaitu bapak Uut yang memiliki toko sembako di bagian tengah sebelah selatan pasar Rambipuji, bapak Uut sudah berjualan sembako sejak tahun 2003 yang dimana beliau meneruskan usaha milik orang tuanya. beliau menyampaikan upaya kontrol makanan kemasan yang dilakukan di toko sembako miliknya.
“yo dicek dewe nduk kadang pas awak dewe order barang sekalian jauk ojok seng mepet mepet kadaluwarsae ben enak, soale barang kan ancene enek seng laris enek seng sui payu,e, lak dikon ngotrol kabeh awak dewe yo sek akeh pengaweane dadi antisipasie sekalian pas kulakan iku, kadang yo enek wong tuku seng teliti takon tanggal kadaluwarsae lak kontrol yo podo koyok liane sales,e iku keliling ngecek,i barang,e”48
(“ya dicek sendiri kadang kalau kita order barang sekalian minta barang yang tanggalnya ngak dekat dengan tanggal kadaluwarsanya biar enak, soalnya barang ada yang cepat laku dan ada yang lama lakunya, kalau disuruh kontrol semua barang saya sendiri masih banyak pekerjaanya dadi yo antisipasie sekalian pas order barang itu minta yang jauh dari tanggal kadaluwarsanya, kadang ya ada orang beli yang teliti tanya tanggal kadaluwarsanya kalau kontrol yah sama seperti lainnya sales yang keliling yang mengecek’i barang”)
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan pada pemilik toko sembako di pasar Rambipuji, dapat diketahui bahwa pemilik toko sembako masih banyak yang kurang mengetahui mengenai upaya kontrol terhadap makanan kemasan yang diperjualbelikan ditokonya seperti halnya upaya kontrol yang kebanyakan dilakukan oleh sales barang yang datang untuk proses pengecekan barang, peneliti mengamati pada upaya kontrol yang
48 Uut, Wawancara. Rambipuji 03 Oktober 2018
dilakukan oleh pemilik toko sembako yang bernama ibu inem bahwa upaya pengecekan telah dilakukan, akan tetapi masih belum maksimal, dan kebanyakan hal tersebut juga dilakukan oleh pemilik toko sembako lainnya.
Dari sebagian pemilik toko sembako yang menginginkan kontrol makanan dilakukan oleh sales-sales produk makanan kemasan itu sendiri, karena para pemilik toko mengangap jika upaya kontrol hanya dilakukan oleh pemilik toko sembako, para pemilik toko mengaku tidak mampu untuk melakukan hal tersebut secara keseluruhan dikarenakan terhambat oleh keterbatasan waktu dan tenaga.
Peneliti juga kembali melakukan wawancara kepada konsumen makanan kemasan terhadap kesadaran mereka mengenai makanan kemasan yang hendak mereka beli kepada konsumen ibu Mulyani yang beralamat Jl. Airlangga no 10 Curancar-Rambipuji.
“iya mba saya selalu liat dulu kalau pas belanja di pasar, saya mesti lihat tanggal kadaluwarsanya soalnya saya kan juga bukak toko dirumah, jadi yah sekalian dicek juga, soalnya pernah waktu itu beli tapi yah gitu belum kadaluwarsa tapi hampir kurang satu bulanan, beli mie bumbunya itu seperti sudah mau rusak seperti bumbunya sudah mengumpal jadi saya ngak mau saya minta yang tanggal kadaluwarsanya masih jauh”49
Kemudian wawancara kembali dilakukan dengan informan yang berbeda, kepada salah satu pelanggan toko sembako yaitu ibu vita.
“iya kalau saya kadang diliat kadang endak, kalau pas inget aja dilihat kalau pas ngak inget yah enggak, biasanya kalau untuk makanan kemasan kadaluwarsa pernah pas itu beli semacam makanan kemasan sosis yang ternyata udah kadaluwarsa plastik
49 Mulyani, Wawancara, Rambipuji 02 Oktober 2018
susah dibuka dan bagian dalam sosis yang sudah tidak layak dikonsumsi pernah juga roti ngak taunya udah kadaluwarsa sadarnya pas habis makan kok seperti mual pas saya liat udah kadaluwarsa itu”50
Disambung dengan wawancara selanjutnya yaitu ibu Eza dari kaliputih-Rambipuji, beliau memaparkan sebagai berikut
“ ya kalau untuk ngeceknya saya kadang ngecek kadang enggak, tapi kebanyakan saya ngecek apalagi kalau makanan dan saya juga jualan lagi jadi yah kalau untuk pengecekan kebanyakan selalu ngecek, kalau untuk makanan saya juga ngak mau kalau udah mau mepet-mepet tanggal kadaluwarsa soale kadang wes berubah entah itu warna,bentuk atau isinya, apalagi kalau pas nganter anak sekolah banyak makanan kemasan yang diobral tapi yah gitu hampir kadaluwarsa dan saya pun tidak tertarik, takut soalnya”51
Pada hasil wawancara yang telah peneliti lakukan pada pembeli atau konsumen makanan kemasan di pasar Rambipuji Kabupaten Jember, bahwa pembeli atau konsumen sebagian masih kurang kesadarannya dalam hal pengecekan tanggal kadaluwarsa terhadap makanan kemasan yang mereka beli di toko sembako pasar Rambipiji Kabupaten Jember.
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan pemilik toko sembako dan dengan beberapa konsumen makanan kemasan kemudian peneliti melakukan pengamatan secara langsung tentang proses kontrol yang dilakukan oleh pemilik toko sembako di pasar Rambipuji Kabupaten Jember sebagai berikut :
Peneliti menemukan bahwa proses kontrol terhadap makanan kemasan kadaluwarsa yang dilakukan oleh salah satu pemilik toko yaitu
50 Pralamvita, Wawancara, Rambipuji 03 Oktober 2018
51 Eza, Wawancara, Rambipuji 03 Oktober 2018
ibu inem hanya dilakukan jika ada sales dari produk tersebut datang untuk melakukan pengecekan barang yang dilakukan 2 minggu sampai satu bulan sekali.
Peneliti juga melakukan penelitian kembali kepada salah satu pemilik toko sembako yang bernama ibu sunik yang dimana proses kontrol juga dilakukan oleh sales dari produk makanan kemasan tersebut, yang datang untuk memeriksa dan apabila terdapat makanan kemasan kadaluwarsa sales tersebut menyuruh ibu sunik untuk menyimpannya.
Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan pada para pemilik toko sembako di pasar Rambipuji Kabupaten Jember dapat diketahui bahwa terdapat kendala-kendala yang menghambat dalam proses kotrol terhadap makanan kemasan kadaluwarsa
Kendala-kendala yang menghambat proses kontrol tersebut ialah pada proses pemekriksaan produk yang dikirim oleh supplier/sales yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pengecekan terhadap semua produk karena banyaknya produk yang dikirim, sehingga pemeriksaan dilakukan dengan sistem sampling, pengecekan secara sampling tidak menutup kemungkinan adanya produk yang tidak sesuai dengan standart mutu yang lolos dari pengecekan pemilik toko sembako pasar Rambipuji Kabupaten Jember, banyaknya jumlah barang dengan jumlah tenaga pengecekan yang tidak sesuai tang terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan pengontrolan secara keseluruhan.
Dalam peraturan pemerintah sendiri telah ditetapkan persyaratan sanitasi dalam kegiatan arau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan ataupun peredaran makanan, karena setiap orang dilarang untuk mengedarkan : (a). Pangan yang mengandung bahan-bahan beracun, berbahaya atau yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia; (b). Pangan yang mengandung cemaran yang melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan; (c). Pangan yang mengandung bahan yang dilarang digunakan dalam kegiatan/ataupun proses produksi pangan; (d). Pangan yang mengandung bahan yang kotor, rusak, tengik, terurai dan mengandung bahan nabati ataupun hewani yang berpenyakit atau berasal dari bangkai sehingga menjadikan pangan yang tidak layak dikonsumsimanusia; dan (e). Pangan yang sudah kadaluwarsa.
2. Tanggung jawab produsen atau pelaku usaha apabila terdapat konsumen yang menerima produk makanan kemasan kadaluwarsa
Tanggung jawab produsen atau pelaku usaha yang dimana disini adalah pemilik toko sembako dimana pemilik toko sembako dalam menjalankan usahanya harus memperhatikan apa yang menjadi kewajibanya, dan hak yang harus mereka berikan kepada konsumen, untuk mengetahui bagaimana praktek tanggung jawab yang diberikan oleh pemilik toko sembako terhadap konsumen yang menerima makanan kemasan kadaluwarsa, maka peneliti melakukan wawancara dan pengamatan secara langsung seperti pada pembahasan sebelumnya, wawancara dilakukan kepada ibu inem yang menurut pemaparan beliau :
“yo lak wong tuku pas kenek barang seng kadaluwarsa biasae yo mek diijolno, engkok yo diganti maneh ambek seng ngak kadaluwarsa lak seumpomo barang,e entek baru dueke diijolno, soale barange yo sek di retrun dibalekno lak sales,e teko”52
(“ya kalau ada orang beli kedapatan barang yang sudah kadaluwarsa yah dikembalikan, nanti diganti lagi sama barang yang ngak kadaluwarsa kalau seumpama barangnya habis baru uangnya dikembaikan, soalnya barangnya masih dikembalikan ke salesnya”)
Sama halnya dengan penuturan ibu sunik :
“ya kalau ada barang yang kadaluwarsa kadang pas beli itu orangnya bilang, kok kadaluwarsa iki cik baru wes di delok kadaluwarsa opo enggak lak kadaluwarsa yah ngak dijual ganti yang ngak kadaluwarsa, kalau untuk pembeli yah kita ganti pastinya kalau memang barang yang dibeli dari toko kita memang kadaluwarsa”53
(“ya kalau ada barang yang kadaluwarsa waktu beli orangnya bilang, kok kadaluwarsa ini bu baru itu dilihat kadaluwarsa apa enggak kalau kadaluwarsa ngak dijual lagi diganti yang ngak kadaluwarsa, kalau untuk konsumen pastinya kalau memang barang yang dibeli kadaluwarsa maka akan diganti “)
Selanjutnya disambung wawancara kepada pemilik toko sembako yakni bapak Uut dimana beliau menjelaskan :
“ya kalau ada yang pas kenak makanan kemasan kadaluwarsa yah dituker aja mba, soalnya kita kan kadang yah kecolongan tanggal, soalnya kadang barang lama itu yang pas kejual, kadang juga makanan baru tapi dimakan tikus jadi yah kalau ndituker kita ganti sama yang baru, tapi Alhamdulilah kalau untuk akibat dari makanan yang kadaluwarsa belum pernah ada konsumen yang ngeluh paling pas beli atau besoknya nuker barang yang kadaluwarsa itu, yah kita ganti barang tersebut “54
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap para pemilik toko sembako pasar Rambipuji, dapat diketahui bahwa memang terjadi
52 Inem, Wawancara, Rambipuji 02 Oktober 2018
53 Sunik, Wawancara, Rambipuji 02 Oktober 2018
54 Uut, Wawancara, Rambipuji 03 Oktober 2018
keteledoran dari pihak pemilik toko akan tanggal makanan kemasan yang kadaluwarsa, hal ini dilatar belakangi akan kurangnya upaya kontrol yang maksimal dari pemilik toko sembako pasar Rambipuji.
Pemilik toko sembako di pasar Rambipuji Kabupaten Jember sebagai pelaku usaha memiliki tanggung jawab yang sangat besar atas produk-produk makanan kemasan yang dijual kepada konsumen.
Tanggung jawab ini atas dasar bahwa pemilik toko sembako di pasar Rambipuji Kabupaten Jember mempunyai tujuan agar produk produk yang dijual kepada konsumen aman dan nyaman untuk dikonsumsi.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap para konsumen makanan kemasan di pasar Rambipuji Kabupaten Jember, yang dimana sesuai dengan penyampaian ibu mulyani :
“yah kalau untuk makanan kemasan kadaluwarsa memang dikembalikan tapi yah diusahakan janganlah sampai ada makanan kemasan kadaluwarsa yang masih beredar karena pasti ada resiko yang terjadi jika makanan kemasan kadaluwarsa dikonsumsi secara berkepanjangan “55
Hal serupa juga disampaikan oleh ibu vita :
“kalau untuk makanan kemasan kadaluwarsa kalau dapat yah dikembalikan kalau pun sudah dibuang yah kita omong ke pemilik toko kalau barang yang dibeli kadaluwarsa tentunya hal tersebut akan membuat pemilik toko sembako lebih berhati-hati lagi dalam menjual produk makanan kemasan tersebut”56
55 Mulyani, Wawancara, Rambipuji 02 Oktober 2018
56 Pralamvita, Wawancara, Rambipuji 03 Oktober 2018
Sedangkan penuturan ibu eza, konsumen yang peneliti wawancarai mengenai bagaimana bentuk tanggung jawab yang dilakukan oleh pemilik toko sembako :
“yah pas kalau beli kenak yang sudah kadaluwarsa kita tuker ke tokonya sama bilang ini kadaluwarsa, biasanya yah diganti sama barang yang sama tapi yg belum kadaluwarsa, dulu pernah beli pas kadaluwarsa yah saya kembalikan minta tuker, kalau kadaluwarsa mana bisa dikonsumsi yah minta tukar ke yang jualan biar diganti barangnya"57
Penjelasan diatas merupakan pendapat yang didapat oleh peneliti dari pemiik dan konsumen makanan kemasan kadaluwarsa di toko sembako Pasar Rambipuji Kabupaten Jember.
Tindakan yang dilakukan oleh para pemilik toko sembako di pasar Rambipuji Kabupaten Jember, seperti yang diuraikan diatas, telah memenuhi tanggung jawab dan kewajiban pelaku usaha dalam rangka menjamin dan memberikan perlindungan konsumen sesuai dengan ketentuan-ketentuan perundangan yang berlaku khususnya Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Pasal 7 huruf f dan g yaitu mengenai kewajiban pelaku usaha dalam memberikan kompensasi ganti rugi dan/atau pengantian kerugian apabila produk yang dibeli dalam kondisi sudah tidak layak jual baik karena kemasan rusak maupun telah kadaluwarsa.
57 Eza, Wawancara, Rambipuji 03 Oktober 2018
3. Perlindungan hukum bagi konsumen makanan kemasan kadaluwarsa menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Ketidaksesuaian antara perilaku kesewenang-wenangan para pelaku usaha dan konsumen memunculkan adanya perlindungan hukum bagi konsumen, ketidaksesuain yang dimaksud adalah dimana posisi antara konsumen dan produsen atau pemilik toko sembako tidak seimbang.
Karena produsen selalu mengangap bahwa posisi konsumen dibawah, karena mereka mengangap bahwa konsumen tidak akan mendapatbarang dan/atau jasa dari konsumen kecuali dari produsen, seperti halnya mengenai harga atau produk yang diperdangangkan produsen tidak boleh memberikan harga yang melambung tinggi dari harga asal atau produsen rtidak boleh memperdangangkan produk atau barang tidak baik atau membahayakan bagi konsumen. Hak konsumen disebutkan dalam undang- undang perlindungan konsumen pasal 4 huruf b bahwa :
“hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau jasa”
Dalam undang-undang tersebut telah dijelaskan bahwa konsumen berhak mendapatkan kenyamana, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi produk barang dan/atau jasa, kenyamanan yang dimaksud dalam mengkonsumsi produk atau barang tersebut konsumen berhak mendapatkan kepuasaan atas barang dan jasa yang diberikan oleh produsen, hak mendapatkan keamanan yaitu konsumen berhak mendapatkan keamanan yang tidak membahayakan dalam mengkonsumsi
produk atau barang yang diberikan oleh konsumen, hak mendapatkan keselamatan yaitu konsumen tidak menerima atau merasakan dampak negatif yang ditimbulkan dari efek samping dalam mengkonsumsi barang atau produk tersebut.
Seperti apa yang disampaikan ibu mulyani mengenai hak hak beliau sebagai konsumen :
“kalau untuk hak-hak secara keseluruhan kita yah ngak paham apa yang menjadi hak kita, kalau sepahaman saya yang kita beli pakai uang kita dapat barang yang dibeli “58
Sedangkan menurut konsumen ibu Vita yang juga peneliti wawancarai beliau menyampaikan :
“kalau untuk hak kita sebagai konsumen yang kita mengetahui seperti dilarangnya penjual menjual makanan yang boraks, pengawet ataupun yang berbahaya, kan biasanya ada berita di tv sebatas itu saja yang saya ketahui”59
Hal tersebut tentunya sedikit mengambarkan bahwa masyarakat sebagai konsumen belum mengetahui hak haknya sebagai konsumen seperti apa yang ada di dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang perlindungan Konsumen dimana masyarakat hanya mengetahui sebagian kecil saja. Kurangnya pemahaman konsumen terhadap hak- haknya sebagai konsumen sesuai dengan undang-undang perlindungan konsumen yakni : Dalam undang-undang perlindungan konsumen sendiri yaitu dalam pasal 4 disebutkan mengenai hak-hak konsumen diantaranya60:
58 Mulyani, Wawancara, Rambipuji 02 Oktober 2018
59 Pralamvita, Wawancara, Rambipuji 03 Oktober 2018
60 Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau pengantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainya.
Mengenai hak-hak konsumen yang telah disebutkan diatas, merupakan hak-hak yang harus dimiliki oleh setiap konsumen untuk dijadikan suatu pedoman perlindungan seorang konsumen. Karena tujuan
utama dalam UUPK sendiri yaitu untuk melindungi dirinya sebagai konsumen.
Selain konsumen pelaku usaha juga memiliki kewajiban yang harus dilakukan dalam pasal 7 UUPK diantaranya :
a. Beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdangangkan berdasarkan ketentuan standart mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau pengantian atas kerugian akibat pengunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
g. Memberi kompenasasi, ganti rugi dan/atau pengantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai perjanjian.
Dalam penelitian yang peneliti lakukan pada wawancara dengan beberapa informan dan obeservasi yang peneliti lakukan mengenai
permasalahan makanan kemasan yang telah kadaluwarsa di pasar Rambipuji, yang dimana dengan apa yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara terhadap beberapa pemilik toko sembako dan konsumen yang melakukan kegiatan jual beli di pasar Rambipuji mereka masih ada yang memperjual belikan makanan kemasan kadaluwarsa meskipun itu bukan merupakan perbuatan yang disengaja atau merupakan suatu keteledoran dari pemilik toko sembako itu sendiri. Hal tersebut itu sendiri didasarri dari kurangnya pengetahuan apa saja yang menjadi hak dan kewajiban baik itu pemilik toko sebagai pelaku usaha dan konsumen, Dengan ditemukannya salah satu konsumen yang ketika membeli makanan kemasan tersebut ternyata makanan telah kadaluwarsa yang hal itu tentunya telah melanggar hak konsumen pada pasal 4 undang undang tentang perlindungan konsumen yaitu61 :
a. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa.
Dan juga telah melanggar mengenai kewajiban produsen atau pemilik toko yaitu tentang kewajiban produsen, Pasal 7 undang- undang perlindungan konsumen yaitu62 :
b. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang di produksi dan/atau diperdangankan berdasarkan ketentuan standart mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
61 Pasal 4 Undang -Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
62 Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen