• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknologi Produksi Teh Hijau di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh Kulon Progo Yogyakarta

N/A
N/A
A Es Jaani Fatihah

Academic year: 2024

Membagikan "Teknologi Produksi Teh Hijau di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh Kulon Progo Yogyakarta"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNOLOGI S PRODUKSI TEH HIJAU DI PT PAGILARAN UNIT PRODUKSI SAMIGALUH KULON PROGO YOGYAKATA

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DISUSUN OLEH:

A ESA JANI FATIHAH D.111.19.0120

PROGRAM STUDI S-1 TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS SEMARANG 2022

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN

Judul PKL : Teknologi Produksi Teh Hijau di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh Kulon ProgoYogyakarta

Nama : A Esa Jani Fatihah

NIM : D.111.19.0120

Pelaksanaan PKL : 21 Februari-21 Maret 2022 Lulus Ujian :

Menyetujui, Ketua Jurusan

Teknologi Hasil Pertanian

Dosen Pembimbing

Ika Fitriana, S.TP., M.Sc.

NIDN. 0608126901

Dr. Ir. Bambang Kunarto. M.P.

NIDN.0627036701

Mengetahui, Dekan

Fakultas Teknologi Pertanian

Dr. Ir. Haslina. M. Si.

NIDN. 0016016501

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN II

Judul PKL : Teknologi Produksi Teh Hijau di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh Kulon Progo Yogyakarta

Nama : A Esa Jani Fatihah

NIM : D.111.19.0120

Pelaksanaan PKL : 21 Februari-21 Maret 2022 Lulus Ujian :

PT Pagilaran Unit Produksi Pagilaran

Waridi NIP. 140371051994

(4)

iii

BERITA ACARA UJIAN

Judul PKL : Teknologi Produksi Teh Hijau di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh Kulon Progo Yogyakarta

Nama : A Esa Jani Fatihah

NIM : D.111.19.0120

Pelaksanaan PKL : 21 Februari-21 Maret 2022 Lulus Ujian :

Dosen Penguji Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Bambang Kunarto. M.P.

NIDN.0627036701

Mengetahui, Panitia Ujian PKL

Ika Fitriana, S.TP., M.Sc.

NIDN. 0608126901

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan yang berjudul “Teknologi Produksi Teh Hijau di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh Kulon Progo”.

Laporan ini disusun berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan yang telah penulis laksanakan. Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah mengetahui secara rinci tentang proses produksi teh hijau. Selesainya Praktek Kerja Lapangan ini merupakan kerja sama yang terjalin baik antara penulis dengan semua pihak terkait.

Dalam menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan, penulis telah mendapat banyak dukungan, bimbingan, bantuan, dukungan moral, kerjasama, dan material sehingga Laporan Praktek Kerja Lapangan dapat terselesaikan. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Haslina. M.Si selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Semarang yang telah memberi kesempatan dan fasilitas dalam pelaksanaan PKL.

2. Ika Fitriana. S.TP., M.Sc selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Semarang.

3. Dr. Ir. Bambang Kunarto. M.P selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberi kesempatan dan membimbing selama penulisan PKL

4. Bapak/ Ibu selaku Dosen Penguji Laporan Praktek Kerja Lapangan

(6)

v

5. Bapak Waridi selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapangan di PT. Pagilaran Unit Produksi Samigaluh yang telah membantu, membimbing, dan memberikan informasi selama Praktek Kerja Lapangan berlangsung.

6. Staff dan Karyawan PT. Pagilaran Unit Produksi Samigaluh yang telah membantu, memberi informasi, dan memberi bimbingan selama Praktek Kerja Lapangan berlangsung.

7. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan material.

8. Teman-teman seperjuangan yang memberi dukungan dan motivasi terutama untuk Nurul Khafidhotun Nabila dan Khoirul Ahmad Subakhir.

Serta untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, saran dan kritik yang sifatnya membangun bagi penulis dan laporan ini penulis harapkan berguna dan bermanfaat bagi semua.

Semarang, 20 Maret 2022

A Esa Jani Fatihah

(7)

vi RINGKASAN

A Esa Jani Fatihah D.111.19.0120. “Teknologi Produksi Teh Hijau di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh Kulon Progo”

(Dibimbing oleh Bambang Kunarto)

Industri pangan dan minuman di Indonesia berkembang sangat pesat dari waktu ke waktu. Kebutuhan dan keinginan konsumen untuk mengkonsumsi produk baru membuat industri pangan berlomba-lomba dalam melakukan inovasi produk.

Produk olahan industri yang banyak tersebar di pasaran adalah produk berbahan baku hasil perkebunan. Hasil perkebunan dengan tingkat produksi yang sangat besar berasal dari tanaman teh. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan mengenai teknologi proses yang harus dilakukan untuk mengolah tanaman teh menjadi produk yang siap untuk dikonsumsi.

Tujuan dilakukannya Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh adalah untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan teknologi proses pada pengolahan teh hijau dan juga untuk mendapatkan gambaran mengenai dunia kerja di industri pengolahan teh.

Metode yang dilakukan oleh penulis selama menjalankan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yaitu observasi, melakukan wawancara, dan juga terjun secara langsung di bagian produksi pengolahan teh hijau. Selain ketiga metode tersebut, penulis juga melakukan metode studi literatur untuk dijadikan pembanding antara teori dan praktek secara langsung.

Selama proses Praktek Kerja Lapangan (PKL) berlangsung dapat diketahui bahwa proses pengolahan teh hijau dimulai dengan penyediaan bahan baku, proses pelayuan, proses penggulungan, proses pengeringan I, proses pengeringan II, sortasi, pengepakan, serta pengemasan. Penerapan teknologi pada proses pengolahan teh hijau diwujudkan dalam penggunaan mesin selama proses pengolahan. Mesin yang digunakan untuk melayukan pucuk teh adalah rotary dryer yang prinsip kerjanya dengan memberikan panas sebesar 70°C-90°C kepada pucuk teh segar selama 7-8 menit. Mesin kedua yang digunakan untuk menggung pucuk teh layu adalah press cap roller. Press cap roller akan melakukan perputaran selama 15-30 menit untuk menggulung pucuk teh layu. Proses pengering I dilakukan dengan menggunakan mesin bed dryer, dimana panas yang disalurkan berkisar antara 70°C-80°C selama 60-90 menit. Mesin pengering yang kedua bernama ball tea yang akan mengeringkan teh dengan suhu 90°C-100°C selama 90- 120 menit. Mesin terakhir pada proses pengolahan teh hijau adalah bubble tray yang berfungsi untuk menyortir teh ke dalam beberapa kelompok mutu.

PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh juga menerapkan prosedur sanitasi dan pengendalian mutu mulai dari penyediaan bahan baku teh hijau hingga produk teh hijau siap dipasarkan.

(8)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN II ... ii

BERITA ACARA UJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Tanaman Teh ... 4

B. Teh Hijau ... 5

C. Teknologi Produksi pada Teh Hijau ... 6

D. Pengendalian Mutu ... 9

E. Sanitasi ... 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 11

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 11

B. Metode Pelaksanaan ... 11

C. Jadwal Pelaksanaan ... 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

A. Keadaan Umum Perusahaan ... 13

1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 13

2. Lokasi Perusahaan ... 15

3. Visi dan Misi Perusahan ... 17

4. Keadaan Alam ... 18

(9)

viii

5. Manajemen Perusahaan ... 19

6. Pemasaran Produk ... 24

B. Bahan Baku ... 25

C. Mesin Pengolahan ... 28

1. Mesin Pelayuan ... 28

2. Mesin Penggulung ... 30

3. Mesin Pengering I ... 31

4. Mesin Pengering II ... 32

5. Mesin Pengayak ... 33

D. Proses Pengolahan ... 34

1. Penerimaan Bahan Baku ... 36

2. Pelayuan ... 37

3. Penggulungan ... 39

4. Pengeringan I ... 40

5. Pengeringan II ... 41

6. Pengepakan ... 43

7. Sortasi ... 44

8. Pengemasan ... 48

E. Pengendalian Mutu ... 52

1. Pengendalian Mutu Bahan Baku ... 52

2. Pengendalian Mutu Proses Pengolahan ... 54

3. Pengendalian Mutu Produk Akhir ... 56

G. Sanitasi ... 58

1. Sanitasi Bangunan dan Lingkungan ... 58

2. Sanitasi Mesin dan Alat ... 59

3. Sanitasi Pekerja ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN ... 54

(10)

ix DAFTAR TABEL

Table 1. Jadwal Kegiatan PKL... 12

Table 2. Klasifikasi Tenaga Keja di PT. Pagilaran Maret 2022... 24

Table 3. Spesifikasi Mesin Pelayuan ... 29

Table 4. Spesifikasi Mesin Penggulung ... 30

Table 5. Spesifikasi Mesin Pengering I ... 32

Table 6. Spesifikasi Mesin Pengering II ... 33

Table 7. Spesifikasi Mesin Pengayak ... 34

(11)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Sebaran Kebun Teh Kecamatan Samigaluh-Girimulyo .. 16

Gambar 2. Struktur Organisasi PT Pagilaran unit Produksi Samigaluh ... 19

Gambar 3. Analisa Pucuk teh ... 28

Gambar 4. Rotary Dryer ... 29

Gambar 5. Press Cup Roller ... 30

Gambar 6. Sumber Pemanas Bed Dryer ... 31

Gambar 7. Bed Dryer ... 32

Gambar 8. Ball Tea ... 33

Gambar 9. Bubble Tray ... 34

Gambar 10. Diagram Alir Proses ... 35

Gambar 11. Pucuk Teh Yang Sudah Ditimbang ... 36

Gambar 12. Proses Pelayuan Pucuk ... 37

Gambar 13. Pucuk Teh Segar ... 38

Gambar 14. Pucuk Teh Layu ... 38

Gambar 15. Proses Penggulungan Pucuk Teh ... 40

Gambar 16. Pucuk Teh Layu Yang Menggulung ... 40

Gambar 17. Proses Pengeringan I ... 41

Gambar 18. Teh Kering Hasil Pengeringan II ... 42

Gambar 19. Pengepakan dan Penyimpanan Sementara ... 44

Gambar 20. Hasil Sortasi Teh Hijau ... 47

Gambar 21. Kemasan Teh Hijau ... 51

Gambar 22. Sortasi Manual ... 55

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan industri pangan dan minuman berjalan sangat pesat dari waktu ke waktu. Kebutuhan yang beragam dan tingginya minat konsumen untuk mencoba olahan produk baru membuat industri pangan serta minuman berlomba-lomba dalam melakukan inovasi dan perkembangan pada produk- produknya.

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki tanah yang subur dan kekayaan alam yang melimpah. Pengelolaan kekayaan alam di bidang industri pangan dan minuman yang mudah dijumpai saat ini adalah pengolahan hasil perkebunan. Komoditas perkebunan yang memiliki daya minat yang tinggi di kalangan konsumen adalah tanaman teh. Indonesia merupakan negara dengan produksi teh terbesar ke-7 dimana pada tahun 2021 produksi teh di Indonesia mencapai 129.529 ton dengan luas area perkebunan sebesar 112.053 (Direktorat Jendral Perkebunan, 2021).

Olahan produk teh sendiri sangat beragam menyesuaikan tingkat minat konsumen dan nilai ekonomis produk. Salah satu olahan produk teh yang banyak beredar di pasaran adalah teh hijau. Nilai ekspor pada tahun 2020 untuk teh hijau sebesar 7.926 ton dan untuk teh hitam mencapai 37.339 ton (BPS, 2020).

(14)

Teh hijau adalah produk teh yang memiliki kandungan polifenol yang tinggi dan sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Untuk menghasilkan produk teh hijau yang berkualitas dan memiliki rasa yang enak, diperlukan standarisasi bahan baku mulai dari perkebunan hingga pengendalian proses saat produksi berlangsung.

Salah satu industri pengolahan teh hijau di Indonesia adalah PT Pagilaran. PT Pagilaran sendiri memiliki beberapa unit produksi, dimana fokus produksinya terdiri dari pengolahan tanaman teh dan kakao. PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh meliputi perkebunan, perindustrian, dan pemasaran produk teh. Untuk mengetahui cara, proses, dan standarisasi pengolahan agar menghasilkan produk teh hijau dengan tingkat mutu yang sesuai, penulis memilih PT Pagilaran sebagai tempat praktek kerja lapangan dengan mengambil judul “Proses Produksi Teh Hijau di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh Kulon Progo”.

B. Tujuan

1. Mempelajari teknologi proses pengolahan teh hijau di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh.

2. Mempelajari pengendalian bahan baku dan pengendalian proses pengolahan untuk menghasilkan teh hijau dengan mutu yang baik.

3. Mempelajari alat dan mesin yang digunakan selama proses pengolahan.

(15)

3

C. Manfaat

1. Memahami dan mengetahui proses pengolahan teh hijau di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh.

2. Memahami dan mengetahui standarisasi bahan baku hingga proses pengolahan teh hijau PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh.

3. Mendapatkan pengalaman bekerja secara langsung dan memberi gambaran dunia kerja di industri pengolahan teh.

(16)

4 A. Tanaman Teh

Tanaman teh atau yang memiliki nama ilmiah Camellia sinensis L.

merupakan salah satu komoditas unggul dalam sektor perkebunan Indonesia.

Tanaman teh merupakan tanaman tahuan yang dapat dibudidayakan di wilayah subtropis atau daerah pegunungan (Hindersah, et al., 2016). Menurut data yang berasal dari (ANRI, 2016), bibit tanaman teh yang tersebar di Indonesia berasal dari negara Tiongkok dan Jepang.

Klasifikasi tanaman Teh (Camellia sinensis L.) menurut (Anggraini, 2017) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Guttiferales

Famili : Tehaceae Genus : Camellia

Spesies : Camellia sinensis L.

Varietas : Camellia dan Assamica

Secara umum tanaman teh yang ada di Indonesia terdiri dari dua macam varietas yaitu varietas Assamica dan varietas sinensis. Perbedaan antara kedua

(17)

5

varietas dapat dilihat dari kenampakan daunnya dimana varietas Assamica memiliki bentuk daun yang besar dengan ujung yang runcing sedangkan varietas sinensis memiliki bentuk daun yang lebih kecil dengan ujung tumpul (Wijayanto, et al., 2015).

Bentuk dari tanaman teh sendiri adalah pohon yang tingginya dapat mencapai belasan meter jika tidak dilakukan pemangkasan. Tujuan dilakukannnya pemangkasan adalah untuk mempermudah pemetikan karena bagian yang digunakan untuk memproduksi minuman teh adalah pucuk daun atau daun muda. Selain untuk mempermudah pemetikan, pemangkasan juga dapat merangsang pertumbuhan tunas baru sehingga pertumbuhan pucuk muda yang dihasilkan akan semakin banyak. (Rohmahdan & Wachjar, 2015)

Berdasarkan metode pengolahan pucuk teh, terdapat tiga jenis teh yaitu teh tanpa fermentasi (teh hijau dan teh putih), teh yang mengalami fermentasi (teh hitam), dan teh yang mengalami fermentasi sebagian atau semi fermentasi (teh oolong) (Rohdiana, 2015).

B. Teh Hijau

Teh hijau merupakan produk yang dihasilkan dari salah satu metode pengolahan daun teh atau pucuk teh. Prinsip yang digunakan dalam pengolahan teh hijau adalah dengan menginaktifkan enzim polifenol oksidase sehingga tidak terjadi oksimatis yang merubah polifenol menjadi senyawa oksidasinya yang berupa teaflavin dan tearubigin (Rohdiana, 2015).

(18)

Produk teh hijau secara umum dapat dibedakan menjadi teh hijau China (panning type) dan teh jepang (steaming type). Teh hijau China menggunakan mesin pelayuan bernama rotary panner sedangkan teh Jepang menggunakan steamer untuk meninaktifkan enzim polifenol oksidasenya. Pengolahan teh di Indonesia sendiri sebagian besar menggunakan cara panning atau menggunakan mesin rotary panner.

Teh hijau yang mengalami proses panning memiliki warna yang lebih kehitaman dibandingkan dengan teh hijau yang mengalami proses steaming dimana warna yang dihasilkan akan lebih cerah (Anggraini, 2017). Polifenol, vitamin E, dan vitamin C yang dimiliki teh hijau adalah tertinggi jika dibandingkan dengan olahan teh lainnya (Kurnia, et al., 2015)

C. Teknologi Produksi pada Teh Hijau

Pada proses pengolahan teh hijau terdapat beberapa tahap teknologi produksi yang diterapkan untuk menghasilkan teh hijau yang memiliki mutu dan kualitas yang sesuai standar yang ada. Teknologi produksi pada teh hijau dengan cara panning terdiri atas pelayuan, penggulungan, pengeringan, sortasi dan grading (Wardani & Fernanda, 2016).

(19)

7

1. Pelayuan

Proses pelayuan dimulai dari memasukkan pucuk teh ke dalam rotary panner dengan tujuan untuk menginaktifkan enzim polifenol oksidase dan menurunkan kandungan air pada pucuk. Pelayuan pucuk dilakukan selama 7-8 menit dengan suhu 80°C-100°C. Pucuk yang sudah mengalami kelayuan optimal daunnya akan melemas, berwarna hijau kekuningan, dan kadar airnya sudah turun sekitar 65-70% (Anggraini, 2017).

2. Penggulungan

Penggulungan pucuk yang sudah layu dilakukan di mesin open top roller (OTP) yang bertujuan untuk mengeluarkan cairan yang ada di dalam sel pucuk layu dan membentuk pucuk layu menjadi gulungan-gulungan.

Kisaran waktu yang dibutuhkan untuk menggulung pucuk yang layu adalah 15-17 menit dan tidak boleh lebih dari 30 menit (Anggraini, 2017).

3. Pengeringan

Proses pengeringan dilakukan dengan dua tahap, pengeringan I menggunakan mesin endless chain pressure (ECP) dan pengeringan II menggunakan mesin Balltea (BT). Proses pengeringan I menggunakan suhu inlet 130°C-135°C dan suhu outletnya sebesar 50°C-55°C dengan lama pengeringan kurang lebih 25 menit serta bertujuan untuk menurunkan kadar air hingga 30-35%.

Pengeringan II menggunakan suhu 70°C-90°C selama 60-90 menit dengan tujuan untuk menurunkan kadar air hingga 5-6%. Selain untuk

(20)

menurunkan kadar air, pengeringan II ini juga akan memperbaiki bentuk gulungan teh keringnya (Anggraini, 2017).

4. Sortasi dan Grading

Sortasi dilakukan untuk memisahkan teh hijau kering berdasarkan ukuran, bentuk, dan berat. Pemisahan teh hijau bertujuan untuk mendapatkan grade yang sesuai dengan yang diinginkan. Mesin yang digunakan untuk sortasi pada teh hijau biasanya adalah ayakan mesin (chota), Vibro, Mydleton, Stalk separator, crusher, dan winnower (Anggraini, 2017).

Berdasarkan (Badan Standarisasi Nasional, 2016) teh hijau digolongkan menjadi 20 jenis berdasarkan bentuk dan ukuran partikelnya, yaitu:

1. Pekoe Super 2. Pekoe 3. Jikeng 4. Bubuk 1 5. Bubuk 2 6. Bubuk 3 7. Broken Tea 8. Fanning 9. Dust

10. Tulang Daun

11. Gun Powder 1 (GP1)

(21)

9

12. Gun Powder 2 (GP2) 13. Gun Powder 3 (GP 3) 14. Chun Mee 1 (CM 1) 15. Chun Mee 2 (CM 2) 16. Chun Mee 3 (CM 3) 17. Chun Mee 4 (CM 4) 18. Show Mee 1 (SM 1) 19. Show Mee 2 (SM2) 20. Broken Mixed (BM)

D. Pengendalian Mutu

Proses produksi untuk menghasilkan barang dalam suatu industri pengolahan harus dilakukan pengendalian agar menghasilkan mutu produk yang sesuai dengan standar yang ada. Pengendalian yang digunakan untuk menghasilkan mutu yang sesuai disebut juga pengendalian mutu. Pengendalian mutu adalah suatu aktivitas yang efektif untuk mempertahankan mutu atau kualitas dari barang yang dihasilkan serta efektif untuk mengkoordinasikan usaha-usaha dari kelompok produksi untuk memuaskan kebutuhan konsumen (Andespa, 2020).

Dalam pengendalian mutu akan dilakukan pemeriksaan dan tindakan korektif apabila terdapat penyimpangan atau ketidaksesuaian dari standar yang telah ditetapkan. Hal utama yang harus diperhatikan dalam pengendalian mutu adalah perencanaan pengambilan sampel untuk penerimaan serta kegiatan

(22)

pencatatan, pelaporan, interpretasi, dan tindak lanjutnya. Penilaian produk secara keseluruhan tidak dapat dilakukan sehingga penilaian didasarkan dari penilaian terhadap sampel yang mewakili seluruh populasi (Husni & Putra, 2018).

Mutu teh hijau dapat dikendalikan sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan, berdasarkan (Badan Standarisasi Nasional, 2016) untuk mengetahui karakteristik mutu produk yang sesuai dapat dilakukan dengan pengujian secara laboratorium ataupun pengujian secara organoleptik. Pengujian laboratorium dilakukan untuk mengetahui keadaan mutu yang berada di dalam teh seperti kadar air, kadar abu, ataupun kadar ekstrak dalam air, sedangkan pengujian secara organoleptik dilakukan untuk mengetahui keadaan mutu yang dapat dibedakan oleh indra manusia contohnya, warna, bau, atau rasa pada teh.

E. Sanitasi

Sanitasi menurut (Marsanti & Widiarini, 2018) adalah suatu usaha pemeliharaan untuk menciptakan kebersihan dan kondisi yang sehat.

Pemeliharaan dilakukan dengan cara menjaga kebersihan lingkungan dari subjeknya.

Usaha sanitasi dilakukan dengan menitik beratkan kegiatan yang harus dilakukan agar produk yang dihasilkan tidak mengganggu kesehatan mulai dari sebelum produksi,selama proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, hingga produk siap untuk dikonsumsi oleh konsumen (Marsanti & Widiarini, 2018).

(23)

11 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama satu bulan pada tanggal 21 Februari 2022-21 Maret 2022 di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta.

B. Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah:

1. Pengamatan atau observasi secara langsung di lapangan saat proses produksi berlangsung.

2. Wawancara secara langsung kepada pembimbing lapangan, kepala unit produksi, dan juga karyawan mengenai proses produksi yang berlangsung.

3. Terlibat secara langsung pada saat proses produksi.

4. Melakukan studi Pustaka, membandingkan literatur yang ada dengan kenyataan di lapangan.

C. Jadwal Pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di PT. Pagilaran Unit Produksi Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta adalah sebagai berikut:

(24)

Table 1. Jadwal Kegiatan PKL

No Kegiatan Minggu

I II III IV 1 Pengamatan dan pengambilan data di

kebun teh

✓ 2 Pengamatan dan pengambilan data

kegiatan produksi teh hijau

✓ 3 Pengamatan dan pengambilan data

administrasi di perusahaan

✓ 4 Melengkapi data untuk penyusunan

laporan Praktek Kerja Lapangan

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022

(25)

13 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Perusahaan

1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Kulon Progo merupakan sebuah wilayah yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelum tahun 1990 masyarakat Kulon Progo belum mengenal tanaman teh meskipun di sana dapat dijumpai pohon teh liar, namun dalam pengertian budidaya belum pernah dijumpai. Percobaan penanaman teh dilakukan oleh dinas perkebunan setempat di Dusun Keceme dan Tritis. Percobaan tersebut gagal karena perawatan yang diberikan tidak intensif sehingga belum bisa menjadi petak percontohan.

Pada tahun 1987 diadakan Temu Usaha yang melibatkan KADIN, para petani, dan seluruh pengusaha Kabupaten Kulon Progo serta dihadiri pula oleh Drs. KRT. Wijoyo Hadiningrat yang merupakan Bupati pada masa itu. Dalam pertemuan tersebut, PT pagilaran yang diwakili oleh Direktur Utama Bapak Prof. Dr. Ir. Soemantri Sastrosoedarjo mendapatkan banyak pertanyaan dan himbauan mengenai potensi pengembangan tanaman perkebunan di Kulon Progo. Dengan berbagai pertimbangan dan melihat keberhasilan wilayah Gudung Kidul yang lebih dahulu mampu mengembangkan potensi wilayahnya untuk dijadikan perkebunan teh, PT Pagilaran menyanggupi untuk membantu pengembangan tanaman perkebunan di wilayah Kulon Progo.

(26)

Pemda Kulon Progo yang dipimpin langsung oleh Bapak Bupati mendukung gagasan mengenai pengembangan tanaman perkebunan di wilayah Kulon Progo. Dukungan tersebut diwujudkan dalam bentuk peninjauan perkebunan teh dan kakao milik PT Pagilaran di Pagilaran dan Segayuh Utara, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Peninjauan dilakukan untuk memberi gambaran dan semangat bagi Pemda serta masyarakat Kulon Progo untuk membangun perkebunan teh dan kakao di Wilayah Kulon Progo.

Pada tahun 1990 dilakukan survei serta studi kelayakan mengenai gagasan pengembangan tanaman perkebunan di Kulon Progo dan diperoleh kesimpulan serta usulan yaitu:

1. Komoditas teh seluas 1.000 hektar di daerah atas dengan ketinggian 750-1.100 m d.p.l., dengan harapan dapat diperluas 1.000 hektar lagi di Kabupaten Purworejo dan Magelang Jawa Tengah.

2. Komoditas kakao seluas 2.000 hektar di daerah dengan ketinggian 300- 700 m d.p.l., mulai dari Kokap, Girimulyo, Samigaluh, sampai ke Kalibawang.

Setelah mendapatkan usulan dan kesimpulan, PT Pagilaran bersama Pemda Kulon Progo bergerak untuk mendapatkan dukungan dana KIK untuk pembangunan plasma. Rencana dukungan dana KIK tidak terlaksana karena Pakjun (Paket Januari) 1990 dana KIK dengan likuiditas BI dihapuskan. PT Pagilaran bersama Dinas Perkebunan DIY melanjutkan usaha memalui P2WK (Pengembangan dan Pembinaan Wawasan dan

(27)

15

Keilmuan) pada tahun 1990/1991 untuk perkebunan teh dan 1991/1992 untuk perkebunan kakao.

Perkebunan teh sampai dengan tahun 1993/1994 memiliki luas 745 hektar sedangkan luas perkebunan kakao telah mencapai 4240 hektar pada tahun 1994/1995. Dilihat dari perkembangan yang ada, PT Pagilaran berupaya mendirikan satu buah pabrik yang berlokasi di Yogyakarta pada tahun 1990. Realisasi pembangunan pada tahun 1991/1992 dimulai dengan penyediaan sebidang tanah di tengah-tengah area perkebunan teh yaitu Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo.

Pembebasan tanah seluas 415 hektar dilakukan secara bertahap sejak tahun 1991. Dilakukan pematangan tanah pada tahun 1992 untuk membangun pabrik teh hijau dan teh hitam dengan kapasitas 1000-1500 ton kering per tahun. Pada tahun 1993 produksi pucuk teh belum memenuhi kapasitas yang dibutuhkan, sehingga dibangun pabrik tahap pertama yaitu pabrik teh hijau Unit Samigaluh. Peresmian pabrik oleh Menteri Pertanian Ir. Wardoyo dilakukan pada Desember 1993 melalui kegiatan “peletakan batu pertama”.

2. Lokasi Perusahaan

PT Pagilaran yang berada di Samigaluh merupakan anak cabang atau salah satu unit produksi dari PT Pagilaran. Lokasi dari PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh adalah Dusun Ngemplak, Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Adapun batas-batas wilayah dari PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh adalah:

(28)

a. Sebelah Barat : Dusun Ngemplak b. Sebelah Timur : Dusun Plono

c. Sebelah Utara : Sawah/kebun rakyat d. Sebelah Selatan : Jalan Raya Pagerharjo

Lokasi pabrik terletak di seberang Jalan Samigaluh-Loana sehingga memudahkan pendistribusian pucuk dari kebun teh menuju ke lokasi pabrik.

Perkebunan teh di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh merupakan perkebunan plasma yang terletak di kecamatan Samigaluh dan Kecamaran Girimulyo. Peta sebaran perkebunan dapat dilihat di Gambar 1.

Gambar 1. Peta Sebaran Kebun Teh dan Kabupaten Kulon Progo

Dari lokasi pabrik menuju ke lokasi perkebunan dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat. Pengangkutan

(29)

17

pucuk teh dari perkebunan menuju ke pabrik biasanya menggunakan truk sehingga dapat memuat pucuk teh dalam jumlah banyak.

3. Visi dan Misi Perusahan a. Visi Perusahaan

(1) Menjadi perusahaan perkebunan dalam arti luas dengan kinerja yang produktif, yang dapat tumbuh pada aras yang tinggi, melalui pilihan penerapan teknologi dan sistem pengelolaan yang efektif dan efisien.

(2) Menjadi pelopor dalam usaha perkebunan sebagai pengejawantahan sinergi kerja penelitian fakultas pertanian ugm dan kegiatan usaha perusahaan melalui kajian nalar krida-krida teknologi produksi dan pengolahan, berikut pengembangan penerapannya, dan secara nyata menyumbang temuan pengetahuan baru dan terobosan teknologi baru berikut kesesuaian penerapannya.

(3) Menjadi percontohan bagi masyarakat pelaku usaha perkebunan dan obyek studi bagi kalangan akademik melalui kegiatan usaha yang produktif, kesesuaian pemanfaatan teknologi dan tindakan konservatif terhadap sumberdaya lahan.

b. Misi Perusahaan

(1) Mengembangkan unit-unit kegiatan produksi yang ekonomis dan menguntungkan dengan citra korporat yang kuat.

(30)

(2) Berperan aktif dalam penyediaan sarana kelancaran pelaksanaan pendidikan dan penelitian fakultas pertanian UGM, melalui Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.

(3) Menjadi wahana bagi kegiatan penelitian dalam bidang perkebunan dalam arti luas bersama dengan fakultas pertanian ugm melalui komoditas-komoditas yang dikembangkan sehingga memungkinkan terjadinya sinergi yang mutualistik bagi fakultas pertanian maupun PT. Pagilaran.

(4) Berperan aktif sebagai agent of development bagi wilayah dan masyarakat sekitar unit kegiatan usaha perusahaan melalui sosialisasi pemikiran baru dan penemuan teknologi di bidang perkebunan yang memberikan manfaat baik secara ekonomis maupun ekologis.

4. Keadaan Alam

PT. Pagilaran Unit produksi Samigaluh terletak di daerah Kulon Progo dimana secara astronomis daerah kulon progo memiliki kontur dataran tinggi. Lahan perkebunan teh di PT Pagilaran Unit produksi Samigaluh terdapat di kecamatan Samigaluh dan kecamatan Girimulyo.

Lahan perkebunan teh yang berada di kecamatan Samigaluh sebagian besar terletak di daerah dataran tinggi dengan ketinggian 400-1000 m.dpl.

Jenis tanah di wilayah tersebut adalah tanah Litosol dan Mediteran. Untuk lahan perkebunan yang berada di kecamatan Girimulyo, ketinggian

(31)

19

wilayahnya yaitu 700-900 m. dpl. dengan kemiringan 15°-25°. Jenis tanah yang berada di wilayah Girimulyo adalah tanah Litosol coklat.

Area perkebunan PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh memiliki curah hujan sebesar 3000 mm/tahun. Curah hujan yang cenderung tinggi dan merata sepanjang tahun dapat menjadi bukti bahwa wilayah tersebut merupakan tempat budidaya yang baik bagi tanaman teh.

5. Manajemen Perusahaan

a. Struktur Organisasi Perusahaan

PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh memiliki sistem organisasi dimana tujuan dari sistem itu sendiri untuk mengatur dan menetapkan tugas perorangan sehingga mempermudah pengontrolan pekerjaan yang dilakukan. Adapun struktur organisasi PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh tertera pada gambar 2.

Gambar 2. Struktur Organisasi PT Pagilaran unit Produksi Samigaluh

(32)

Berdasarkan struktur organisasi yang ada di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh maka terdapat tugas serta tanggung jawab untuk setiap jabatannya. Adapun tugas dan tanggung jawab jabatan secara umum adalah sebagai berikut:

1) Kepala Produksi

(a) Memiliki tanggung jawab atas setiap kegiatan yang terdapat di pabrik.

(b) Melakukan penerapan, perencanaan serta kebijakan perusahaan.

(c) Melakukan koordinasi serta pengawasan kerja terhadap semua bawahan.

(d) Membina hubungan antara perusahaan dengan lingkungan masyarakat sekitar.

2) Pengawas

(a) Melakukan pengawasan terhadap setiap kegiatan yang ada di pabrik.

(b) Memberikan petanggungjawaban terkait wewenang dan tugas kepada kepala unit plasma.

3) Kepala Tata Usaha

(a) Memiliki tanggung jawab atas segala administrasi pabrik.

(b) Memberikan bantuan kepada pengawas terkait pengawasan kegiatan administrasi dan keuangan.

4) Mandor Besar Pengolahan Teh

(a) Memiliki tanggujng jawab dalam proses pengolahan.

(33)

21

(b) Memiliki tanggung jawab terhadap kondisi peralatan dalam pabrik.

5) Mandor Besar Tanaman

(a) Memiliki tanggung jawab dalam melakukan pengawasan terkait penanaman, pemeliharaan tanaman dan hasil.

(b) Memiliki tanggung jawab dalam mengawasi dan membawahi para mandor tanaman dan asisten mandor.

6) Mandor Besar Teknik

(a) Memiliki tanggung jawab terkait kelancaran mesin pengolahan serta alat terkait pengolahan.

(b) Memiliki tanggung jawab dalam membawahi serta mengawasi montir, sopir dan teknisi mesin.

7) Mandor Administrasi

(a) Melakukan kegiatan pelaksanaan serta keuangan.

(b) Memiliki tanggung jawab menyerahkan hasil kerja pada kepala tata usaha.

8) Mandor Pengolahan

(a) Memiliki tanggung jawab dalam pengawasan setiap tahapan proses pengolahan.

(b) Memiliki tanggung jawab melaporkan hasil kerjanya kepada kepala mandor besar pengolahan.

9) Mandor Sortasi dan Pengeringan

(34)

(a) Melakukan pengawasan terkait keberjalanan sortasi dan pengeringan dan hasilnya.

(b) Menentukan mutu hasil sortasi kering.

(c) Melakukan koordinasi terkait pengepakan dan pengiriman hasil.

10) Mandor Tanaman Teh

(a) Melakukan koordinasi serta bimbingan kepada para petani teh.

(b) Membuat jadwal trekait pemetikan serta pengambilan hasil oleh petani.

(c) Memiliki tanggung jawab menyerahkan hasil kerja kepada mandor besar.

11) Mandor Teknik

(a) Melakukan pengawasan terkait kelancaran mesin serta alat dalam proses produksi.

(b) Memiliki tanggung jawab melaporkan hasil kerjanya kepada mandor besar.

12) Administrasi dan Keuangan Umum

(a) Melaksanakan administrasi secara umum terkait kegiatan di perusahaan.

(b) Melakukan pembukuan terhadapa keuangan perusahaan.

13) Administrasi Produk Teh

(a) Melakukan pencatatan atau adminitrasi terkait produk teh yang dicapai untuk petani.

(35)

23

(b) Melakukan administrasi terkait pembayaran pembelian pucuk teh rakyat.

14) Pembantu Mandor

(a) Membantu mandor terkait tugas-tugasnya.

15) Driver/ Sopir

(a) Memberikan bantuan terkait kelancaran dalam pengambilan pucuk teh oleh petani di tempat penampungan sementara.

(b) Memberikan bantuan terkait kelancaran pengiriman hasil ke tempat yang telah ditentukan.

16) Montir dan Teknisi Perusahaan

(a) Melakukan penjagaan serta pemeliharaan terkait mesin-mesin perusahaan

(b) Melakukan perbaikan terkait kerusakan yang mungkin ditimbulkan pada perusahaan

b. Ketenagakerjaan

PT Pagilaran unit produksi Samigaluh memilik tenaga kerja yang terdiri dari beberapa bagian. Jumlah tenaga kerja yang berada di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh hingga Maret 2022 berjumah 21 orang. Secara terperinci pembagian karyawannya adalah sebagai berikut:

(36)

Table 2. Klasifikasi Tenaga Keja di PT. Pagilaran Maret 2022

No Klasifikasi Jumlah Total

L P

1 Pegawai 4 2 6

2 Harian Kontan (PKWT) 5 - 5

3 Harian Tetap 2 - 2

4 Kontrak Kantor Direksi 2 - 2

5 Musiman 5 1 6

Jumlah 21

Sumber: Tata Usaha PT. Pagilaran Unit Produksi Samigaluh

Bidang kerja yang ada di PT. Pagilaran Unit Produksi Samigaluh terdiri dari kantor, kebun, dan pabrik. Setiap tenaga kerja dibagi berdasarkan tugas dan bidang kerja yang telah ditetapkan. Asisten manajer, kepala unit, dan beberapa staff terkait ditempatkan dibagian kantor, mandor tanaman teh dan petugas lapangan ditempatkan dibagian kebun, sedangkan mandor produksi, teknisi, juru analisis, sortasi, dan packaging ditempatkan di bagian pabrik.

6. Pemasaran Produk

PT Pagilaran yang terdiri dari Unit Produksi Pagilaran, Unit Produksi Sidoharjo, Unit Produksi Segayung, Unit Produksi Jatilawang, Unit Produks Kaliboja, dan Unit Produksi Samigaluh melakukan pemasaran produk olahan dengan menggunakan sistem terpusat. Semua hasil produk dari setiap unit akan dikirim ke kantor direksi yang berada di Jalan Faridan M. Noto 11 Yogyakarta untuk kemudian dipasarkan.

Produk yang sudah dikemas sesuai grade akan dipasarkan dengan sistem kontrak dan lelang di KPB atau Kantor Pemasaran Bersama.

Sebanyak 75% produk dari PT Pagilaran dipasarkan di dalam negeri dan

(37)

25

25%-nya dipasarkan ke luar negeri. Negara yang menjadi tujuan pemasaran produk dari PT Pagilaran adalah Australia, Belanda, Jerman, Amerika, Malaysia, Jepang serta Singapura.

Permintaan produk tidak hanya berasal dari kalangan masyarakat umum tetapi dapat berasal dari perusahaan lain yang bergerak di bidang serupa. Beberapa perusahaan tersebut adalah PT Sari Wangi, PT Gunung Subur, PT Slamet, PT FA Cangkir, PT Pasifil, PT Poskoveri, serta PT Tirjasa.

B. Bahan Baku

Dalam proses pengolahan teh hijau, bahan baku yang digunakan untuk melakukan proses produksi adalah daun teh yang sudah mengalami pemetikan.

Daun teh yang digunakan adalah bagian pucuk yang terdiri dari peko dan dua atau tiga daun muda yang ada di bawahnya. Bagian pucuk burung bersama satu, dua, atau tiga daun muda yang ada di bawahnya juga dapat menjadi bahan baku untuk memproduksi teh hijau.

Pucuk teh yang digunakan oleh PT Pagilaran untuk memproduksi teh hijau berasal dari perkebunan teh yang berada di Kecamatan Samigaluh dan Girimulyo. Varietas tanaman teh yang berada di perkebunan tersebut terdiri dari varietas TRI 25, TRI 24, Gambung 7, 9, 11, dan juga kiara. Untuk varietas dengan jumlah terbanyak di perkebunan PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh adalah TRI 25, TRI 24 dan beberapa varietas kiara. Pemetikan pucuk teh di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh mengaplikasikan tiga jenis petikan yaitu petikan jendang, petikan produksi, dan petikan gendesan. Petikan jendang

(38)

dilakukan pada tanaman teh muda atau tanaman teh yang baru saja dipangkas jendangan, petikan produksi dilakukan setelah petikan jendang, sedangkan petikan gendesan dilakukan sebelum pemangkasan yang biasanya dilakukan setiap 4 tahun sekali.

Pucuk teh memiliki kriteria tertentu untuk dijadikan bahan baku pada proses pengolahan teh hijau. Bahan baku yang sesuai untuk melakukan proses pengolahan teh hijau adalah pucuk teh yang dipetik dengan menggunakan rumus petikan halus, petikan sedang, dan petikan kasar.

1. Petikan Halus

Rumus petik yang digunakan pada petikan halus adalah p+1m/k+1 atau b+1/k+1. Petikan halus dilakukan dengan cara memetik bagian peko dengan satu lembar daun muda atau dengan cara memetik satu lembar daun muda dan meninggalkan kapel satu helai daun. Rumus petik ini tidak digunakan di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh karena kuantitas petikan yang didapatkan jika menggunakan rumus ini tergolong rendah dan tidak sebanding dengan biaya produksi.

2. Petikan Sedang

Rumus petik yang digunakan pada petikan sedang adalah p+2m, p+3m, b+2m, b+3m, k+1. Petikan sedang dilakukan dengan cara memetik bagian peko dengan dua smpai tiga helai daun muda atau dengan memetik bagian burung dengan 2-3 lembar daun muda serta meninggalkan kapel dengan satu lembar daun. Rumus petik ini yang biasanya digunakan di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh.

(39)

27

3. Petikan Kasar

Rumus petik yang digunakan pada petikan kasar adalah p+3, p+4, b+1t, b+2t, b+3t, dan k+0. Petikan kasar dilakukan dengan cara memetik bagian peko dengan tiga lembar atau lebih daun, selain itu petikan juga dilakukan dengan cara memetik bagian burung dan satu sampai 3 lembar daun tua serta tidak meninggalkan daun sama sekali diatas kapel.

Pucuk teh sebelum mengalami proses pengolahan akan melalui analisa pucuk yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kerusakannya serta untuk mengetahui apakah pucuk teh termasuk ke dalam pucuk teh halus atau kasar.

Analisa pucuk dilakukan dengan mengambil sampel secara acak sebnayak 1 kg dengan syarat bahwa sampel yang diambil telah mewakili tiap komoditas atau pos yang ada. Setelah dilakukan pengambilan secara acak, pucuk teh akan ditimbang kembali sebanyak 200 g untuk kemudian dipisahkan sesuai kelompok petikan yaitu petikan halus, petikan sedang, dan petikan kasar.

Setiap kelompok petikan akan ditimbang dan kemudian dicatat hasilnya, setelah itu, dilakukan pemisahan anatara pucuk teh yang sehat dan pucuk teh yang sakit atau rusak. Pucuk teh yang rusak atau sakit kemudian juga akan ditimbang dan dilanjutkan dengan penimbangan bagal pada setiap pucuk teh.

Data yang dihasilkan pada setiap penimbangan akan menghasilkan presentase mutu pucuk yang ada. Pucuk teh yang berkualitas baik memiliki kerusakan kurang dari 5% dan petikan halusnya minimal 60%.

(40)

Gambar 3. Analisa Pucuk teh

C. Mesin Pengolahan

Pada pengolahan teh hijau di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh, terdapat beberapa mesin yang dioperasikan selama proses produksi berlangsung. Mesin memiliki peranan yang sangat penting dalam menerapkan pengolahan berbasis teknologi. Seperti yang telah diketahui, perkembangan teknologi dunia berjalan sangat cepat dalam memunculkan inovasi baru untuk memudahkan segala bentuk aktivitas manusia. Mesin merupakan salah satu bentuk teknologi yang dapat memproduksi suatu produk dengan mutu yang baik dan memiliki tingkat keseragaman yang baik. Setiap mesin yang digunakan dalam memproduksi suatu produk memiliki fungsi dan spesifikasi masing-masing. Mesin yang digunakan PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh dalam memproduksi teh hijau adalah sebagai berikut:

1. Mesin Pelayuan

Mesin pertama yang ada di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh adalah mesin yang berfungsi untuk melayukan pucuk teh segar yang berasal

(41)

29

dari kebun. Nama mesin yang digunakan untuk melayukan pucuk teh segar adalah rotary dryer. Prinsip kerja mesin adalah memberi panas kepada pucuk teh segar sembari mesin melakukan perputaran. Perputaran mesin berasal dari listrik yang kemudian digunakan sebagai energi penggerak pada dinamo mesin. Panas yang dihasilkan mesin bersumber dari pembakaran gas yang disalurkan ke dalam mesin.

Gambar 4. Rotary Dryer

Table 3. Spesifikasi Mesin Pelayuan

Spesifikasi Keterangan

Nama Rotary Dryer

Bahan Baja dan Stainless steel

Kapasitas 3 kg

Kecepatan Putaran 20-27 rpm

Sumber Pemanas Gas

Daya Elektromotor 0,75 kW/1 Hp

Suhu 80°C-100°C

Jumlah 4 unit

Waktu 7-8 Menit

Sumber: PT. Pagilaran Unit Produksi Samigaluh, 2022

(42)

2. Mesin Penggulung

Mesin yang digunakan selama proses penggulungan di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh bernama press cap roller. Press cap roller sendiri merupakan mesin yang berfungsi untuk menggulung pucuk teh layu dan juga memisahkan pucuk teh dengan bagalnya. Sumber energi yang digunakan untuk menggerakan dinamo mesin berasal dari listrik. Bagian atas mesin merupakan tempat untuk memasukkan pucuk teh layu dimana pada bagian tutupnya memiliki fungsi untuk mengepress pucuk teh layu.

Mesin ini juga memiliki pisau tumpul berbentuk bulan sabit dibagian bawah mesin, fungsinya adalah untuk menggulung dan memisahkan pucuk teh layu dengan bagalnya.

Gambar 5. Press Cup Roller

Table 4. Spesifikasi Mesin Penggulung

Spesifikasi Keterangan

Nama Press Cup Roller

Bahan Baja dan Kuningan

(43)

31

Kapasitas 30-35 kg

Kecepatan Putaran 44 rpm

Sumber Energi Listrik

Daya Elektromotor Jumlah Pisau

0,75 kW/1 Hp 4 buah

Jumlah 3 unit

Waktu 15-30 Menit

Sumber: PT. Pagilaran Unit Produksi Samigaluh, 2022

3. Mesin Pengering I

Mesin pengering I yang digunakan di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh adalah mesin bed dryer. Mesin bed dryer memiliki prinsip kerja yaitu memanaskan pucuk teh layu yang sudah menggulung hingga setengah kering. Kapasitas yang dimiliki mesin ini adalah 100 kg dimana sumber panas mesin berasal dari pembakaran gas. Ketika akan digunakan mesin harus dialiri arus listrik untuk menghidupkan dinamo yang nantinya bertugas untuk menggerakkan baling-baling mesin.

Gambar 6. Sumber Pemanas Bed Dryer

(44)

Gambar 7. Bed Dryer

Table 5. Spesifikasi Mesin Pengering I

Spesifikasi Keterangan

Nama Bed Dryer

Bahan Stainless steel dan Baja

Kapasitas 100 kg

Sumber Pemanas Gas

Daya Elektromotor 0,75 kW/1 Hp

Jumlah 2

Suhu Waktu

70°C -80°C 60-90 Menit Sumber: PT. Pagilaran Unit Produksi Samigaluh, 2022

4. Mesin Pengering II

Pengeringan tahap ke dua dilakukan dengan menggunakan mesin ball tea. Mesin ball tea memiliki prinsip kerja yaitu menyalurkan panas ke seluruh permukaan teh setengah kering dengan tujuan menurunkan kadar air dan membuat bentuk teh menjadi lebih tergulung. Selama proses pengeringan, mesin ball tea juga melakukan perputaran agar semua bagian teh terkena panas dengan intensitas yang sama. Perputaran mesin

(45)

33

dikarenakan adanya arus listrik yang mengalir sehingga dinamo mesin dapat bergerak, sedangkan panas mesin berasal dari pembakaran gas.

Gambar 8. Ball Tea

Table 6. Spesifikasi Mesin Pengering II

Spesifikasi Keterangan

Nama Ball Tea

Bahan Besi dan Stainless Steel

Kapasitas 60-70 Kg

Sumber Pemanas Gas

Daya Elektromotor 0,75 kW/1 Hp

Jumlah 1

Waktu Suhu

90-120 Menit 70°C-100°C Sumber: PT. Pagilaran Unit Produksi Samigaluh, 2022

5. Mesin Pengayak

Pengayakan dilakukan untuk mensortasi dan membagi teh kering kedalam beberapa kelompok grade. Mesin ayakan yang digunakan di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh bernama buble tray. Bubble tray terdiri dari dua tingkat ayakan dana memiliki mesh dengan ukuran yang berbeda di tiap tingktannya. Prinsip kerja mesin yaitu, mesin akan bergerak ke arah

(46)

kanan dan kiri dengan kecepatan yang dapat diatur agar teh kering dapat melalui mesh ayakan berdasarkan ukuran teh. Gerakan mesin berasal dari dinamo yang dialiri dengan arus listrik. Mesin bubble tray ini memiliki tiga corong dimana corong pertama berasal dari hasil ayakan di tingkat pertama, corong kedua berasal dari hasil ayakan di tingkat yang kedua, dan corong tinga berasal dari sisa teh yang tidak lolos melalui kedua ayakan.

Gambar 9. Bubble Tray

Table 7. Spesifikasi Mesin Pengayak

Spesifikasi Keterangan

Nama Bubble Tray

Bahan Kayu dan Aluminium

Kapasitas 100-200 kg

Sumber Energi Listrik

Daya Elektromotor 0,75 kW/1 Hp

Jumlah Corong 3

Jumlah 1

Sumber: PT. Pagilaran Unit Produksi Samigaluh, 2022

D. Proses Pengolahan

Produk teh hijau dari PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh mengalami proses pengolahan dengan menggunakan prinsip penginaktifan enzim polifenol

(47)

35

oksidase yang berada di dalam pucuk teh sehingga tidak terjadi reaksi enzimatis.

Proses pengolahan yang menjadi pokok dalam mencegah reaksi enzimatis adalah proses pelayuan. Pelayauan sendiri merupakan tahap awal dari proses pengolahan yang kemudian dilanjutkan dengan proses penggulungan, pengeringan I, pengeringan II, Pengepakan, sortasi, serta pengemasan.

Dalam pengolahan teh hijau, pucuk teh seger harus langsung diolah dan tidak dibiarkan terlalu lama tanpa penanganan yang sesuai. Membiarkan pucuk teh terlalu lama akan menyebabkan reaksi enzimatis pada pucuk teh sehingga mutu teh hijau yang dihasilkan bisa saja tidak sesuai dengan standar yang ada.

Proses pengolahan teh hijau di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh adalah sebagai berikut:

Gambar 10. Diagram Alir Proses

(48)

1. Penerimaan Bahan Baku

Bahan baku pengolahan yang berupa pucuk teh segar tiba di pabrik sekitar pukul 12.00 dengan menggunakan truk. Pucuk teh segar yang didapatkan dari lokasi perkebunan dikemas menggunakan karung agar tidak tercecer. Penataan karung selama pengiriman juga harus diperhatikan, karung tidak boleh saling tumpang tindih karena hal tersebut dapat menyebabkan sobek, memar, dan lipatan pada pucuk segar sehingga menyebabkan penurunan mutu.

Pucuk teh yang telah tiba di lokasi pabrik diletakkan di sekitar mesin rotary dryer untuk kemudian dilakukan analisa pucuk serta penimbangan pucuk teh sebanyak 3 kg. Penimbangan ini dilakukan untuk mempermudah proses pelayuan karena mesin rotary dryer yang berada di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh memiliki kapasitas sebesar 3 kg. Setiap pucuk teh yang sudah ditimbang akan dimasukkan kembali ke dalam karung plastik untuk menunggu proses pengolahan dilakukan.

Gambar 11. Pucuk Teh Yang Sudah Ditimbang

(49)

37

2. Pelayuan

Pengolahan teh hijau diawali dengan proses pelayuan dengan tujuan untuk menginaktifkan enzim polifenol oksidase, menurunkan kadar air pada pucuk teh segar, dan memudahkan proses penggulungan. Pelayuan pucuk teh segar di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh menggunakan mesin rotary dryer dengan kapasitas 3 kg. Mesin ini berjumlah 4 buah dimana sumber pemanasnya berasal dari pembakran gas dan perputarannya berasal dari energi listrik yang disalurkan ke mesin dinamo.

Gambar 12. Proses Pelayuan Pucuk

Proses pelayuan diawali dengan memanaskan mesin rotary dryer selama beberapa menit agar suhu yang dihasilkan dapat mencapai 100°C.

Pucuk teh yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam rotary dryer hingga kapasitas mesin terpenuhi. Rotary dryer yang sudah penuh kemudian ditutup dan mesin akan mengalami putaran sehingga panas yang disalurkan dapat merata ke seluruh bagian pucuk teh. Selama pelayuan, suhu mesin harus dipantau dan tetap berada pada kisaran 80°C-100°C.

(50)

Penggunaan suhu mesin di atas 100°C akan menyebabkan blister pada teh hijau yang dihasilkan.

Pucuk teh dikeluarakan dari mesin rotary dryer setelah 7-8 menit sesuai dengan putaran mesin. Pucuk teh layu memiliki kadar air sekitar 60- 70% dengan kriteria bentuk daun yang sudah lemas dan agak lengket, warna daun yang berubah menjadi hijau kekuningan, serta bau khas yang dikelurakan oleh pucuk teh layu. Pucuk teh layu yang keluar dari rotary dryer kemudian dimasukkan ke dalam baskom dan diletakkan disamping mesin untuk menurunkan suhu dan menunggu terpenuhinya kapasitas press cap roller.

Gambar 13. Pucuk Teh Segar

Gambar 14. Pucuk Teh Layu

(51)

39

3. Penggulungan

Pucuk teh layu yang berada di baskom kemudian diantar menggunakan troli kayu menuju mesin penggulung. Penggulungan pucuk teh layu di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh dilakukan menggunakan mesin press cap roller. Proses penggulungan sendiri memiliki tujuan untuk membentuk mutu fisik, hal ini dikarenakan selama proses penggulungan akan terbentuk gulungan kecil dan cairan daun akan keluar lalu melumuri seluruh bagian daun sehingga terlihat mengkilap.

Mesin press cap roller yang berada di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh berjumlah 3 buah dengan kapasitas sekitar 30-35 kg sesuai dengan keadaan pucuk teh. Pada bagian bawah mesin terdapat 4 buah batten atau pisau yang berbentuk seperti bulan sabit. Batten ini memiliki fungsi untuk memisahkan daun teh dengan batangnya.

Proses penggulungan diawali dengan memasukkan pucuk teh layu melalui feeder yang terletak di bagian atas mesin. Setelah kapasitas mesin tercukupi, mesin akan dinyalakan dan terjadi perputaran mesin sehingga pucuk teh layu akan menggulung. Proses tersebut dapat berlangsung selama 14-15 menit jika pucuk yang diolah merupakan pucuk halus, sedangkan jika pucuk yang diolah adalah pucuk kasar, maka waktu yang dibutuhkan bisa mencapai 30 menit. Mesin kemudian dimatikan dan pucuk teh yang sudah menggulung dimasukkan ke dalam baskom melalui bagian bawah mesin.

(52)

Gambar 15. Proses Penggulungan Pucuk Teh

Gambar 16. Pucuk Teh Layu Yang Menggulung

4. Pengeringan I

Pucuk teh yang sudah menggulung selanjutnya akan dikeringkan menggunakan mesin yang bernama bed dryer. Proses pengeringan yang pertama memiliki tujuan yaitu untuk menurunkan kadar air 30-35%. Proses ini juga bertujuan untuk memekatkan cairan sel yang berada di permukaan daun sehingga cairan tersebut membentuk seperti perekat.

(53)

41

Mesin bed dryer di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh berjumlah 2 buah dengan kapasitas sekitar 100 kg. Sebelum digunakan, mesin akan dipanaskan terlebih dahulu selama 30 menit. Setelah mesin panas, pucuk teh yang sudah menggulung akan dimasukkan ke dalam bed dryer selama 60- 90 menit dengan suhu sekitar 70°C-80°C. Selama proses pengeringan dilakukan pembalikan pucuk teh setiap 10-15 menit sekali. Pembalikan dilakukan dengan tujuan agar teh yang dihasilkan terkena panas secara merata dan tidak gosong.

Gambar 17. Proses Pengeringan I

5. Pengeringan II

Teh setengah kering dengan tekstur yang tidak menggumpal kemudian akan dilakukan proses pengeringan yang kedua. Proses pengeringan yang kedua di PT Pagilaran menggunkaan mesin yang bernama boll tea. Pengeringan yang kedua dilakukan untuk menurunkan kadar air teh hijau 3-4% serta membuat kenampakan teh hijau jauh lebih menggulung.

(54)

Kapasitas mesin ini sekitar 60-70 kg dengan jumlah mesin yang ada di pabrik adalah 1 buah.

Mesin boll tea akan dipanaskan terlebih dahulu selama beberapa menit sebelum digunakan. Setelah mesin panas, teh setengah kering kemudian dimasukkan ke dalam mesin selama 90-120 menit dengan suhu 70°C-100°C. Penggunaan suhu selama pengeringan II diatur mulai dari awal pengeringan hingga akhir pengeringan. Pada saat awal masuk, suhu boll tea berada pada 100°C dan kemudian diturunkan secara bertahap hingga 70°C pada tahap akhir. Setelah kadar air yang diinginkan telah tercapai, teh kering akan dikeluarkan dari dalam mesin untuk dihamparkan di ruangan yang terbuka. Penghamparan teh kering dilakukan untuk menurunkan suhu teh kering yang selanjutnya akan dimasukkan ke dalam karung berlapis inner plastik di bagian dalamnya.

Gambar 18. Teh Kering Hasil Pengeringan II

(55)

43

6. Pengepakan

Teh hijau kering yang sudah turun suhunya selanjutnya akan di masukkan ke dalam karung untuk kemudian disimpan sementara di gudang penyimpanan. Bagian dalam karung dilapisi dengan inner yang berbahan plastik. Produk teh mempunyai sifat higroskopis dimana artinya produk tersebut akan dengan mudah menyerap aroma dan uap air yang berada di lingkungan sekitar. Penggunaan plastik bertujuan untuk menekan laju tranmisi uap air karena seperti yang diketahui, beberapa jenis plastik memiiki nilai WVTR yang rendah. Hal ini perlu dilakukan agar teh hijau yang sudah kering tidak mengalami kenaikan kadar air.

Kapasitas produk dalam satu karung tidak boleh lebih dari 20 kg.

Setelah memenuhi kapasitas yang ada, produk teh hijau akan disusun di gudang penyimpanan dengan ketentuan susunannya tidak lebih dari 10 tumpuk karung. Setiap karung yang digunakan sebelumnya sudah diberi identitas berupa jenis teh, grading teh, tahun produksi, berat teh dan aktivitas tambahan lainnya. Bagian paling dasar tempat yang digunakan untuk penyimpanan produk teh hijau dilapisi dengan kayu yang tingginya 15 cm. Pemberian kayu bertujuan agar karung tidak bersentuhan langsung dengan lantai.

(56)

Gambar 19. Pengepakan dan Penyimpanan Sementara

7. Sortasi

Teh hijau yang telah disimpan sementara selanjutnya akan disortir untuk dikelompokkan berdasarkan golongan mutunya. Sortasi yang ada di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh terdiri dari dua tahap. Tahap pertama yaitu penyortiran menggunakan mesin yang bernama bubble tray dan tahap kedua yaitu penyortiran manual oleh pekerja sortasi.

Sortasi pertama dilakukan dengan menggunakan mesin bubble tray dimana dalam sekali sortasi, mesin tersebut dapat menampung hingga 200 kg teh hijau. Mesin bubble tray memiliki dua tingkat ayakan dan tiga corong yang berfungsi sebagai tempat keluarnya teh hijau. Proses sortasi ini diawali dengan menyalakan mesin dan mengatur kecepatan mesin sesuai dengan kebutuhan. Setelah mesin dinyalakan, teh hijau kemudian dihamparkan pada tingkat yang pertama. Bubble tray akan terus bergerak kearah kanan dan kiri ketika mesin dinamonya mendapatkan aliran listrik sehingga, setiap

(57)

45

bagian teh hijau akan tersortir berdasarkan ukuran mesh yang ada di bubble tray.

Ayakan mesh yang berada di tingkat pertama memiliki ukuran diameter lubang sebesar 0,5 cm dimana teh hijau yang melewati ayakan tersebut akan masuk ke dalam corong satu dan tergolong dalam kelompok teh hijau keringan halus (peko 1, broken tea, dan dust). Teh hijau yang tidak berhasil melewati ayakan mesh pertama akan jatuh menuju ayakan mesh di tingkatan yang kedua. Ayakan mesh di tingkatan kedua memiliki diameter lubang sebesar 1 cm dimana teh hijau yang berhasil melewati ayakan tersebut akan masuk ke dalam corong dua dan tergolong kelompok teh hijau keringan sedang (peko 1, lokal, daan bagal). Teh hijau yang tidak berhasil melewati ayakan mesh kedua akan masuk ke dalam corong tiga dan tergolong kelompok teh hijau keringan kasar (lokal dan bagal).

Sortasi yang kedua dilakukan secara manual oleh pekerja sortasi yang ada di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh. Penyortiran pada sortasi manual dilakukan dengan proses pengayakan menggunkan ayakan mesh dan ayakan bambu. Sortasi manual dimulai dengan proses pengayakan teh hijau kering menggunkan ayakan bambu. Teh hijau kering yang berhasil melewati ayakan tersebut akan masuk ke kelompok mutu broken tea (BT), sedangkan teh hijau yang tertinggal, selanjutnya akan dilakukan sortasi secara manual oleh perkerja guna memisahkan daun teh dengan bagalnya.

Bagal merupakan tangkai teh kering yang nantinya bisa digunakan sebagai campuran teh ataupun dipasarkan secara terpisah. Teh hijau kering yang

(58)

telah terpisah dari bagalnya selanjutnya akan dilakukan pengayakan kembali menggunakan ayakan mesh berukuran kecil untuk memeperoleh kelompok mutu teh dust. Kelompok mutu peko yang merupakan mutu terbaik di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh diperoleh dari pucuk teh muda yang berukuran kecil. Proses sortasi manual juga akan menghasilkan kelompok mutu teh hijau yang memiliki nama lokal. Kelompok mutu lokal sendiri berasal dari pucuk teh yang lebih tua. Di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh juga terdapat kelompok mutu teh yang bernama sow mee (SM) walaupun jumlahnya sedikit mengikuti permintaan konsumen. Mutu teh tersebut berasal dari perajangan teh hijau kering menggunkaan tea crusher.

Seluruh kelompok mutu teh hijau di PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh adalah peko, lokal, broken tea (BT), dust dan bagal.

1. Peko

Kelompok mutu peko merupakan teh kualitas terbaik yang berasal dari peko kering dengan variasi ukuran kecil hingga sedang. Ciri fisik yang nampak pada kelompok mutu peko yaitu berwarna hijau kehitaman dan bentuknya tergulung sempurna.

2. Lokal

Kelompok mutu lokal merupakan teh yang berasal dari pucuk muda dan burung dimana kondisi daunnya lebih tua dibandingkan dengan peko.

Kenampakan fisik pada kelompok mutu lokal adalah warna hijau kehitaman hingga kuning kecoklatan.

(59)

47

3. Broken Tea

Kelompok mutu broken tea berasal dari remahan teh hijau kering yang dihasilkan dari proses sortasi kering menggunkan ayakan bambu.

Ukuran broken tea cenderung kecil tetapi tidak sekecil ukuran dust.

4. Dust

Kelompok mutu dust berasal dari teh hijau yang ukurannya paling kecil.

Proses sortasi untuk mendapatkan mutu dust adalah dengan mengayak teh hijau menggunakan ayakan mesh berukuran kecil.

5. Bagal

Kelompok mutu bagal berasal dari batang teh yang didapatkan melalui proses sortasi manual menggunakan tangan. Bagal hanya terdiri dari batang teh tanpa adanya daun teh..

Gambar 20. Hasil Sortasi Teh Hijau

(60)

8. Pengemasan

Teh hijau yang telah mengalami proses sortasi selanjutnya akan dilakukan pengemasan jika terdapat permintaan dari konsumen. Produksi teh hijau kemasan yang berasal dari PT Pagilaran Unit Produksi Samigaluh terdiri dari lima jenis yang berbeda.

1. Teh Hijau Premium

Jenis kemasan teh hijau yang pertama adalah teh hijau premium.

Teh hijau premium berasal dari campuran kelompok mutu teh peko 1 dan peko 2. Kemasan yang digunakan terdiri dari kemasan primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Kemasan primer yang bersentuhan langsung dengan teh hijau berasal dari plastik jenis nylon/LDPE.

Plastik yang digunakan kemudian divakum sehingga kedap udara.

Kemasan skunder yang digunakan kaleng berbentuk silinder. Pada umumnya, kaleng terbuat dari aluminium yang kokoh dengan wvtr yang sangat rendah sehingga mutu teh hijau yang berada di dalam kaleng tetap terjaga. Di bagian luar kaleng juga dilapisi oleh plastik yang dipanaskan sehingga dapat menyesuaikan bentuk kaleng. Plastik pada bagian luar kaleng merupakan kemasan tersier yang bertujuan mencegah terjadinya lepas pada bagian tutup kaleng selama pendistribusian. Untuk pendistribusian, teh hijau premium juga diberikan kardus tebal yang berfungsi sebagai kemasan kuarter.

Pada bagian kemasan kaleng, terdapat berbagai informasi mulai dari logo brand, nama teh, tanggal kadaluarsa, berat bersih, nomor

(61)

49

BPOM, dan juga cara penyajian. Berat bersih yang terdapat dalam satu kemasan kaleng premium adalah 40 g.

2. Teh Hijau Sigma Rasa

Teh hijau sigma rasa merupakan salah satu produk dari brand sigma rasa. Teh yang berada di dalam kemasan teh hijau sigma rasa berasal dari kelompok mutu peko yang berukuran besar. Produk ini dikemas dengan kemasan primer, sekunder, tersier, dan kuarter.

Kemasan primer yang digunakan adalah aluminium foil yang divakum sehingga kedap udara. Aluminium foil memiliki tingkat vwtr yang sangat rendah sehingga teh yang berada di dalamnya dapat terhindar dari penurunan mutu akibat transmisi uap air. Kemasan sekunder pada teh hijau sigma adalah kertas katon berbentuk box. Box karton berfungsi sebagai tempat penyajian informasi berupa logo brand, nama teh, tanggal kadaluarsa, berat bersih, nomor BPOM, dan juga cara penyajian. Bagian paling luar box karton kemudian dilapisi plastik yang dipanaskan sehingga dapat menyesuaikan bentuk box. Plastik paling luar tersebut disebut juga kemasan tersier dari teh hijau sigma rasa.

Berat bersih teh hijau sigma rasa adalah 60 g. Pada saat didistribusikan, teh hijau sigma rasa disusun dalam kardus tebal yang berfungsi sebagai kemasan kuarter.

3. Teh Hijau Celup

Teh hijau kemasan yang ketiga dikemas dalam bentuk teh celup. Teh celup berasal dari campuran dari kelompok mutu teh dust dan sow mee.

(62)

Kemasan primer dari teh hijau celup yaitu bag tea. Bag tea berbahan dasar kertas kraft dan dilapisi oleh polietilen serta bersifat food grade.

Polietilen membuat kertas teh celup tidak rusak jika terkena suhu didih air karena, karakteristik polietilen dapat bertahan diatas suhu 100°C.

Setiap teh yang sudah dikemas dalam bentuk katung kemudian dimasukkan kedalam box berbahan kertas karton yang merupakan kemasan sekunder. Bagian luar dari box karton kemudian dilapisi dengan plastik yang dipanaskan sehingga mengikuti bentuk box karton tersebut. Plastik tersebut merupakan kemasan tersier dari teh hijau celup. Dalam satu box terdapat 25 kantong teh hijau dengan berat bersih 50 gram. Pada kemasan box karton tertera informasi mengenai logo brand, nama teh, tanggal kadaluarsa, berat bersih, nomor BPOM, dan juga cara penyajian. Teh hijau celup yang sudah dikemas semedikian rupa kemudian disusun di dalam kardus.

4. Teh Hijau Wangi Melati

Teh hijau wangi melati merupakan varian teh tubruk yang berasal dari campuran kelompok mutu teh lokal dan bagal. Varian ini ditambahkan dengan aroma melati yang sangat kuat. Teh hijau wangi melati memiliki berat bersih sebesar 40 gram dengan warna kemasan kuning. Kemasan primer yang digunakan terbuat dari kertas yang selanjutnya akan disusun sebanyak 10 buah dan dikemas menggunakan plastik. Plastik tersebut merupakan kemasan sekunder dimana fungsinya untuk mencegah transmisi uap air yang berlebihan ke dalam

(63)

51

teh hijau. dibagian kemasan kertas tertera informasi mengenai logo brand, nama teh, tanggal kadaluarsa, berat bersih, nomor BPOM, dan juga cara penyajian.

5. Teh Hijau Bukit Menoreh

Hampir sama dengan teh hijau wangi melati, teh hijau bukit menoreh juga merupakan teh tubruk yang diberi aroma melati. Teh hijau bukit menoreh ini merupakan varian dari sigma rasa dimana dalam satu kemasan berat bersihnya sebesar 40 g. Perbedaan teh ini dengan teh hijau wangi melati adalah rasa dan aroma melati yang dimiliki tidak terlalu kuat sehingga hanya berfungsi sebagai penyegar saja. Kemasannya terdiri dari kemasan primer dan sekunder, kemasan primernya berbahan kertas dan kemasan sekundernya berbahan plastik.

Teh hijau yang sudah dikemas menggunakan kertas akan disusun sebanyak 10 buah untuk kemudian dikemas menggunakan plastik.

Gambar 21. Kemasan Teh Hijau

(64)

E. Pengendalian Mutu

Proses dasar yang harus dilakukan saat memproduksi suatu produk adalah proses pengendalian mutu. Pengendalian mutu sendiri dilakukan untuk menjaga mutu produk agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Standar mutu suatu produk dibuat untuk menentukan tingkat kelayakan produk yang nantinya akan dipasarkan.

Mutu teh tidak hanya dimiliki saat teh hijau sudah menjadi bubuk minuman kering. Pada saat tanaman teh ditanam, dipetik, diolah, dan bahkan setelah pengolahan juga memiliki mutu yang harus dijaga dan dikendalikan agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi standarisasi mutu. Mutu teh dapat diketahui dari sifat fisik dan kimia yang terkandung di dalam teh. Pengujian sifat kimia pada teh biasa dilakukan di laboratorium sedangkan pengujian sifat fisik teh dilakukan secara indrawi.

1. Pengendalian Mutu Bahan Baku

Pengendalian mutu bahan baku dimulai dari pemetikan pucuk teh yang ada di kebun. Pemetikan pucuk harus sesuai dengan rumus petik yang ada agar teh yang dihasilkan memiliki mutu yang baik. Pemetik yang ada di PT Pagilaran Unit Produksi Samiguluh biasanya menggunakan petikan sedang dan petikan kasar. Petikan kasar seharusnya dihindari agar tidak terjadi penurunan mutu produk, tetapi di PT Pagilaran Unit Pro

Gambar

Table 1. Jadwal Kegiatan PKL
Gambar 1. Peta Sebaran Kebun Teh dan Kabupaten Kulon Progo
Gambar 2. Struktur Organisasi PT Pagilaran unit Produksi Samigaluh
Table 2. Klasifikasi Tenaga Keja di PT. Pagilaran Maret 2022
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Antara Asupan Protein, Zatbesi dan Vitamin C dengan Kadar Hb pada Anak Umur (7-15) tahun di desa Sidoharjo, Samigaluh, Kulon Progo.. I Orang Penulis

yang mungkin diperoleh 25.. Dari data di atas, dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Samigaluh I, Kulon Progo

Pada jalur lintas selatan yang menghubungkan wilayah terdekat yaitu antara Yogyakarta dengan Purworejo, tepatnya di Desa Jangkaran Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo

Hasil penelitian: (1) 7 SMKN yang mempunyai prodi Otomotif dan menyelenggarakan Unit Produksi dengan baik hanya SMKN 2 Pengasih Kulon Progo, sehingga dijadikan

Hasil pengujian menemukan bahwa terapi yoga lebih efektif dalam menurunkan tingkat dismenorhea pada pada siswa kelas VIII di MTsN Sidoharjo Samigaluh Kulon Progo

Peserta lulus seleksi mengirimkan berkas persyaratan pemberkasan (versi fisik) melalui pos ke alamat Kantor BKPP Jalan Perwakilan Nomor 1 Wates Kulon Progo Yogyakarta

Fisiografi dan geomorfologi regional dataran Yogyakarta termasuk dalam Pegunungan Kulon. Pegunungan Kulon di bagian utara dan timur dibatasi oleh lembah Progo, dan di bagian selatan

Suhu tubuh yang didapatkan untuk masing-masing aktivitas pada produksi teh hijau di PT Mitra Kerinci didapatkan bahwa beban kerja yang dialami oleh masing-masing