• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

E. Pengendalian Mutu

53

Pemetikan dengan cara ini dapat mengatasi kelangkaan tenaga pemetik tetapi hasil petik yang diperoleh biasanya tercampur dengan petikan kasar.

Setelah proses pemetikan dilanjutkan dengan pengemasan pucuk menggunakan karung. Pengemasan pucuk menggunakan karung bertujuan agar pucuk teh tidak tercecer selama proses pengangkutan menuju pabrik.

Pengangkutan pucuk teh dilakukan menggunakan truk muatan sedang dimana karung yang berisi pucuk teh disusun dan tidak saling tumpang tindih. Tumpang tindih antar karung harus dihindari karena dapat membuat pucuk teh terlipat, sobek, dan memar.

Karung yang berisi pucuk teh akan diturunkan di bagian belakang pabrik dengan cara yang hati-hati. Bagian belakang pabrik merupakan tempat penyimpanan mesin pelayuan (rotary dryer) sehingga memudahkan pengambilan pucuk teh ketika akan dilayukan. Peletakan karung di sekitar rotary dryer juga bertujuan untuk menghindari pucuk teh tercecer saat proses pengambilan.

Pucuk teh sebelum dilakukan pengolahan akan melewati proses analisa pucuk untuk diketahui karakteristiknya. Analisa pucuk dimulai saat pucuk teh sampai di lokasi pabrik. Dilakukan pengambilan sampel secara acak dari setiap pos kemudian ditimbang sebanyak 1 kg. Setelah ditimbang, sampel akan masuk ke ruangan analisa yang kemudian diambil sebanyak 250 gram untuk dilakukan analisa. Pucuk teh dibedakan menjadi pucuk halus, pucuk kasar, bagal, dan daun yang rusak. Setelah penimbangan dihitung presentase pucuk halus, pucuk kasar, dan tingkat kerusakan pucuk

teh. Pucuk teh yang berkualitas baik memiliki kerusakan kurang dari 5%

dan petikan halusnya minimal 60%.

2. Pengendalian Mutu Proses Pengolahan

Pengendalian selanjutnya yang harus dilakukan setelah mengendalikan bahan baku adalah pengendalian mutu proses pengolahan.

Pengendalian mutu proses pengolahan terdiri dari pengendalian proses pelayuan, proses penggulungan, proses pengeringan, proses sortasi, dan proses pengemasan.

Pelayuan

Pada proses pelayuan, mesin yang digunakan adalah rotary dryer dengan kapasitas 3 kg. Sebelum memasukkan pucuk teh ke dalam mesin, para pekerja mengecek terlebih dahulu apakah terdapat benda asing selain pucuk teh. Pucuk teh yang sudah dilakukan pengecekan kemudian akan dimasukkan ke dalam mesin secara hati-hati agar pucuk teh tidak tercecer di lantai.

Penggulungan

Proses penggulungan akan dilakukan sesegera mungkin setelah suhu pucuk layu mengalami penurunan, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya fermentasi pada pucuk teh layu.

Pengeringan

Proses pengeringan di PT Pagilaran dilakukan sebanyak dua kali dimana setiap proses pengeringan, pucuk teh akan dikendalikan mutunya.

Pada proses pengeringan I, pucuk teh akan dibalik setiap 10-15 menit sekali

55

untuk menghindari hasil teh yang gosong. Sedangkan pada pengeringan II juga dilakukan pengecekan setiap beberapa menit sekali untuk melihat kondisi teh agar tidak gosong.

Sortasi

Pada proses sortasi, pengendalian yang dilakukan adalah menyortir teh hijau kering sebanyak dua kali. Pada penyortiran menggunakan mesin, mutu teh yang dihasilkan hanya terbagi atas tiga golongan. Untuk memperbanyak golongan mutu teh, dilakukan sortasi secara manual oleh pekerja professional. Pada proses sortasi, pekerja juga tidak boleh menggunakan wewangian mengingat sifat teh yang higroskopis sehingga mampu menyerap aroma disekitarnya.

Gambar 22. Sortasi Manual

Pengepakan

Pengendalian mutu juga dilakukan pada proses pengepakan/

penyimpanan teh hijau sementara. Pengepakan dilakukan dengan

menggunakan karung yang bagian dalamnya dilapisi inner yang berbahan plastik. Penggunaan plastik bertujuan untuk menekan kenaikan kadar air yang dapat menurunkan mutu teh hijau. Penyusunan karung teh tidak boleh lebih dari 10 tingkat agar tidak terjadi kerusakan pada teh yang sudah kering.

Pengemasan

Pada proses pengemasan, pengendalian yang dilakukan yaitu mencuci tangan, melepas alas kaki, dan menggunakan masker sebelum masuk ke ruang pengemasan. Kemasan yang digunakan juga selalu dilapisi dengan inner plastik sehingga mutu teh yang sudah dikemas dapat dipertahankan.

3. Pengendalian Mutu Produk Akhir

Pada tahap pengendalian produk akhir dilakukan pengujian secara organoleptik untuk mengetahui mutu teh. Pengujian yang biasa di lakukan di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh adalah analisa hasil seduhan, analisa seduhan teh dilakukan berdasarkan seri pengolahannya. Langkah pertama yang harus dilakukan untuk menganalisa hasil seduhan adalah mengambil sampel dan kemudian ditimbang sebanyak 5 gram. Sampel yang sudah ditimbang akan diseduh menggunakan air mendidih kemudian ditunggu selama 5 menit sambil menutup tutup cangkir yang digunakan.

Saat air seduhan sudah berubah warna, maka air seduhan dipisahkan dengan ampasnya lalu pengamatan dimulai. Karakteristik yang diamati adalah rasa, aroma, dan warna dari teh hijau yang telah diseduh.

F. Penjaminan Mutu

57

PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh dalam memproduksi aneka macam teh memiliki sertifikasi jaminan mutu. Penjaminan mutu sendiri merupakan pemenuhan standar mutu pengolahan yang dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan sehingga pihak yang terkait dan berkepentingan memperoleh kepuasan. Adapun beberapa sertifikasi jaminan mutu yang dimiliki oleh PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh adalah sebagai berikut:

1. SNI (Standar Nasional Indonesia)

Standar Nasional Indonesia atau SNI merupakan standar yang ditetapkan oleh pemerintah untuk berbagai hasil produksi. Logo SNI biasanya tertera pada kemasan produk, pelabelan SNI memiliki arti bahwa produk tersebut telah memenuhi standar dan aman untuk digunakan oleh konsumen. SNI menjamin keamanan konsumen dalam penggunaan produk dan juga melindungi hak dan kewajiban pelaku bisnis dalam melakukan proses produksi dan pemasaran.

2. Halal MUI

Sertifikasi halal MUI memiliki arti bahwa produk dinyatakan halal oleh Majelis Ulama Indonesia. Halal MUI biasanya tertera pada kemasan produk yang berupa logo. Sertifikasi ini bertujuan untuk memberi kepastian kepada konsumen bahwa produk tersebut halal untuk digunakan.

3. Sedex (Empowering Responsible Supplay Chain)

Sedex atau Empowering Responsible Supplay Chain merupakan sertifikasi yang diberikan kepada perusahaan yang melakukan pengelolaan secara efektif pada sisi etis dan bertanggung jawab secara praktis dari rantai pasok global.

4. Rainforest Alliance

Sertifikasi Rainforest Alliance diberikan kepada perusahaan yang menggunakan metode yang mendukung tiga pilar keberlanjutan. Tiga pilar yang dimaksud adalah sosial, ekonomi, dan lingkungan.

5. Lestari

Sertifikasi lestari diberikan kepada perusahaan yang pengolahan serta budidaya perkebunannya bertanggung jawab serta bersinergi terhadap lingkungan yang ada.

Dokumen terkait