• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5. Peneliti Terdahulu

Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dalam mendukung penelitian ini, di antaranya;

18

1. Tren penilitian abdul rahman (2015) dengan judul : pembinaan narapidana anak ( study pada lembaga pemasyarakatan kelas 1 di kota makassar).

Tujuan penelitian ini sejauh mana pembinaan narapidana anak, khususnya yang berada dalam lingkup lembaga pemasyarakatan kelas 1 makassar terhadap sistem pembinaan narapidana yang ditempuh pada petugas lapas makassar. Penelitian ini juga ditujukan untuk mengetahui perihal menyangkut tentang pembinaan narapidana anak.

Penelitian ini menggumnakan metode deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini seluruh narapidana anak yang saat ini menjalani masa hukuman dalam lembaga pemasyarakatan kelas 1 makassar berjumlah 112 orang dan pegawai berjumlah adapun sampel yang dipilih sebanyak 6 anak dan pegawai 3 orang di bagian staf pembinaan pem masayarakatan.

Mengenai penanganan pembinaan narapidana.yang menjalani masa hukuman selama 8 bulan penjara berdasarkan vonis pengadilan negri makassar. Penarikan sampel dalam penelitian ini di tempuh dengan teknik wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di bidang spritual seperti pembinaan mengaji dan pembinaan ceramah. Dibidang moral/ahlak seperti pembinaan kedisiplinan. Dibidang fisik seperti pembinaan olahraga. Serta dibidang skil/keterampilan kreativitas narapidana dalam membuat karya contoh;

bingkai foto, kapal finis, dan menggambar.

Hal yang membedakan antara penelitian ini dengan penelitian penelitian yang dilakukakan oleh saya terletak pada fokus penelitian dimana Abdul rahman (2015)

19

menfokuskan pada sejauh mana sistem pembimnaan narapidana anak yang ditempuh para petugas lapas kelas I Kota makassar, sedangkan penulis menfokuskan penelitian pada penerapan fungsi msdm di lapas kelas I Kota makassar agar tercipta sdm yang berkompeten dalam membina narapidana.

2. Tren penelitian oleh Puspitasari (2017) dengan judul; pembinaan narapidana di rumah tahanan negara (studi dirumah tahanan negara kelas IIB Watansoppeng). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembinaan narapidana dirumah tahan kelas IIB watansoppeng dan untuk mengetahui kendala apa yang dihadapi dalam pelaksanaan pembinan narapidana dirumah tahanan negara kelas IIB Watansoppeng.

Penelitian ini dilakukan dirumah tahanan negara kelas IIB watansoppeng.

Data yang diperoleh berasal dari data prier dan data sekunder dengan menggunakan teknik pengumpulan data mwlalui wawancara, dan pengamatan/obserfasi kemudian diolah dan dianalisis berdasarkan rumusan masalah secara kualitatif.

Hasil penelit8ian ini menunjukan bahwapembinaan yang dilakukan dirumah tahanan negara kelas IIB watansoppeng dilaksanakan berdasarkan sistem pemasyarakatan yang telah sesuai dengan undang-undang nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan. Penerapan pembinaan narapidana dirumah tahan negara kelas IIB watansoppeng berdasarkan peraturan pemerintah nomor 31 tahun1999 tentang pembinaan dan pembimbingan warga bina belum dilaksanakan secara efektif. Adapun kendala dalam pelaksanaan

20

pembinaan narapidana yaitu faktor pendidikan , sarana prasarana, jumlah petugas dan pemasaran hasil keterampilan yang terbatas.

Hal yang membedakan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh saya terletak pada fokus penelitian dimana puspitasari (2017) memfokuskan penelitian pada penerapan pembinaan narapidana dirumah tahanan negara kelas IIB watansoppeng yang berdasarkan peraturan pemerintah no 31 tahun 1999.

sedangkan penulis menfokuskan penelitian pada penerapan fungsi msdm di lapas kelas I kota makassar agar tercipta sdm yang berkompeten dalam membina narapidana.

3. Tren penelitian oleh ovilia felicia dagi (2017) dengan judul pemenuhan hak pelayanan kesehatan terhadap narapidana di lembaga pemasyarakatan klas IIA sungguminasa kabupaten gowa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pemenuhan hak pelayanan kesehatan terhadap narapidana dilembaga pemasayarakatan kelas IIA sungguminasa kabupaten gowa dan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh aparat lembaga pemasyarakatan dalam melaksanakan pemenuhan hak mendapatkan pelayanan kesehatan terhadap narapidana di lembaga pemasayarakatan klas IIA sungguminasa kabupaten gowa.

Penelitian ini dilaksanakan dilembaga pemasyarakata kelas IIA sungguminasa kabupaten gowa. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan membandinmgkan pelaksanaan pemenuaan hak mendapatkan pelayanan kesehatan di lembaga pemasyarakatan kelas IIA sungguminsa gowa.

21

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pemenuhan hak mendapatkan pelayanan kesehatan dilembaga pemasyarakatan kelas IIA sungguminasa kabupaten gowa belum cukup baik karena pengadaan dan penyediaan obat yang terbatas, tenaga kerja petugas yang minim, serta peralatan medis yang belum memadai (2) kendala-kendala yang dihadapi oleh aparat lembaga pemasyarakatan dalam melaksanakan pemenuhan hak mendapatkan pelayanan terhadap narapidana dilembaga pemasyarakatan kelas IIA sungguminasa kabupaten gowa adalah fasilitas, kualitas, dan kuantitas pegawai.pembenaan terhadap lapas harus didukung oleh peningkatanh kualitas dan kemampuan aparatnya yang diarahkan untuk lebih profesional, memiliki integrasi , kepribadian sebagai panutan dan moral yang tinggi.

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh saya terletak pada fokus penelitian dimana Ovilia felycia dagi (2017) memfokuskan penelitian ini pada menganalisis pelaksanaan pemenuhan hak untuk mendapatakan pelayanan kesehatan bagi narapidana. sedangkan penulis menfokuskan penelitian pada penerapan fungsi msdm di lapas kelas I kota makassar agar tercipta sdm yang berkompeten dalam membina narapidana.

B. Kerangka Pikir

Menurut G.R Terry Manajemen sumber daya manusia adalah suatu ilmu atau cara bagaimana bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya atau tenaga kerja yang dimiliki individu secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapapai tujuan bersama perusahaan atau

22

karir. Penelitian ini berjudul Penerapan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Meningkatkan Tugas Polisi Khusus Pemasyarakatan di Lapas Kelas I Kota Makassar. Penelitian ini akan dianalisis melalui fungsi MSDM menurut George terry, adapun indikator atau variabelnya yaitu : Planning (perencanaan), Organizaing (Pengorganisasian), Actuating (Menggerakkan), Controlling (Pengawasan). Adapun gambaran bagan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Menurut G.R Terry Penerapan Fungsi MSDM dalam

Meningkatkan Tugas POLSUSPAS

Peningkatan Kompetensi Dalam Menjalankan Tupoksi POLSUSPAS di LAPAS Kelas 1

KotaMakassar Organizing

Planning Actuating Controlling

23 C .Fokus Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini terfokuskan pada Penerapan Fungsi MSDM Dalam Meningkatkan Tugas Polisi Khusus Pemasyarakatan (POLSUSPAS) di LAPAS Kelas I Kota Makassar.

Fokus penelitian ini ditempatkan pada Lapas Kelas I Kota Makassar khususnya dalam Penerapan Fungsi MSDM dalam Meningkatkan Tugas Polisi Khusus Pemasyarakatan di Lapas Kelas I Makassar, sehingga SDM dalam hal ini Polsuspas mempunyai kompetensi dalam tupoksinya masing-masing dalam melakukan atau melaksanakan tugas mereka dalam menanggulangi masalah- masalah lainnya yang terjadi di lapas kelas 1 kota Makassar yang sesuai dengan pembahasan sebelumnya di latar belakang, adapun yang menjadi indikator dalam yang akan saya jadikan acuan untuk melakukan penelitian nantinya di lapas yaitu;

Menurut G,R. Terry menyatakan bahwa fungsi-fungsi manajemen sumber daya manuisa meliputi beberapa hal;

a. Planning (perencanaan)

Perencanaan adalah menentukan tujuan-tujuan yang hendak di capai selama satu masa yang akan datang dan apa yang harus di perbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu, jadi masalah perencanaan adalah masalah memilih yang terbaik dari beberapa alternatif yang ada.

b. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian merupakan kegiatan dasar manajemen.

Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan menyusun seumur

24

yang disyaratkan dalam rencana, terutama sumber daya manusia.

Sedemikian rupa sehingga kegiatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan secara efesien dan efektif.

c. Actuating (Menggerakkan)

Actuating diartikan sebagai menggerakkan adalah manajemen untuk membuat orang lain suka dan dapat bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk bekerja sama dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi sesuai dengan rencana dan pengorganisasian.

d. Controling (Mengawasi)

Controling yaitu mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan menentukan sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan korektif dimana perlu, pengawasan, evaliasi maupun supervisi memiliki arti yang sama, yaitu menilai hasil kerja. Pelaksanaan pengawasan dilakukan oleh pihak-pihak yang kedudukannya lebih senior dari yang melaksanakan pekerjaan atau tugas.

C. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan dari kerangka pikir yang terdapat di atas, maka dapat kita temukian deskripsi fokus penelitian sebagai berikut:

1. Planning (Perencanaan), yaitu berkaitan dengan perencanaan yang menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan datang dalam sebuah institusi, seperti di Lapas kelas 1 Kota Makassar, yang dimana kegiatan penyeleksi calon Polsuspas dari awal seharusnya lebih baik seperti memilih jenis jurusan yang memang dibutuhkan dalam organisasi dan

25

memilih calon yang berintegritas tinggi serta inovatif dan mampu berdedikasi dalam menjalankan tugas, agar nantinya tidak salah penempatan dengan tugas dan fungsinya sehingga kompeten dalam bidang yang di embannya , memilih sebaik mungkin dan melatih tenaga sdm serta menilai performance (unjuk kerjanya) agar memenuhi tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian proses menentukan sasaran, alat, tuntutan-tuntutan, taksiran, pos- pos tujuan, pedoman dan kesepakatan (comitment) yang menghasilkan tenaga kerja atau pegawai yang berkompeten dalam bidangnya untuk membina secara baik narapidana yang ada di Lapas Kelas 1 Kota makassar, agar outcome dari narapidana tersebut berkualitas atau berdayaguna nantinya ketika mereka keluar dari lapas.

2. Organizing (Pengorganisasian), yaitu berkaitan dengan sistem pembagian tugas atau kelompok dari polsuspas itu sendiri yang dilakukan oleh kepala lapas agar lebih efektif dan efisien dalam melakukan berbagai tugas.

Sehingga mereka melakukan berbagai tugas atau kegiatan secara bersama- sama dalam membina narapidana dan saling berkommitmen untuk bekerja secara ikhlas dan penuh dedikasi dalam beranggapan untuk semata-mata mendidik dan memberdayakan narapidana agar ketika keluar narapidana betul-betul bisa berubah dan berdaya guna dimasyarakat. Karena selama ini masih banyak mantan narapidan yang kembali melakukan kebiasaan menyimpang yang pernah mereka lakukan sehingga mereka bisa masuk ke lapas dan direhab.

26

3. Actuating (Menggerakkan), yaitu berkaitan dengan peran aktif pemimpin atau manajemen yang seharusnya dilakukan oleh kalapas untuk membuat pegawai polsuspas suka dan dapat bekerja secara ikhlas serta bergairah seperti melakukan pengajaran atau pemberian masukan secara langsung kepada bawahan atau pegawai lapas untuk bekerjasama dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi sesuai dengan rencana dan pengorganisasian.

4. Controlling (Pengawasan), yaitu berkaitan dengan pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan dalam hal ini Kalapas dan mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan dan menentukan sebab-sebab penyimpangan- penyimpangan yang terjadi seperti penyimpangan yang terjadi di Lapas kelas Kota I Makassar bahwa masih banyaknya penyelundupan barang elektronik yang menjadikan citra Lapas Kelas I Kota Makassar tercemar di masyarakat, serta mengambil tindakan-tindakan korektif atasa permasalahan yang terjadi agar tidak terulamng kembali. Pimpinan atau kalapas Juga harus melakukan evaluasi maupun supervisi dengan tujuan menilai hasil kerja para pegawai lapas agar kejadian-kejadian yang ada di dalam lapas dapat diminimalisir atau bahkan dapat di antisipasi dan melakukan sanksi disiplin bahkan sampai pemberhentian ketika ada pegawai lapas yang kedapatan bekerjasama dengan narapidana dalam melakukan hal-hal yang menyimpang dari yang seharusnya.

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian berlangsung selama selama 2 Bulan. Dimulai dari tanggal 09 november sampai 09 januari 2020. Guna memperoleh data penelitian maka lokasi yang dipilih yaknki Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Kota Makassar. Dengan tujuan untuk mengetahui Bagaimana Penerapan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Meningkatkan Tugas Polisi Khusu Pemasyarakatan Di Lapas Kelas I Kota Makassar.

Alasan penentuan lokasi karena peneliti melihat masih banyaknya kasus atau permasalahan-permasalahan yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Kota Makassar yaitu masih adanya penyelundupan-penyeludupan barang elektronik seperti handpone.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Penerapan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Meningkatkan Tugas Polisi Khusus Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Kota Makassar berdasarkann permasalahan yang dibahas yaitu permasalahan yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Kota Makassar. Adapun tipe penelitian ini adalah deskriftif kualitatif. Alasan peneliti menggunakan tipe ini adalah untuk menggambarkan secara deskriftif bagaimana penerapan fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia. Deskriftif digunakan

28

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan deskrpsi kata-kata tertulis atau lisan dari informan.

C. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang ingin diperoleh adalah data empiris yang di dapatkan dari informan berdasarkan hasil wawancara.

Jenis data yang ingin di peroleh adalah mengenai Penerapan Fungsi Manajemen Sumber Daya Dalam Meningkatkan Tugas Polisi Khusus Pemasayarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Kota Makassar. Sedangkan data sekunder adalah berupa dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang terwujud laporan dan sebagainya.

D. Informan Penelitian

Informan yang diambil dari lingkungan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Makassar. Tujuan dipilihnya Informan penelitian adalah orang yang menurut peneliti paling banyak mengetahui atau terlibat langsung dalam melaksanakan proses pembinaan terhadap narapidana. Untuk memilih informan dalam penelitian, peneliti mendapatkannya dengan menggunakan metode purposive sampling yang berdasarkan pertimbangan peneliti. Pemilihan informan yang dipilih secara sengaja untuk memperoleh data informasi penelitian (purposive sampling) yang tujuannya untuk mengambil sampel secara subjektif dengan anggapan bahwa sampel yang dipilih merupakan keterwakilan (refresentatif) bagi peneliti, sehingga data yang dikumpulkan akan didapat langsung pada sumbernya

29

yang dapat dilakukan secara profesional demi keakuratan penelitian. Adapun yang menjadi sumber informasi dalam penelitian yakni;

2. Tabel 3.1 Informan Penelitian

No. Informan Inisial Jabatan

1. Mutzaini Amd.Ip, SH,MH MU Kepala Petugas Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KaKPLP)

2. Jawahir,SH,MH JA Seksi Bimkemas

3. Rusdi RU Staf Seksi Keamanan

4. Emmang EM Narapidana

5. Asrul AS Narapidana

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik dalam mengumpulkan data dengan menggunakan alat bantu buku untuk mencatat informasi serta kamera untuk menjadi bukti yang konkrit mengenai wawancara dengan pihak yang memahami permasalahan dalam hal ini dari KaKPLP Lapas, Bimkes, Staff Seksi Keamanan dan narapidana

b. Observasi

30

Untuk mendapat gambaran mengenai Penerapan fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Meningkatkan Tugas Polisi Khusus Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Kota Makassar maka peneliti melakukan observasi. Dimana peneliti datang di lokasi dan mengamati secara langsung kegiatan yang dilakukan serta mencatat gejala-gejala yang di selidiki.

c. Dokumentasi

Dokumentasi bisa berupa tulisan atau berita dari media online, arsip-arsip tertulis dari dinas yang terkait untuk membantu penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah langkah berikutnya untuk mengelola data dimana data yang di gunakan dikerja dan di manfaatkan sedemikian rupa untuk menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2017: 247) terdapat 3 (tiga) jenis model yaitu:

1. Reduksi Data (data reduction)

Data yang di peroleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama penliti dilapangan, maka jumlah data akan semakin banyak. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data, mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutny, dan mencarinya bila diperlukan.

31 2. Penyajian Data (data display)

Dalam penelitian kulitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (conclusion drawing and verification) Langkah ketiga dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang di kemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

G. Pengabsahan Data

Salah satu cara yang dilakukan oleh peneliti dalam pengujian kredabilitas data adalah denga triangulasi. Triangulasi dapat di artikan sebagai penegecekan kembali data dan berbagai sumber dengan berbagai tahap dan berbagai waktu.

Menurut Sugiyono, (2017: 274) ada 3 (t BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Objek Penelitian

1. Kondisi Geografis Kota Makassar

Kota Makassar sebagai salah satu daerah Kota di lingkungan Provinsi Sulawesi Selatan, secara yuridis formil didasarkan pada Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah - daerah Tingkat II di Sulawesi, sebagaimana yang tercantum dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

32

1959 Nomor 74 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia .Nomor 1822 Selanjutnya Kota Makassar menjadi Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1965, (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 94), dan kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1965 Daerah Tingkat II Kotapraja Makassar diubah menjadi Daerah Tingkat II Kotamadya Makassar.

Kota Makassar yang pada tanggal 31 Agustus 1971 berubah nama menjadi Ujung Pandang, wilayahnya dimekarkan dari 21 km2 menjadi 175,77 km2 dengan mengadopsi sebagian wilayah kabupaten tetangga yaitu Gowa, Maros, dan Pangkajene Kepulauan, hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1971 tentang Perubahan Batas-batas Daerah Kotamadya Makassar dan Kabupaten-kabupaten Gowa, Maros dan Pangkajene dan Kepulauan dalam lingkup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

Pada perkembangan selanjutnya nama Kota Ujung Pandang dikembalikan menjadi Kota Makassar lagi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 tentang Perubahan Nama Kotamadya Ujung Pandang menjadi Kota Makassar, hal ini atas keinginan masyarakat yang didukung DPRD Tk.II Ujung Pandang saat itu, serta masukan dari kalangan budayawan, seniman, sejarawan, pemerhati hukum dan pelaku bisnis. Hingga saat ini Kota Makassar memasuki usia 406 tahun sebagaimana Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2000 yang menetapkan hari jadi Kota Makassar yaitu tanggal 9 Nopember 1597.

2. Sejarah Berdirinya Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Kota Makassar

33

Pada mulanya Lembaga Pemasyarakatan Klas I Kota Makassar berlokasi di tengah kota tepatnya di jalan Ahmad Yani Makassar, tetapi sejalan dengan berlaku dan diterapkannya sistem Pemasyarakatan sebagai satu-satunya sistem pembinaan warga binaan di Indonesia. Maka berdasarkan pertimbangan-- pertimbangan yaitu bentuk bangunan sudah tidak sesuai dengan sistem pemasyarakatan, sarana dan prasarana yang dibutuhkan bagi pelaksanaan pembinaan narapidana sangat terbatas dan tidak mungkin untuk dikembangkan lagi mengingat letaknya yang ditengah kota, lokasi atau letak Lembaga Pemasyarakatan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan keindahan tata kota yang semakin meningkat. Untuk menghindari warga binaan dan pikiran atau keinginan-keinginan negatif mengingat letak Lembaga Pemasyarakatan berada di pertengahan atau berdekatan dengan pusat pertokoan dan perkantoran serta berdekatan dengan pusat hiburan.

Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka pada tanggal 16 Oktober 1975 Lembaga Pemasyarakatan yang lama tersebut dipindahkan kepinggiran kota, tepatnya di jalan Sultan Alauddin Makassar yang pemakaiannya diresmikan oleh Walikota Ujung Pandang pada waktu itu, yaitu H. M. Dg.

Patompo.Pada awal berdirinya dan penggunaannya Lembaga Pemasyarakatan Klas I Makassar mempunyai sarana dan prasarana yang terdiri dari : 7 ruang kantor, 4 blok hunian untuk warga binaan dan tahanan, 1 blok pengasingan dan 1 ruang peribadatan.

3. Kondisi Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Kota Makassar

34

Pada akhir Oktober 1983, Lembaga Pemasyarakatan Klas I Kota Makassar telah memiliki sarana dan prasarana fisik yang memadai bagi pelaksanaan pembinaan narapidana, antara lain sarana perkantoran, yang terdiri dari dua unit masing-masing unit terdiri dari beberapa ruang kantor, sarana perawatan, yang terdiri dari satu untuk balai pengobatan dan satu unit dapur, sarana peribadatan, yang terdiri dari satu bangunan mesjid dan satu bangunan gereja, sarana pendidikan, yang terdiri dari tiga ruang belajar dan ruang perpustakaan, sarana kerja, yang terdiri dari satu aula bengkel kerja, tiga ruangan bengkel kerja, tanah pertanian yang terletak disamping kiri dan kanan tembok luar Lembaga Pemasyarakatan, sarana olah raga, yang terdiri dari satu lapangan sepak bola, satu lapangan bulu tangkis, dua lapangan bola volley, dua lapangan sepak takraw dan dua meja tenis meja, sarana sosial, terdiri dari tempat kunjungan keluarga, aula pertemuan, dan ruang konsultasi/interview, sarana transportasi, terdiri dari empat mobil dinas.

Selanjutnya pada tahun 1999 Lembaga Pemasyarakatan Klas I Makakssar mengalami musibah kebakaran dan menghanguskan hampir seluruh bangunan yang ada. Dan pada tahun 2000 Lembaga Pemasyarakatan Klas I Kota Makassar melaksanakan proyek rehabilitasi phisik.

Hingga akhirnya pada saat ini bangunan Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Kota Makassar dengan prototype bangunan Lapas standar yaitu Blok hunian yang terdiri dari 9 blok bertingkat, disebelah kiri dan kanan atau depannya terdapat lapangan sepak bola/volley dan bisa juga digunakan untuk tempat senam serta lapangan upacara. Bagian belakang membentang bangunan untuk bengkal

35

kegiatan kerja dan gudang hasil produksi, dibagian depan membentang bangunan kantor tidak bertingkat yang ditepi-tepinya terdapat pintu gerbang (Portir) serta pertamanan di antara ruang–ruang perkantoran yang berhadapan. Pos penjagaan yang terletak diatas dinding terdapat 6 buah yang berjarak 60 M s/d 80 M satu sama lain. Sedangkan didalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Makassar terdapat 1 ruang untuk sandera pajak, Ruang dokter dan klinik rawat inap 2 buah, Ruang keterampilan dan ruang pendidikan, 1 bangunan Mesjid, 1 bangunan gereja, Dapur dan gudang beras, Tempat besukan berada dibelakang pintu IV pada tempat yang rimbun.

Adapun luas bangunan blok hunian Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Makassar dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 4.1 Luas bangunan Blok Hunian

Blok Hunian Luas Bangunan Jumlah

A 528,44 M2 X 2 1.056,88 M2

B 528,44 M2 X 2 1.056,88 M2

C 528,44 M2 X 2 1.056,88 M2

D 528,44 M2 X 2 1.056,88 M2

E 528,44 M2 X 2 1.056,88 M2

F 240 M2 Lt.1 240 M2 Lt.1

G 528,44 M2 X 2 1.056,88 M2

H 528,44 M2 X 2 1.056,88 M2

Dokumen terkait