• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan

Dalam dokumen Dokumen Tentang Edukasi (Halaman 36-44)

Hasil penelitian pengaruh edukasi dengan booklet terhadap pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post sectio caesarea dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6 Pengaruh Edukasi dengan Booklet Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini pada Ibu Post Sectio Caesarea di RSUD Kabupaten Batang

Variabel N Mean SD ρ

value Pelaksanaan mobilisasi dini

(kelompok intervensi)

11 6,82 1,328

0,005 Pelaksanaan mobilisasi dini

(kelompok kontrol)

11 4,91 1,221

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil uji Mann Whitney diperoleh ρ value sebesar 0,005 < 0,05 sehingga Ha diterima, berarti ada pengaruh edukasi dengan booklet terhadap pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post sectio caesarea di RSUD Kabupaten Batang.

Arini, 2012) menyebutkan bahwa ibu yang berumur 20-35 tahun sebagai masa dewasa dan disebut juga masa reproduksi dimana pada masa ini diharapkan orang telah mampu untuk memecahkan masalah- masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional terutama dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas dan merawat bayinya.

b. Riwayat Sectio caesarea

Hasil penelitian menujukkan bahwa,pada kelompok intervensi sebagian besar terdiri dari primipara (54,5%) dan kelompok kontrol sebagian besar adalah multipara (54,5%). Responden pada kelompok intervensi sebagian besar merupakan primipara sehingga belum mempunyai pengalaman melahirkan baik secara normal maupun secara sectio caesarea. Responden pada kelompok kontrol sebagian besar merupakan multipara, sehingga sudah mempunyai pengalaman bersalin secara normal tetapi belum mempunyai pengalaman bersalin dengan sectio caesarea. Ibu multipara kemungkinan sudah pernah mendapatkan informasi tentang mobilisasi dini saat menjalani persalinan anak sebelumnya.

Ibu primipara dan multipara yang belum pernah sectio caesarea diberikan informasi tentang mobilisasi post sectio caesarea melalui booklet. Informasi yang diberikan bermanfaat bagi ibu untuk melakukan mobilisasi dini post sectio caesarea. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2003, dalam Arini, 2012) yang menyatakan bahwa

pengalaman sendiri maupun orang lain terhadap pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku saat ini dan kemudian hari.

2. Pelaksanaan Mobilisasi Dini Ibu Post Sectio Caesarea pada Kelompok Intervensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata pelaksanaan mobilisasi dini ibu post sectio caesarea pada kelompok intervensi sebesar 6,82 dengan nilai terendah 5 dan nilai tertinggi 8. Mobilisasi dini yang dilakukan responden diketahui bahwa semua (100%) responden pada kelompok intervensi menggerakkan tangan, menggerakkan ujung jari kaki, memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis.

sebagian besar (63,6%) responden yang menekuk kaki dan menggeser kaki,dan terdapat( 54,5%) responden yang miring ke kanan dan ke kiri.

Selain itu terdapat (36,4%) responden belum menekuk kaki dan menggeser kaki, serta (45,5%) belum miring kekanan dan kekiri .

Mobilisasi dini pada post sectio caesarea sangat perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi seperti statis darah dan risiko tromboplebitis. Mobilisasi dini dapat dilakukan dengan menggerakkan lengan, ujung jari kaki, memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis, menekuk kaki, menggeser kaki, miring ke kanan dan ke kiri. Hal ini sesuai dengan Rahayu (2016) yang menyatakan bahwa mobilisasi dini mencegah statis darah, mencegah risiko tromboplebitis atau emboli.

Ibu post sectio caesarea yang diberikan edukasi menggunakan booklet sebagian besar mampu melaksanakan semua tahap mobilisasi dini.

Edukasi tentang mobilisasi dini dapat membantu ibu untuk melakukan aktivitas secara mandiri. Hal ini sesuai dengan World Health Organization (1954, dalam Maulana, 2009) menyatakan bahwa salah satu tujuan edukasi adalah menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.Akan tetapi ada sebagian responden(36,4%) dan( 45,5%) yang belum mampu melakukan tahapan mobilisasi dini secara keseluruhan meskipun sudah mendapatkan informasi melalui booklet,karena rasa nyeri atau ambang nyeri post sectio caesarea seseorang mempunyai tingkatan yang berbeda-beda,sehingga mempengaruhi sikap seseorang untuk melakukan mobilisasi dini.Hal ini sesuai dengan jolanda,yuyun,& winarianti(2012) yang menyatakan bahwa mobilisasi dini tidak efektif karena responden mengeluh rasa nyeri yang amat kuat sehingga merasa takut untuk melakukan mobilisasi dini.

Ibu setelah diberikan edukasi dengan booklet memperoleh informasi tentang mobilisasi dini terutama manfaatnya, sehingga 5 (lima) tahapan mobilisasi dilakukan oleh semua ibu. Rini & Kumala (2017) menyebutkan bahwa masa nifas ( periperium) lebih aktif dilakukan dengan mobiliasi dini karena mempunyai keuntungan memperlancar pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium, mempercepat involusi alat kandung, melancarkan fungsi alat gastro intestinal dan alat perkemihan,

meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

3. Pelaksanaan Mobilisasi Dini Ibu Post Sectio Caesarea pada Kelompok Kontrol

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata pelaksanaan mobilisasi dini ibu post sectio caesarea pada kelompok kontrol sebesar 4,91 dengan nilai terendah 3 dan nilai tertinggi 8. Mobilisai dini responden diketahui semua (100%) responden pada kelompok kontrol menggerakkan tangan, menggerakkan ujung jari kaki, memutar pergelangan kaki. 10 responden(90,9%) yang mengangkat tumit,dan 8 responden(72,7%) yang menegangkan otot betis , namun masih ditemukan 10 responden(90,9%) yang tidak menekuk kaki, tidak menggeser kaki dan tidak miring ke kanan dan ke kiri. Tindakan miring ke kiri dan ke kanan bermanfaat bagi ibu post sectio caesarea untuk mencegah adanya trombosit. Hal ini sesuai dengan pendapat Rini & Kumala (2017) yang menyatakan bahwa miring ke kiri dan dan ke kanan untuk mencegah adanya trombosit.

Ibu post sectio caesarea pada kelompok kontrol diberikan edukasi dengan metode ceramah tanpa menggunakan alat bantu seperti booklet atau leaflet. Edukasi dengan ceramah mempunyai kelemahan karena informasi yang diberikan hanya diterima melalui panca indera pendengaran dan tidak ada alat bantu untuk mengingat. Hal ini dapat menyebabkan ibu kurang dalam melakukan mobilisasi dini. Hal ini sesuai dengan Simamora (2009) metode ceramah merupakan metode yang paling

ekonomis untuk menyampaikan informasi namun mempunyai kelemahan yaitu peserta menjadi pasif dan mengandung unsur paksaan.

Alat bantu dalam edukasi dapat menentukan penyampaian informasi dapat diterima dengan mudah atau tidak oleh audience. Alat bantu yang digunakan dalam edukasi seharusnya dapat memberikan manfaat dan membantu menangkap informasi yang diberikan dengan baik. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2012) yang menyatakan bahwa alat bantu edukasi mempunyai manfaat salah satunya membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih, banyak dan cepat.

4. Pengaruh Edukasi dengan Booklet Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Sectio Caesarea

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji Mann Whitney diperoleh ρ value sebesar 0,005 < 0,05 sehingga Ha diterima, berarti ada pengaruh edukasi dengan booklet terhadap pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post sectio caesarea di RSUD Kabupaten Batang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Pramudianti (2017) yang menyatakan bahwa ada pengaruh edukasi postpartum dengan media booklet terrhadap parenting self efficasy.

Hasil penelitian menujukkan bahwa ada perbedaan rata-rata pelaksanaan mobilisasi dini antara kelompok intervesi sebesar 6,82 dan rata-rata pelaksanaan mobilisasi dini kelompok kontrol sebesar 4,91, sehingga selisih rata-rata pelaksanaan mobilisasi dini antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebesar 1,91. Responden pada kelompok

intervensi lebih banyak (54,5%) yang primipara dibandingkan yang multipara (45,5%). Ibu primipara belum mempunyai pengalaman dalam persalinan baik secara normal maupun secara sectio caesarea sehingga lebih mudah untuk diberikan informasi tentang manfaat mobilisasi dini bagi kesehatan dirinya sehingga terbentuk suatu pengetahuan tentang mobilisasi dini. Pengetahuan yang dimiliki tersebut akan mempengaruhi perilaku ibu dalam pelaksanaan mobilisasi dini. Hal ini sesuai dengan Mubarak (2009) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pengalaman. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusahan untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

Pelaksanaan mobilisasi dini merupakan bentuk dari perilaku ibu post sectio caesarea setelah memperoleh informasi tentang mobilisasi dini melalui edukasi dengan media booklet. Hal ini dikarenakan media booklet dalam menyampaikan informasi didukung dengan visualisasi gambar dan tulisan yang menarik sehingga dapat menarik ketertarikan responden.

Booklet juga mempunyai keuntungan dapat dibawa pulang oleh responden sehingga dapat dibaca kembali oleh responden jika responden lupa terhadap materi informasi yang disampaikan dalam edukasi. Hal ini sesuai dengan Susilana & Riayan (2009) yang menyatakan bahwa keuntungan

media booklet adalah dapat menyajikan pesan atau informasi dalam jumlah yang banyak, pesan atau informasi dapat dipelajari oleh audience sesuai dengan kebutuhan, minat dan kecepatan masing-masing, dapat dipelajari kapan dan dimana saja, karena mudah dibawa, akan lebih menarik apabila dilengkapi dengan gambar berwarna dan perbaikan atau revisi mudah dilakukan.

54 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Dalam dokumen Dokumen Tentang Edukasi (Halaman 36-44)

Dokumen terkait