• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman pelaksanaan kaidah teknik pertambangan yang baik

N/A
N/A
Murjani Murjani

Academic year: 2023

Membagikan "Pedoman pelaksanaan kaidah teknik pertambangan yang baik"

Copied!
370
0
0

Teks penuh

Pengawas operasional adalah orang yang ditunjuk oleh KTT/PTL dan bertanggung jawab kepada KTT/PTL dalam melaksanakan pemeriksaan, pemeriksaan dan pengujian usaha pertambangan di wilayah wilayah hukumnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai asas-asas pertambangan. teknik pertambangan yang baik. . Perwakilan KTT/PTL mempunyai tugas dan fungsi membantu KTT/PTL dalam melaksanakan prinsip-prinsip rekayasa pertambangan yang baik.

Gambar 1 - Tata Cara Permohonan Pengesahan PJO dan Evaluasi oleh KTT  Diagram alir di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 1 - Tata Cara Permohonan Pengesahan PJO dan Evaluasi oleh KTT Diagram alir di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

RUANG LINGKUP

ACUAN

Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 tentang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 132), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 tentang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 289); Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun 2018 tentang Penerapan Prinsip-prinsip Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 596);

PENGERTIAN

Orang yang berkompeten adalah orang yang mempunyai pengetahuan, kemampuan dan pengalaman untuk melaporkan hasil eksplorasi, perkiraan sumber daya dan perkiraan cadangan mineral dan batubara, yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rencana kerja dan anggaran biaya tahunan yang selanjutnya disebut RKAB tahunan adalah rencana kerja dan anggaran biaya tahun berjalan untuk kegiatan usaha pertambangan dan batubara yang meliputi aspek usaha, aspek teknis, dan aspek lingkungan hidup.

KETENTUAN UMUM

KEGIATAN

EKSPLORASI a. Perencanaan

Kegempaan pada lapisan dapat dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi dinding tinggi dan metode serupa yang telah melakukan pengeboran inti dengan jarak tidak lebih dari 100 (seratus) meter searah tumbukan (strike) lapisan batubara; Pernyataan Sumber Daya dan Cadangan.. a) rekonsiliasi data sumber daya dan cadangan disusun/dilakukan setiap tahun dan rekonsiliasi berakhir pada bulan Juli;.

Direktur Jenderal memberikan rekomendasi teknis pembangunan bendungan; .. o) jenis bahan habis pakai yang diprioritaskan dari bahan dengan tingkat polutan paling rendah termasuk bahan safety data sheet (MSDS); .. p) penggunaan bahan kimia beracun (sianida, asam sulfat, asam nitrat, soda api dan sejenisnya) untuk pengolahan dan pengujian pengolahan sesuai standar, kriteria dan peraturan hukum yang mengatur bahan kimia beracun;

Tabel 1. Nilai Faktor Keamanan dan Probabilitas Longsor Lereng Tambang
Tabel 1. Nilai Faktor Keamanan dan Probabilitas Longsor Lereng Tambang

KONSTRUKSI DAN PENGUJIAN ALAT PERTAMBANGAN (COMMISSIONING)

PEMANFAATAN TEKNOLOGI, KEMAMPUAN REKAYASA, RANCANG BANGUN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

Direktur Jenderal memberikan persetujuan penggunaan peralatan pertambangan dengan teknologi baru yang tercantum dalam Dokumen Tahunan RKAB; Direktur Jenderal dapat memberikan persetujuan uji coba berdasarkan evaluasi terhadap kajian teknis yang tercantum dalam Dokumen Tahunan RKAB; Direktur Jenderal menetapkan daftar penggunaan teknologi, keterampilan teknik, perancangan, pengembangan dan penerapan teknologi pertambangan;

PENGAWASAN PEMASANGAN TANDA BATAS

PENAMBANGAN

Penimbunan batuan penutup pada bukaan tambang (di pit dump). i) dalam hal lokasi penimbunan lapisan tanah penutup berada pada lokasi yang telah ditambang (input), dasar area tanggul bebas dari lapisan batuan yang dapat menjadi daerah longsor dan bebas air dan/ atau lumpur; ii) dalam hal areal lapisan penutup terletak pada lokasi yang belum selesai penambangan, maka jarak antara dasar timbunan lapisan penutup dengan wilayah kerja aktif paling sedikit 3 (tiga) kali tinggi total timbunan lapisan penutup. daerah lapisan penutup. bertumpuk atau berdasarkan hasil penyelidikan teknis; iii) dalam hal lereng lereng yang menggunakan sudut kohesi dan sudut gesek sisa tidak memenuhi faktor keamanan dari studi kelayakan, maka berdasarkan hasil penelitian teknis yang sekurang-kurangnya memuat geometri dan dimensi lereng, umur lereng tersebut kemiringan dan keamanan lereng meliputi faktor, upaya penguatan tanggul, rencana pemantauan dan tindak lanjut serta analisis risiko; (iv) hasil kajian teknis disampaikan dalam laporan khusus kepada Kepala Inspektur Pertambangan; (i) dalam hal batuan penutup berupa lumpur, dilakukan pengolahan untuk menurunkan kadar air sebelum dilakukan penimbunan kembali; ii) pengolahan bahan dilakukan dengan cara mencampurkannya dengan bahan kering; (iii) apabila bahan kering tidak tersedia, maka perlu disediakan fasilitas penyimpanan bahan lumpur; iv) fasilitas penyimpanan material lumpur dibuat berdasarkan kajian teknik dan dapat mengalirkan air secara gravitasi; (v) perbedaan ketinggian antara tempat penimbunan material lumpur dengan tempat penimbunan material lumpur tidak boleh melebihi diameter roda alat angkut yang digunakan untuk penimbunan material lumpur, apabila tempat penimbunan material lumpur tersebut stabil dan aman secara geoteknik atau berdasarkan hasil kajian teknik. ; (vi) hasil kajian teknis disampaikan dalam laporan khusus kepada Kepala Inspektur Pertambangan; Penggunaan tanggul laut di pertambangan. i) penambangan di laut dengan menggunakan tanggul laut (sea dike) sesuai dengan rencana tata ruang wilayah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; (ii) apabila penambangan dilakukan dengan menggunakan tanggul laut, dilakukan kajian teknis yang sekurang-kurangnya mencakup hal-hal sebagai berikut:

Gambar V.1 Ilustrasi Tambang Terbuka Batubara
Gambar V.1 Ilustrasi Tambang Terbuka Batubara

PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN a. Umum

PENGANGKUTAN

Pelaksanaan pengangkutan 1) Ketentuan umum. a) pelaksanaan pengangkutan tidak boleh melebihi 80%. delapan puluh persen) dari kapasitas saluran transmisi;

PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN DAN PENGOLAHAN DAN/ATAU PEMURNIAN MINERAL

Cedera akibat kecelakaan pertambangan yang mengakibatkan penambang tidak dapat melaksanakan tugas semula lebih dari 1 (satu) hari dan kurang dari 3 (tiga) minggu, termasuk pada hari Minggu dan hari libur. a) cedera akibat kecelakaan pertambangan yang mengakibatkan pekerja pertambangan tidak dapat melaksanakan tugas semula selama kurang lebih 3 (tiga) minggu, termasuk hari Minggu dan hari libur; Pendidikan dan pelatihan pekerja baru, penambang untuk tugas baru, pelatihan manajemen bahaya dan pelatihan penyegaran tahunan atau pendidikan dan pelatihan lainnya. Pelaporan keselamatan kerja dilakukan sesuai dengan formulir dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemeriksaan kesehatan kerja dilakukan oleh pemeriksa kesehatan kerja dan prosedurnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dokter Pemeriksa Ketenagakerjaan adalah dokter yang ditunjuk oleh perusahaan untuk melakukan pemeriksaan terhadap pekerja tambang. Pengelolaan makanan, minuman dan gizi bagi pekerja tambang Pengelolaan makanan, minuman dan gizi bagi pekerja tambang dilakukan dengan memastikan bahwa penyediaan makanan dan minuman memenuhi persyaratan keselamatan, kesesuaian dan kebersihan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan memperhatikan aspek keseimbangan pangan pekerja.

Penambang yang berada dalam pengaruh minuman keras dan obat-obatan terlarang (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya) dilarang bekerja. KTT/PTL segera melaporkan kepada KaIT/Kepala Pelayanan atas nama KaIT segala penyakit akibat kerja sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

PELAKSANAAN KESELAMATAN OPERASI PERTAMBANGAN DAN PENGOLAHAN DAN/ATAU PEMURNIAN MINERAL DAN BATUBARA

Apabila fasilitas penyimpanan bahan peledak berlokasi di luar WIUP dan/atau wilayah proyek dan akan digunakan untuk kegiatan penambangan, maka harus mendapat persetujuan tertulis dari KaIT/Kepala Dinas atas nama KaIT. Persyaratan teknis pembangunan gudang bahan peledak diatur lebih rinci dengan petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Gudang transit adalah gudang yang digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara sebelum diangkut. dipindahkan ke tempat penyimpanan utama bahan peledak dan berlokasi di dalam WIUP dan/atau wilayah proyek.

Bahan peledak yang dapat diledakkan tidak boleh disimpan di gudang bahan peledak transit dan harus disimpan langsung di tempat penyimpanan utama. Tempat penyimpanan bahan peledak di atas tanah dan di bawah tanah terdiri atas tempat penyimpanan bahan peledak dan tempat penerimaan dan pengiriman bahan peledak. Pekerja tambang yang tidak berkepentingan dilarang memasuki tempat penyimpanan bahan peledak, kecuali petugas pemeriksa dan polisi yang menangani bahan peledak.

Persediaan dan penggunaan bahan peledak dilaporkan oleh KTT/PTL kepada KaIT/Kepala Dinas atas nama KaIT dalam bentuk laporan triwulanan. Penilaian terhadap permintaan rekomendasi pembelian bahan peledak pada tambang mineral dan batubara sesuai dengan penilaian kebutuhan bahan peledak.

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN PADA PEMEGANG IUP EKSPLORASI, IUPK EKSPLORASI, IUP OPERASI

Sistem manajemen keselamatan pertambangan mineral dan batubara (SMKP Minerba), yang terdiri atas keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pertambangan dan keselamatan kegiatan pertambangan (KO), yang dilaksanakan oleh pelaksana IUP penelitian, IUPK penelitian, operasi produksi IUP, IUPK operasi produksi, IUP operasi produksi khusus untuk perusahaan pengolahan dan/atau pemurnian, dan jasa pertambangan. Disahkan oleh pimpinan puncak pemegang IUP eksplorasi, IUPK eksplorasi, IUPK operasi produksi, IUPK operasi produksi atau perusahaan jasa pertambangan. Dalam hal dilakukan tinjauan manajemen, keadaan tersebut secara berkala disesuaikan dengan kebijakan keselamatan pertambangan yang telah ditetapkan.

Menetapkan rencana kerja, anggaran dan biaya aspek keselamatan tambang yang mendapat persetujuan Direktur Jenderal atas nama Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya. Untuk mengukur keberhasilan SMKP Minerba, perlu dilakukan pemantauan, evaluasi dan melakukan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi rencana dan pelaksanaan SMKP Minerba, serta dokumentasinya.

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN KHUSUS PADA PEMEGANG IUP OPERASI PRODUKSI KHUSUS UNTUK

Menetapkan rencana kerja, anggaran, dan biaya pengolahan dan/atau pemurnian aspek keamanan, yang mendapat persetujuan Direktur Jenderal atas nama Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya. Untuk penyelenggaraan SMKP khusus Pengolahan dan/atau Pemurnian, struktur organisasi Keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian diintegrasikan ke dalam struktur organisasi. Untuk mengukur keberhasilan SMKP, pemegang Operasi Produksi Khusus melaksanakan IUP Pengolahan dan/atau Pemurnian.

Dapat dijadikan landasan bagi manajemen, dalam menentukan kebijakan proses peningkatan kinerja Keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian.

AUDIT SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) Sebagai pengukuran kinerja dan pencapaian penerapan SMKP, maka

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Indonesia Nomor 6186);

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5142); Pengelolaan lingkungan pertambangan merupakan upaya pengelolaan dampak terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan usaha pertambangan. Pemantauan lingkungan pertambangan merupakan upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak kegiatan pertambangan.

Air tambang adalah air yang berada di lokasi dan/atau berasal dari proses kegiatan penambangan, baik penambangan, pengumpulan, maupun pengolahan, yang harus dikelola terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Dokumen lingkungan hidup adalah dokumen yang berupa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup, Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup atau Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

KEGIATAN

Dalam melaksanakan kegiatan konstruksi, pemegang IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi, dan IUP Operasi Produksi Khusus Pengolahan dan/atau Pemurnian wajib melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan sesuai dengan dokumen lingkungan hidup guna mencegah dan mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan.

Gambar

Gambar 1 - Tata Cara Permohonan Pengesahan PJO dan Evaluasi oleh KTT  Diagram alir di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 1. Nilai Faktor Keamanan dan Probabilitas Longsor Lereng Tambang
Gambar V.1 Ilustrasi Tambang Terbuka Batubara
Gambar V.2 Ilustrasi Tambang Terbuka Mineral
+2

Referensi

Dokumen terkait

KEENAM : Perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Batubara, Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi Batubara, dan Perjanjian Karya

(1) Pemegang IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi, dan IUP Operasi Produksi khusus pengolahan dan/atau pemurnian wajib melakukan pengembangan tenaga kerja teknis

Bidang dan Kegiatan Usaha Perdagangan batubara dan pertambangan batubara melalui Anak Perusahaan pemegang 12 (dua belas) Izin Usaha Pertambangan pada Wilayah IUP di Provinsi

Bidang dan Kegiatan Usaha Perdagangan batubara dan pertambangan batubara melalui Anak Perusahaan pemegang 12 (dua belas) Izin Usaha Pertambangan pada Wilayah IUP di Provinsi

Bidang dan Kegiatan Usaha Perdagangan batubara dan pertambangan batubara melalui Anak Perusahaan pemegang 12 (dua belas) Izin Usaha Pertambangan pada Wilayah IUP di Provinsi

Bidang dan Kegiatan Usaha Perdagangan batubara dan pertambangan batubara melalui Anak Perusahaan pemegang 12 (dua belas) Izin Usaha Pertambangan pada Wilayah IUP di Provinsi

Bidang dan Kegiatan Usaha Perdagangan batubara dan pertambangan batubara melalui Anak Perusahaan pemegang 12 (dua belas) Izin Usaha Pertambangan pada Wilayah IUP di Provinsi

KEENAM : Perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Batubara, Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi Batubara, dan Perjanjian Karya