A. Pembahasan Proses Asuhan Kebidanan
Pada pembahasan studi kasus ini penulis akan memaparkan kesenjangan ataupun keselarasan antara teori dengan praktik Asuhan Kebidanan Komprehensif yang di terapkan pada klien Ny. S G1P0000sejak kontak pertama pada tanggal 13 Maret 2016 yaitu di mulai pada masa kehamilan 32 minggu 4 hari, persalinan, bayi baru lahir, masa nifas, neonatus dan pelayanan kontarsepsi.
Penulis akan menguraikan tentang kesenjangan antara teori dengan kenyataan dilapangan dalam memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif terhadap Ny. S.
Asuhan kebidanan secara komprehensif yang diberikan kepada Ny. S menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut tujuh langkah varney yaitu pengkajian, identifikasi diagnosa masalah, identifikasi kebutuhan tindakan segera, intervensi, implementasi, evaluasi dan pendokumentasian dalam bentuk SOAP.
1. Asuhan Kehamilan
Selama kehamilannya, Ny. S telah melakukan ANC di tenaga kesehatan sebanyak 10 kali, yaitu 3 kali pada trimester pertama, 3 kali pada trimester kedua dan 4 kali pada trimester ketiga. Hal ini sesuai dengan syarat kunjungan kehamilan yang dikemukakan oleh Manuaba (yaitu minimal 4
kali, 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga.
Ada hubungan antara pengetahuan dengan frekuensi ANC, semakin baik pengetahuan maka semakin patuh dalam melakukan ANC (Purwaningsih, 2008). Selain berlatar belakang pendidikan SMK, Ny.S pernah mendapat konseling mengenai pentingnya kunjungan ANC saat kehamilannya berusia 5-6 minggu di Puskesmas.
Selama ANC Ny. S telah memperoleh standar asuhan 10 T kecuali standar asuhan ke 8 yaitu test laboratorium (penyakit menular seksual dan TORCH) dikarenakan Ny. S tidak memiliki keluhan ataupun tanda gejala yang pengarah pada hal tersebut. Menurut Depkes RI (2009), pelayanan antenatal care memiliki standar 10 T yaitu timbang berat badan dan ukur tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah, menilai status gizi buruk (LILA), mengukur TFU, menentukan presentasi janin, menghitung denyut jantung janin, skrining status imunisasi TT, tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium, tata laksana kasus, temu wicara konseling. Dengan adanya ANC yang berstandar 10T maka resiko atau penyulit pada ibu hamil dapat dideteksi sejak dini.
Pada saat melakukan kunjungan hamil yang pertama pada tanggal 13 Maret 2016 Ny. S mempunyai masalah kurang minum air putih, dengan porsi minum 5-6 x dalam sehari atau sekitar 1500-1800 ml. Menurut Ambarwati (2015) ibu hamil harus memenuhi kebutuhan cairan yaitu 10 gelas atau 2400 ml. Kekurangan air bagi ibu hamil dapat mengakibatkan dehidrasi, yang dapat menyebabkan komplikasi kehamilan yang serius,
seperti termasuk cacat pada saraf, cairan ketuban sedikit, produksi ASI kurang dan bahkan kelahiran prematur. Resiko ini dapat menyebabkan cacat lahir karena kurangnya air dan dukungan nutrisi untuk bayi (Lisa, 2014).
Namun pada pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, Ny. S tidak mengalami tanda-tanda dehidrasi seperti mata cekung dan kulit menjadi tidak elastis (bila dicubit, bekas cubitan tidak cepat kembali).
Penulis tidak melakukan kunjungan kedua karena klien telah melahirkan sebelum jadwal kunjungan, Namun sebelumnya penulis telah berkomunikasi pada Ny. S untuk menanyakan bagaimana pola minum air putihnya, apakah meningkat atau masih sama dan Ny. S mengatakan bahwa Ny. S telah meningkatkan porsi minumnya. Dan dari hasil pemeriksaan USG tanggal 29 Maret 2016, dinyatakan bahwa ibu dan janin dalam keadaan normal, air ketuban cukup dan tidak kekurangan.
2. Asuhan Persalinan/Intra Natal Care (INC)
Saat memasuki proses persalinan, usia kehamilan Ny. S yaitu 39 minggu 2 hari. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Kehamilan cukup bulan (aterm) atau pematangan janin terjadi pada minggu 37-40 adalah periode saat neonatus memiliki kemungkinan hidup maksimal (JNPK-KR, 2008).
a. Kala I
Tanggal 30 April 2016 pukul 00.00 WITA Ny. S merasa mules dan perut kencang-kencang namun masih jarang dan belum keluar
lendir darah serta air-air, klien memutuskan segera memeriksakan diri ke Puskesmas Mekar Sari Balikpapan, pada pukul 00.20 WITA ibu dilakukan pemeriksaan di IGD, dari hasil pemeriksaan didapatkan hasilpembukaan 2 cm, presentasi kepala, ketuban utuh dan janin dalam keadaan baik. Pukul 04.00 WITA dilakukan pemeriksaan dalam ulang, dari hasil pemeriksaan didapatkan pembukaan maju yaitu menjadi 4 cm. Pukul 07.00 WITA dilakukan pemeriksaan dalam kembali, dari hasil pemeriksaan didapatkan pembukaan menjadi 5 cm, ibu dianjurkan untuk mandi dan membersihkan diri setelah itu dibawa jalan-jalan kecil. Pukul 10.00 WITA, saat Ny. S sedang berbaring di tempat tidur, ketuban pecah spontan, warnanya jernih, kemudian dilakukan pemeriksaan dalam dan didapatkan hasil pemeriksaan yaitu 10 cm, pembukaan lengkap, presentasi kepala, Hodge III, ibu dianjurkan tidur miring kiri.
Kala I yang dialami Ny.S berlangsung selama 10 jam, lama kala I untuk primigravida berlangsung selama 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam (JNPK-KR, 2008). Lama kala I Ny.S berlangsung dengan normal dikarenakan posisi janin dalam keadaan normal di dalam rahim, dan jalan lahir Ny.S yang normal.
b. Kala II
Kala II yang dialami Ny. S berlangsung selama 55 menit, pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 2 jam dan pada multipara rata-rata 1 jam (JNPK-KR, 2008). Pada tanggal 30 April 2016 pukul 10.55 WITA bayi lahir spontan segera menangis A/S 8/10, berat
badan 3200 gram, Panjang 49 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 33 cm, lingkar perut 31 cm, lingkar lengan atas 10 cm, anus (+), caput/cephal : -/-, BAB/BAK : -/-, jenis kelamin perempuan, sisa ketuban jernih.
Proses persalinan Ny. S berlangsung lancar dikarenakan selalu terpantaunya persalinan klien sesuai dengan partograf dan kekooperatifan pasien yang selalu mengikuti saran penulis dan bidan sebagai upaya membantu memperlancar proses persalinannya.
c. Kala III
Kala III yang dialami Ny. S berlangsung selama 10 menit, pukul 11.05 WITA plasenta lahir spontan lengkap dengan berat ± 500 gram, diameter ± 20 cm, tebal ± 3 cm, lebar ± 20 cm, panjang tali pusat
± 50 cm, selaput ketuban utuh, posisi tali pusat berada lateral pada plasenta dan perdarahan ± 150 cc.
d. Kala IV
Pada perineum terdapat laserasi derajat II, dilakukan heacting.
Setelah itu pemantauan 2-3 kali setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
3. Bayi Baru Lahir
Bayi lahir pukul 10.55 WITA. Pada saat lahir penulis segera melakukan penilaian selintas dan apgar score pada bayi Ny. S.
Didapatkan hasil apgar score bayi Ny. S adalah 8/10, penilaian ini masih dalam batas normal karena nilai untuk asfiksia ringan adalah 7-9 (Kenneth J, 2009).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (DEPKES RI, 2005). Teori ini sesuai dengan bayi Ny. S yang lahir saat usia kehamilan 39 minggu 2 hari dan berat saat lahir adalah 3200 gram.
Bayi Ny. S segera setelah lahir bayi dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama 1 jam. Menurut UNICEF (2007) manfaat dilakukan IMD adalah menimbulkan rasa kasih sayang antara ibu dan bayi kerena adanya kontak langsung keduanya serta sentuhan, jilatan, dan usapan pada puting susu ibu akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin. Karena pengeluaran hormon oksitosin dapat membantu mengurangi resiko perdarahan dan mempercepat pelepasan plasenta (Sobhy, 2004).
Setelah satu jam dilakukan IMD, bayi segera dilakukan pemeriksaan fisik dan segera diberi injeksi vitamin K 1 mg atau 0,5 cc dan bayi di beri salep mata tetrasiklin 1 %. Pada pemeriksaan fisik bayi baru lahir Ny. S tidak ditemukan adanya kelainan.
Asuhan ini di berikan sesuai dengan teori JNPK (2008), bahwa 1 jam setelah bayi lahir dilakukan penimbangan dan pemantauan antropometri serta pemberian tetes mata profilaksis dan vitamin K1 1 mg IM di paha kiri anterolateral,
4. Asuhan Masa Nifas
Kunjungan selama masa nifas Ny. S sebanyak 3 kali yaitu pada kunjungan pertama 6 jam (tanggal 31 April 2016), kunjungan kedua 5