• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam dokumen analisis daya saing komoditas kedelai (Halaman 33-40)

DAFTAR TABEL

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu ini memuat tentang penelitian yang telah dilakukan mengenai kondisi kedelai di Indonesia. Penelitian terdahulu ini sebagai rujukan penelitian yang penulis lakukan, beberapa penelitian terdahulu yang relevan secara ringkas tersaji pada tabel berikut:

20 Tabel 2. Ringkasan Beberapa Penelitian Terdahulu yang Relevan

No. Judul Penelitian Metode Analisis

Hasil Penelitian

1. Analisis Daya Saing Kedelai Indonesia (Willy,

Pratama., 2015

Analisis Regresi

Ordinary Least Square (OLS)

Produksi kedelai dan ekspor kedelai Indonesia berpengarus secara signifikan terhadap peningkatan daya saing kedelai Indonesia.

Nilai probabilitas produksi kedelai seniai 0.0246 < a=5%, (0,05) dan nilai probabilitas ekspor senilai 0,0000 < a=5%, (0,05) yang berarti kedua variabe ini mempengeruhi secara signifikan.

Nilai tukar dan kebijakan pemerintah tidak mempengaruhi daya saing kedelai Indonesia karena nilai probabilitas nilai tukar senilai 0,0805 > a=5%, (0,05) serta nilai probabilitas kebijakan pemerintah 0,1188

>a=5%, (0,05) 2. Analisis Daya

Saing dan Strategi

Pengembangan Kedelai Lokal di Indonesia (Dinar,

Prihastika, Sari,. 2011)

Porter’s Diamond Analyse, Analisis SWOT, Arsitektur Strategik

Berdasarkan Porter’s Diamond Analyse diperoleh keterikatan antara komponen pada Porter’s Diamond System dimana komponen yang saling mendukung pada komponen utama lebih sedikit bila dibandingkan dengan komponen yang tidak saling mendukung. Hal ini menunjukkan bahwa analisis daya saing kedelai lokal di Indonesia lemah. Namun komponen pendukung pada Porter’s Diamond Sisytem sangat mendukung komponen utama.

Berdasarkan analisis SWOT, diperoleh sepuluh alternatif strategi yang dapat

21 digunakan untukmengembangkan agribisnis kedelai lokal di Indonesia: (1) peningkatan produksi kedelai lokal, (2) pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) enguatan kelembagaan, (4) membentuk kerjasama dengan lembaga permodalan non bank (5) mengatur ketersediaan benih dan pupuk pada sentra produksi kedelai (6) meningkatkan peran kelompok tani dalam mendukung pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia (7) melakukan sosialisasi dan promosi agribisnis kedelai lokal (8) melakukan bimbingan dan pembinaan petani kedelai lokal (9) pembatasan volume impor (10) membentuk lembaga stabilitas harga kedelai.

3. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Ekspor Jagung Indonesia di Pasar Malaysia Pra dan Pasca Krisis

Ekonomi (Yosep, Fernando,.

2009)

Revelead Comparative Advabtage (RCA),

Regresi Linear Berganda

Hasil yang diperoleh dari analisis daya saing jagung Iindonesia pada saat pra krisis ekonomi dengan menggunakan metode RCA menunjukkan bahwa ekspor jagung Indonesia memiliki keunggula komparatif atau berdaya saing. Pada saat setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1999 hingga 2008 jagung Indonesia yang diperdagangkan di pasar Malaysia dengan jenis jagung 1005 memiliki keunggulan komparatif berdaya saing haya pada tahun 1999. Harga jagung domestik memiliki hubungan yang negatif terhadap ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia.

Variabel volume produksi memiliki

22 hubungan yang positif terhadap ekspor jagung dengan koefisien regresi sebesar 0,0018 yang berarti setiap kenaikan rata-rata jagung yang diekspor sebesar satu ton maka akan menaikkan volume produksi jagung sebesar 0.0018 ton, cateris paribus. Pada varibel harga ekspor jagung Indonesia memilik hubunga yang positif terhadap ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia.

Variabel volume impor jagung Indonesia memiliki hubungan yang negatif dengan ekspor jagung Indonesia.

4. Analisis Daya Saing Kedelai di Jawa Timur (Muhammad, Firdaus,. 2008)

Policy Analysis Matrix (PAM)

Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) perkembangan luas area panen dan produksi kedeai mengalami penurunan, sedangkan perkembangan produktivitas mengalami peningkatan setiap tahunnya (2) usahatani kedelai, yang berada di Jember dan Banyuwangi secara privat efisien (3) usahatani kedelai di Jember memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, sedangkan Banyuwangi tidak memiliki keunggulan komparatif tetapi memiliki kompetitif (4) kebijakan pemerintah memberikan dampak positif bagi usahatani kedelai (5) penurunan harga input tradable meningkatkan keunggulan kompetitif, sedangkan kenaikan harga input tradable mengakibatkan penurunan keunggulan kompetitif (6) penurunan harga output mengakibatkan penurunan keunggulan

23 kompetitif dari usahatani kedelai (7) penurunan produksi kedelai mengakibatkan penurunan keunggulan kompetitif dari usahatani kedelai.

5. Anaisis Daya Saing dan Kebijakan Pemerintah Terhadap Usahatani Padi, Jagung dan Kedelai Provinsi Jawa Tengah

(Aisyah, Nurayati,.

2015)

Policy Analiysis Matrix (PAM)

Hasil analisis PAM dalam penelitian ini menunjukkan usahatani padi Kabupaten Cilacap serta usahatani jagung Kabupaten Grobongan memiliki daya saing keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif.

Sedangkan usahatani kedelai Kabupaten Grobongan hanya memiliki daya saing keunggulan kompetitif. Secara keseluruhan kebijakan pemerintah telah mampu memproteksi usahatani padi Kabupaten Cilacap, namun belum memproteksi usahatani jagung dan kedelai Kabupaten Grobonga. Analisis sensitivitas menunjukkan keuntungan dan daya saing usahatani sensitif terhadap variabel perdagangan internasional seperti perubahan harga internasiona komoditas beras, jagung dan kedelai, perubahan harga internasional pupuk, perubahan upah tenaga kerja, perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan perubahan kebijakan tarif inpor komoditas.

6. Daya Saing dan Dampak Kebijakan Komodias

Policy Analysis Matrix (PAM)

Hasil analisis menunjukkan bahwa pengusaha komoditas kedelai di Kabupaten lamongan tidak menguntungkan dan tidak efisien secara finansial dan ekonomi.

24 Kedelai

Domestik di Kabupaten Lamongan Povinsi Jawa

Timur (

Syahrul, Ganda, Sukmaya,.

2016)

Berdasarkan indikator daya saing yaitu PCR dan DRCR, menunjukkan bahwa sistem usahatani kedelai di Kabupaten Lamongan tidak memiliki daya saing , nilai koefisien PCR>1 dan DRCR>1, hal ini berarti sistem usahatani kedelai tida kompetitif dan tidak efisien. Berdasarkan indikator transfer input, menunjukkan bahwa pemerintah melakukan kebijakan subsidi terhadap imput pupuk. Berdasakan indikator trasfer output, menjelaskan bahwa dengan adanya kebijakan atau interverensi pemerintah terhadap output kedelai lebh menguntungkan konsuumen, karena konsumen membei output kedelai dengan harga yang lebih rendah dari harga sebenarnya. Kebijakan pemerintah terhadap input-output usahatani kedelai merugikan usahatani kedelai di Lamongan.

7. Analisis Daya Sang Kedelai Indonesia (Sarwono, Willy, Pratama,.

2014)

Ordinary Least Square (OLS)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produksi dan ekspor berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap daya saing kedelai Indonesia.

8. Analisis Permintaan Kedelai di Indonesia

Regresi Linear Berganda

Analisis regresi menunjukkan bahwa permintaan kedelai di Indonesia di pengaruhi sebagian oleh harga dari ayam, pendapatan per kapita, dan tingkat inflasi.

25 (Septi Rostika

Anjani,

Dwidjoko Hadi Darwanto, Jangkung Handoyo Mulyo,. 2015)

Elastisitas harga permintaan kedelai di Indonesia adalah inelastis, yaitu sebesar 0,22. Sementara elastisitas pendapatan dari permintaan untuk kedelai adalah positif yang berarti bahwa kedelai adalah barang pokok bagi masyarakat Indonesia.

9. Analisis Daya Saing

Usahatani Kedelai di Das Brantas

(Masjidin Siregar, Sumaryanto,.

2003)

Policy Analysis Matrix (PAM)

Hasil analisis memperlihatkan bahwa penerimaan bersih untuk pengelola (returns to management) adalah negatif. Ini berarti bahwa komoditas kedelai tidak memiliki keunggulan kompetitif yang dipertegas lagi oleh nilai PCR sekitar satu. Nilai DRC yang berada disekitar satu juga menunjukkan bahwa komoditas kedelai memiliki keunggulan komparatif yang lemah. Dari analisis titik impas diperoleh kesimpulan bahwa komoditas kedelai akan mempunyai daya saing finansial jika harga kedelai dunia naik paling sedikit 8,5 persen, atau nilai tukar dolar terhadap rupiah paling sedikit turun 9,2 persen atau produktivitas kedelai naik paling sedikit 27,4 persen, ceteris paribus. Dengan perkataan lain harus ada upaya peningkatan efisiensi tanaman kedelai melalui peningkatan produktivitas dengan penggunan benih bermutu serta pupuk berimbang.

10. Analisis Daya Saing

Revealed Comparatif

Hasil peneitian ini menunjukkan bahwa komoditas lada di Indonesia mempunyai

26 Komoditas

Lada di

Indonesia (Fenni Irmawati, 2018)

Advantage (RCA)

daya saing komperatif dengan nilai RCA rata-rata 18,71. Faktor-faktor yang berpengaru secara simultan yaitu produksi lada, harga lada di Indonesia, harga lada dunia, dan nilai tukar. Faktor (variabel) yang berpengaruh nyata terhadap daya saing (RCA) adalah nilai tukar, variabel nilai tukar mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0.001421. nilai koefisien dari variabel tersebut menunjukkan korelasi positif dan berpengaruh nyata pada arah kepercayaan 90 persen (0,0735 <0,1).

Dalam dokumen analisis daya saing komoditas kedelai (Halaman 33-40)

Dokumen terkait