I. Perbedaan Jumlah Hinggap Nyamuk Pada Lengan
Penelitian ini menggunakan ekstrak daun rosemary (Rosmarinus officinalis) dan kulit buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dengan konsentrasi 70 % yang diujikan pada nyamuk Aedes aegypti betina.
Konsentrasi Replikasi
Daya proteksi (%) pada Interval Waktu (Jam ke-)
Total rata- Rata
70 %
1 2 3 4 5 6
1 90 93 84 68 50 20
2 100 61 20 47 80 17
Rata-rata 95 77 52 57,5 65 18,5 60,8
Konsentrasi Replikasi
Daya proteksi (%) pada Interval Waktu (Jam ke-)
Total rata- Rata
70 %
1 2 3 4 5 6
1 100 92 88 62 66 41
2 100 93 92 33 73 70
Rata-rata 100 92,5 90 47,5 69,5 55,5 75,8
Berdasarkan analisis data di atas, terlihat bahwa dengan interval waktu pengujian jam ke-1 sampai dengan jam ke- 6 dari beberapa variasi konsentrasi yang digunakan, perbedaan jumlah nyamuk yang hinggap pada lengan kanan (kontrol) lebih banyak dibandingkan dengan lengan kiri (Perlakuan) bisa diamati pada tabel.
Hal tersebut dikarenakan lengan kanan tidak diolesi ekstrak, sedangkan lengan kiri diolesi ekstrak daun rosemary yang mengandung linalool, burneol, dan kamfor serta kandungan atsirinya sering digunakan sebagai penolak serangga (Laksono, 2015) dan kulit buah jeruk nipis yang juga mengandung Eugonal, linalool dan geraniol dikenal kandungan minyak atsirinya sebagai zat penolak serangga sehingga zat-zat tersebut juga berfungsi sebagai penolak nyamuk. (Kardinan, 2007). Aroma minyak atsiri daun terdeteksi oleh reseptor pencium maka reseptor akan mengubahnya menjadi impuls, dan diteruskan oleh akson syaraf ke syaraf pusat, kemudian akan terjadi integrasi pada syaraf motorik ke otak sehingga nyamuk menghindar (Manaf, 2012).
Sebagian besar tanaman mengandung senyawa aktif yang dapat digunakan untuk mencegah serangan dari
serangga pemakan tumbuhan (phytophagous insects). Senyawa-senyawa aktif ini dibagi menjadi beberapa kategori, meliputi repellents, feeding deterrents, toksin, dan pengatur perkembangan.
Meskipun fungsi utama dari senyawa- senyawa aktif ini adalah sebagai perlindungan terhadap phytophagous insects, banyak juga dari senyawa tersebut yang efektif melawan gigitan nyamuk dan Diptera lainnya, terutama komponen- komponen volatile yang dilepaskan.
Faktanya beberapa senyawa tersebut merupakan repellent terhadap haematophagous insects (Pichersky et al., 2002).
Pada hasil data menunjukkan adanya perbedaan nilai efikasi atau rata-rata jumlah hinggap pada konsentrasi yang digunakan yaitu 70% pada beberapa replikasi kelompok perlakuan. Perbedaan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dwisyahputra, dkk tahun 2009 yang menguji ekstrak daun kenikir (Tagetes erecta L.) sebagai repellent tehadap nyamuk Aedes sebagaimana dijelaskan bahwa terdapat perbedaan jumlah hinggap yang terlihat nyata pada beberapa konsentrasi (1%,2%,3%,4%, 5%) dan replikasi kelompok perlakuan yaitu konsentrasi 1% dengan rata-rata 5 ekor, pada
konsentrasi 2% dengan rata-rata 3 ekor, pada konsentrasi 3% rata-rata 2 ekor, pada konsentrasi 4% dengan rata-rata 1 ekor, dan pada konsentrasi 5% dengan rata-rata 0 ekor nyamuk.
Hal ini terindikasikan karena adanya perbedaan komposisi senyawa metabolit sekunder volatil yang terkandung dalam masing-masing konsentrasi ekstrak daun rosemary dan kulit buah jeruk nipis . Adapun spesifikasi mekanisme kerja senyawa metabolit sekunder volatil yang terkandung dalam ekstrak tanaman sebagai repelen secara umum kinerjanya dikaitkan dengan indera penciuman nyamuk. Sifat dari metabolit tanaman yang mudah menguap dilingkungan bebas, dimanfaatkan sebagi chemical messenger bagi serangga dan hewan lainnya sebagai sinyal durasi singkat. Begitupula bau khas dari metabolit sekunder kstrak daun rosemary dan kulit buah jeruk nipis akan masuk secara ekstraseluler kemudian ditangkap oleh komoreseptor pada sensilla yang terletak di antena nyamuk. (Kalita, 2013).
Berdasarkan hasil data, terlihat bahwa perbedaan jumlah hinggap nyamuk dari ekstrak daun rosemary dan kulit buah jeruk nipis pada lengan kontrol dan lengan perlakuan dengan interval waktu
pengujian jam ke-1 sampai jam ke-6 yang mengalami perubahan pada konsentrasi 70% yang merupakan konsentrasi tertinggi dibandingkan konsentrasi yang lainnya.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ria erlina (2015) dan Ardillah Wasiah (2014) bahwa pada konsentrasi tertinggi yang digunakan pada saat penelitian menghasilkan perubahan yang besar terhadap perbedaan jumlah hinggap nyamuk.
Melalui pengamatan hasil data, ketidakstabilan suhu ruang uji disetiap periode waktu uji terjadi pada masing- masing konsentrasi. Hal ini diperkirakan mempengaruhi variasi jumlah hinggap nyamuk pada lengan uji. Dengan hal tersebut pula bahwa suhu berkaitan dengan proses metabolisme dan keadaan opivaritas yang menjadi penentu keaktifan nyamuk dalam mendeteksi subjek uji untuk menggigit atau mengkonsumsi darah (Depkes RI, 2007).
Menurut Busvine (1971), dalam Adisenjaya (2014), tingkah laku nyamuk pada saat mencari makan dipengaruhi oleh berbagai rangsangan yang dikeluarkan oleh sumber makanan (manusia, hewan), yaitu kehangatan, kelembaban, bau, ada tidaknya CO2 dan rangsangan visual.
Warna gelap atau terang berpengaruh pada
rangsangan visual nyamuk sehingga nyamuk lebih memilih warna yang gelap.
C. Daya Proteksi Ekstrak Daun Rosemary, Daun serai dan Kulit Buah Jeruk Nipis
Penelitian ini menggunakan tiga konsentrasi dari ekstrak Daun rosemary, daun serai dan kulit buah jeruk nipis 70%, serta 0% untuk konsentrasi kelompok kontrol (Tanpa diolesi ekstrak) sebagai pembanding. Lama perlakuan selama enam jam dengan waktu pengujian selama 10 menit disetiap jamya. Waktu perlindungan terhadap hinggapan dan gigitan nyamuk pada repelen adalah durasi waktu dari mulai saat pengolesan sampai hinggapan nyamuk (Boewono, 2009).
Berdasarkan hasil analisis, didapatkan rata-rata daya proteksi daun rosemary dan kulit buah jeruk nipis disetiap konsentrasi mengalami kenaikan dan penurunan. Diketahui rata-rata daya proteksi tertinggi dari beberapa variasi konsentrasi terlihat mencapai 93% yang didapat diawal waktu pengujian (jam ke-1) pada konsentrasi ekstrak 70%. Untuk rata- rata proteksi daun seledri dan kulit jeruk adalah 100% Sedangkan rata-rata daya proteksi terendah mencapai 18,5% yang terjadi diakhir waktu pengujian (jam ke-6)
untuk Rosmary dan kulit jeruk. Untuk daun seledri dan kulit jeruk adalah 47,5% pada jam ke 4
Pada pernyataan tersebut terlihat bahwa konsentrasi tertinggi yaitu konsentrasi 70% memperlihatkan daya proteksi tertinggi. Data hasil ini didukung oleh penelitian serupa yang dilakukan oleh Bian Rahmadi dkk (2008) namun pengujian ini menggunakan ekstrak daun Legundi yang melaporkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun legundi, maka semakin meningkat daya proteksi yang dihasilkan. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu ekstrak maka semakin meningkat komponen volatile yang terkandung di dalamnya sehingga semakin banyak komponen volatile yang berikatan dengan odorant receptor proteins pada serangga. Hal tersebut menyebabkan gangguan pada proses penghiduan serangga sehingga serangga menjauhi sampel (Gershenzon et al., 2007;
Lee et al., 2001).
Pada hasil data menunjukkan adanya kenaikan dan penurunan daya proteksi pada masing-masing konsentrasi disetiap periode pengujian. Kenaikan dan penurunan pada suatu ekstrak tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu ketahanan ekstrak tersebut tidak cukup lama dan
berkurang setiap jamnya. Berkurangnya daya tahan dari aroma ekstrak tersebut dapat disebabkan besarnya laju penguapan selama pengujian berlangsung pada setiap waktu pengamatan. Semakin turun daya proteksinya maka semakin rendah daya tolak dari ekstrak daun rosemary dan kulit buah jeruk nipis. (Kardinan, 2007) Kemampuan daya tolak minyak atsiri terhadap gigitan nyamuk berhubungan dengan kandungan kimia dalam minyak atsiri daun daun rosemary dan kulit buah jeruk nipis yang berfungsi sebagai penolak, dan juga ada kaitannya dengan bau yang dikeluarkan oleh minyak atsiri tersebut (Adisenjaya, 2014).
Adapun perubahan potensi ekstrak daun rosemary dan kulit buah jeruk nipis dari jam ke jam dipengaruhi oleh dua hal, yang pertama adalah penguapan daun rosemary yang mengandung linalool, burneol, dan kamfor dan kulit buah jeruk nipis yang juga mengandung Eugonal, linalool dan geraniol. senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak daun rosemary dan kulit buah jeruk nipis semakin meningkat seiring berjalannya waktu, sehingga bau dari ekstrak tersebut akan hilang dan mengakibatkan penurunan potensi repelen. Yang kedua adalah aktivitas nyamuk Aedes aegypti yang semakin
menurun seiring bertambahnya waktu, sehingga seakan-akan nyamuk yang hinggap pada lengan semakin sedikit. Penurunan aktivitas nyamuk tersebut disebabkan oleh perbedaan umur dan keadaan oviparitas dari masing-masing nyamuk. Lamanya waktu proteksi terhadap hinggapan dan gigitan nyamuk pada masing-masing konsentrasi dipengaruhi oleh jumlah kandungan senyawa yang berfungsi sebagai repelen yang terdapat pada ekstrak semakin besar kandungan senyawa kimia tersebut, maka akan memberikan perlindungan terhadap hinggapan nyamuk dengan durasi waktu yang lama (Aswina, 2009).
Penolakan nyamuk atau nyamuk tidak mendekat disebabkan karena adanya kontak dengan ekstrak daun rosemary dan kulit buah jeruk nipis yang memiliki aroma yang khas yang tidak disukai nyamuk, aroma tersebut ternyata mengganggu proses fisiologis reseptor kimia yang terdapat pada antena. Proses tersebut kemudian akan dirubah menjadi impuls, dan diteruskan oleh akson syaraf ke syaraf pusat, kemudian akan terjadi integrasi pada syaraf motorik ke otak sehingga nyamuk menghindar (Syalfinaf, 2012).
Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa lotion ekstrak daun rosemary dan kulit buah jeruk nipis efektif
sebagai repelen karena kandungan zat aktif yang ada pada daun rosemary dan kulit buah jeruk nipis tersebut dapat mempengaruhi jumlah nyamuk yang hinggap pada lengan.
Sebagaimana hasil tersebut serupa dengan penelitian terdahulu oleh shinta (2010) dan dewi ekowati (2011) namun masing-masing menggunakan konsentrasi yang berbeda. Menurut Shinta tahun 2010 Daun rosemary mampu dan efektif menolak gigitan nyamuk dengan konsentrasi 62 % daya proteksi sebesar 97,2 %. Begitu juga menurut Dewi Ekowati tahun 2011 melaporkan bahwa diperoleh dan dianalisa uji aktifitas kulit buah jeruk nipis mempunyai aktivitas sebagai penolak nyamuk khususnya nyamuk demam berdarah yaitu Aedes aegypti dengan EC90 67 % pada kosentrasi 67 % sudah dapat menolak 90 % hewan uji nyamuk Aedes aegypti.
KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil penelitian terhadap Penolakan Nyamuk Aedes aegypti” dapat disimpulkan sebagai berikut:
3. Terdapat perbedaan jumlah hinggap nyamuk Aedes aegypti pada lengan yang diolesi ekstrak dengan lengan yang tidak diolesi ekstrak pada
berbagai konsentrasi ekstrak yang 70%.
4. Konsentrasi yang efektif saat pengujian yaitu pada konsentrasi 70% dengan hasil daya proteksi sebesar 93% pada waktu awal pengujian.