BAB I PENDAHULUAN
B. Pembahasan
Keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep merupakan aspek yang diamati dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning. Hasil tes awal keterampilan berpikir kritis (pretest)
pada tabel 4.1 menunjukan bahwa siswa masih memiliki keterampilan berpikir kritis yang kurang pada materi larutan penyangga. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1 statistik deskriftif yang menunjukan dari 41 siswa yang mengikuti tes keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep pada materi larutan penyangga, semua siswa masuk pada kategori rendah.
Rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa pada materi larutan penyangga, yang ditunjukan pada tabel 4.1, dapat dilihat kesulitan siswa dalam menyelesaikan dan menjawab pertanyaan yang diberikan dalam instrument berpikir kritis diantaranya. 1) siswa mengaalami kesulitan dalam menganalisis asumsi mengenai pengertian larutan penyangga, dapat dilihat dari nilai hasil pretest kedua kelas pada soal nomor 1 dan 2. 2) siswa mengalami kesulitan dalam menganalisis argumen yang disampaikan mengenai komponen larutan penyangga, dapat dilihat pada soal nomor 3 dan 4. 3) siswa mengalami kesulitan dalam memberikan penjelasan mengenai komponen larutan penyangga, dapat dilihat pada soal nomor 5, 6 dan 7. 4) siswa mengalami kesulitan dalam menentukan pH larutan penyangga, dapat dilihat pada soal nomor 8, 9 dan 10. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 30
Hal yang sama juga ditunjukkan oleh beberapa penelitian yang mengungkapkan bahwa kesulitan, miskonsepsi, dan kurangnya pemahaman
yang dialami dan dimiliki siswa pada materi larutan penyangga, diindikasi salah satunya berasal dari keterampilan berpikir kritis yang rendah (Wiwin wulandari,2011; Ikhwanul muslim, 2015; Ayu lingga, 2016)
Berdasarkan hasil tes keterampilan berpikir kritis (pretest) yang telah dilakukan masih banyak siswa yang tidak dapat menyelesaikan soal dan masih terlihat kebingungan ketika diminta untuk menjelaskan jawabannya, sehingga dapat dilihat bahwa keterampilan berpikir kritis siswa masih rendah didukung pula dengan pemahaman konsep yang masih kurang.
Rendahnya kemampuan berpikir kritis pada siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor yang menyebabkan siswa memiliki keterampilan berpikir kritis yang rendah adalah rendahnya atau siswa tidak memiliki pengetahuan awal tentang suatu konsep sehingga sulit meningkatkan pengetahuan konsep satu dengan yang lain. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan beberapa siswa seperti pada lampiran 25
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan kemampuan siswa yang berpikir kritis, analitis dan untuk menemukan serta menggunakan sumber daya yang sesuai untuk belajar. Keterampilan berpikir kritis siswa tidak dapat muncul dengan sendirinya tanpa dilatih, siswa harus dirangsang cara berpikirnya melalui masalah-masalah yang ada pada kehidupan sehari-hari. Model problem based learning cocok untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa, karna PBL adalah pembelajaran yang diawali dengan memberikan masalah,
masalah yang diberikan bersifat terbuka sehingga pembelajaran berbasis masalah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap dalam memecahkan masalah.
Pemahaman konsep adalah suatu jenjang dalam ranah kognitif yang menunjukan kemampuan menjelaskan hubungan yang sederhana antara fakta- fakta dan konsep. Pemahaman konsep dapat dibentuk melalui pengalaman langsung dengan objek atau kejadian dalam kehidupan nyata.
Menurut Purwanto pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapkan dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.32
Pemahaman konsep pada materi larutan penyangga diartikan sebagai kemampuan mengungkapkan makna suatu konsep pada materi larutan penyangga yang meliputi kemampuan membedakan, menjelaskan, menguraikan lebih lanjut, dan mengubah konsep yang berisi gagasan atau ide mengenai suatu materi, pengalaman, peristiwa atau suatu objek yang didasarkan pada ciri-ciri yang dimiliki oleh objek itu sendiri.
32 Purwanto, N. (dalam yusniati), “Deskripsi Pemahaman Konsep Siswa Pada Materi Fungsi Di Kelas XI SMK Negeri 1 Sadaning” jurnal penelitian, Oktober 2016, hlm. 2.
Pada penelitian ini hasil pretest pada materi larutan penyangga yang ditunjukan pada tabel 4.1 dengan rata-rata nilai kelas eksperimen 25,15 dan nilai rata-rata kelas kontrol 15,52 hal ini dapat dilihat pada pola jawaban siswa pada soal nomor 1, seperti jawaban siswa dengan kode S15 mengungkapkan larutan tersebut termasuk larutan penyangga, jawaban yang berbeda juga diperoleh pada siswa dengan kode S21 mengungkapkan data yang diperoleh dari percobaan pada larutan Q dan S termasuk larutan penyangga karena mampu mempertahankan pH ketika ditambahkan sedikit asam atau ditambahkan sedikit basa atau diencerkan, jawaban yang berbeda juga diperoleh pada siswa dengan kode S9 mengungkapkan pH pada larutan ini berbeda dengan larutan lainnya, jawaban yang berbeda juga diperoleh pada siswa dengan kode S11 mengungkapkan untuk menentukan larutan penyangga asam tidak boleh terlalu kurang dari pH awal dan basa tidak boleh terlalu lebih dari pH awal, hal ini menunjukan bahwa dari hasil pretest yang dilakukan siswa masih kurang dalam memahami suatu konsep dapat dilihat dari beberapa variasi jawaban siswa dan banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi larutan penyangga.
Kemudian setelah mendapatkan data hasil pretest diuji normalitas untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol bedasarkan hasil perhitungan dengan excel menggunakan chi kuadrat dari hasil kelas eksperimen dan kelas kontrol Xhitung2 kurang dari Xtabel2 sehingga dapat disimpulkan bahwa data sampel berasal dari poulasi berdistribusi normal.
Uji homogenitas dua varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dari hasil pretest diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,197 dan untuk hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol 0,061. Jika nilai probability >0,05
maka data bersal dari varians yang sama atau kedua kelas homogen.
Data hasil posttest pada materi larutan penyangga yang ditunjukan pada tabel 4.4. dengan rata-rata nilai kelas eksperimen 71,85 dan nilai kelas kontrol 62,76. Hal ini menunjukan kelas eksperiman yang menerapkan model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep pada materi larutan penyangga masuk dalam kategori cukup.
Setelah mengetahui hasil pretest dan hasil posttest kemudian akan diuji N- Gain untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep pada kelas eksperimen. Berdasarkan hasil perhitungan uji N-Gain score untuk kelas eksperimen (model pembelajaran PBL) sebesar 63,30 termasuk dalam kategori cukup evektif dengan nilai N-Gain score minimal 20% dan maksimal 70%. Hasil N-Gain skor untuk kelas kontrol (metode konvesional) sebesar 56,50 termasuk dalam kategori cukup efektif dengan nilai N-Gain score minimal 20% dan maksmal 70%.
Hubungan antara keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa juga telah menjadi perhatian dari beberapa penelitian. Hubungan antara keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep dapat juga dilihat pada proses pembelajaran. Dimana ketika siswa merumuskan suatu masalah,
memecahkan masalah ataupun memahami suatu konsep, maka siswa akan melakukan aktivasi berpikir.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa ketika siswa memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi, maka siswa akan mudah memahami konsep dan mencari berbagai alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah serta membuat kesimpulan yang tepat. Keterampilan berpikir kritis dapat membantu dalam meningkatkan ide siswa dalam menyelesaikan masalah, dimana peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa akan diikuti dengan peningkatan pemahaman konsep.
”Hubungan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa juga dapat dilihat dari sintak pemahaman konsep. Menurut Anderson yang telah direvisi oleh krathwal pemahaman konsep memiliki 6 indikator yaitu, mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta, dimana 6 indikator yang dismpaikan oleh Anderson yang telah direvisi oleh kathwal, terdapat tiga indicator yang dapat mengembangkan tingkat kemampuan berpikir kritis siswa yaitu menganalisis, mengevaluasi, dan mensintesis. Ketika siswa telah mampu menganalisis, mengevaluasi, dan mensintesis suatu masalah atau telah mampu mencapai C4 hingga C6, maka dapat dikatakan bahwa siswa memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh pemahaman konsep yang baik, siswa harus dapat memenuhi 6 indikator dan ketika siswa memiliki keterampilan berpikir kritis yang baik, maka siswa juga akan memiliki pemahaman konsep yang baik”.33
Penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran melalui model problem based learning dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa terhadap materi larutan penyangga. Model pembelajaran problem based learning dapat dirancang sebagai kegiatan penemuan yang dapat membantu
33 Anderson, L.W., dan Krathwohl, D. R. (Dalam Ayu Lingga), “ Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMA pada Materi Hukum Newton” (Pascasarjana, universitas negeri malang, malang, 2016), Vol. 1. hlm 97.
siswa untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep.
Hasil penelitian menunjukan adanya respon yang positif terhadap pembelajaran kimia dengan model pembelajaran problem based learning.
Dimana sebagian siswa merasa senang belajar kimia dengan model pembelajaran problem based learning. Dalam pembelajaran kimia dengan model pembelajaran problem based learning melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Bedasarkan hasil penelitian yang telah dibahas sebelumnya, diperoleh kesimpulan mengenai pengaruh penerapan model pembelajaran problem based learning terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis dan
pemahaman konsep siswa pada materi larutan penyangga, bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran problem based learning terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa pada materi larutan penyangga.
Hal ini ditunjukan oleh analisa uji perbedaan rata-rata hasil posttest kelas eksperimen menunjukan hasil yang lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Kelas eksperimen memperoleh rata-rata nilai posttest 72,08 sedangkan nilai kelas kontrol 65,48. Uji normalitas Gain pada hasil belajar kognitif siswa menunjukan bahwa kelas eksperimen mengalami peningkatan lebih baik dalam keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep sebesar 63,2976 dan kelas kontrol peningkatannya sebesar 56,50 dengan kriteria sedang.