• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. KEGIATAN

8. PENGANGKUTAN

14) Pengolahan Mineral Bukan Logam dan Batuan

a) pengolahan mineral bukan logam dan batuan dilakukan dengan cara:

(1) pengecilan ukuran (comminution);

(2) pemilahan (screening/sizing);

(3) pemolesan (polishing);

(4) pembakaran (kalsinasi);

b) pengolahan mineral bukan logam dan batuan dilakukan:

(1) pencatatan volume hasil pengecilan ukuran (comminution) dan pemisahan berdasarkan ukuran (sizing).

(2) dalam hal pengolahan menggunakan alat peremuk (crusher), pembatasan kapasitas operasi pengecilan ukuran (comminution) dan pemisahan berdasarkan ukuran (sizing) tidak boleh lebih dari 95% (sembilan puluh lima persen) dari kapasitas terpasang;

(3) dalam hal pengolahan menggunakan ayakan (screening), pembatasan material yang tidak lolos ayakan sebanyak-banyaknya tidak lebih dari 15%

(lima belas persen) dari umpan (feed);

(4) dalam hal pengolahan menggunakan alat potong (cutting stone), ukuran blok yang dipotong memperhatikan kapasitas alat potong.

4) rencana pengangkutan dan rencana kerja teknis pengangkutan paling kurang memuat:

a) sistem pengangkutan

sistem pengangkutan paling kurang memuat metode dan pertimbangan penetapan jenis pengangkutan.

b) kapasitas pengangkutan

kapasitas pengangkutan paling kurang memuat target pengangkutan, jenis material dan kapasitas angkut.

c) jalur dan jarak pengangkutan

jalur dan jarak pengangkutan paling kurang dimensi, peta jalur, lokasi, dan jarak angkut.

d) daya dukung jalur pengangkutan

daya dukung jalur pengangkutan paling kurang terdiri atas sifat fisik dan mekanik tanah/litologi, jenis, dan profil perkerasan serta kekuatan jalur angkut.

e) peralatan pengangkutan

peralatan pengangkutan paling kurang memuat jenis, jumlah, kapasitas, dan unjuk kerja peralatan.

f) perawatan dan pemeliharaan jalan tambang/produksi pemeliharaan dan perawatan jalur angkut paling kurang memuat jadwal pemeliharaan dan perawatan rutin, dan/atau perkerasan jalan.

g) unjuk kerja peralatan

unjuk kerja peralatan paling kurang terdiri atas kesediaan fisik atau physical availability (PA), kesediaan mekanik atau mechanical availability (MA), utilization of availability (UA), effective utilization (EU), dan produktivitas.

b. Pelaksanaan Pengangkutan 1) Ketentuan Umum

a) pelaksanaan pengangkutan tidak boleh melebihi 80%

(delapan puluh persen) dari kapasitas jalur pengangkutan;

b) pelaksanaan pengangkutan tidak boleh melebihi kekuatan daya dukung jalur pengangkutan;

c) dalam hal pengangkutan menggunakan atau melewati jalur angkutan umum maka mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan;

d) volume dan berat komoditas tambang/mineral atau batubara yang diangkut dilakukan pengukuran dan pencatatan;

e) pengangkutan material berbentuk pasiran terlebih dahulu dilakukan pengurangan kadar air sampai memenuhi ketentuan transportation moisture limit;

f) Kepala Teknik Tambang menetapkan tata cara baku pelaksanaan pengangkutan, pemeliharaan dan perawatan serta pengaturan lalu lintas di jalur angkut;

2) Pengangkutan dengan Truk

a) dalam rangka singkronisasi peralatan, kapasitas truk pengangkut dari permuka kerja mampu memuat material tidak boleh lebih dari 5 (lima) kali pengisian dan tidak boleh kurang dari 3 (tiga) kali pengisian dari alat gali-muat;

b) dalam hal ketebalan lapisan mineral dan/atau batubara kurang dari 50 (lima puluh) centimeter dilakukan pengumpulan dengan alat tertentu sebelum dilakukan pemuatan atau berdasarkan kajian teknis;

c) pengangkutan material dengan menggunakan truk tidak boleh melebihi kapasitas muat dan beban muat serta tidak boleh kurang dari 90% (sembilan puluh persen) kapasitas angkut dan beban muat;

d) jalan tambang/produksi menggunakan truk dapat dibuat atau disediakan tempat istirahat dan jalur putar berdasarkan kebutuhan, jarak jalan, dan kepadatan kendaraan yang melintas;

e) tempat istirahat mempertimbangkan dimensi unit terbesar yang menggunakan jalan tambang/produksi dan prosedur pengaturan keluar masuk kendaraan;

f) dalam rangka rekonsiliasi data muatan dan mencegah atau menghindari kelebihan dan kehilangan material angkut pada jenis pengangkutan menggunakan truk dipasang jembatan timbang untuk dapat mengetahui berat dan/atau volume material yang diangkut;

g) dalam hal pengangkutan dump truck dilanjutkan menggunakan konveyor maka rekonsiliasi data muatan dapat dilakukan dengan menggunakan belt scale;

h) jembatan timbang dan belt scale dilakukan kalibrasi secara berkala;

i) Kepala Teknik Tambang menetapkan tata cara baku alat angkut menggunakan truk;

j) efisiensi pengangkutan dengan truk dapat diukur berdasarkan hasil kajian teknis yang sekurang- kurangnya meliputi waktu edar, jumlah ritase, dan kecepatan;

k) pemantauan proses pengangkutan dengan truk dapat dilakukan secara real time dengan menggunakan teknologi Global Navigation Satellite System (GNSS), Radio Frequency Identification (RFID), dispatch System, dan teknologi sejenis.

3) Pengangkutan dengan Konveyor

a) penggunaan sistem konveyor didasarkan hasil kajian teknis yang paling kurang mencakup:

(1) jenis material;

(2) ukuran butir terbesar;

(3) ketersediaan sumber energi;

(4) kemiringan;

(5) daya dukung dasar konveyor;

(6) daya penggerak;

(7) kapasitas angkut;

(8) jarak pengangkutan;

(9) kandungan air dalam material tidak lebih dari 20% (dua puluh persen); dan

(10) tingkat kekerasan material;

b) dalam hal pengangkutan sistem konveyor (Pit Crushing and Conveying System)/PCC untuk batuan penutup, kajian teknis paling kurang mencakup jarak penempatan lokasi hopper terhadap permuka kerja, ketersediaan sumber energi untuk sistem PCC serta daya dukung dasar untuk kestabilan sistem PCC dan kestabilan lokasi timbunan;

c) perbedaan kemiringan antara head and tail konveyor tidak boleh lebih dari 250 (dua puluh lima derajat) kecuali permukaan belt dilengkapi dengan penahan luncuran material;

d) konstruksi konveyor kukuh dan mampu menahan beban yang diangkut;

e) konveyor dilengkapi dengan alat penangkap logam (magnetic trap) dan/atau metal detector;

f) sistem pengangkutan batuan penutup dengan menggunkan konveyor dilengkapi paling kurang dengan jalur air dan/atau air bertekanan di area hopper crusher dan transfer chute untuk mengurangi debu dan block material;

g) konveyor dapat dilengkapi dengan atap yang melindungi material dari hujan dan angin serta alat monitor kecepatan angin;

h) dalam hal pengangkutan menggunakan konveyor yang melintasi di atas jalan maka memperhitungkan posisi penyanggaan, tinggi dari jalan ke konveyor serta memasang penangkap material;

i) dalam hal pengangkutan menggunakan konveyor melintas di bawah jalan maka terowongan dibuat mampu menahan beban statis terberat kendaraan beserta muatan yang melintas di atas terowongan;

j) terowongan dilengkapi dengan jalur inspeksi, rambu- rambu, dan pencahayaan;

k) dalam rangka rekonsiliasi data muatan dan mencegah atau menghindari kelebihan dan kehilangan material angkut pada jenis pengangkutan menggunakan konveyor dipasang alat ukur (belt scale) untuk dapat mengetahui berat dan/atau volume material yang diangkut;

l) alat ukur (belt scale) dilakukan kalibrasi secara berkala;

m) Kepala Teknik Tambang menetapkan tata cara baku pengangkutan menggunakan konveyor termasuk pemeriksaan dan pemeliharaan.

4) Pengangkutan dengan Lokomotif dan Lori

a) penggunaan lokomotif dan lori didasarkan hasil kajian teknis yang berkaitan dengan kestabilan jalur rel;

b) batuan yang digunakan sebagai penopang bantalan rel memperhatikan kekuatan batuan dan jenis batuan segar bukan dari jenis batuan yang teralterasi;

c) Kepala Teknik Tambang menetapkan tata cara baku pengangkutan dengan lokomotif dan lori termasuk pemeriksaan dan pemeliharaan;

5) Pengangkutan dengan Pipa

a) pengangkutan dengan pipa didasarkan hasil kajian teknis yang paling kurang mencakup:

(1) jenis dan ukuran pipa;

(2) jenis material (konsentrat atau tailing);

(3) ukuran butir terbesar;

(4) ketersediaan sumber energi;

(5) kemiringan (pemilihan lokasi);

(6) daya dukung jalur pipa;

(7) pompa dan daya penggerak;

(8) kapasitas angkut; dan

(9) jarak dan jalur pengangkutan;

b) konstruksi jalur pipa kukuh dan mampu menahan beban yang diangkut;

c) dalam hal pengangkutan menggunakan pipa yang melintasi di atas jalan umum maka memperhitungkan posisi penyanggaan, tinggi dari jalan ke pipa.

d) dalam rangka rekonsiliasi data muatan dan mencegah atau menghindari kelebihan dan kehilangan material angkut pada jenis pengangkutan menggunakan pipa dipasang alat untuk dapat mengetahui berat dan/atau volume material yang diangkut;

e) alat dilakukan kalibrasi secara berkala.

f) Kepala Teknik Tambang menetapkan tata cara baku pengangkutan dengan pipa termasuk pemeriksaan dan pemeliharaan yang paling kurang mencakup pencegahan korosi;

6) Pengangkutan dengan Tongkang

a) pengangkutan menggunakan tongkang maka membuat rencana pengangkutan paling kurang terdiri atas:

(1) kapasitas pelabuhan sarana penunjang;

(2) jalur pengangkutan;

(3) kedalaman jalur pengangkutan (kondisi pasang dan surut)

(4) jumlah komoditas tambang yang diangkut; dan (5) jenis, jumlah, serta kapasitas tongkang;

b) penentuan kapasitas pelabuhan sarana penunjang didasarkan pada jumlah komoditas tambang yang akan diangkut;

c) jalur pengangkutan merupakan area perairan umum;

d) rencana pemasaran dan produksi memperhitungkan pasang dan surut area perairan jalur pengangkutan;

e) dalam rangka memastikan tidak terjadinya kontaminasi muatan yang diangkut tongkang maka sebelum proses pemuatan dilakukan inspeksi;

f) jenis, jumlah, serta kapasitas tongkang didasarkan pada jumlah komoditas tambang yang akan dimuat, kondisi perairan, dan kapasitas pelabuhan serta sarana penunjang;

g) dalam rangka rekonsiliasi data muatan dan mencegah atau menghindari kelebihan dan kehilangan material angkut pada jenis penggangkutan menggunakan tongkang dilakukan pengukuran berdasarkan draft survey untuk dapat mengetahui berat dan/atau volume material yang diangkut;

h) pelabuhan yang dioperasikan mendapatkan izin dari instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang perhubungan;

i) tongkang yang akan berlayar memenuhi persyaratan keselamatan pelayaran dan mendapatkan persetujuan dari otoritas pelabuhan setempat atau syahbandar.

9. PENGELOLAAN TEKNIS PASCATAMBANG