BAB II TINJAUAN PUSTAKA
B. Intensitas Belajar
5. Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap Intensitas
semangat serta mengamalkan ajaran Islam kepada orang lain.
5. Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap Intensitas Belajar
sering mengakses media sosial ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru, khususnya orang tua.
Pertama, orang tua berupaya belajar internet serta situs media sosial agar para orang tua mengetahui seperti apa teknologi sekarang ini dan bisa mengawasi anaknya pada saat mengakses internet. Kedua, memberitahukan kepada anak tentang bahaya mengaskes media sosial yang berlebihan. Hal ini akan membuat anak menjadi lebih berhati- hati dalam menggunakan media sosial dan mengerti batasan-batasannya.
Ketiga, mengawasi anak ketika sedang mengakses media sosial dan tidak memberikan handphone kepada anak ketika masih di bawah umur.
Karena dengan menggunakan handphone seseorang akan mudah mengakses media sosial. Dengan adanya handphone anak tidak lagi susah pergi ke warnet untuk bermain internet.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang memiliki akun media sosial dan sering mengaksesnya cenderung memiliki intensitas belajar PAI yang rendah. Waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar,justru digunakan untuk online di media sosial. Hal ini merupakan salah satu dampak negatif dari media sosial.
C. Kerangka Berfikir
Peluncuran situs media sosial menimbulkan fenomena yang cukup menggemparkan. Orang-orang mulai dari anak-anak sampai dewasa kebanyakan tidak ada yang tidak memiliki akun media sosial
seperti facebook, whatsApp, twitter, dan lain-lain.
Fenomena ini cukup mengganggu konsentrasi dan minat belajar anak, dan menjadikan intensitas belajar peserta didik menjadi rendah, terutama intensitas belajar dalam pendidikan agama Islam. Belajar pendidikan agama Islam merupakan hal yang wajib bagi peserta didik, dengan belajar pendidikan agama Islam peserta didik dapat mengetahui ajaran-ajaran agama Islam dan menjadikan peserta didik sebagai pribadi yang berakhlak mulia. Apabila anak-anak usia sekolah tidak memiliki minat belajar bahkan intensitas belajar pendidikan agama Islam rendah maka mereka akan mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi menerima pelajaran agama Islam. Sehingga apa yang mereka peroleh di sekolah tidak ada yang membekas di pikiran dan hati mereka. Lingkungan bagi anak usia sekolah sangat mempengaruhi intensitas belajar pendidikan agama Islam mereka. Perlu pengkondisian lingkungan yang baik agar intensitas belajar pendidikan agama Islam menjadi lebih baik.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Penggunaan Media sosial
Facebook (X)
Intensitas Belajar (Y)
D. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan singkat yang dikumpulkan dari pemikiran dan tujuan pustaka sekaligus merupakan jawaban sementara dari masalah yang diteliti, oleh karena itu merupakan kebenaran yang lemah dan harus dibuktikan kebenarannya. Sedangangkan Burhan Bungin mengartikan hipotesis sebagai suatu kesimpulan penelitian yang belum sempurna sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenarannya melalui penelitian.30
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas hipotesis yang diajukan adalah ada pengaruh yang negatif antara penggunaan media sosial terhadap intensitas belajar Pendidikan Agama Islam Kelas X di SMA Negeri 9 Makassar Tahun Ajaran 2019/2020
30 Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif. (Jakarta: Prenda Madia. 2005).
Hal.75
BAB III
METODE PENELITIN A. Jenis Penelitian
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif . Penelitian kuantitatif yakni penelitian dengan cara memperoleh data yang berbentuk angka. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dua variabel atau lebih.31
B. Lokasi dan Objek Penelitian 1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 9 Makassar.
Adapun alasan penelitian memilih lokasi penelitian karena sekolah ini terdapat jumlah peserta didik yang cukup banyak, kelas X memiliki jumlah peserta didik 417 orang yang terdiri dari 12 Kelas. Dari ke 12 Kelas tersebut ada beberapa kelas yang memiliki intesitas belajar PAI rendah yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu dengan penggunaan media sosial (facebook dan whatsApp).
2. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah peserta didik Kelas X SMA Negeri 9 Makassar.
31 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta.
2013). Hal.11
33
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.32 Dalam penelitian kuantitatif variabel penelitian di bedakan menjadi dua jenis, yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).33 Sedangkan variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (independent)
“Penggunaan Media Sosial” menjadi variabel bebas, karena menjadi sebab timbulnya variabel terikat.
2. Variabel terikat (denpendent)
“Intensitas Belajar” menjadi variabel terikat, karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas.
D. Definisi Operasional Variabel 1. Penggunaan Media Sosial
Media sosial adalah sebuah alat komunikasi yang berupa obrolan chat untuk berinteraksi dengan orang lain, bekerja sama, berbagi, dan membentuk ikatan sosial secara virtual.
2. Intensitas belajar PAI
Intensitas belajar PAI adalah seringnya belajar pendidikan agama Islam yang dilakukan oleh peserta didik sebagai usaha belajarnya dalam
32Ibid. hal. 60.
33 Ibid., hal. 61.
rangka mencapai prestasi yang diharapkan.
E. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.34. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 9 Makassar tahun ajaran 2019/2020 sejumlah 417 peserta didik.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.35
Dalam penelitian ini, karena populasi terdiri dari 417 orang, maka 52 orang dijadikan sebagai sampel penelitian, sehingga sampel pada penelitian ini adalah peserta didik Kelas X IIS 1 dan X MIA 8 di SMA Negeri 9 Makassar. Adapun teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling dengan asumsi bahwa semua kelas X yang terdiri dari 417 orang tersebut adalah homogen.
34 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta.
2012). Hal. 80
35 Ibid, Hal. 81
F. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian36. Variabel penelitian ini adalah penggunaan media sosial dan intensitas belajar PAI kelas X di SMA Negeri 9 Makassar.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Penggunaan Media Sosial
Variabel Indikator
Butir
Jmlh Positif Negatif
Penggunaan Media Sosial
1. Alokasi Waktu Mengakses Media Sosial
2. Akun sosial yang dimiliki
3. Kegunaan media social
4. Dampak positif dan negatif penggunaan media social
Jumlah
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Intensitas Belajar PAI
Variabel Indikator
Butir
Jmlh Positif Negatif
Intensitas belajar PAI
1. Persiapan belajar 1. Alokasi waktu belajar
PAI
2. Keaktifan peserta didik dalam mengikuti pelajaran PAI.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar PAI
36 Ibid. Hal.134
4. Pemahaman peserta didik terhadap materi PAI.
Jumlah
G. Tekik pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk memperoleh data dan keterangan-keteranga yang diperlukan dalam penelitian. Data dan keterangan-keterangan tersebut dapat diperoleh menggunakan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa angket, observasi dan dokumentasi.
1. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna37. Sedangkan menurut Sugiyono angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan yang tertulis kepada responden untuk dijawabnya.38 Dalam penelitian ini angket digunakan untuk memperoleh data tentang penggunaan media sosial dan intensitas belajar PAI Kelas X IIS 1 dan X MIA 8 di SMA Negeri 9 Makassar.
Angket dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk pernyataan.
Responden diminta untuk memilih kategori jawaban dengan mencontreng
37 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta:
Rineka Cipta. 1995). Hal. 136
38 Ibid. Hal. 142
pada kolom-kolom kategori yang tersedia. Alternatif jawaban yang terdapat pada angket pengaruh penggunaan media sosial dan intensitas belajar PAI ada 4 kategori yaitu selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Responden memilih jawaban yang sesuai dengan keadaan diri peserta didik itu sendiri. Dengan pedoman skor sebagai berikut:
Tabel 3.3 Pedoman Skor Angket
Jawaban Positif Negatif
Selalu 4 1
Sering 3 2
Kadang-kadang 2 3
Tidak pernah 1 4
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda.39 Metode ini digunakan untuk mendapatkan dokumen data tentang jumlah peserta didik, nama peserta didik, dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian ini, untuk menguatkan hasil data penelitian tentang penggunaan media sosial dan intensitas belajar PAI di SMA Negeri 9 Makassar.
H. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui penyebaran suatu variabel acak berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam
39 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta:
Rineka Cipta. 2006). Hal. 236
penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov-Semirnov dihitung menggunakan program SPSS versi 24.
2. Uji Hipotesis
Pengajuan hipotesis yang digunakan adalah hipotesis asosiatif.
Hipotesis asosiatif merupakan dugaan hubungan anatara variable dalam populasi, melalui data hubungan variable dalam sampel. Dalam pengujian hipotesis penelitian ini akan dihitung korelasi antar variabel dalam populasi yang sekaligus sampelnya. Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan dua variabel. Arah dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear sederhana dengan menggunakan program analisis statistik SPSS for windowws version 24. Analisis ini merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan media sosial terhadap intensitas belajar PAI kelas X di SMA Negeri 09 Makassar.
Adapun rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Y =a + bX Dimana:
Y = Nilai yang diprediksikan (Hasil perkembangan karakter) X = nilai variabel independen (kurikulum 2013)
a = konstanta atau bila harga X = 0
b = Angka arah atau koefesien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila b (-) maka terjadi penurunan.40
40 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung:
Alfabeta. 2012). Hal. 261
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Pada bab ini dibahas data hasil penelitian. Uji prasyarat analisis yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji homogenitas untuk variabel penggunaan media sosial dan variabel intensitas belajar, setelah hal itu dilakukan, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis, yang diakhiri dengan pembahasan hasil penelitian. Data sampel dalam penelitian ini berjumlah 52 siswa yang merupakan siswa kelas X MIA 8 dan X IIS 1 SMA Negeri 9 Makassar
1. Jenis-jenis Media Sosial Yang Digunakan.
Hasil penelitian jenis-jenis media sosial yang digunakan oleh siswa dapat dijelaskan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.1
Jenis-jenis media sosial yang digunakan
No Jenis media social Jumlah %
1 Facebook 1 1,9
2 WhatsApp (WA) 7 13,5
3 Facebook & WA 43 82,7
4 Tidak menggunakan 1 1,9
Jumlah 52 100
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa yang mempunyai frekuensi tertinggi yaitu jenis media sosial facebook dan WA sebanyak 43 siswa. Siswa yang tidak menggunakan media sosial sebanyak 1 orang.
Maka dapat disimpulkan mayoritas siswa kelas X menggunakan media
40
sosial berupa facebook dan WA. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam bentuk diagram lingkaran di bawah ini :
Gambar 4.1
Diagram lingkaran jenis-jenis media sosial yang digunakan
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa siswa kelas X yang menggunakan facebook sebanyak 1,9%, kemudian diikuti dengan WhatsApp sebanyak 13,5%, facebook dan WhatsApp sebanyak 82,7 % sedangkan siswa yang tidak menggunakan media sosial sebanyak 1,9 %.
2. Penggunaan Media Sosial
Berdasarkan data penelitian maka penggunaan media sosial siswa kelas X SMA 9 Makassar dapat dilihat pada tabel 4.2. Adapun langkah- langkah mencari distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi penggunaan media sosial
No Interval Frekuensi Kategori Prosentase
1 69-78 9 Rendah 17 %
1,9%
13,5%
82,7%
1,9%
Jumlah
Facebook WhatsApp (WA) Facebook & WA Tidak menggunakan
2 79-88 28 Sedang 54 %
3 89-98 15 Tinggi 29%
jumlah 52 100 %
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa penggunaan media sosial siswa kelas X SMA 9 Makassar berada dalam kategori rendah dengan interval 69-78 sebanyak 9 siswa dan kategori sedang dengan interval 79-88 sebanyak 28 siswa, sedangkan dalam kategori tinggi dengan interval 89-98 sebanyak 15 siswa Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media sosial siswa kelas X SMA 9 Makassar termasuk dalam sedang. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam bentuk diagram lingkaran sebagai berikut:
Gambar 4.2
Diagram lingkaran penggunaan media sosial
Berdasarkan pada Gambar 4.2 dapat dijelaskan bahwa penggunaan media sosial siswa kelas X SMA 9 Makassar kategori rendah sebesar 17 % dan 54% dalam kategori sedang, sedangkan dalam kategori tinggi sebesar 29%. Maka dapat disimpulkan penggunaan media sosial siswa kelas X SMA 9 Makassar termasuk dalam kategori sedang.
69-78 9 Rendah, 17%
79-88 28 Sedang, 54%
89-98 15 Tinggi, 29%
3. Intensitas Belajar PAI
Tingkat intensitas belajar PAI siswa kelas X SMA 9 Makassar, adapun langkah-langkah mencari distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Intensitas Belajar PAI
No Interval Frekuensi Kategori Persentase
1. 46-56 6 Rendah 11,5 %
2. 57-67 32 Sedang 61,5 %
3 68-78 14 Tinggi 27 %
52 100 %
Berdasarkan pada Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa intensitas belajar PAI siswa kelas X SMA 9 Makassar dalam kategori rendah dengam interval 46-56 sebanyak 6 siswa dan dalam kategori sedang dengan interval 57-67 sebanyak 32 siswa, sedangkan dalam kategori tinggi dengan interval 68-78 sebanyak 14 siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa intensitas belajar PAI pada siswa kelas X SMA 9 Makassar termasuk dalam kategori sedang. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam bentuk diagram lingkaran sebagai berikut:
Gambar 4.3
Diagram lingaran Intensitas Belajar PAI
Berdasarkan Gambar 4.3 maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai intensitas belajar PAI rendah sebanyak 11,50% dan 61,50% siswa yang memiliki intensitas belajar PAI sedang, siswa yang memiliki intensitas belajar PAI tinggi sebanyak 27%. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa intensitas belajar PAI siswa kelas X SMA 9 Makassar termasuk dalam kategori sedang.
B. Analisis Unit
Dalam penelitian ini digunakan metode pengolahan dan analisis unit sebagai berikut :
1. Penggunaan Media Sosial
Analisis unit data penggunaan media sosial diperoleh hasil sebagai berikut:
46-56 6 Rendah, 11.50%
57-67 32 Sedang,
61.50%
68-78 14 Tinggi, 27%
Tabel 4.4
Deskripsi Skor Penggunaan Media Sosial Analisis Unit Media Sosial
N Valid 52
Missing 0
Mean 84,6
Median 85,0
Mode 89,0
Std. Deviation 6,1
Variance 37,5
Minimum 69,0
Maximum 96,0
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari 52 sampel diperoleh skor rata-rata (mean) yaitu 84,6, nilai tengah (median) yaitu 85, nilai yang sering muncul (mode) 89, skor tertinggi (Skor Maxsimum) yaitu 96, dan skor terendah (skor minimum) yaitu 69, dan variance 37,5 dengan standar deviasi 6,1.
2. Intensitas belajar PAI
Berdasarkan analisis unit data intensitas Belajar PAI diperoleh hasil sebagai berikut ;
Tabel 4.5
Deskripsi Skor Intensitas Belajar PAI Analisis Unit Intensitas Belajar
N Valid 52
Missing 0
Mean 64,1
Median 65,0
Mode 65,0
Std. Deviation 6,4
Variance 41,1
Minimum 46,0
Maximum 76,0
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 52 sampel diperoleh skor rata-rata (mean) yaitu 64,1, nilai tengah (median) yaitu 65, nilai yang sering muncul (mode) 65, skor tertinggi (Skor Maxsimum) yaitu 76, dan skor terendah (skor minimum) yaitu 46, dan variance 41,1 dengan standar deviasi 6,4.
C. Uji Prasyarat
Sebelum data dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas.berdasarkan pengujian normalitas maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui penyebaran suatu variabel acak berdistribusi normal atau tidak. Dengan menggunakan Kolmogorov dengan menggunakan SPSS versi 24.
Tabel 4.6 Hasil Uji normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize
d Residual
N 52
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 5,95326521 Most Extreme
Differences
Absolute ,090
Positive ,059
Negative -,090
Test Statistic ,090
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the truesignificance.
Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji normalitas Kolmogorov Smirnov yang telah dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer SPSS 24 for windows, maka dapat diketahui bahwa nilai signifikansi yang diperoleh adalah sebesar 0,200 > 0,05 Maka dapat disimpulkan bahwa nilai Residual berdistribusi normal.
D. Uji Hipotesis
Setalah uji perysaratan dilakukan dan terbukti bahwa ada data-data yang diolah berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan untuk megetahui apakah hipotesis yang diajukan dapat diterimah atau ditolak. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis regresional pada taraf signifikan a= 0,05.
Dalam penelitian ini menggunakan statistic infransial untuk menguji hipotesis. Pegujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya penggunaan media sosial (X) terhadap intensitas belaja PAI peserta didik (Y) di SMA Negeri 9 Makassar yang dianalisis menggunakan bantuan program SPSS For Windows 24 berikut hasilnya:
Tabel 4.7 Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
1 0,371a 0,138 0,121 6,01250
a. Predictors: (Constant), Media Sosial b. Dependent Variable: Intensitas Belajar
Pada tabel 4.7 terdapat nilai koefesien determinasi R-Square = 0,138 (13,8%) ini menunjukkan bahwa sebesar 13,8% variasi variabel intensitas belajar dapat dijelaskan oleh variabel independen penggunaan media sosial, artinya pengaruh variabel penggunaan media sosial terhadap perubahan variabel intensitas belajar adalah 13,8 % sedangkan sisanya sebesar 87,2% dipengaruhi oleh variabel lainnya.
Tabel 4.8 ANOVA
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1 Regressio n
289,010 1 289,010 7,995 0,007b Residual 1807,510 50 36,150
Total 2096,519 51
a. Dependent Variable: Intensitas Belajar b. Predictors: (Constant), Media Sosial
Tabel 4.8 diketahui bahwa df (degree of freedom) adalah derajat kebebasan di mana df regresion (perlakuan) sebagai df pembilang dan df residual (sisa) sebagai df penyebut. Nilai df pembilang adalah 1 (jumlah variabel bebas) sedangkan df penyebut adalah 50. Disamping itu diketahui bahwa Fhitung adalah 7,995 diperoleh dari mean square untuk regresion dibagi mean square untuk residual (289,010 : 36,150). Nilai Ftabel adalah 4,03.
Karena Fhitung>Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa variabel penggunaan media sosial mempengaruhi intensitas belajar PAI, atau dengan kata lain model regresi dapat digunakan untuk memprediksi
intensitas belajar PAI. Selain itu, juga dapat disimpulkan dengan membandingkan nilai signifikan pada tabel di atas yaitu 0,007 dengan α = 0,05 di mana sighitung 0,007< 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel penggunaan media sosial mempengaruhi intensitas belajar PAI.
Tabel 4.9 Coefficients
Model Unstandardized
Coefficients
Standardize d Coefficients
T Sig.
B Std.
Error
Beta
1 (Constant) 96,955 11,651 8,321 ,000
Media Sosial
-,389 ,137 -,371 -2,827 ,007
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai konstantanya (a) adalah 96,955 dan nilai kofesien regresi (b) adalah -0,389, sehingga dapat ditulis dalam persamaan regresi yaitu
Y= 96,955+(-0,389)X
persamaan di atas menunjukan konstanta sebesar 96,955 yang berarti bahwa nilai konsisten variabel partisipasi adalah 96,955. Ada pun kofisien regresi X yaitu -0,389 yang menyatakan bahwa setiap penambahan 1% nilai penggunaan media sosial maka nilai intensitas belajar PAI bertambah sebesar -0,389, kofisien regresi tersebut bernilai negatif sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel X terhadap Y adalah negatif.
E. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui antara pengaruh penggunaan media sosial serta jenis-jenis media sosial yang digunakan dengan intensitas belajar PAI siswa kelas X SMA 9 Makassar. Untuk mencapai pengaruh tersebut dilakukan penelitian dengan analisis regresi linear sederhana. Penelitian ini dilakukan dengan cara penyebaran angket tentang variabel penggunaan media sosial dan variabel intensitas belajar PAI. Data yang diperoleh melalui angket yang disebarkan kepada responden sampel sebanyak 52 siswa dengan jumlah soal 54 butir.
Sedangkan hasil analisis data tentang variabel penggunaan media sosial siswa kelas X SMA 9 Makassar yang berada dalam kategori rendah dengan interval 69-78 sebanyak 9 siswa 17 % dan kategori sedang dengan interval 79-88 sebanyak 28 siswa 54 %, sedangkan dalam kategori tinggi dengan interval 89-98 sebanyak 15 siswa 29%.
Berdasarkan deskripsi data di atas dapat disimpulkan penggunaan media sosial dalam kategori sedang sebanyak 28 siswa 54 %.
Hasil analisis data tentang variabel intensitas belajar PAI siswa kelas X SMA 9 Makassar dalam kategori rendah dengam interval 46-56 sebanyak 6 siswa dan dalam kategori sedang dengan interval 57-67 sebanyak 32 siswa, sedangkan dalam kategori tinggi dengan interval 68- 78 sebanyak 14 siswa. Berdasarkan deskripsi data di atas dapat disimpulkan bahwa intensitas belajar PAI pada siswa kelas X SMA 9 Makassar termasuk dalam kategori sedang. Kategori sedang bermakna
bahwa siswa yang memiliki intensitas belajar PAI mampu mempersiapkan belajar dengan baik dan memiliki waktu belajar PAI dengan cukup.
Adapun siswa yang memiliki intensitas belajar PAI tinggi adalah siswa yang memiliki keaktifan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas, seperti bertanya kepada guru, melakukan diskusi dll. Siswa yang memiliki intensitas belajar PAI rendah adalah siswa yang kurang berminat dalam pelajaran PAI dan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya,di antaranya adalah siswa memiliki permasalahan broken home sehingga menjadikan siswa tidak konsen ketika kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa siswa yang aktif dengan media sosial seperti facebook dan WhatsApp. Adanya facebook dan WhatsApp membuat siswa merasa kecanduan dan memiliki intensitas belajar PAI rendah.
Jika dilihat dari hasil yang diperoleh dari angket yang diberikan pada 52 responden bahwa dalam instumen intensitas belajar PAI yang masih kurang adalah pada indikator pemahaman siswa terhadap materi PAI. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa pada mata pelajaran PAI masih rendah. Kemudian pada indikator keaktifan siswa dalam mengikuti pelajar PAI juga masih kurang, seperti ketika dalam kegiatan belajar mengajar hanya beberapa siswa saja yang aktif dan antusias dengan pelajaran PAI. Dalam instrumen variabel intensitas belajar PAI yang sudah baik adalah persiapan belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar PAI, siswa selalu mempersiapkan buku pelajaran pada malam hari atau sebelum masuk