BAB 2. JENIS MEDIA AUDIO VISUAL
F. PENGAYAAN
Mengenai media audio visual, materi yang sudah kalian pelajari hanya sebagian kecil dari perkembangan yang dinamis dari media audio visual itu sendiri. Teknologi memungkinkan perkembangan yang sangat cepat, yang memaksa kita untuk selalu membuka wawasan. Kalian bisa mengembangkan diri dengan membuka jendela pikiran kalian untuk mencari informasi secara mandiri. Dibawah terdapat beberapa rujukan yang bisa kalian akses untuk menambah khasanah pengetahuan kalian.
Kalian bisa memindai QR Code atau mengakses tautan yang ada dibawah untuk memperkaya pengetahuan kalian.
Tautan:
https://qrgo.page.link/pvnZ2 https://qrgo.page.link/A9jr5
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 2021
Buku Teks Siswa Dasar-Dasar Broadcasting dan Perfilman | Peralatan Audio Visual
SMK/MAK Kelas X Semester 1
Penulis: Ady Wicaksono dan Hendra Budi Santoso ISBN:
Sebelum kalian masuk ke materi pembelajaran, ada baiknya kalian pelajari dahulu peta materi seperti tergambar dibawah. Peta materi tersebut merupakan runtutan materi yang akan kalian pelajari pada bab 3 ini.
klasifikasi peralatan audio visual
Mikrofon dan Kamera
1
2
3
\ 3 4
SOP dan perawatan peralatan audio visual
Jenis dan fungsi peralatan audio visual
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
PETA KONSEP
MATERI PELAJARAN
Gambar 3.1. Peta Konsep Materi Pelajaran
A. Tujuan Pembelajaran
Dengan menambah rujukan melalui kegiatan literasi, menggali informasi secara offline dan online, berdiskusi dan bekerjasama dengan teman kalian, serta mensimulasikan materi, diharapan kalian mampu mengklasifikasikan peralatan media audio visual dengan mengidentifikasi serta menerapkan:
b. Mikrofon dan kamera
c. Jenis dan fungsi peralatan audio visual
d. Standard Operational Procedures dan perawatan peralatan audio visual
e. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)
Kegiatan belajar kalian merupakan kegiatan yang terintegrasi antara teori dan praktik. Diharapkan, kalian mampu bekerjasama, melatih kedisplinan, cermat, percaya diri dan teliti dalam menyelesaikan pembelajaran.
Pada bab 3 ini, kalian akan mempelajari materi mengenai Jenis dan fungsi peralatan audio visual, SOP penerapan peralatan audio visual, serta perawatan peralatan audio visual dan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3). Mengapa kalian mempelajarinya? Karena bagaimanapun, semuanya berkaitan dengan hal-hal mendasar yang akan kalian pelajari di bidang penyiaran radio, televisi dan produksi film. Kalian juga akan menemukan kaitan materi dengan bagaimana menerapkannya dengan bertanggungjawab, dan sesuai dengan norma sosial yang harus kita taati.
Kata Kunci
mikrofon, kamera, lensa, lighting, studio, televisi, radio, broadcasting, film
QUESTION Mengapa peralatan audio video untuk radio, televisi dan produksi film berbeda-beda?
Bagaimanakah prosedur pengoperasian alat produksi?
Mengapa produksi audio visual bisa menghabiskan biaya yang sangat mahal?
Sebuah produksi siaran radio, program televisi, dan produksi film, merupakan produksi yang bersifat kolaboratif. Kegiatan dilaksanakan mulai dari pra produksi hingga pasca produksi.
Banyak personel yang terlibat, yang masing-masing memiliki tanggungjawab berbeda-beda. Masing-masing personel ini menentukan secara keseluruhan hasil dari seluruh rangkaian produksi. Peralatan yang dipergunakan dalam melaksanakan produksi siaran radio, televisi, maupun produksi film sangat beragam. Alat-alat ini memiliki spesifikasi dan karakteristik yang berbeda-beda. Masing-masing divisi kerja yang ada menggunakan alat sesuai bidang kerjanya.
Mikrofon yang dipergunakan saat siaran radio berbeda dengan mikrofon yang dipergunakan saat liputan. Demikian halnya mikrofon yang dipergunakan untuk syuting film. Kamera yang dipergunakan pada saat liputan berita, jelas akan berbeda dengan kamera yang diergunakan syuting film layar lebar.
Sebuah produksi berita bisa jadi melibatkan sedikit personel dilapangan, namun melibatkan banyak orang pada saat pengolahan untuk pasca produksinya. Syuting film bisa melibatkan ribuan orang dalam satu kesempatan produksi. Proses pengolahan audio dan video produksi bisa memakan waktu yang panjang untuk menghasilkan produk yang maksimal.
APERSEPSI
B. PERALATAN AUDIO VISUAL 1. Mikrofon dan kamera
Seperti kita ketahui, mikrofon dan kamera merupakan alat utama dalam produksi siaran radio, televisi, dan produksi film. Kedua alat tersebut memiliki peranan sangat vital terutama untuk televisi dan produksi film.
Bagian ini, untuk membahas lebih rinci mengenai kedua alat tersebut. Hal ini agar tidak terjadi pengulangan materi. Dengan pembahasan lebih rinci, kalian akan bisa lebih mengerti karakteristik masing-masing alat pada masing-masing bidang.
Gambar 3.2. Mikrofon dan Kamera
Sumber: https://qrgo.page.link/uW4MP
a. Mikrofon.
Mikrofon merupakan salah satu transduser (perangkat yang mengubah energi dari satu bentuk ke bentuk lainnya). Mikrofon mengubah energi akustik (gelombang suara) menjadi energi listrik (sinyal audio). Ada berbagai jenis / tipe mikrofon, dan masing-masing tipe menggunakan metode yang berbeda dalam mengkonversi energi.
Baik pada radio, televisi, maupun film, secara fisik, semua mikrofon mengubah gelombang suara menjadi energi listrik/sinyal audio. Sinyal suara diperkuat dan dikirim ke loudspeaker, yang mengubahnya menjadi suara yang dapat didengar. Banyak sekali mikrofon yang tersedia saat ini dirancang untuk melakukan tugas yang berbeda.
1) Berdasarkan konstruksi fisiknya, mikrofon dibagi menjadi 3 jenis a) Dynamic
Mikrofon yang perangkat pengambilan suaranya terdiri dari membran yang terpasang pada kumparan dengan magnet (coil).
Saat diafragma bergetar karena tekanan udara dari suara, kumparan bergerak dalam medan magnet, dan menghasilkan arus listrik. Energi listrik ini lah yang nantinya akan diamplifikasi sehingga menghasilkan suara.
Gambar 3.3. Konstruksi mikrofon dynamic
Sumber: https://qrgo.page.link/xH1Tm
Gambar 3.4. Mikrofon Dynamic
Sumber: https://qrgo.page.link/uW4MP
b) Condenser
Mikrofon yang bekerja dengan membran elektroda tipis. Saat terjadi perubahan tekanan karena suara, akan mengakibatkan perubahan kapasitas muatan kedua elektroda. Hal ini mengakibatkan perubahan tegangan listrik yang diubah menjadi suara.
Condenser mic memerlukan sebuah sirkuit elektronik untuk mengubah kapasitansi menjadi arus listrik. Oleh karenanya membutuhkan energi listrik untuk dapat menyala, biasanya disebut dengan istilah phantom power
c) Ribbon
Mikrofon ini prinsipnya hampir sama dengan mikrofon dynamic, hanya saja coil diganti dengan pita logam yang tipis (seperti aluminium foil) yang bergetar diantara 2 medan magnet, perubahan medan magnet inilah yang menghasilkan energi listrik.
Gambar 3.5. Konstruksi Mikrofon Condenser
Sumber: https://qrgo.page.link/1Lgnf
Gambar 3.6. Mikrofon Condenser
Sumber: https://qrgo.page.link/1Lgnf
Gambar 3.7. Konstruksi Mikrofon Ribbon
Sumber: https://qrgo.page.link/1Lgnf
2) Berdasarkan pola penerimaannya (polar pattern), mikrofon dibagi menjadi beberapa jenis
a) Omni directional
Mikrofon ini menerima suara dari semua arah.
b) Bi directional
Mikrofon ini mencegah suara dari samping tetapi peka dari arah depan dan belakang.
Gambar 3.8. Mikrofon Ribbon
Sumber: https://qrgo.page.link/cbonU
Gambar 3.9. Mikrofon omnidirectional
Sumber: https://www.lewitt-audio.com/blog/polar- patterns
Gambar 3.10. Mikrofon bidirectional
Sumber: https://www.lewitt-audio.com/blog/polar-patterns
c) Cardioid (Unidirectional)
Mikrofon ini menerima suara hanya dari satu arah. Mikrofon jenis ini paling banyak digunakan dalam rekaman untuk film maupun televisi. Dengan kemampuannya menerima dari satu arah, kita bisa memilah- milah suara yang diperlukan dan tidak.
d) Supercardioid, hypercardioid dan ultracardioid Mikrofon ini memiliki pola
penerimaan lebih sempit dari cardioid. Sehingga memiliki kemampuan lebih baik dalam mengisolasi suara. Mikrofon jenis ini juga disebut dengan mikrofon
“shotgun”. Yang paling sempit pola penerimaannya adalah mikrofon ultracardioid.
3) Tipe mikrofon menurut penggunaannya digolongkan dalam daftar berikut
a) Lavaliere Microphones
Disebut juga clip-on, yang dijepitkan di baju, menggunakan mikrofon kecil. Sering digunakan untuk berita, wawancara, pengambilan suara pada talent atau siaran yang bersifat instruksional.
Gambar 3.11. Mikrofon unidirectional
Sumber: https://www.lewitt-audio.com/blog/polar-patterns
Gambar 3.12. Mikrofon shotgun
Sumber: https://www.lewitt-audio.com/blog/polar-patterns
Gambar 3.13. Mikrofon lavaliere
Sumber: https://qrgo.page.link/M6KQp
b) Hand Microphones
Mik jenis ini dipergunakan dengan dipegang langsung dengan tangan.
c) Boom Microphones
Mikrofon ini digunakan untuk mengambil suara dari jarak yang cukup jauh dari sumber suara. Biasanya jenis yang dipergunakan adalah shotgun mic, yang terpasang pada alat pemegang khusus dengan pelindung. Mikrofon boom memiliki pola kutub yang sangat terarah dan diposisikan di ujung tongkat boom.
d) Headset Microphones
Dengan mikrofon headset, memungkinkan untuk mendengarkan suara sekaligus berbicara. Mikrofon ini dipergunakan dengan speaker yang dipasangkan di telinga, sekaligus dengan mikrofon yang terpasang dan aktif.
e) Wireless Microphones
Sesuai namanya, mikrofon jenis ini tidak menggunakan kabel penghubung. Mikrofon ini ditambahkan perangkat untuk dapat mentransmisikan suara. Bentuknya beragam, yang membedakan adalah terdapat tambahan konstruksi perangkat pengirim sinyal yang tergabung dalam tubuh mikrofonnya.
Gambar 3.14. Mikrofon boom dengan aksesorisnya
Sumber: https://qrgo.page.link/Cv5so
Gambar 3.15. Headset Microphone
Sumber: https://qrgo.page.link/m1MZL
f) Desk Microphones
Jenis mikrofon yang dipergunakan dengan diletakkan dimeja. Mikrofon ini banyak digunakan di acara panel, audiensi publik, pidato, konferensi pers, dan program lain dari mana pembicara ada di belakang meja, meja, atau mimbar
g) Bondary Microphones
Mikrofon ini disebut juga dengan mikrofon PZM (pressure zone microphone). Memiliki kapsul mikrofon yang ditempatkan sejajar atau sedekat mungkin dengan batas (dinding, lantai, langit-langit, penyekat).
h) Hanging Microphones
Dalam beberapa kesempatan, penggunaan mikrofon boom atau dengan stand bisa menjadi gangguan. Misalkan pada saat pertunjukan teater dengan blocking pemain yang ketat. Kondisi ini bisa dibantu dengan penggunaan mikrofon yang digantungkan untuk mendapatkan suara.
i) Hidden Microphones
Mikrofon dengan penggunaan disembunyikan dipakai untuk keadaan khusus. Keadaan ini memang direncanakan untuk kepentingan auditory. Misalkan mikrofon disembunyikan di spion mobil untuk mendapatkan dialog dalam mobil.
Gambar 3.16. Desk Microphone
Sumber: https://qrgo.page.link/1n7or
Gambar 3.17. Boundary Microphone
Sumber: https://qrgo.page.link/uBSKH
j) Long-distance Microphones
Seperti namanya, mikrofon ini dipergunakan untuk mendapatkan suara dari jarak yang jauh. Tidak hanya sekedar karena menggunakan jenis mikrofon cardioid, namun juga untuk mendapatkan atmosfer suara yang diperlukan. Suara riuh penonton di stadion bisa didapatkan dengan memasangkan mikrofon pada reflektor berbentuk parabola.
b. Kamera 1) Televisi
a) Camera Control Unit
Merupakan peralatan yang terpisah dari kamera, yang berisi berbagai kontrol video, termasuk ketepatan warna, keseimbangan warna, kontras, dan kecerahan. CCU memungkinkan operator video menyesuaikan kamera gambar selama produksi.
Gambar 3.18. Long-distance Microphone
Sumber: https://qrgo.page.link/o8icc
Gambar 3.19. Camera Control Unit
b) Lensa
Pekerjaan dasar lensa kamera adalah mengumpulkan dan memfokuskan cahaya yang dipantulkan dari pemandangan atau subjek. Saat sinar cahaya yang dipantulkan memasuki lensa kamera dan melewati elemen, mereka diarahkan ke sensor gambar kamera.
Berbagai macam lensa memiliki fungsi dan karakterisrik berbeda demi mendapatkan gambar terbaik sesuai perencanaan visual yang sudah dibuat.
Lensa yang dipergunakan untuk kamera studio disebut studio zoom. Lensa ini berukuran lebih besar dari kameranya sendiri.
Sedangkan lensa yang dipergunakan untuk kamera ENG/EFP disebut sebagai field zoom.
c) Kamera Studio
Barangkali berbeda dengan kamera seperti yang kalian bayangkan. Kamera studio berukuran besar, dan merupakan kamera berkualitas tinggi dan lensa yang tidak bisa digerakkan dengan benar tanpa bantuan alat kontrol tambahan dan dudukan kamera lainnya.
Gambar 3.20. Lensa Kamera Studio
Sumber: https://qrgo.page.link/wVuza
Gambar 3.22. Kamera Studio
Sumber: https://qrgo.page.link/xXgtU
Gambar 3.21. Lensa kamera ENG/EFP
Sumber: https://qrgo.page.link/wVuza
Kamera ini dipergunakan untuk memproduksi acara televisi khusus di dalam studio televisi. Kamera ini dilengkapi dengan pedestal, remote control untuk focus dan zoom, terhubung ke CCU, RCP, VTR dan switcher. Selain itu kamera ini dilengkapi dengan zoom servo, dan fitur intercom yang memungkinkan Program Director berkomunikasi dengan juru kamera dan mengarahkan dalam pengambilan gambar.
Kamera studio untuk produksi program televisi terdiri atas:
(1) Head Kamera (a) Lensa
(b) Pick Up Tube / CCD (c) View Finder
(d) Tripod / Pedestal / Crane (2) Kabel Kamera
(3) Processor terdiri dari (e) Camera Control Unit (f) Remote Control Panel (g) Amplifier dan Drive Unit (h) Power Supply
(4) Alat Ukur
(i) Picture Monitor (j) Wave Form Monitor (k) Vector Scope
d) Kamera ENG (Electronic News Gathering) dan EFP (Electronic Field Production)
Gambar 3.23. Kamera ENG dan EFP
Sumber: https://qrgo.page.link/S1Ket
Merupakan kamera berkualitas tinggi yang bersifat portabel. Kamera ini bisa dibawa oleh operator kamera sekaligus dengan peralatan kontrol bawaan mereka. ENG/EFP dirancang untuk menghasilkan sinyal video berkualitas tinggi yang dapat direkam secara terpisah atau menjadi satu dengan kamera. Rekaman terpisah ini bisa direkam dengan VTR, atau perangkat perekam disk yang dipasang pada perangkat docking dengan kamera, atau pada VTR atau disk internal perekam hard drive, optic cakram, dan kartu memori (flash drive).
Bagian kamera ENG adalah:
(1) Head Kamera (a) Lensa
(b) Pick Up Tube / CCD (c) View Finder
(2) Cam Corder / VTR (3) Baterai
Gambar 3.24. Kamera EFP
Sumber: https://qrgo.page.link/Y7Fjt
Sedangkan bagian dari kamera EFP adalah:
(1) Head Kamera (a) Lensa
(b) Pick Up Tube / CCD (c) View Finder
(d) Tripod/ Pedestal / Crane (2) Processor terdiri dari:
(a) Camera Control Unit (b) Remote Control Panel
(c) Power Supply (3) Konektor
(4) Alat Ukur, yang terdiri dari:
(a) Picture Monitor (b) Wave Form Monitor
(c) Vector Scope
2) Kamera Film
Kamera untuk sinema harus bisa memenuhi hasil perekaman gambar dengan resolusi yang maksimal untuk pemutaran ukuran layar film.
Berbeda dengan televisi untuk kepentingan penyiaran dan perekaman yang instan. Karena itu, sinema pada umumnya mengambil pendekatan yang lebih terencana dan tepat dalam pembuatan gambar. Sehingga hal ini berpengaruh terhadap konstruksi kamera sendiri dan karakteristik kamera untuk sinema.
Benar, yang kalian lihat pada gambar disamping adalah kamera untuk motion pictures/sinema (film layar lebar). Namun yang kalian lihat hanya tubuh dari kamera yang dimaksud. Kamera sinema masih harus diintegrasikan dengan berbagai komponen dan peralatan pendukung untuk
Gambar 3.25. Kamera Sinema (body only)
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi kamera film antara lain:
a) Kamera film harus mampu merekam gambar dengan kualitas setinggi mungkin. Kualitas gambar terdiri dari banyak parameter, seperti rentang dinamis gambar, kedalaman warna, sensitivitas sensor.
b) Data hasil rekaman harus berupa data mentah yang tidak terkompresi.
Hal ini berhubungan dengan pengolahan gambar untuk banyak kepentingan pasca produksi.
c) Kuat dan andal di semua kondisi lingkungan. Hal ini berkaitan dengan rentang suhu pengoperasian yang luas, tahan debu dan percikan air serta goncangan.
d) Pengoperasian yang sederhana dan mudah. Kru film profesional bekerja berjam-jam, terkadang dalam kondisi yang sangat buruk, sehingga peralatan mereka harus sederhana dan mudah dioperasikan.
e) Antarmuka profesional. Kamera adalah salah satu bagian dari beberapa komponen yang dihubungkan menjadi satu. Kamera film memiliki dukungan antar muka untuk memonitor segala macam pengaturan untuk pengambilan gambarnya.
f) Kamera film tidak pernah berdiri sendiri di set pada saat produksi.
Banyak komponen yang dihubungkan dan berkomunikasi dengan kamera. Komponen-komponen tersebut harus tepat secara mekanis, hemat daya, dan melakukan transfer data sebaik mungkin ke kamera.
Komponen-komponen tersebut seperti lensa, baterai, koneksi kabel data, handle, kotak matte, monitor, remote kontrol nirkabel, pemancar video nirkabel, dan pendukung kamera yang lain.
Gambar 3.26. Kamera Sinema dengan lensa
Sumber: https://qrgo.page.link/fbjS8
Kesimpulannya, kamera film adalah peralatan yang cukup rumit. Dengan ini, maka pengoperasiannya harus dibekali dengan pengetahuan dan latihan yang cukup.
Lensa untuk kamera film (lensa sinematik) memiliki fungsi yang lebih luas daripada lensa kamera secara umum. Fasilitas ini diperlukan untuk memberikan keleluasaan setting pada saat pengambilan gambar.
a) Lensa sinematik dibuat untuk pemakaian kelas berat. Biasanya bodinya full metal yang tahan banting dalam kondisi yang paling ekstrim sekalipun. Jadi lensa sinematik lebih besar dan berat dibanding lensa foto.
b) Salah satu fitur penting lensa sinematik adalah kemampuannya untuk menjaga fokus pada subyek yang bergerak atau dengan halus mengganti fokus dari satu subyek ke lainnya. Lensa sinematik memiliki focus ring dengan penanda yang jelas di awal dan akhir shot.
c) Lensa sinematik memiliki ring iris dengan penanda. Dengan ini, pengukuran pasti soal jumlah cahaya yang memasuki lensa bisa
Gambar 3.27. Kamera Sinema
Sumber: https://qrgo.page.link/HfAED
exposure berpresisi tinggi dan memungkinkan menjaga exposure di setiap adegan, tak peduli kondisi cuaca dan paparan saat shooting d) Kualitas optik sebuah lensa
sangat bergantung pada kualitas kaca. Kaca pada lensa sinematik memungkinkan pengambilan gambar dalam kondisi lighting buruk, misalnya di bawah sinar terik atau kontras tinggi. Lensa menghasilkan ketajaman yang rata hingga ke bagian pojok image dan mengurangi chromatic aberration, distorsi dan vignetting yang biasa terdapat pada video.
Menurut fungsi dan karakteristik dari peralatan audio, coba berikan penjelasan mengapa pada penyiaran radio, produksi televisi dan produksi film membutuhkan mikrofon yang berbeda-beda?.
Gambar 3.28. Lensa Sinema
Sumber: https://qrgo.page.link/HfAED
AKTIFITAS MANDIRI
Kalian telah mempelajari materi tentang mikrofon dan kamera, perhatikan contoh kasus dibawah ini.
Seorang penyiar sedang menyiarkan berita di radio, berita tersebut berasal dari liputan kejadian demonstrasi yang sedang terjadi di lapangan.
Kru yang berada dilapangan meliput berita demonstrasi dengan mewawancarai dan merekam gambar salah seorang demonstran. Selain wawancara, kamerawan juga mengambil gambar demonstran dari jarak yang jauh.
Buatlah kelompok kecil yang beranggotakan 3 orang. Selanjutnya buatlah simpulan dari pertanyaan berikut.
1. Mikrofon dan kamera apa yang dipergunakan masing-masing personel yang ada dalam kasus diatas?
2. Mengapa masing-masing personel menggunakan mikrofon dan kamera seperti yang kalian pilih?
2. Jenis dan fungsi peralatan audio visual
Peralatan audio visual mutlak diperlukan dalam menghasilkan produk audio visual. Berbagai jenis peralatan diproduksi untuk memenuhi kebutuhan kreatif tersebut. Peralatan yang dibahas adalah peralatan untuk bidang radio, televisi, dan produksi film.
a. Produksi Siaran Radio
Radio mengelola material audio sebagai bahan utamanya. Peralatan yang dipergunakan dalam kegiatan produksi siaran radio pun, diutamakan untuk memaksimalkan audio agar bisa diterima masyarakat dengan baik.
AKTIFITAS KELOMPOK
1) Audio Mixer
Audio Mixer sebagai audio konsol, adalah perangkat dengan fungsi utama untuk menerima, menggabungkan, memproses dan memonitor audio.
Mixer terutama digunakan dalam empat jenis lingkungan: live (di konser), di studio rekaman, untuk audio siaran, dan untuk film /televisi. Mixer audio bisa berbentuk analog atau digital.
2) Recording dan playback.
Perekaman dan pemutaran suara, ini dipergunakan saat material audio direkam pada saat produksi dan untuk rekonstruksi pascaproduksi.
3) Komputer
Komputer berguna untuk memasukan input dan memproses data dengan mengeluarkan hasil output yang kita inginkan dan bekerja secara otomatis. Dikerjakan dengan software atau aplikasi dan tersimpan melalui media penyimpanan data.
4) Software
Hal utama yang paling penting dari keberadaan siaran radio adalah sajian program atau materi acara yang menarik. Hal ini dapat didukung dengan salah satu komponen acara yang penting yaitu seorang penyiar radio dengan format siaran yang variatif. Siaran
Gambar 3.29. Audio Mixer Radio
Sumber: https://qrgo.page.link/7jCYN
Gambar 3.30. Playback audio
Sumber: https://qrgo.page.link/zeCUh
Radio yang bagus dan bervariasi tentu dapat menarik perhatian konsumen atau pendengar, sehingga dibutuhkan sistem siaran yang lebih baik. Dengan keberadaan software khusus, konten siaran radio dapat diorganisasikan dengan rapi. Bahkan, konten ini dapat diotomasi-kan sehingga dalam beberapa kesempatan, tidak lagi mengharuskan adanya keberadaan host secara fisik.
5) Studio Monitor Speaker
Dengan Studio monitor speaker memberikan cara mudah untuk mendengar apa yang terjadi tanpa headphone. Keberadaan speaker ini bisa membantu mendeteksi adanya kelainan kualitas suara. Speaker ini akan otomatis masuk kondisi “mute”
saat headphone diaktifkan.
6) Headphones
Dibutuhkan untuk mendengarkan aktifitas yang sedang mengudara.
Penyiar biasanya diwajibkan untuk menggunakan headphones saat siaran berlangsung. Headphones juga digu- nakan untuk mengantisipasi brooming jika menggunakan speaker control yang biasa, mengingat dalam ruangan tersebut microphone juga aktif ketika siaran.
Gambar 3.31. Software Siaran Radio
Sumber: https://qrgo.page.link/TZZzC
Gambar 3.32. Studio Monitor Speaker
Sumber: https://qrgo.page.link/nkfbw
Gambar 3.33. Headphones
7) Hybrid Phone
Hybrid adalah alat yang mengkonversi sambungan telepon biasa ke mixer siaran. Hal ini membuat penyiar bisa berkomunikasi langsung dengan pendengar.
8) Webcam
Walaupun siaran radio merupakan produksi berbasis audio, namun webcam diperlukan untuk siaran interaktif berbasis online.
9) Studio Transmitter Link (STL). Alat berfungsi untuk memancarkan siaran dari studio ke pemancar yang berada di tempat lain. Jika stasiun pemancar atau stasiun radio berada di dataran rendah atau berada di tengah kota di antara gedung-gedung tinggi, maka fungsi STL sangat dibutuhkan. STL ini ada beberapa jenis, ada yang berupa landline atau dengan kabel, ada pula berupa sinyal berfrekuensi radio secara analog maupun digital
Gambar 3.34. Hybrid Phone
Sumber: https://qrgo.page.link/CBdzW
Gambar 3.35. Studio Transmitter Link
Sumber: https://qrgo.page.link/bueHJ