• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Kajian Teori

1. Pendidikan karakter

a. Pengertian pendidikan karakter

Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapat pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini.

Terlebih dengan dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan pendidikan formal saat ini semisal korupsi, perkembangan seks bebas pada remaja, tawuran, perampokan, juga pengangguran lulusan sekolah menengah dan atas.

Semua terasa lebih kuat ketika negara ini dilanda krisis yang hingga sampai saat ini tidak bisa beranjak dari krisis yang dialami.26

26 Tsauri sofyan, Pendidikan Karakter Peluang Dalam Pendidikan Karakter Bangsa (Jember:IAIN JEMBER PRESS.2015) 42.

Secara bahasa, istilah “karakter” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa latin serta kebanggaan atau penghargaan yang tinggi pada bangsa baik dari sisi bahasa, lingkungan, fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik.27

Sedangkan Nilai-nilai karakter yang dikemukakan oleh Thomas lickona meliputi: kejujuran, keadilan, toleransi kebijaksanaan disiplin diri, tolong menolong, peduli sesama, kerja sama, keberanian dan sikap demokratis dan tanggung jawab.28

Syekh hafidz Al Hasan dalam kitab ini berpendapat, bahwa bagian dari cinta tanah air adalah mendidik para putra putri bangsa agar mampu mempertahankan kemaslahatan dan kemajuan bangsaDalam memberikan pendidikan, menurut Syekh Hafizd Hasan, seorang guru tidak sekadar menyampaikan atau transfer ilmu pengetahuan pada anak didik. Tetapi, ia juga harus mengarahkan serta membimbing mereka dengan memberi petunjuk tentang hal-hal positif dan perilaku yang mesti dilakukan dan tidak dilakukan. Seperti dinyatakan;

ُرْ يَْلْا ِوْيِفاَم َلَِا ُهَرْ يَغ َدِشْرُ يَو ُهَذْيِم َلََت َبِّذَهُ ي ْنَا ِذاَتْسُلاا ىَلَعَو

Artinya: “Kewajiban seorang guru terhadap seorang murid adalah mendidik dan mengarahkan mereka kepada hal-hal yang dapat mendatangkan kebaikan –baik kepada dirinya maupun orang lain.”.29

27 Siska Diana Sari, Cinta Tanah Air dan Salafus Shalih, Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III (2017), 66

28 Thomas lickona, Education For Character: How Our School Can Teach Respect And Responsiplity (Mendidik untuk membentuk karakter bagaimana sekolah dapat memberikan pendidikan tentang sikap hormat dan bertanggung jawab) (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), 56

29 Hafids Bin Hasan Mas‟udi, Duruusul Ahlaq (Surabaya, Al Hidayah, 1893), 15

Menurut mulyasa, bahwa pendidikan karakter adalah upaya membantu perkembangan jiwa anak-anak, baik batin maupun lahir, dari sifat kodratnya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik. Karakter diartikan sebagai nilai-nilai yang unik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat kebaikan, dan nyata berkehidupan baik) yang terpatri dalam diri dan terjawantahkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari.

Secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan olah karsa serta olahraga seseorang yang merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan hidup.

Menurut cronbach menjelaskan karakter dalam perspektif psikologi bahwa karakter sebagai satu aspek dan kepribadian terbentuk oleh kebiasaan (habits) dan gagasan atau ide yang keduanya tidak dapat dipisahkan, adapun tiga unsur yang berkaitan dengan pembentukan karakter, yaitu keyakinan (belifes), perasaan (feelings), dan tindakan (action).

b. Tujuan Pendidikan karakter

Mengacu pada fungsi pendidikan nasional UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membantu watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman yang bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

Tujuan dari pendidikan karakter, yaitu:

1) Mengembangkan potensi aktif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang berbudaya dan karakter bangsa

2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji 3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan bertanggung jawab

4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang kreatif mandiri dan berwawasan kebangsaan

5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi.

Menurut Handayani dan indartono tujuan pendidikan karakter adalah untuk mendorong lahirnya anak-anak yang baik. Tumbuh dengan karakter yang baik, anak akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmen untuk melakukan yang terbaik.30

Mereka melakukan banyak hal dengan benar, dan cenderung memiliki tujuan dalam hidup. Pendidikan Karakter yang efektif ditemukan di lingkungan sekolah yang me-mungkinkan semua peserta didik berpotensi men-demonstrasikannya untuk mencapai tujuan yang

30 Handayani, N., & Indartono, S. (2016). The implementation of multicultural character

education. In International Conference on Ethics of Business, Economics, and Social Science (Vol.

508518).

sangat penting. Tujuan pendidikan karakter lebih difokuskan pada menanamkan nilai dan mereformasi kehidupan, sehingga bisa sepenuhnya menciptakan karakter, dan karakter mulia peserta didik, terpadu dan seimbang, dan bisa dilakukan terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari. Ini menjadi sangat penting karena pendidikan karakter memiliki posisi strategis dalam menciptakan manusia dengan karakter yang mulia.

c. Nilai-Nilai Dasar dalam Pendidikan Karakter

Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ada 18 nilai karakter yang harus dikembangan disetiap jenjang dan satuan pendidikan di Indonesia. Nilai-nilai tersebut yaitu:31

1) Religius, yakni sikap ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama (alirankepercayaan) yang dianut, seperti sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadahagama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan.

2) Jujur, yakni sikap dan perilaku yang menceminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan, dan perbuatan (mengetahui apa yang benar, mengatakan yang benar, dan melakukan yang benar) sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.

3) Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku,

31 Kusnoto, Y. (2017). Internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter pada satuan pendidikan. Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial, 4(2), 247-256.

adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang ditengah perbedaan tersebut.

4) Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.

5) Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain- lain dengan sebaik-baiknya.

6) Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya.

7) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan.

Namun hal tersebut bukan berarti tidak boleh bekerjasama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.

8) Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.

9) Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam.

10) Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau individu dan golongan.

11) Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekomoni, politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.

12) Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi.

13) Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.

14) Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu.

15) Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai

informasi, baik buku, jurnal, majalah,koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya.

16) Pedulilingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.

17) Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya.

18) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.

Dokumen terkait