• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Pembahasan Proses Asuhan Kebidanan

Pada pembahasan studi kasus ini penulis akan memaparkan kesenjangan ataupun keselarasan antara teori dengan praktik Asuhan Kebidanan Komprehensif yang di terapkan pada klien Ny. I G4P3003 sejak kontak pertama pada tanggal 26 februari 2016 yaitu di mulai pada masa kehamilan 30 minggu 6 hari, persalinan, bayi baru lahir, masa nifas, neonatus dan pelayanan kontarsepsi. Penulis akan menguraikan tentang kesenjangan antara teori dengan kenyataan dilapangan dalam memberikan asuhan kebidanan secara koprehensif terhadap Ny.I.

Asuhan kebidanan secara komprehensif yang diberikan kepada Ny. I menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut tujuh langkah varney yaitu pengkajian, identifikasi diagnosa masalah, identifikasi kebutuhan tindakan segera, intervensi, implementasi, evaluasi dan pendokumentasian dalam bentuk SOAP.

1. Asuhan Kehamilan

Selama kehamilannya, Ny. I telah melakukan ANC di tenaga kesehatan sebanyak 9 kali, yaitu 2 kali pada trimester pertama, 2 kali pada trimester kedua, dan 5 kali pada trimester ketiga. Hal ini sesuai dengan syarat kunjungan kehamilan yang dikemukakan oleh Manuaba (2010),

yaitu minimal 4 kali, 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga.

Ada hubungan antara pengetahuan dengan frekuensi ANC, semakin baik pengetahuan maka semakin patuh dalam melakukan ANC (Purwaningsih, 2008). Selain berlatar belakang pendidikan SMP, Ny.I pernah mendapat konseling mengenai pentingnya kunjungan ANC saat kehamilannya berusia 5- 6 minggu di Puskesmas.

Selama ANC Ny. I hanya memperoleh standar asuhan 10 T pelayanan antenatal care, yang seharusnya ibu memperoleh standar asuhan 14 T yang sudah di tentukan oleh Puskesmas. Ny I tidak mendapatkan asuhan 14 T di karenakan ada beberapa pemeriksaan yang tidak ada indikasi untuk dilakukan pemeriksaan tersebut. Menurut (Francichandra,2010).

2. Asuhan Persalinan/Intra Natal Care (INC)

Saat memasuki proses persalinan, usia kehamilan Ny. I yaitu 38 minggu 1 hari. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu ) tanpa disertai adanya penyulit.

Kehamilan cukup bulan (aterm) atau pematangan janin terjadi pada minggu 37-40 adalah periode saat neonatus memiliki kemungkinan hidup maksimal (JNPK-KR, 2008).

a. Kala I

Tanggal 16 Apri 2016 pukul 21.30 WITA Ny. I merasa mules dan perut kencang-kencang namun belum keluar lendir darah, klien memutuskan segera memeriksakan diri ke RSKB Sayang Ibu Balikpapan pada pukul 00.00 WITA ibu dilakukan pemeriksaan di IGD, dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil pemeriksaan didapatkan hasil pembukaan 3 cm termasuk dalam fase laten ketuba pecah spontan warna mekoneal encer, presentasi kepala dan janin dalam keadaan baik, Pukul 01.30 WITA ibu diantar ke ruang bersalin ibu dilakukan pemeriksaan kembali dengan hasil pembukaan 4 cm ibu sudah masuk dalam fase aktif .

Kala I yang dialami Ny.I berlangsung selama 1 jam , seharusnya lama kala I pada multigravida sekitar 8 jam (JNPK-KR, 2008). Lama kala I Ny.I berlangsung cepat dari pembukaan 4-10 cm hanya 1 jam ini di akibatkan hisnya yang baik dan kuat yaitu 3x 10 menit (35- 40detik), Porsio tebal lembut, posisi janin dalam normal di dalam rahim, dan jalan lahir Ny.I yang normal.

b. Kala II

Kala II yang dialami Ny. I berlangsung selama 35 menit, pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 2 jam dan pada multipara rata- rata 1 jam (JNPK-KR, 2008). Pada tanggal 17 April 2016 pukul 01.35 WITA Bayi lahir spontan segera menangis A/S 8/10, Berat 3040 gram, Panjang 50 cm, lingkar kepala : 34 cm, lingkar dada 33 cm, lingkar perut

30 cm, lingkar lengan atas 10 cm, anus (+), caput/cephal : -/-, BAB/BAK : +/-, jenis kelamin laki-laki, sisa ketuban meconeal.

Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah kumpulan gejala yang diakibatkan oleh terhisapnya mekonium kedalam saluran pernafasan bayi.

Sindroma Aspirasi Mekoniuim terjadi jika janin menghirup mekonium yang tercampur dengan cairan ketuban, baik ketika bayi masih berada di dalam rahim maupun sesaat setelah dilahirkan. Mekonium adalah tinja janin yang pertama. Merupakan bahan yang kental, lengket dan berwarna hitam kehijauan, mulai bisa terlihat pada kehamilan 34 minggu (Manuaba, 2010).

Proses persalinan Ny. I berlangsung lancar dikarenakan selalu terpantaunya persalinan klien sesuai dengan partograf walaupun sisa ketuban meconeal dan kemungkinan bisa terjadi infeksi pada Ny. I, kekoperatifan pasien yang selalu mengikuti saran penulis dan bidan sebagai upaya membantu memperlancar proses persalinannya.

c. Kala III

Kala III yang dialami Ny. I berlangsung selama 6 menit, pukul 01.41 WITA plasenta lahir spontan lengkap dengan berat ± 500 gram, diameter ± 19 cm, tebal ± 2 cm, lebar ± 16 cm, panjang tali pusat ± 45 cm, selaput ketuban utuh, posisi tali pusat berada lateral pada plasenta dan perdarahan ± 150 cc.

d. Kala IV

Pada perineum tidak terdapat laserasi. Dilakukan pemantauan 2-3 kali setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua pasca persalinan

3. Bayi Baru Lahir

Bayi lahir pukul 01.35 WITA. Pada saat lahir penulis segera melakukan penilaian selintas dan apgar score pada bayi Ny. I. Didapatkan hasil apgar score bayi Ny. I adalah 8/10, penilaian ini masih dalam batas normal karena nilai untuk asfiksia ringan adalah 7-9 (Kenneth J, 2009).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (DEPKES RI, 2005). Teori ini sesuai dengan bayi Ny. I yang lahir saat usia kehamilan 38 minggu 1 hari dan berat saat lahir adalah 3040 gram.

Bayi Ny. I segera setelah lahir bayi dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama 1 jam. Menurut UNICEF (2007) manfaat dilakukan IMD adalah menimbulkan rasa kasih sayang antara ibu dan bayi kerena adanya kontak langsung keduanya serta sentuhan, jilatan, dan usapan pada puting susu ibu akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin. Karena pengeluaran hormon oksitosin dapat membantu mengurangi resiko perdarahan dan mempercepat pelepasan plasenta (Sobhy, 2004).

Setelah satu jam dilakukan IMD, bayi segera dilakukan pemeriksaan fisik dan segera diberi injeksi vitamin K 1 mg atau 0,5 cc dan bayi di beri salep

mata tetrasiklin 1 %. Pada pemeriksaan fisik bayi baru lahir Ny. I tidak ditemukan adanya kelainan.

Asuhan ini di berikan sesuai dengan teori JNPK (2008), bahwa 1 jam setelah bayi lahir dilakukan penimbangan dan pemantauan antropometri serta pemberian tetes mata profilaksis dan vitamin K1 1 mg IM di paha kiri anterolateral.

4. Asuhan Masa Nifas

Kunjungan selama masa nifas Ny. I sebanyak 3 kali yaitu pada kunjungan pertama 6 jam (tanggal 17 April 2016), kunjungan kedua 3 hari (20 April 2016), kunjungan ketiga 1 minggu (tanggal 26 April 2016). Pada asuhan masa nifas ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek.

Pada kunjungan I 6-8 jam dari hasil pemeriksaan Ny I tidak mengalami masalah apapun. Pada kunjungan ke II 3 hari dari hasil pemeriksaan Ny I mengalami masalah pada payudara, payudara Ny I teraba keras, Ny I mengeluh payudara terasa nyeri dan ASI keluar sedikit. Dilakukan masase payudara, sambil mengajarkan ibu agar ibu bisa melakukannya sendiri masase payudara yang dilakukan untuk mempelancar ASI. Setelah dilakukan masase payudara Pada kunjungan ke III 1 minggu Ny I tidak memiliki keluhan hasil pemeriksaan baik dan ASI sudah keluar banyak.

5. Neonatus Care/ Kunjungan Neonatus (KN)

Neonatus disebut juga organisme yang berada pada periode adaptasi kehidupan intrauterin. Masa neonatus adalah periode selama satu bulan (lebih tepat 4 minggu atau 28 hari setelah lahir) (Syafrudin, 2009). Neonatus Ny. Itelah mendapatkan 3 kali kunjungan yaitu 6 jam setelah kelahiran, 3 hari setelah kelahiran, dan 1minggu setelah kelahiran.

Pada kunjungan neonates I 6 jam setelah kelahiran penulis melakukan pemantauan, keadaan umum neonatus baik, nadi, pernafasan serta suhu tubuh neonatus dalam batas normal, neonatus menangis kuat, tali pusat terbungkus kassa steril, neonatus mengkonsumsi ASI dan neonatus sudah BAK dan BAB.

BAK 1 kali berwarna kuning jernih, BAB 1 kali berwarna kehitaman. Hal ini sesuai dengan teori Saifuddin (2006) eliminasi, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam.

Bayi Ny Ijugasudah diberikanvaksin Hb0 pada saat ibu dan bayi di rawat gabung di ruang nifas. Vaksin Hb0 mencegah penyakit hepatitis B dan kerusakan hati. Pemberian vaksin ini sesuai dengan jadwal waktu yang ditentukan DEPKES (2009) bahwa pemberian vaksin Hb0 dapat diberikan pada usia < 7 hari.

Pada kunjungan II 3hari setelah kelahiran, penulis melakukan pemeriksaan pada neonatus, hasilnya keadaan umum baik, nadi, pernafasan serta suhu tubuh neonatus dalam batas normal, tali pusat neonatus sudahkering dan tidak berbau pada hari ke 3 kelahiran, eliminasi baik, dan nutrisi terpenuhi. Hal ini

terlihat pada berat badan neonatus yang mengalami penurunan dari 3040 gram menjadi 3000 gram.

Kunjungan ke III neonatus yaitu 1 minggu setelah kelahiran, keadaan bayi baik, hasil pemeriksaan keadaan umum baik, nadi, pernafasan serta suhu tubuh neonatus dalam batas normal, eliminasi baik, dan nutrisi terpenuhi, berat badan neonatus naik dari 3000 gram menjadi 3200 gram.

Kunjungan I sampai kunjungan III neonatus dalam keadaan baik dan hasil pemeriksaannya pada fontanel mayor dan minor neonatus masih terbuka.

Hal ini sesuai dengan teori yaitu pada fontanel minor tertutup pada usia 8 minggu. Fontanel mayor tertutup pada 18 bulan (1,5 tahun) (Hidayat, 2008).

6. Pelayanan Keluarga Berencana

Tanggal 03 Mei 2016 dilakukan kunjungan minggu ke 2 pada Ny.I dilakukan KIE mengenai pemilihan akseptor yang efektif seperti IUD dan implan. Tetapi Ny. I telah memutuskan untuk tetap memakai KB suntik 3 bulan karna ibu sebelumnya juga sudah pernah memakai KB suntik 3 bulan Ny. I belum berani untuk memakai KB IUD.

B. Keterbatasan Pelaksanaan Asuhan

Tidak jarang dalam proses pemberian asuhan kebidanan komprehensif terhadap Ny.

I ditemukan beberapa hambatan atau keterbatasan yang menyebabkan pelaksanaan studi kasus tidak berjalan dengan maksimal. Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara lain adalah :

1. Penjaringan pasien

Kesulitan yang ditemui pada awal pelaksanaan studi kasus adalah dalam hal penjaringan pasien. Untuk menemukan pasien yang sesuai dengan persyaratan yang diajukan dari pihak institusi cukup sulit. Beberapa pasien pun tidak bersedia untuk dijadikan subjek penelitian dalam studi kasus ini dengan berbagai alasan.

2. Dalam melaksanakan asuhan pada Ny. I secara keseluruhan penulis memiliki masalah yaitu pada saat kunjungan kehamilan seharusnya dilakukan sebanyak 3 kali kunjungan tetapi penulis hanya melakukan 2 kunjungan saja dikarenakan klien ingin melakukan proses persalinan sebelum penulis melakukan kunjungan kehamilan yang ke 3.

3. Waktu

Pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif yang bersamaan dengan kegiatan PKL 2 terkadang menyebabkan kesulitan bagi peneliti untuk mengatur waktu. Waktu yang tersedia untuk pelaksanaan asuhan terkadang

terbatas, sehingga menyebabkan kurang maksimalnya asuhan yang diberikan.

4. Keterampilan

Kurangnya keterampilan penulis ketika memberikan asuhan kebidanan komprehensif kepada klien sehingga ketika memberikan intervensi masih banyak asuhan yang dibantu oleh dosen pembimbing.

5. Ilmu pengetahuan Berfikir analisis penulis masih kurang luas, sehingga saat memberikan asuhan tidak jarang dosen pembimbing selalu mengingatkan intervensi yang tepat untuk diberikan kepada klien

BAB VI

Dokumen terkait