Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya saing produk kedelai Indonesia dan faktor apa saja yang mempengaruhi daya saing kedelai Indonesia. Tingginya nilai produksi kedelai dan nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap daya saing produk kedelai Indonesia. Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal yang berjudul Analisis Daya Saing Komoditas Kedelai Indonesia ini.
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Rumusan Masalah
- Kegunaan Penelitian
Daya saing menjadi hal yang sangat penting bagi suatu komoditas atau industri di era pasar bebas saat ini. Bahan baku yang mempunyai peranan strategis bagi suatu negara, apabila tidak mempunyai daya saing yang baik maka pemenuhannya akan bergantung pada impor dari negara lain yang mempunyai daya saing lebih baik. Suatu barang dapat bersaing di pasar karena adanya dukungan kebijakan pemerintah (intervensi), meskipun barang tersebut tidak memiliki daya saing (Saptana, 2010).
TINJAUAN PUSTAKA
- Komoditas Kedelai
- Konsep Perdagangan Internasional
- Teori Klasik
- Pengertian Ekspor
- Konsep Ekspor
- Konsep Daya Saing Komoditas
- Keunggulan Komparatif
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Komoditas
- Penelitian Terdahulu yang Relevan
- Kerangka Pemikiran
Pengertian daya saing mengacu pada kemampuan suatu negara dalam memasarkan produk yang dihasilkan negara tersebut dibandingkan dengan kemampuan negara lain (Silalahi dalam Bappenas, 2007). Pengertian daya saing adalah tingkat produktivitas yang diartikan sebagai output yang dihasilkan oleh tenaga kerja (Michael Porter: 1990). Sedangkan pengertian daya saing adalah keunggulan yang membedakan dengan yang lain, yang terdiri dari keunggulan komparatif (faktor keunggulan komparatif) dan keunggulan kompetitif (faktor keunggulan kompetitif) (Tambunan, 2001).
14 Konsep daya saing dalam perdagangan internasional berkaitan dengan keunggulan yang dimiliki suatu komoditas atau kemampuan suatu negara untuk memproduksi komoditas tersebut dengan lebih efisien dibandingkan negara lain. Daya saing suatu komoditas atau industri ekspor suatu negara dapat dianalisis dengan berbagai metode atau diukur dengan sejumlah indikator. Dampak kenaikan harga dalam negeri adalah peningkatan pendapatan yang kemudian meningkatkan daya saing komoditas.
Produksi kedelai dan ekspor kedelai Indonesia memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan daya saing kedelai Indonesia. Hasil yang diperoleh dari analisis daya saing jagung Indonesia pada masa pra krisis ekonomi dengan menggunakan metode RCA menunjukkan bahwa ekspor jagung Indonesia mempunyai keunggulan komparatif atau kompetitif. Analisis Daya Saing dan Kebijakan Pemerintah Terhadap Usahatani Padi, Jagung dan Kedelai di Provinsi Jawa Tengah.
Hasil analisis PAM pada penelitian ini menunjukkan bahwa budidaya padi di Kabupaten Cilacap dan budidaya jagung di Kabupaten Grobongan memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produksi dan ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap daya saing kedelai Indonesia. Penelitian ini menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kedelai Indonesia.
METODE PENELITIAN
- Lokasi dan Waktu Penelitian
- Jenis dan Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Analisis Data
- Revelaed Comparative Advantage (RCA)
- Analisis Regresi Linear Berganda
- Letak Geografis
- Kondisi Demografis
- Kondisi Pertanian Kedelai Indonesia
Nilai indeks RCA sama dengan satu yang berarti tidak ada kenaikan RCA atau ekspor kedelai Indonesia ke pasar internasional pada tahun ini sama dengan tahun lalu. Revealed Comparative Advantage (RCA) merupakan metode yang digunakan untuk mengukur keunggulan komparatif di Sulawesi Selatan atau analisis yang digunakan untuk mengetahui daya saing suatu barang di Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dengan jumlah penduduk sebesar 265,015 juta jiwa pada tahun 2018 dan juga merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.
Dimana Suku Jawa merupakan suku terbesar dengan jumlah penduduk mencapai 41,7 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Dimana jumlah penduduk usia produktif (usia 15-6 tahun) sebanyak 183,36 juta jiwa, sedangkan penduduk usia non-produktif (usia di atas 65 tahun) sangat rendah yaitu sekitar 6,51 persen dari jumlah penduduk. Sentra produksi kedelai di Indonesia tersebar di beberapa provinsi antara lain Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Aceh, dan Lampung.
Produksi kedelai di Indonesia mempunyai banyak kendala, yaitu permintaan pasar dalam negeri terhadap produk kedelai tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga kedelai harus diimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kita sudah tahu bahwa Indonesia adalah negara agraris, namun pertumbuhan penduduk yang terus meningkat mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan menjadi perumahan dan perkantoran. Berkurangnya lahan pertanian inilah yang menjadi faktor utama menurunnya produktivitas kedelai di Indonesia, salah satu contoh kecilnya adalah lahan pertanian pada tahun 1992.38 Indonesia masih berkisar 1,7 juta hektar, dan dalam sembilan tahun berikutnya, luas lahan pertanian akan berkurang. lahan di Indonesia berkurang drastis menjadi hanya 550 ribu hektar.
Di Indonesia sendiri, tanaman kedelai hanya dijadikan tanaman sela bersama dengan tanaman lain seperti jagung, kacang-kacangan, dan tanaman lainnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
- Perkembangan Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Kedelai Indonesia Indonesia
- Luas Lahan dan Produksi Kedelai di Indonesia
- Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Kedelai Indonesia
- Perkembangan Volume Ekspor Kedelai Indonesia
40 Pada gambar di atas (Gambar 2.) terlihat bahwa luas lahan dan produksi kedelai di Indonesia sering mengalami fluktuasi, dimana pada tahun 1989 luas lahan kedelai meningkat hingga empat tahun berikutnya yaitu pada tahun 1992 dengan jumlah total luas tanah 1.665,71 hektar. Hal ini tentu saja dibarengi dengan peningkatan produksi kedelai: dari tahun 1989 total produksi kedelai Indonesia sebanyak 1.315.113 ton dan meningkat hingga tahun 1992 dengan total produksi 1.869.713 ton. Situasi ini juga menjadikan tahun 1992 sebagai tahun produksi dan luas lahan tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. tahun 1989-2018 dengan rata-rata luas lahan 865,47 hektar dan total produksi 1.073.585 ton. Pada tahun 1993 sampai tahun 1998 luas lahan dan produksi kedelai mengalami fluktuasi, namun pada tahun 1995 luas lahan dan produksi kedelai meningkat sebesar 5,01 persen dan kembali turun pada tahun berikutnya hingga tahun 1998.
Pada tahun 2000, luas lahan kedelai mengalami penurunan sebesar 28,37 persen dengan total produksi sebesar 1.017.634 ton. Pada tahun 2001 hingga 2003, produksi kedelai Indonesia terus menurun dari 826.932 ton pada tahun 2001 menjadi 671.200 ton di Provinsi Jawa karena hal ini terjadi di Provinsi Tengah. tidak menghasilkan kedelai sehingga berdampak pada produksi kedelai nasional. 41 mengalami peningkatan luas lahan dan produksi sehingga mengakibatkan peningkatan luas lahan sebesar 11,73 persen pada tahun 2005. Pada tahun 2006, kedelai Indonesia kembali mengalami penurunan luas lahan sebesar 6,60 persen hingga pada tahun 2007 dengan luas lahan sebesar 459,12 hektar, hal. Hal ini juga diikuti dengan penurunan produksi kedelai sebesar 7,151 persen pada tahun 2006 dan 20,74 persen pada tahun 2007.
Pada tahun 2008, luas lahan dan produksi kedelai meningkat, dengan luas lahan 590,96 hektar dan produksi 775.491 ton. Namun pada periode tahun 2010 hingga tahun 2013, produksi kedelai kembali mengalami penurunan dengan persentase sebesar 6,92 persen pada tahun 2010. Hal ini disebabkan oleh penurunan luas lahan dalam tiga tahun terakhir sedangkan persentase peningkatannya mencapai 2,96 persen pada tahun 2013.43 disebabkan oleh penurunan luas lahan dan produksi kedelai di beberapa sentra kedelai antara lain di provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Aceh, dan Lampung.
Sejak tahun 2013 hingga tahun 2018, produktivitas kedelai di Indonesia berfluktuasi akibat berkurangnya luas lahan nasional. Pada tahun 2013, produktivitas kedelai meningkat sebesar 14,16 ton/ha.
Volume Ekspor Kedelai di Indonesia
Perkembangan Nilai Ekspor Kedelai Indonesia
Nilai Ekspor Kedelai Indonesia
Pada tahun 2002 hingga 2004, nilai ekspor kedelai Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan, dengan total nilai ekspor sebesar US$152 pada tahun 2002 dan US$501 pada tahun 2004. Pada tahun 2006, nilai ekspor kedelai Indonesia sebesar US$2.891 dolar, setara dengan nilai kedelai Indonesia. ekspor mengalami penurunan selama tiga tahun berturut-turut juga dimulai pada tahun 2007 dengan kontribusi sebesar 2.252 dollar AS, pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 4,19 persen dengan total kontribusi sebesar 1.405 dollar AS dan pada tahun 2008 kontribusi sebesar 342 dollar AS. Pertumbuhan nilai ekspor kedelai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2012 dengan jumlah sebesar 1593 dollar Amerika dan terendah terjadi pada tahun 2010 dengan jumlah sebesar 343 dollar Amerika. 24.26 tahun 2011, nilai ekspor kedelai sebesar 438 dollar Amerika. dollar Amerika, meningkat 14,15 persen dari tahun sebelumnya, pada tahun 2012 nilai ekspor kedelai sebesar 1.593 dolar Amerika, pada tahun 2013 nilai ekspor turun sebesar 459 dolar Amerika, dan pada tahun 2014 nilai ekspor kedelai sebesar 24.415 dolar Amerika. dolar AS dan merupakan tahun dengan nilai ekspor terbesar dalam 30 tahun terakhir.
Nilai RCA Kedelai di Indonesia
Analisis Daya Saing Komoditas Kedelai Indonesia
50 Grafik di atas dapat menjelaskan sesuatu mengenai perkembangan daya saing bahan baku kedelai Indonesia, dimana nilai RCA bahan baku kedelai seringkali mengalami fluktuasi selama tiga puluh tahun terakhir. Pada tahun 1989 nilai RCA bahan baku kedelai sebesar 0,00267 dan pada tahun berikutnya meningkat dengan kenaikan sebesar 5 persen pada tahun 1990 dengan nilai RCA sebesar 0,00544. Pada tahun 1991, nilai RCA kedelai Indonesia mengalami penurunan sebesar 1 persen dengan nilai total sebesar 0,00436, dan pada tahun 1992 kembali meningkat dengan peningkatan menjadi 0,02307, namun pada tahun 1993 hingga tahun 1994, nilai RCA kedelai mengalami penurunan hingga 68 persen dengan nilai RCA sebesar 0,00017.
Total nilai RCA kedelai Indonesia pada tahun 1997 adalah sebesar 0,00157, lebih tinggi 1431 persen dibandingkan tahun sebelumnya.Pada tahun 1998, nilai RCA turun menjadi 0,00014, menjadi tahun dengan nilai RCA terendah dalam 30 tahun terakhir, dan pada tahun berikutnya. (1999) meningkat dengan total nilai RCA sebesar 0,00027. Pada tahun 2005 nilai RCA mengalami penurunan sebesar 7 persen dengan nilai 0,00371, pada tahun berikutnya (2006) meningkat dengan nilai 0,02123 dan pada empat tahun berikutnya.
Nilai Indeks RCA Kedelai Indonesia
Nilai Indeks RCA Kedelai di Indonesia
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Komoditas Kedelai di Indonesia
Hal ini menunjukkan bahwa keempat variabel independen (produksi kedelai, harga kedelai, harga kedelai dunia dan nilai tukar) yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing (RCA) kedelai Indonesia secara simultan (simultan) meningkatkan kebangkitan dan mempengaruhi keruntuhan perekonomian. daya saing kedelai indonesia, persaingan. Hasil estimasi analisis di atas juga menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh nyata terhadap daya saing (RCA) adalah produksi kedelai; variabel produksi kedelai mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 1,784. Nilai koefisien variabel nilai tukar sebesar 0,954 dan secara statistik nilai tersebut menunjukkan korelasi positif dan berpengaruh nyata terhadap 90 persen kepercayaan daya saing (RCA) kedelai Indonesia.
Karena berkorelasi positif dengan daya saing (RCA) yang secara kuantitatif berarti jika nilai tukar naik 1 persen maka daya saing (RCA) kedelai Indonesia meningkat sebesar 0,954. Namun menurut (Willy dan Sarwono, 2014), variabel nilai tukar tidak berpengaruh terhadap peningkatan daya saing kedelai di Indonesia. Nilai koefisien variabel harga kedelai Indonesia sebesar -0,077. Nilai variabel ini menunjukkan korelasi negatif dengan daya saing (RCA) dan tidak berpengaruh signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 90 persen (0,5297 > 0,010) terhadap daya saing (RCA). kedelai Indonesia.
Variabel ini mempunyai korelasi negatif dengan daya saing (RCA) yang berarti secara kuantitatif apabila harga kedelai Indonesia naik sebesar 1 persen maka daya saing (RCA) kedelai Indonesia akan menurun sebesar -0,077. Nilai koefisien variabel harga kedelai dunia sebesar 0,077. Nilai tersebut menunjukkan korelasi positif dengan daya saing (RCA), namun secara statistik tidak mempunyai pengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 90 persen (0,4970 > 0,010) terhadap daya saing kedelai Indonesia. Artinya, jika harga kedelai dunia naik sebesar 1 persen, maka secara kuantitatif daya saing (RCA) kedelai Indonesia akan melemah sebesar 0,077.
Teori ini tidak sejalan dengan hasil penelitian, dimana jika harga dunia naik maka daya saing Indonesia akan melemah.
KESIMPULAN DAN SARAN
- Kesimpulan
- Saran
Dalam rangka meningkatkan produksi komoditas kedelai di Indonesia, perlu dilakukan sosialisasi dan pembinaan kepada para petani untuk memanfaatkan lahan kosong sebagai lahan budidaya kedelai. Analisis Daya Saing dan Kebijakan Pemerintah Produksi Padi, Jagung dan Kedelai di Provinsi Jawa Tengah. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Jagung Indonesia di Pasar Malaysia Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi.